Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FILSAFAT PANCASILA

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan


Ilmu Sosial Budaya Dasar

Disusun oleh :
Vineke Vidiyani Soromi
NIM : 2018 10047
Kelas : 1 A

YAYASAN PENDIDIKAN GRAHA HUSADA LESTARI


AKADEMI KEBIDANAN GRAHA ANANDA PALU
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini membahas mengenai Filsafat Pancasila.
Pancasila. Di dalamnya berisi
tentang makna Filsafat Pancasila beserta contohnya yang disusun secara sistematis
untuk memudahkan pembaca dalam memahaminya. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saya membuka dengan
luas kritik dan saran dari pembaca untuk dapat menyempurnakan makalah ini dan untuk
penyusuanan selanjutnya yang lebih baik lagi. Terima kasih.

Palu,
Palu, 01 Desember 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia, nilai, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan. Masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan
dengan nilai, moral, dan hukum antara lain mengenai kejujuran, keadilan,
menjilat, dan perbuatan negatif lainnya sehingga perlu dikedepankan pendidikan
agama dan moral karena dengan adanya panutan, nilai, bimbingan, dan moral
dalam diri manusia akan sangat menentukan kepribadian individu atau jati diri
manusia, lingkungan sosial dan kehidupan setiap insan. Pendidikan nilai yang
mengarah kepada pembentukan moral yang sesuai dengan norma kebenaran
menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan manusia yang utuh dalam
konteks sosial.
Pendidikan moral tidak hanya terbatas pada lingkungan akademis, tetapi
dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Secara umum ada tiga
lingkungan yang sangat kondusif untuk melaksanakan pendidikan moral yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat. Peran
keluarga dalam pendidikan mendukung terjadinya proses identifikasi,
internalisasi, panutan dan reproduksi langsung dari nilai-nilai moral yang hendak
ditanamkan sebagai pola orientasi dari kehidupan keluarga. Hal-hal yang juga
perlu diperhatikan dalam pendidikan moral di lingkungan keluarga adalah
penanaman nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab dalam
segenap aspek.

B. Rumusan masalah

1. Pengertian hakikat manusia, nilai moral, dan hokum


2. Pelaksanaan sistem hukum nilai dan moral dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
3. Kemerosotan nilai moral dan hokum
4. Pelanggaran di antara nilai, moral, hukum.

C. Tujuan
1. Membahas mengenai manusia, nilai, moral dan hokum
2. Mengetahui Hakikat fungsi dari perwujudan nilai moral dan hokum
3. Mempelajari tentang keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan
4. Membahas tentang problematika nilai, moral dalam masyarakat, bangsa, dan
Negara.

BAB II
PEMBAHASAN
MANUSIA, NILAI MORAL, HUKUM

1. Pengertian Manusia, Nilai Moral, dan Hukum

1.1. Pengertian Manusia


Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta),
“mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang
berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia
dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam
hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme
hidup (living organism).
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan
bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu
lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal
(geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seorang bayi
lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh
karena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan
kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa
setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense
of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia
membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber
dari lingkungan.
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya
manusia tergantung kepada individu lain. Ia belajar berjalan,belajar
makan,belajar berpakaian,belajar membaca,belajar membuat sesuatu
dan sebagainya,memerlukan bantuan orang lain yang lebih dewasa.
Malinowski(1949), salah satu tokoh ilmu Antropologi dari
Polandia menyatakan bahwa ketergantungan individu terhadap individu
lain dalam kelompoknya dapat terlihat dari usaha-usaha manusia dalam
memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosialnya yang dilakukan
melalui perantaraan kebudayaan.
Rasa aman secara khusus tergantung kepada adanya system
perlindungan dalam rumah,pakaian dan peralatan. Perlindungan secara
umum, dalam pengertian gangguan/kelompok lain akan lebih mudah
diwujudkan kalau manusia berkelompok. Untuk menghasilkan
keamanan dan kenyamanan hidup berkelompok ini, diciptakan aturan-
aturan dan kontrol-kontrol social tentang apa yang boleh dan yang
tidak boleh dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Selain itu
ditentukan pula siapa yang berhak mengatur kehidupan kelompok untuk
tercapainya tujuan bersama.
1.2. Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan
kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu
itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
Sifat-sifat nilai adalah Sebagai berikut.
1. Nilai itu suatu relitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.
Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat
diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya orang yang
memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai, tetapi kita tidak bisa
menindra kejujuran itu.
2. Nilai memiliki sifat normative, artinya nilai mengandung harapan,
cita-cita dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal das
sollen. Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan
manusia dalam bertindak. Misalnya nilai keadilan. Semua orang
berharap manusia dan mendapatkan dan berperilaku yang
mencerminkan nilai keadilan.
3. Niliai berfungsi sebagai daya dorong dan manusia adalah
pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh
nilai yang diyakininya. Misalnya nilai ketakwaan. Adanya nilai ini
menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat
ketakwaan.
Menurut Cheng(1995): Nilai merupakan sesuatu yang
potensial,dalam arti terdapatnya hubungan yang harmonis dan
kreatif ,sehingga berfungsi untuk menyempurnakan manusia
,sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat yang seharusnya
dimiliki(dalam Lasyo,1999,hlm.1).
Menurut Lasyo(1999,hlm.9)sebagai berikut: Nilai bagi
manusia merupakan landasan atau motivasi dalam segala tingkah
laku atau perbuatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai yaitu
sesuatu yang menjadi etika atau estetika yang menjadi pedoman
dalam berperilaku.
Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai
dalam dua konteks, pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu
yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa
ada yang menilainya,bahkan memandang nilai telah ada sebelum
adanya manusia sebagai penilai.Baik dan buruk,benar dan salah
bukan hadir karena hasil persepsi dan penafsiran manusia,tetapi ada
sebagai sesuatu yang ada dan menuntun manusia dalam
kehidupannya.Pandangan kedua memandang nilai itu
subjektif,artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang
menilainya.Jadi nilai memang tidak akan ada dan tidak akan hadir
tanpa hadirnya penilai.Oleh karena itu nilai melekat dengan subjek
penilai.
1.3. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat
kebiasaan.Kata mores ini mempunyai sinonim mos,moris,manner mores
atau manners,morals.
Dalam bahasa Indonesia,kata moral berarti akhlak (bahasa
Arab)atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata
tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam
hidup.Kata moral ini dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang
menjadi etika. Secara etimologis ,etika adalah ajaran tentang baik buruk,
yang diterima masyarakat umum tentang sikap,perbuatan,kewajiban,dan
sebagainya.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan
proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan
proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit
karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari
sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di
sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin
dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam
kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur
dari kebudayaan masyarakat setempat.
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber
interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai
dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima
serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai
mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah
produk dari budaya dan Agama. Jadi moral adalah tata aturan norma-
norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan manusia untuk
melakukan perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang mengatur
manusia untuk menjadi manusia yang baik.
1.4. Pengertian Hukum
Disamping adat istiadat tadi ,ada kaidah yang mengatur
kehidupan manusia yaitu hukum, yang biasanya dibuat dengan sengaja
danmempunyai sanksi yang jelas.Hukum dibuat dengan tujuan untuk
mengatur kehidupan masyarakat agar terjadi keserasian diantara wrga
masyarakat dan system social yang dibangun oleh suatu
masyarakat.Pada masyarakat modern hukum dibuat oleh lembaga –
lembaga yang diberikan wewenang oleh rakyat.
Keseluruhan kaidah dalam masyarakat pada intinya adalah
mengatur masyarakat agar mengikuti pola perilaku yang disepakati oleh
system social dan budaya yang berlaku pada masyarakat tersebut. Pola-
pola perilaku merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau
berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota
masyarakat tersebut.Setiap tindakan manusia dalam masyarakat selalu
mengikuti pola-pola perilaku masyarakat tadi.Pola perilaku berbeda
dengan kebiasaan. Kebiasaan merupakan cara bertindak seseorang yang
kemudian diakui dan mungkin diikuti oleh orang lain. Pola perilaku dan
norma-norma yang dilakukan dan dilaksanakan pada khususnya apabila
seseorang berhubungan dengan orang lain, dinamakan social
organization.

2. Pelaksanaan System Hukum, Nilai, dan Moral dalam Kehidupam


Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.

System hukum Indonesia merupakan perpaduan beberapa system


hukum. System hukum indonesia merupakan perpaduan dari hukum agama,
hukum adat, dan hukum Negara Eropa terutama Belanda sebagai bangsa
yang pernah menjajah Indonesia. Belanda berada di Indonesia sekitar 3,5
abad lamanya. Maka tidak heran apabila banyak peradaban mereka yang di
wariskan termasuk system hukum. Bangsa Indonesia sebelumnya juga
merupakan bangsa yang telah memiliki budaya atau adat yang sangat kaya.
Bukti peninggalan atau fakta sejarah mengatakan bahwa Indonesia dahulu
banyak berdiri kerajan Hindu Budha seperti Sriwijaya, Kutai, Majapahit dll.
Zaman kerajaan meninggalkan warisan-warisan budaya yang hingga saat ini
masih terasa. Yang salah satunya adalah peraturan adat yang hidup dan
bertahan hingga kini. Nilai-nilai hukum adat merupakan salah satu sumber
hukum di Indonesia.
Indonesia merupakan Negara dengan penduduk muslim terbesar maka
tidak heran apabila bangsa Indonesia juga menggunakan hukum agama
terutama Islam sebagai pedoman dalam kehidupan dan juga menjadi sumber
hukum Indonesia.
Setiap warga Negara indonesia harus selalu sadar dan taat dengan
hukum, dan Negara berkewajiban untuk menegakkan dan menjamin
kepastian hukum. Penerapan nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari
tidak terlepas dengan nilai kepribadian dan keadilan.
Kebenaran dan keadilan harus dibina, ditegakkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara layak dan benar dengan
berdasarkan pada norma agama, kesusilaan, masyarakat, adat dan norma
hukum. Tugas kita dalam penegakan hukum adalah membantu para penegak
hukum dalam melindungi hak dan kewajiban kita.
Menurut A.V. Dicey dalam Negara hukum yang berimpikan pada rule
of law terdapat syarat yang harus di penuhi dalam menerapkan nilai dan dan
norma dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
1. Supremacy of the law, sehingga hukum diberi kedaulatan tertinggi,
Negara tidak dapat di permasalahkan atau di tuntut, yang bisa di tuntut
adalah manusianya.
2. Egality of the law, artinya semua orang memiliki status yang sama di
mata hukum. Dalam negara berdasarkan hukum ( rechtstaat ) hukumlah
yang berdaulat, sehingga negara dapat di tuntut didepan pengadilan jika
melanggar hukum.
3. Human right, yaitu terjaminnya hak-hak asasi manusia dalam UUD.

3. Kemerosotan Nilai Moral dan Hukum


Kemerosotan moral yang demikian itu lebih mengkhawatirkan lagi,
karena bukan hanya menimpa kalangan orang dewasa dalam berbagai
jabatan, kedudukan dan profesinya, melainkan juga telah menimpa kepada
pelajar tunas-tunas muda yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangan
membela kebenaran, keadilan dan perdamaian masa depan.
Belakangan ini kita banyak mendengar keluhan orang tua, ahli didik
dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial,
berkenaan dengan ulah perilaku remaja yang sukar dikendalikan, nakal,
keras kepala, berbuat keonaran, maksiat, tawuran, mabuk-mabukan, pesta
obat-obat terlarang, bergaya hidup seperti hippies di Eropa dan Amerika
Serikat. Bahkan melakukan pembajakan, pemerkosaan, pembunuhan dan
penyimpangan tingkah laku lainnya.
Tingkah laku penyimpangan yang ditunjukan oleh sebagian generasi
muda harapan masa depan bangsa itu sungguhpun jumlahnya mungkin
hanya sepersekian persen dari jumlah pelajar secara keseluruhan, sungguh
amat disayangkan dan telah mencoreng kredibilitas dunia pendidikan. Para
pelajar yang seharusnya menunjukan akhlak yang baik sebagai hasil didikan
itu, justru malah menunjukan tingkah laku yang buruk.

4. Pelanggaran di Antara Nilai Moral dan Hukum

Pelanggaran antara nilai, moral, hukum


Norma Masyarakat
Norma Agama Norma Kesusilaan Norma Hukum
atau Sosial
Berasal dari Tuhan Bersumber dari Berasal dari diri
Berasal dari agama
Yang Maha Esa. masyarakat sendiri. setiap manusia.
Pelanggarnya
Pelanggarannya
Tercantum dalam Pelanggaran akan dikenai hukuman
berakibat
kitab suci setiap menimbulkan rasa sesuai dengan
pengucilan dari
agama. penyesalan. peraturan yang
masyarakat.
berlaku.
Setiap sikap,
Pelanggaran Masyarakat harus ucapan dan
Pelanggaran akan
terhadap norma mengetahui, perilaku
memicu kerusuhan
agama akan memahami & individunya dijiwai
& perbuatan amoral
mendapat sanksi menyadari norma oleh nilai-nilai atau
yang tidak
sesuai ketentuan yang berlaku di norma-norma
bertanggung jawab.
agama itu. masyarakat. agama, kesopanan
dan hukum
Setiap penganut
Akan terciptanya
agama harus
masyarakat yang
beriman & bertaqwa
saling menghormati
terhadap agama
& menghargai.
bersangkutan.
Tujuan:terciptanya
masyarakat yang
agamis, tertib,
tentram, rukun dan
damai

BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan

Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling
berkaitan dan saling menunjang. Sebagai warga negara kita perlu
mempelajari, menghayati dan melaksanakan dengan ikhlas mengenai
nilai, moral dan hukum agar terjadi keselarasan dan harmoni
kehidupan.
Manusia adalah individu yg terdiri dari jasad dan roh dan
makhluk yang paling sempurna, paling tertinggi derajatnya, dan
menjadi khalifah di permukaan bumi.
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-
citakan dan dianggap pentong oleh seluruh manusia sebagai anggota
masyarakat. Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu,
menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu
bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan
manusia.

Daftar pustaka

http://www.google.com
http://www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai