Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


World Health Organization (WHO) mendefinisikan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) sebagai bayi yang terlahir dengan berat kurang dari 2500
gram. BBLR masih terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
signifikan secara global karena efek jangka pendek maupun panjangnya
terhadap kesehatan (WHO (2014). Pada tahun 2011, 15% bayi di seluruh
dunia (lebih dari 20 juta jiwa), lahir dengan BBLR. Sebagian besar bayi
dengan BBLR dilahirkan di negara berkembang termasuk Indonesia,
khususnya di daerah yang populasinya rentan (WHO, 2014). BBLR bukan
hanya penyebab utama kematian prenatal dan penyebab kesakitan. Studi
terbaru menemukan bahwa BBLR juga meningkatkan risiko untuk penyakit
tidak menular seperti diabetes dan kardiovaskuler di kemudian hari (WHO,
2014). Begitu seriusnya perhatian dunia terhadap permasalahan ini hingga
World Health Assembly pada tahun 2012 mengesahkan Comprehensive
Implementation Plan on Maternal, Infant and Young Child Nutrition dengan
menargetkan 30% penurunan BBLR pada tahun 2025 (WHO, 2014).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kematian
ibu dan bayi tertinggi. Angka kematian ibu sebesar 19.500 sampai dengan
20.000 orang setiap tahun nya atau terjadi setiap 26–27 menit. Penyebab
kematian ibu adalah pendarahan 30,5%, infeksi 22,5%, gestosis 17,5 dan
anestesis 2%. Sedangkan kematian bayi sebesar 110.000 menjadi 280.000 atau
jadi 18-20 menit, dengan penyebab kematian bayi karena BBLR 15/ 1000%
(Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals, 2000)
pada Tahun 2015 diharapkan angka kematian bayi menurun sebesar dua
pertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal tersebut Indonesia
mempunyai komitmen untuk menurunkan angka kematian bayi dari 68/1.000
KH menjadi 23/1.000 KH pada tahun 2015. Namun demikian, tidak
dipungkiri bahwa masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi

1
perubahan. Dalam hal ini yang juga perlu mendapat perhatian adalah upaya
merubah perilaku individu dan masyarakat dalam merawat bayi, yang
memerlukan peningkatan pemberdayaan dan pendidikan dari tenaga
kesehatan, yang memerlukan dukungan dan peran aktif masyarakat serta
sektor terkait lainnya, diperlukan motivasi dan peningkatan pengetahuan baik
dari petugas maupun dari masyarakat / kader kesehatan yang ada. Di
Kabupaten Lombok Barat terjadi penurunan kasus kematian bayi sejak 5 tahun
terakhir. Tahun 2015 jumlah kasus kematian bayi sebanyak 42 kasus, data ini
lebih rendah dibanding tahun sebelumnya sebanyak 60 kasus, bahwa jumlah
kematian bayi menurun secara signifikan. Tahun 2014 menurun sebesar 30%
pada Tahun 2015. Penyebab kematian neonatal terbanyak masih disebabkan
oleh BBLR yakni 12 kasus sedangkan pada usia bayi penyebab terbanyak
adalah lain-lain yaitu 4 kasus. Penurunan kasus kematian ini merupakan
usaha dan kerjasama yang berkesinambungan dari semua pihak, baik lintas
program maupun lintas sektoral. Beberapa upaya yang telah dilakukan
diantaranya melalui penguatan pelayanan neonatal dan bayi sesuai standar di
tingkat pelayanan dasar, dan penyelamatan kasus komplikasi di tingkat
pelayanan lanjutan yang semakin optimal. Di sisi lain keadaan sosial ekonomi
serta pendidikan masyarakat juga perlu terus ditingkatkan, karena keadaan ini
dapat menjadi faktor utama yang memepengaruhi rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Tahun 2015 jumlah BBLR 529 kasus. Bila
dibandingkan dengan tahun 2014 jumlah BBLR 566 kasus maka terjadi sedikit
peningkatan sebanyak 3 kasus. Hal ini dipengaruhi oleh masih banyak ibu
hamil yang mengalami Kek dan Anemia. Oleh sebab itu pemahaman dan
pengetahuan terhadap ibu hamil melalui kelas ibu hamil dan gizi harus lebih
ditingkatkan sehingga ibu hamil mengetahui asupan gizi yang mestinya
dikonsumsi sehingga tidak terjadi kelahiran bayi dengan berat badan rendah.
Keterlibatan keluarga yang berpengaruh pada pengambil keputusan dalam
keluarga harus dilibatkan dalam kegiatan kelas ibu hamil, sehingga keluarga
bisa ikut memperhatikan kesehatan ibu hamil. Selain itu upaya meningkatkan
giji ibu hamil terutama yang mengalami KEK dan anemia sudah dilakukan
dengan memberikan multimicronutrien (MMN) selama kehamilan dan nifas.

2
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat menekan kasus ibu dengan KEK
dan anemi, sehingga diikuti dengan menurunnya bayi yang lahir dengan berat
badan dibawah 2500 gram (Dikes Propinsi NTB, 2015).

Jika dilihat dari umur bayi saat meninggal berdasarkan SKRT 2001
sekitar 47 kematian terjadi di masa neonatal dengan penyebab utama kematian
adalah prematuris dan BBLR (29 %). Dalam rencana pembangunan jangka
menengah nasional (RPJMN) salah satu sasarannya adalh menurunkan angka
kematian bayi dari 35 per 1000 KH menjadi 26 per 1000 KH pada tahun 2010.
Oleh karna itu pemerintah mencanangkan perogram metode kanguru untuk
mendukung percepatan penurunan AKB di indonesia. Metode kanguru ini
mampu memenuhi kebutuhan asasi BBLR dengan menyediakan situasi dan
kondisi yang mirip dengan rahim sehingga memberi peluang BBLR untuk
beradapatasi dengan baik di dunia luar. Metode ini diadaptasi dalam Perogram
Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) menjadi salah satu dari 10
langkah. Diantaranya langkah-langkah dari Program RSSIB ini yag berkaitan
dengan perawatan metode kanguru (PMK) adalah:
1. Adanya kebijakan tertulis yang mendukung pelayanan ibu dan bayi
termasuk perawatan metode kanguru untuk perawatan BBLR
2. Persalinan bersih dan aman, inisisasi menyusui dini dan kontak kulit
ibu-bayi
3. Pemberdayaan kelompok pendukung ASI dalam tindak lanjut
pemberian ASI esklusif dan perawatan metode kanguru atau PMK.

Rumah sakit sebagai instansi yang melakukan upaya rujukan harus


mampu mengelola BBLR termasuk di dalamnya PMK. Departemen kesehatan
bersama dengan organisasi provesi mengembangkan metode ini melalui
kegiatan-kegiatan untuk membangun jejaring pelayanan dari tingkat pelayanan
dasar sebagai bagian dari program PONED hingga tingkat pelayanan rujukan
di RS sebagai bagian dari program RSSIB dan PONEK.
Berdasarkan latar belakang diatas, saya memberikan asuhan kebidanan
pada Bayi Ny “L” dengan usia dengan BBLR, dengan harapan bisa

3
memberikan kontribusi untuk bisa menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB)
akibat BBLR.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi
Ny “L“ dengan BBLR menggunakan 7 langkah varney diRumah Sakit
Patut Patuh Pajtu, Gerung, Kabupaten Lombok Barat.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Agar mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data yang meliputi
datasubyektif dan obyektif dari Bayi Ny. “L” dengan BBLR diRumah
Sakit Patut Patuh Pajtu, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok
Barat.
2. Agar mahasiswa mampu menginterpretasikan data dasar dan
mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan dari Bayi Ny. “L”
dengan BBLR diRumah Sakit Patut Patuh Pajtu, Kecamatan Gerung,
Kabupaten Lombok Barat.
3. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah
potensial, serta penanganannya terhadap Bayi Ny. “L” dengan BBLR
diRumah Sakit Patut Patuh Pajtu, Kecamatan Gerung, Kabupaten
Lombok Barat.
4. Agar mahasiswa mampu memberikan kebutuhan untuk tindakan
segera terhadap Bayi Ny. “L” dengan BBLR diRumah Sakit Patut
Patuh Pajtu, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat.
5. Agar mahasiswa mampu merencanakan asuhan kebidanan terhadap
Bayi Ny. “L” dengan BBLR diRumah Sakit Patut Patuh Pajtu,
Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat.
6. Agar mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan terhadap
Bayi Ny. “L” dengan BBLR diRumah Sakit Patut Patuh Pajtu,
Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat.

4
7. Agar mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan
yang diberikan terhadap Bayi Ny. “L” dengan BBLR diRumah Sakit
Patut Patuh Pajtu, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat.
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Menambah keterampilan dan pengetahuan mahasiswa, dan memberi
peluang bagi mahasiswa untuk menerapkan teori-teori yang diperolehnya
dari kampus tentang BBLR pada bayi.
2. Bagi Pembimbing
Dapat turut andil dalam meningkatkan kualitas skill generasi bidan
penerusnya sehingga siap mengeluarkan tenaga-tenaga yang berpotensi
pada bidang nantiya.
3. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan umumnya dan pelayanan
diberikan terhadap bayidengan BBLR.
4. Bagi ibu
Agar ibu dan keluarga mengerti tentang keadaannya dan mau bekerja sama
mengikuti saran bidan dalam proses pemulihan atau perawatannya
mengenai cara mencegah BBLR.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar BBLR


2.1.1 Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir
kurang dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur
(sebelum 37 minggu usia kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir
rendah sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas, sehingga
akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif serta penyakit
kronis di kemudian hari (WHO, 2004). Bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian besar dikarenakan retardasi
pertumbuhan intrauterin (IUGR) dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu. Bayi BBLR memiliki risiko empat kali lipat lebih tinggi dari
kematian neonatal dari pada bayi yang berat badan lahir 2.500-3.499 gram
(Fauziah, 2012).
World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan
bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama
dengan 2.500 g disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir
rendah) (Surasmi dkk, 2003). Menurut Syafrudin dan Hamidah (2009)
yang mengutip dari Depkes RI, bayi berat lahir rendah ialah bayi yang
lahir dengan berat 2.500 g atau kurang tanpa memerhatikan usia
kehamilan. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi
berat lahir rendah dibedakan dalam, bayi berat lahir rendah (BBLR)
dengan berat lahir 1.500-2.500 g, bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)
dengan berat lahir kurang dari 1.500 g, dan bayi berat lahir ekstrim rendah
(BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1.000 g (Rukiyah dan Yulianti,
2010).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat
badannya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi
BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia

6
kehamilan) atau pada usia cukup bulan (intrauterine growth retriction)
(Wong, 2008). Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bayi berat
badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
(Fauziah, 2012).

2.1.2 Klasifikasi BBLR


Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Fauziah, 2012):
1. Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan
berat badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang
bulan sesuai dengan masa kehamilan.
2. Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGAterdiri dari
tiga jenis.
a. Simetris (intrauterus for gestational age) adalah gangguan nutrisi
pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama.
b. Asimetris (intrauterus growth retardation), terjadi defisit pada fase
akhir kehamilan.
c. Dismaturitas, bayi yang lahir kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk masa gestasi, dan si bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauteri, serta merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilan.
Pengelompokan BBLR menurut ukuran:
1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayiyang berat
badannya kurang dari 2500 gram, tanpamemperhatikan usia gestasi.
2. Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakanbayi
yang berat badannya kurang dari 1000 gram.
3. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) merupakanbayi yang
berat badannya kurang dari 1500 gram.
4. Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayiyang berat
badannya 1501 sampai 2500 gram.

7
5. Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayiyang berat
badannya antara persentil ke-10 sampai ke-9 0pada kurva
pertumbuhan intrauterin.
6. Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usiagestasinya
merupakan bayi yang laju pertumbuhanintrauterinnya lambat dan
yang berat badan lahirnya kurangdari persentil ke-10 pada kurva
pertumbuhan intrauterin.
7. Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan padabayi yang
pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi(terkadang
digunakan istilah pengganti yang lebih deskritifuntuk bayi kecil
untuk usia gestasinya).
8. Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yangberat badan
lahirnya diatas persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan intrauterin.

2.1.3 Etiologi BBLR


Etiologi atau penyebab dari BBLR (Fauziah, 2012):
a. Faktor ibu
1) Penyakit
 Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi
kandung kemih.
 Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menularseksual,
hipertensi, HIV/AIDS, penyakit jantung.
 Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
 Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilanpada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
 Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurangdari 1
tahun).
 Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi

8
 Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomirendah. Hal
ini dikarenakan keadaan gizi danpengawasan antenatal yang
kurang.
 Aktivitas fisik yang berlebihan.
b. Faktor janin, faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi
janinkronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin,
dankehamilan kembar.
c. Faktor plasenta, faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion,
plasentaprevia, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar
(sindromparabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal
didataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

2.1.4 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir
rendah (Fauziah, 2012):
1. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45
cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari
33cm.
2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat
sedikit.
4. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
5. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
6. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum
teratur dan sering mendapatkan serangan apnea.
7. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan
belum sempurna.

2.1.5 Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia
kehamilanyang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga

9
disebabkandismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan
38 minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa
kehamilannya, yaitutidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan
yang disebabkan olehn penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dankeadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadiberkurang.Gizi yang baik diperlukan seorang ibu
hamil agar pertumbuhan janintidak mengalami hambatan, dan
selanjutnya akan melahirkan bayi denganberat badan lahir normal.
Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksinormal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebihsehat dari pada ibu
dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengankondisi kurang
gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,vitalitas yang
rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibumenderita anemia
(Rukiyah Ai Yeyeh, 2010).
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi
sehinggahanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan
untukmetabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkangangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel
tubuh maupunsel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin
didalamkandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini
menyebabkanmorbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara
bermaknalebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR
dan prematurjuga lebih besar (Rukiyah Ai Yeyeh, 2010).

2.2 Masalah yang dapat terjadi pada BBLR


Masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan
sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi
adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat,

10
kardiovaskular, hematologi, gastrointerstinal, ginjal, termoregulasi
(Rukiyah Ai Yeyeh, 2010).
Masala yang dapat terjadi pada BBLR menurut (Rukiyah Ai
Yeyeh, 2010):
a. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas
segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih
sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam parudan yang diproduksi
dalam paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps
pada saat ekspirasi).
Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan
nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, dan pembuluh darah paru
yang imatur. Kondisi inilah yang mengangguusaha bayi untuk bernafas
dan sering mengakibatkan gawat nafas(distress pernafasan).
b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma
susunan saraf pusat. Kondisi ini disebabkan antara lain: perdarahan
intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan
proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat
yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan
saraf pusat (SSP), yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan
kekurangan perfusi.
c. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan
janin, yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intrauterine
kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan penutupan ductus
arteriosus.
d. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti
bayi yang cukup bulan, kondisi ini disebabkan karena tidak adanya
koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33–34 minggu

11
sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang dapat menyerap
lemak dan mencerna protein.
e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil,
yang disebabkan antara lain:
 Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaankulit dengan
berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatif luas).
 Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat).
 Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
 Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
f. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah
hematologi bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan.
Penyebabnya antara lain adalah:
 Usia sel darah merahnya lebih pendek.
 Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh.
 Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.
g. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yangterbatas,
sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentanterhadap infeksi.
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistemperkemihannya, di
mana ginjal bayi tersebut karena belum matangmaka tidak mampu untuk
menggelola air, elektrolit, asam – basa,tidak mampu mengeluarkan hasil
metabolisme dan obat – obatan dengan memadai serta tidak mampu
memekatkan urin.
i. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipisdan
transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
j. Sistem Pengelihatan

12
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (ROP)
yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.

2.3 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Rukiyah
Ai Yeyeh, 2010):
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru
lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru
sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas
pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40
mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah ,terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran
surfaktan belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps.Sesudah
bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udaradalam alveoli, sehingga
dibutuhkan tenaga negative yang tinggiuntuk pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahiryang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelahlahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalahmeningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler,sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnyaberwarna kuning.

2.4 Pemeriksaan diagnostik


Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Rukiyah Ai Yeyeh, 2010):
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12-24gr/dL), Ht
(normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.

13
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahandistres
pernafasan bila ada.Rentang nilai normal:
 pH : 7,35-7,45
 TCO2 : 23-27 mmol/L
 PCO2 : 35-45 mmHg
 PO2 : 80-100 mmHg
 Saturasi O2 : 95 % atau lebih
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.Bilirubin normal:
 bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
 bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter):Trombositopenia
mungkin menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital ataukomplikasi.

2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu
dengan menerapkan beberapa metode Developemntal care yaitu (Rukiyah
Ai Yeyeh, 2010):
a. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi padakesehatan
dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlumengeluarkan energi untuk
mengatasi usaha bernafas, makan ataumengatur suhu tubuh dapat
menggunakan energi ini untukpertumbuhan dan perkembangan.Posisi
telungkup merupakan posisi terbaik bagi kebanyakanbayi preterm dan
BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yanglebih baik, lebih
menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya lebih teratur. Bayi
memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaanenergi lebih sedikit bila
tidak disukai, karenatampaknya mereka kehilangan keseimbangan saat
telentang danmenggunakan energi vital sebagai usaha untuk

14
mencapaikeseimbangan dengan mengubah postur.Posisi telentang jangka
lama bayi preterm dan BBLR dapatmengakibatkan abduksi pelvis lebar
(posisi kaki katak), retraksidan abduksi bahu, peningkatan ekstensi leher
dan peningkatanekstensi batang tubuh dengan leher dan punggung
melengkung.Sehingga pada bayi yang sehat posisi tidurnya tidak boleh
posisitelungkup.
b. Minimal handling
1) Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen danbantuan
ventilasi, hal ini bertujuan agar bayi BBLR dapatmencapai dan
mempertahankan respirasi. Bayi denganpenanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkanoksigenasi. Terapi oksigen
diberikan berdasarkan kebutuhandan penyakit bayi.
2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalahpemberian
kehangatan eksternal setelah tercapainya respirasi.Bayi BBLR
memiliki masa otot yang lebih kecil dan depositlemak cokelat lebih
sedikit untuk menghasilkan panas,kekurangan isolasi jaringan lemak
subkutan, dan control reflekyang buruk pada kapiler kulitnya. Pada
saat bayi BBLR lahirmereka harus segera ditempatkan dilingkungan
yangdipanaskan hal ini untuk mencegah atau menunda terjadinyaefek
stres dingin.
3) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satupenatalaksanaan
asuhan keperawatan pada bayi BBLR untukmencegah terkena
penyakit. Lingkungan perilindungan dalaminkubator yang secara
teratur dibersihkan dan digantimerupakan isolasi yang efektif terhadap
agens infeksi yangditularkan melalui udara. Sumber infeksi meningkat
secaralangsung berhubungan dengan jumlah personel dan
peralatanyang berkontak langsung dengan bayi.
4) Hidrasi

15
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untukasupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yangadekuat sangat
penting pada bayi preterm, karena kandunganair ekstraselulernya lebih
tinggi (70% pada bayi cukup bulandan sampai 90% pada bayi
preterm). Hal ini dikarenakanpermukaan tubuhnya lebih luas dan
kapasitas osmotik diuresisterbatas pada ginjal bayi preterm yang belum
berkembangsempurna, sehingga bayi tersebut sangat peka
terhadapkehilangan cairan.
5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayiBBLR, tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhannutrisi mereka karena
berbagai mekanisme ingesti dan digestimakanan belum sepenuhnya
berkembang. Jumlah, jadwal, danmetode pemberian nutrisi ditentukan
oleh ukuran dan kondisibayi. Nutrisi dapat diberikan melalui
parenteral ataupun enteralatau dengan kombinasi keduanya.Kebutuhan
bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaanharian harus dipenuhi
dalam keadaan adanya banyakkekurangan anatomi dan fisiologis.
Meskipun beberapaaktivitas menghisap dan menelan sudah ada sejak
sebelu lahir,namun koordinasi mekanisme ini belum terjadi sampai
kuranglebih 32 sampai 34 minggu usia gestasi, dan belumsepenuhnya
sinkron dalam 36 sampai 37 minggu.Pemberian makan bayi awal (
dengan syarat bayi stabilsecara medis) dapat menurunkan insidens
faktor komplikasiseperti hipoglikemia, dehidrasi, derajat
hiperbilirubinemia bayiBBLR dan preterm yang terganggu
memerlukan metodealternatif, air steril dapat diberikan terlebih
dahulu. Jumlahyang diberikan terutama ditentukan oleh pertambahan
beratbadan bayi BBLR dan toleransi terhadap pemberian
makansebelum dan ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai
asupankalori yang memuaskan dapat tercapai.Bayi BBLR dan preterm
menuntut waktu yang lebih lamadan kesabaran dalam memberikan
makan dibandingkan padabayi cukup bulan, dan mekanisme oral-
faring dapat tergangguoleh usaha pemberian makan yang terlalu cepat.

16
Penting untuktidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas
merekadalam menerima makanan.
c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)
1) Definisi dan manfaat perawatan metode kanguru
Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salahsatu alternatif cara
perawatan yang murah, mudah, danaman untuk merawat bayi BBLR.
Dengan PMK, ibu dapatmenghangatkan bayinya agar tidak kedinginan
yangmembuat bayi BBLR mengalami bahaya dan dapatmengancam
hidupnya, hal ini dikarenakan pada bayi BBLRbelum dapat mengatur
suhu tubuhnya karena sedikitnyalapisan lemak dibawah kulitnya.PMK
dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuhpada bayi BBLR tetap
normal, hal ini dapat mencegahterjadinya hipotermi karena tubuh ibu
dapat memberikankehangatan secara langsung kepada bayinya melalui
kontakmantara kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat
berfungsisebagai pengganti dari inkubator.PMK dapat melindungi bayi
dari infeksi, pemberianmakanan yang sesuai untuk bayi (ASI), berat
badan cepatnaik, memiliki pengaruh positif terhadap
peningkatanperkembangan kognitif bayi, dan mempererat ikatan
antaraibu dan bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam merawatbayi
(Perinansia, 2008).
2) Teknik menerapkan PMK pada bayi BBLR
Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada bayi BBLR(Perinansia,
2008).
a) Bayi diletakkan tegak lurus di dada ibu sehinggakulit bayi
menempel pada kulit ibu.
b) Sebelumnya cuci tangan dahulu sebelum memegangbayi.
c) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkandibelakang leher sampai
punggung bayi.
d) Sebaiknya tidak memakai kutang atau beha(perempuan) atau kaos
dalam (laki-laki) selama PMK.

17
e) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jaridan jari-jari
lainnya, agar kepala bayi tidak tertekukdan tidak menutupi saluran
napas ketika bayi beradapada posisi tegak.
f) Tempatkan bayi dibawah bokong, kemudianlekatkan antara kulit
dada ibu dan bayi seluasluasnya.
g) Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan,sebaiknya ibu
memakai baju yang longgar danberkancing depan.
h) Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi dapatbernapas dengan
baik.
i) Sebaiknya bayi tidak memakai baju, bayi memakaitopi hangat,
memakai popok dan memakai kauskaki.
j) Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggotakeluarga (ayah
nenek, dll), dapat juga menolongmelakukan kontak kulit langsung
ibu dengan bayidalam posisi kanguru.
PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan
jika ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di
inkubator dengan durasi minimal satu jam secara terus-menerus dalam
satu hari atau disebut PMK intermiten. Sedangkan PMK yang
diberikan sepanjang waktu yang dapat dilakukan di unit rawat gabung
atau ruangan yang dipergunakanuntuk perawatan metode kanguru
disebut PMK kontinu.
d. Perawatan pada inkubator
Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanyasuatu lingkungan
yang optimal, sehingga dapat memberikansuhu yang normal dan dapat
mempertahankan suhu tubuh. Padaumumnya terdapat dua macam
inkubator yaitu inkubatortertutup dan inkubator terbuka.
1) Perawatan bayi dalam inkubator tertutup
a) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam
keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka inkubator
usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu
disediakan.
b) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.

18
c) Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk
memudahkan observasi.
d) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi
tubuh.
e) oksigen selalu diobservasi.
f) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira
dengan suhu 27 derajat celcius.
2) Perawatan bayi dalam inkubator terbuka
a) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat
pemberian perawatan pada bayi.
b) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan
suhu normal dan kehangatan.
c) Membungkus dengan selimut hangat.
d) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk
mencegah aliran udara.
e) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui
kepala.
f) Pengaturuan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai
dengan ketentuan.

2.6 Ballard score

Ballard score merupakan suatu versi sistem Dubowitz. Pada


prosedur ini penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan
bayi yang tenang dan beristirahat, sehingga lebih dapat diandalkan selama
beberapa jam pertama kehidupan.Penilaian menurut Ballard adalah dengan
menggabungkan hasil penilaian maturitas neuromuskuler dan maturitas
fisik.Kriteria pemeriksaan maturitas neuromuskuler diberi skor, demikian
pula kriteria pemeriksaan maturitas fisik.Jumlah skor pemeriksaan
maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan, kemudian
dengan menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya.

19
a. Maturitas Fisik

Penjelasan :

1. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur
intrinsiknya bersamaan dengan hilangnya lapisan pelindung secara
bertahap. Oleh karena itu, kulit akan mengering dan menjadi kusut
dan mungkin akan timbul ruam.Pada jangka panjang, janin dapat
mengalihkan mekonium ke dalam cairan ketuban. Hal ini dapat
menambahkan efek untuk mempercepat proses pengeringan,
menyebabkan kulit mengelupas, menjadi retak seperti dehidrasi,
kemudian menjadi kasar.

20
Gambar 1.1

2. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus menutupi tubuh janin.Pada
orang dewasa, kulit tidak memiliki lanugo.Hal ini mulai muncul di
sekitar minggu 24 sampai 25 dan biasanya muncul terutama di
bahu dan punggung atas, pada minggu 28 kehamilan.Penipisan
terjadi pertama di atas punggung bawah, karena posisi janin yang
tertekuk.Daerah kebotakan muncul dan menjadi lebih besar pada
daerah lumbo-sakral. Variabilitas dalam jumlah dan lokasi lanugo
pada usia kehamilan tertentu mungkin disebabkan sebagian ciri-ciri
keluarga atau ras, pengaruh hormonal, metabolisme, dan gizi
tertentu. Sebagai contoh, bayi dari ibu diabetes khas memiliki
lanugo berlimpah di pinnae mereka dan punggung atas sampai
mendekati atau melampaui usia kehamilan. Untuk tujuan penilaian,
pemeriksa memilih yang paling dekat menggambarkan jumlah
relatif lanugo pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi.

Gambar 1.2

21
3. Garis Telapak Kaki
Bagian ini berhubungan dengan lipatan di telapak
kaki.Penampilan pertama dari lipatan muncul di telapak anterior
kaki.ini mungkin berhubungan dengan fleksi kaki di rahim, tetapi
bisa juga karena dehidrasi kulit. Bayi non-kulit putih telah
dilaporkan memiliki lipatan kaki sedikit pada saat lahir.Tidak ada
penjelasan yang dikenal untuk ini. Di sisi lain dilaporkan,
percepatan perkembangan neuromuskuler pada bayi kulit hitam
biasanya mengkompensasi ini, mengakibatkan efek lipatan kaki
tertunda. Oleh karena itu, biasanya tidak ada berdasarkan diatas
atau di bawah perkiraan usia kehamilan karena ras ketika total skor
dilakukan. Bayi sangat prematur dan sangat tidak dewasa tidak
memiliki lipatan kaki. Untuk lebih membantu menentukan usia
kehamilan, mengukur panjang kaki atau jarak jari dan tumit. Hal
ini dilakukan dengan menempatkan kaki bayi pada pita pengukur
metrik dan mencatat jarak dari belakang tumit ke ujung jari kaki
yang besar. Untuk jarak kurang dari 40 mm, skor (-2) ; antara 40
dan 50 mm, skor (-1).

Gambar 1.3

4. Payudara
Tunas payudara terdiri dari jaringan payudara yang
dirangsang untuk tumbuh dengan estrogen ibu dan jaringan lemak
yang tergantung pada status gizi janin. pemeriksa catatan ukuran
areola dan ada atau tidak adanya stippling (perkembangan papila

22
dari Montgomery). Palpasi jaringan payudara di bawah kulit
dengan memegangnya dengan ibu jari dan telunjuk,
memperkirakan diameter dalam milimeter, dan memilih yang
sesuai pada lembar skor. Kurang dan lebih gizi janin dapat
mempengaruhi variasi ukuran payudara pada usia kehamilan
tertentu. Efek estrogen ibu dapat menghasilkan ginekomastia
neonatus pada hari keempat kehidupan ekstrauterin.

Gambar 1.4

5. Mata / Telinga
Perubahan pinna dari telinga janin dapat dijadikan penilaian
konfigurasi dan peningkatan konten tulang rawan sebagai
kemajuan pematangan.Penilaian meliputi palpasi untuk ketebalan
tulang rawan, kemudian melipat pinna maju ke arah wajah dan
melepaskannya.Pemeriksa mencatat kecepatan pinna dilipat dan
kembali menjauh dari wajah ketika dilepas, kemudian memilih
yang paling dekat menggambarkan tingkat perkembangan
cartilago.Pada bayi yang sangat prematur, pinnae mungkin tetap
terlipat ketika dilepas.Pada bayi tersebut, pemeriksa mencatat
keadaan pembukaan kelopak mata sebagai indikator tambahan
pematangan janin.Pemeriksa meletakan ibu jari dan telunjuk pada
kelopak atas dan bawah, dengan lembut memisahkannya. Bayi
yang sangat belum dewasa akan memiliki kelopak mata menyatu
erat, yaitu, pemeriksa tidak akan dapat memisahkan fisura palpebra
walaupun dengan traksi lembut. Bayi sedikit lebih dewasa akan

23
memiliki satu atau kedua kelopak mata menyatu tetapi satu atau
keduanya akan sebagian dipisahkan oleh traksi ujung jari
pemeriksa. Temuan ini akan memungkinkan pemeriksa untuk
memilih pada lembar skor (-2) untuk sedikit menyatu, atau (-1)
untuk longgar atau kelopak mata sebagian menyatu. Pemeriksa
tidak perlu heran menemukan variasi yang luas dalam status fusi
kelopak mata pada individu pada usia kehamilan tertentu, karena
nilai kelopak mata un-fusi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang terkait dengan stres intrauterin dan humoral tertentu.

Gambar 1.5

6. Genitalia Pria
Testis janin mulai turun dari rongga peritoneum ke dalam
kantong skrotum pada sekitar minggu 30 kehamilan.Testis kiri
mendahului testis kanan yang biasanya baru memasuki skrotum
pada minggu ke-32.Pada saat testis turun, kulit skrotum mengental
dan membentuk rugae lebih banyak.Testis ditemukan di dalam
zona rugated dianggap turun.

Gambar 1.6
24
7. Genitalia Wanita
Untuk memeriksa bayi perempuan, pinggul harus dinaikan
sedikit, sekitar 45 ° dari horizontal dengan bayi berbaring
telentang.hal ini menyebabkan klitoris dan labia minora menonjol.
Dalam prematuritas ekstrim, labia dan klitoris yang datar sangat
menonjol dan mungkin menyerupai kelamin laki-laki.Pematangan
berlangsung jika ditemukan klitoris kurang menonjol dan labia
minora menjadi lebih menonjol.Lama-kelamaan, baik klitoris dan
labia minora surut dan akhirnya diselimuti oleh labia majora yang
makin besar.Labia mayora mengandung lemak dan ukuran mereka
dipengaruhi oleh nutrisi intrauterin. Gizi lebih dapat menyebabkan
labia majora besar di awal kehamilan, sedangkan gizi kurang
seperti pada retardasi pertumbuhan intrauterin atau pasca-jatuh
tempo, dapat mengakibatkan labia majora kecil dengan klitoris dan
labia minora relatif menonjol. Temuan ini harus dilaporkan seperti
yang diamati, karena skor yang lebih rendah pada item ini atau
pertumbuhan janin terhambat dapat diimbangi dengan skor lebih
tinggi pada item neuro-muscular tertentu.

Gambar 1.7

25
b. Maturitas Neuromuskuler

Penjelasan :

1. Postur
Otot tubuh total tercermin dalam sikap yang disukai bayi
saat istirahat dan ketahanan untuk meregangkan kelompok otot.
Saat pematangan berlangsung, gerak otot meningkat secara
bertahap mulai dari fleksor pasif yang berlangsung dalam arah
sentripetal, dengan ekstremitas bawah sedikit di depan ekstremitas
atas. Untuk mendapatkan item postur, bayi ditempatkan terlentang
dan pemeriksa menunggu sampai bayi mengendap dalam posisi
santai atau disukai. Jika bayi ditemukan telentang santai,
manipulasi lembut dari ekstremitas akan memungkinkan bayi
untuk mencari posisi dasar kenyamanan. bentuk yang paling dekat
menggambarkan postur yang disukai bayi.

26
Gambar 1.8

2. Jendela pergelangan tangan


Fleksibilitas pergelangan dan / atau resistensi terhadap
peregangan ekstensor bertanggung jawab untuk sudut yang
dihasilkan dari fleksi pada pergelangan tangan.Pemeriksa
meluruskan jari-jari bayi dan berikan tekanan lembut pada dorsum
tangan, dekat jari-jari. Sudut yang dihasilkan antara telapak tangan
dan lengan bawah bayi diperkirakan; > 90 °, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °,
dan 0 °.

Gambar 1.9

3. Gerakan lengan membalik


Manuver ini berfokus pada gerakan fleksor pasif otot bisep
dimana akan diukur sudut dari ekstremitas atas. Dengan bayi
berbaring telentang, pemeriksa menempatkan satu tangan di bawah
siku bayi.Kemudian, ambil tangan bayi dan pemeriksa membuat
lengan bayi dalm posisi fleksi, sesaat kemudian lepaskan.Sudut
mundur lengan saat kembali dicatat, dan dipilih pada lembar skor.
27
Bayi yang sangat prematur tidak akan menunjukkan pengembalian
lengan.

Gambar 1.10

4. Sudut popliteal
Manuver ini menilai pematangan gerakan fleksor pasif
sendi lutut dengan pengujian untuk ketahanan terhadap
perpanjangan ekstremitas bawah.Dengan posisi bayi berbaring
telentang, kemudian paha ditempatkan lembut pada perut bayi
dengan lutut tertekuk penuh.Setelah bayi telah rileks dalam posisi
ini, pemeriksa menggenggam kaki dengan satu tangan sementara
mendukung sisi paha dengan tangan lainnya.Jangan berikan
tekanan pada paha belakang.Kaki diperpanjang sampai resistensi
pasti untuk ekstensi.Pada beberapa bayi, kontraksi hamstring dapat
digambarkan selama manuver ini.Pada titik ini terbentuk pada
sudut lutut oleh atas dan kaki bagian bawah diukur.
Catatan: a) Hal ini penting bahwa pemeriksa menunggu sampai
bayi berhenti menendang aktif sebelum memperpanjang kaki. b)
Posisi terang akan mengganggu kehamilan sungsang dengan ini
manuver untuk 24 sampai 48 jam pertama usia karena kelelahan
berkepanjangan fleksor intrauterin. Tes harus diulang setelah
pemulihan telah terjadi; bergantian, skor yang sama dengan yang
diperoleh untuk item lain dalam ujian dapat diberikan.

28
Gambar 1.11

5. Scarf Sign (Tanda selendang)


Manuver ini dilakukan dengan mengukur gerakan pasif
fleksor bahu.Bayi dalam posisi berbaring terlentang, pemeriksa
menyesuaikan kepala bayi untuk garis tengah dan meletakan
tangan bayi di dada bagian atas dengan satu tangan. Ibu jari tangan
lain pemeriksa ditempatkan pada siku bayi. Pemeriksa kemudian
mendorong siku ke arah dada.Titik pada dada saat siku bergerak
dengan mudah sebelum resistensi yang signifikan, dicatat.
Batasnya adalah: leher (-1); aksila kontralateral (0); papila mamae
kontralateral (1); prosesus xyphoid (2); papila mamae ipsilateral
(3), dan aksila ipsilateral (4).

Gambar. 1.12

6. Tumit ke Telinga
Manuver ini mengukur gerakan fleksor pasif panggul
dengan tes fleksi pasif atau resistensi terhadap perpanjangan otot
fleksor pinggul posterior.Bayi ditempatkan terlentang dan tekuk
ekstremitasbawahnya.Pemeriksa mendukung paha bayi lateral

29
samping tubuh dengan satu telapak tangan. Sisi lain digunakan
untuk menangkap kaki bayi dan tarik ke arah telinga ipsilateral.
Pemeriksa mencatat ketahanan terhadap perpanjangan fleksor
panggul posterior dan lokasi dari tumit saat resistensi yang
signifikan. Batasnya adalah: telinga (-1); hidung (0); dagu (1);
papila mamae (2); daerah pusar (3), dan lipatan femoral (4).

Gambar 1.13

c. Hasil Pemeriksaan
Jumlah skor pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas
fisik digabungkan, kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan
masa gestasinya.

30
2.7 APGAR score
Segera setelah bayi lahir, bidan mengobservasi keadaan bayi dengan
berpatokan pada APGAR score dari 5 menit hingga 10 menit
(Sulistyawati,2010;h.209).
Tabel 2. Skala pengamatan APGAR score

Aspek Skor
pengam
atan
bayi
baru 0 1 2

lahir

31
Appear Seluruh Warna Warna kulit
eance tubuh kulit seluruh
(Warna bayi tubuh tubuh
kulit) berwarna normal, normal
kebiruan tetapi
.atau tangan
pucat dan kaki
berwarna
kebiruan

Pulse Denyut Denyut Denyut

(Nadi) jantung jantung jantung


tidak ada <100 kali >100 kali
permenit permenit

Grimac Tidak Wajah Meringis,


e ada meringis menarik,
(Respo respon saat batuk atau
n terhadap distimulas bersin saat
refleks) stimulasi i stimulasi

Activit Lemah, Lengan Bergerak


y tidak ada dan kaki aktif dan

(Tonus gerakan dalam spontan

32
otot) posisi
fleksi
dengan
sedikit
gerakan

Respira Tidak Menangis Menangis


tory bernafas, lemah, kuat,
(Pernaf pernafas terdengar pernafasan
asan) an seperti baik dan
lambat merintih teratur
dan tidak
teratur

(Sulistyawati, 2010; h.209)

33
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “L” USIA 3 HARI


DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DI RUMAH SAKIT PATUT PATUH PAJTU
21 DESEMBER 2017

Tanggal pengkajian : Kamis, 21 Desember 2017


Jam pengkajian : 16.00
No rekam medik : 68-63-23
Tempat pengkajian : Rumah Sakit Patut Patuh Patju Gerung Lombok Barat
Tanggal lahir pasien : minggu, 17 Desember 2017
Jam lahir pasien : 23.00

3.1 PENGUMPULAN DATA


1. DATA SUBYEKTIF
A. Identitas
a. Identitas bayi
Nama : Bayi Ny “L”
Umur bayi : 3 hari
Tgl / jam lahir : minggu, 17 desember 2017
Jenis kelamin : laki-laki
Tanggal MRS : minggu, 17 desember 2017
Anak ke : 1 ( satu )
b. Identitas orang tua
Nama Ayah : Tn. O Nama ibu : Ny. L
Umur : 23 Umur : 21
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : sesak / Indonesia Suku/bangsa :sasak
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

34
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Presak, Narmada Alamat :Presak,
Narmada

B. Keluhan utama / alasan kunjungan


Ibu mengatakan saat anaknya lahir mengalami sesak nafas dan beratnya saat
lahir rendah sehingga harus segera di rujuk ke RS. Patut Patuh Patju,
Gerung, Lombok Barat.

C. Riwayat keluhan utama


Ibu mengatakan bahwa anaknya sesak sehingga harus di rujuk segera.

D. Riwayat perjalanan penyakit


Bayi Ny “L” lahir pada hari Minggu, 17 desember 2017 pada pukul 23.00
di RS Awet Muda Narmada, lombok barat, bayi Ny “L” lahir dengan berat
badan rendah (1800 kg) dengan keadaan umum sedang, gerakan kurang
aktif dan pernapasan megap-megap hingga mengalami sesak nafas,
kemudian dilakukan langkah awal penanganan asfiksia dengan melakukan
resusitasi, setelah itu bayi di rujuk ke Rumah Sakit Patut Patuh Patju
Gerung, Lombok Barat, untuk di laksanakan perawatan lanjutan, bayi Ny “L
“ sampai di ruang UGD kemudian di rawat di ruang NICU mulai pada hari
minggu pada tanggal 17 desember 2017 pada jam 02.00 di ruang NICU dan
di berikan perawatan pada bayi seperti pemasangan oksigen, di lakukan
pemasangan infus dan dimasukkan ke incubator, serta dilakukan
pemeriksaan tanda tanda vital setiap 3 jam sekali. Diberikan obat - obatan
atas anjuran dokter, pada saat di lakukan pengkajian hari kamis, 21
desember 2017 pukul 16.00 bayi dalam keadaan masih di pasangkan infus,
di letakkan dalam inkubator dan di lakukan pemeriksaan tanda tanda vital
S:35,5◦C , HR :110x/menit, RR: 50x/menit dengan Berat badan bayi saat di
lakukan pengkajian 2,040 gr panjang badan 45cm lingkar dada 30cm lingkar
kepala 27 cm dan lingkar perut 27 cm bayi “L “ mengalami peningkatan
berat badan dari berat badan awal 1800 gr setelah di lakukan rujukan dan

35
perawatan lanjut di RSUD Patut Patuh Patju mengalami peningkatan dengan
berat badan 2,040 gr pada saat di lakukan pengkajian.

E. Riwayat antenatal
Penyakit / kesehatan ibu dan pengobatan
Sebelum hamil : ibu mengatakan tidak memiliki
penyakit yang mengancam
kehamilannya seperti Perdarahan /
pre eklamsi / eklamsi / penyakit
kelamin / DM / anemia / jantung,
dll.
Selama hamil ( trimester I, II, III) : ibu mengatakan tidak memiliki
penyakit yang mengancam
kehamilannya seperti Perdarahan /
pre eklamsi / eklamsi / penyakit
kelamin / DM / anemia / jantung,
dll.
Kebiasaan waktu hamil
Makan : ibu mengatakan kurang makan
sayur saat hamil
Obat / jamu : ibu mengatakan tidak
mengkonsumsi obat/jamu saat hamil
Merokok : ibu mengatakan suaminya
merokok
Aktivitas : ibu mengatakan aktivitas sehari-
hari saat hamil menjaga toko
Lain-lain : tidak ada

F. Riwayat proses persalinan


Umur kehamilan : ibu mengatakan usia
kehamilannya 9 bulan

36
Kehamilan tunggal/kembar : ibu mengatakan hanya
melahirkan satu anak
Letak bayi : ibu mengatakan letak bayi
normal
Tanda gawat janin sebelum lahir : ibu mengatakan tidak ada
tanda bahaya , hanya keluar
lendir
Lama persalinan kala I / penyulit kala I : ibu mengatakan pembukan
satu jam 11.00 sampai
peembukaan lengkap jam
21.00
Lama persalinan kala II / penyulit kala II :ibu mengatakan bayinya lahir
jam 23.00
Ketuban pecah : ibu mengatakan kata bidan
ketubannya pecah sendiri
Warna air ketuban : ibu mengatakan tidak tau
Jumlah : ibu mengatakan tidak tau
Bau : ibu mengatakan tidak tau
Tempat bersalin : RS. Awet Muda, Narmada
Apgar score : 7-8 (menit 1.5 )
Ditolong oleh : ibu mengatakan di tolong
oleh bidan
BBL/PBL : 1.800/45
Menetek pertama kali IMD :ibuk mengatakan tidak
melakukan IMD
Jenis dan indikasi obat yang diberikan
selama persalinan : ibu mengatakan di berikan
amoksilin, perestamol.
Resusitasi : ibu mengatakan bidan
melakukan resusitasi pada
anaknya

37
Imunisasi : ibu mengatakan anaknya
sudah di suntik
G. Pola kebiasaan sehari – hari
1. Nutrisi
a. Makan
Frekuensi : ibu mengatakan tidak memberikan makan pada
bayinya
Porsi : tidak ada
Jenis makanan : tidak ada
b. Minum
Frekuensi : ibu mengatakan bayinya disuruh puasa oleh
dokter karna jika ibu diberikan minum susu
kepada bayinya, bayinya muntah.
Porsi : ibu mengatakan bayinya puasa
Jenis : ibu mengatakan bayinya puasa
2. Eliminasi
a. BAB
Frekuensi : ibu mengatakan bayinya 1-2 kali sehari BAB
Konsistensi : ibu mengatakan bayinya lebih sering BAB pada
pagi hari
Warna : ibu mengatakan warna BAB bayinya hitam
kehijauan
Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan saat BAB
b. BAK
Frekuensi : ibu mengatakan bayinya BAK 3-4 kali ganti
popok
Warna : ibu mengatakan warna BAK bayinya kuning
Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan BAK
3. Personal hygiene
Mandi : ibu mengatakan bayinya tidak mandi, tapi
hanya menyeka 1 kali sehari yaitu pada
pagi hari

38
Ganti pakaian : ibu mengatakan 3-4 kali sehari ganti
popok

H. Riwayat imunisasi
Jenis Tgl Tgl Tgl Tgl Keterangan
imunisasi imunisasi imunisasi imunisasi imunisasi
BCG
Polio
DPT
HB
Campak

2. DATA OBYEKTIF
Keadaan umum : sedang (composmentis)
Diagnosa medis :By. Ny. L umur 3 hari dengan diagnosa berat badan
lahir rendah (BBLR), KMK, dengan lahir sepontan.
Tindakan medis : melakukan asuhan pada bayi BBLR, memasukkan
bayi ke incubator, pemberian cairan infus D 10%
dengan infus pam, pemberian O2, dan pemberian
foto trapi.
a. Pemeriksaan bayi
1). Keadaan umum
Aktivitas : kurang aktif
Warna kulit : kemerahan
Tangisan : lemah
2). Tanda vital
Suhu : 35, 5 °C
Pernafasan : 50 x/menit HR :110x/menit
Berat badan saat ini : 2, 040 (gr)
Panjang badan saat ini : 45 (cm)
Lingkar dada : 30 (cm)
Lingkar kepala : 27 (cm)

39
Lingkar perut : 28 (cm)
3). Kepala
a. inspeksi
caput succedaneum : tidak ada
b. palpasi
Sutura : normal
Fontanel : normal
Lain – lain jelaskan : tidak ada
4). Mata
a. inspeksi
Simetris : simetris
Tanda – tanda infeksi : tidak ada
Perdarahan pada kornea : tidak ada
Kelopak mata terbuka / tertutup : terbuka
Seklera : kuning
Refleks pupil : kurang
Refleks mengedip : kurang
5). Telinga (inspeksi) : simetris , bersih,
normal
6). Hidung (inspeksi) :normal, tidak ada
polip, tepasang O2
dengan 1 l/pm
7). Mulut : terpasang OGT
a. inspeksi
Simetris : simetris
Warna : kemerahan
Bibir dan langit – langit : ada warna putih
Periksa adanya sumbing : tidak ada
Refleks rooting : kurang
Refleks sucking : kurang
Refleks swallowing : kurang
8). Leher

40
a. palpasi
Pembengkakan : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Refleks tonic neck : tidak ada
9). Dada
a. inspeksi
Bentuk : simetris
Puting : ada
Pembesaran mamae : tidak ada
Tarikan dinding dada : ada
b. palpasi
Patah tulang dada :Tidak ada
Pembengkakan : tidak ada
c. auskultasi
HR : 100x/menit

10). Abdomen
a. inspeksi
Bentuk :simetris
Penonjolan pada tali pusat saat menangis : tidak ada
Tali pusat
Berdarah : tidak
Bau : tidak
Lain-lain jelaskan : tidak ada

b. palpasi
nyeri tekan :tidak ada
c. auskultasi
Bising usus : positif
Meteorismus : ya

11). Bahu, tangan dan lengan

41
a. inspeksi
Bentuk : simetris
Gerakan normal : kurang aktif
Warna : kemerahan
Jumlah jari :lengkap 5/5
Refleks grasping : ada
Refleks Moro : ada
12). Genitalia
a. inspeksi
Laki – laki
Dua testis dalam skrotum : ada
Penis berlubang pada ujung : ada
Miksi dalam 24 jam : ada
Kelainan (keluhan ) : tidak ada
13). Tungkai dan kaki
a. inspeksi
Bentuk : simetris
Gerakan : kurang aktif
Warna : kemerahan
Jumlah jari : lengkap 5/5
Jumlah kaki : lengkap 5/5
Refleks babynsky : tidak ada
Refleks walking : tidak ada
Refleks Moro : ada
14). Punggung
a. palpasi
Benjolan : tidak ada
Spina bifida : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
15). Anus
a. inspeksi
Lubang anus : ada

42
Pengeluaran mekonium dalam 24 jam : ada
Warna mekonium : hitam kehijauan
Keluhan : tidak ada
15). Kulit
a. inspeksi
Verniks : ada
Lanugo : ada
Warna : kemerahan
Bercak hitam (tanda lahir) : tidak ada
Lain – lain jelaskan : tidak ada
b. Pemeriksaan penunjang
1). Laboratorium
2). Radiologi

3.2 INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosa : By. Ny. L umur 3 hari dengan diagnosaberat badan lahir rendah
(BBLR), KMK, dengan lahir sepontan.
DS : Ibu mngatakan berat anaknya kurang saat lahir
DO : BB saat ini 2,040
Tanda vital
Suhu : 35, 5 °C HR : 110 x/menit
Pernafasan : 50 x/menit

3.3 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Diagnosa/Masalah Potensial : Hipotermi

3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Mandiri : melakukan tindakan segera dengan menghangatkan bayi
dengan memberi minyak telon, mengganti kain basah
dengan kain kering, menaruh di incubator dengan
meningkatkan suhu incubator 0,5-1,0 oC.

43
Kolaborasi : bidan kolaborasi dengan dokter di RS. Patut patuh patju
Rujukan : tidak ada

3.5 RENCANA ASUHAN MENYELURUH


Hari/Tgl : kamis, 21 Desember 2017
Waktu : 17.30
RENCANA ASUHAN:
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah
di lakukan.
2. Lakukan asuhan bayi BBLR dengan menjaga
kehangatan atau menjaga suhu tetap normal yaitu
dengan menaruh di incubator atau menganti kain
atau popok dengan yang kering jika sudah basah
3. Lakukan TTV dan observasi
4. Pemberian obat melalui IV dan oral.
5. berikan cairan infus

3.6 PELAKSANAAN
Hari/Tgl : kamis, 21 Desember 2017
Waktu :17.40
Pelaksanaan :
1. Memberitau ibu tentang hasil pemeriksaan yang
telah di lakukan Bahwa kondisi bayinya saat ini
kurang baik karna mengalami hipotermi atau
suhunya dibawah normal dengan hasil TTV suhu
35,5 oC, nadi 110x/menit, pernapasan 50x/menit.
2. Melakukan asuhan bayi BBLR dengan menjaga
suhu tetap normal yaitu dengan mengganti kain
atau popok dengan yang kering, menaruh atau
menaikan suhu incubator dengan 0,5-1,0 oC,
pemberian foto terapi dengan pemasangan
kacamata karbon.

44
3. Pemberian obat melalui IV ( cefo dan genta) dan
oral (entronicin, nystatin 1 cc,).

3.7 EVALUASI
Hari/Tgl : kamis, 21 Desember 2017
Waktu : 18.00
Evaluasi:
1. Suhu meningkat menjadi normal yaitu 36,8 setelah
diberi foto terapi.
2. Keluar BAB dan BAK

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 22 Desember 2017


Subjektif : ibu mengatakan suhu badan anaknya cukup panas.
Objektif : Bayi tampak KU sedang, gerak kurang aktif, tangisan cukup
keras, BB 2000 gram, BAB/BAK +/+, muntah (+) ,puasa (+) ttv
pada:
a. Pagi : S 38,4 ◦C, HR 134 x/menit, RR 50 x/menit
b. Siang : S 37,2◦C, HR 125 x/menit, RR 50 x/menit
c. Malam : S 37,6◦C, HR 130 x/menit, RR 55 x/menit
Assesment : Hipetermi – sepsis

Planning :
a. beritahu ibu keadaan bayinya saat ini
b. anjurkan ibu untuk melepaskan sebagian atau seluruhnya
kain yang membungkus bayi.
c. Pemberian cairan infus
d. Melakukan pemantauan suhu
e. Matikan dan buka jendela inkubator
f. Pemberian obat atas anjuran dokter (sepsis)

45
Tanggal : 23 Desember 2017
Subjektif :ibu mengatakan berat badan bayinya naik dan suhunya normal.
Objektif : Bayi tampak KU sedang, gerak kurang aktif, tangisan cukup
keras, BB 2040 gram, BAB/BAK +/+, muntah (-) , puasa
dihentikan ttv pada:
a. Pagi : S 36,9 ◦C, HR 128 x/menit, RR 49 x/menit
b. Siang : S 36,8◦C, HR 130 x/menit, RR 50 x/menit
c. Malam : S 37,3◦C, HR 139 x/menit, RR 46 x/menit
Assesment :suhu bayi normal
Planning :
a. beritahu ibu keadaan bayinya saat ini
b. anjurkan untuk tetap menyusui
c. anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya

Tanggal : 24 Desember 2017


Subjektif : ibu mengatakan tangan bayinya bengkak di daerah pemasangan
infus
Objektif : Bayi tampak KU sedang, gerak kurang aktif, tangisan cukup
keras, BAB/BAK +/+, ttv pada:
a. Pagi : S 37,6 ◦C, HR 132 x/menit, RR 53 x/menit
b. Siang : S 37,0◦C, HR 131 x/menit, RR 55 x/menit
c. Malam : S 36,8◦C, HR 130 x/menit, RR 50 x/menit
Assesment : suhu bayi normal
Planning :
a. beritahu ibu keadaan bayinya saat ini
b. anjurkan untuk tetap menyusui
c. anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya
d. up infus

46
BAB IV
PEMBAHASAN

1. pengumpulan data dasar


Dari hasil pengkajian data subjektif bayi Ny “L” lahir di RS Awet
Muda Narmada dengan berat badan 1800 gram dan mengalami sesak nafas
sehingga di rujuk ke RS Patut Patuh Patju Gerung, selama masa kehamilan
ibu mengatakan tidak suka untuk mengkonsumsi sayur. Data objektif dari
bayi Ny “L” kami dapatkan bahwa keadaan umum sedang, TTV: HR :
110x/menit, RR: 50x/menit, S: 35,5◦C,dengan gerakan kurang aktif dan
tangsan cukup keras. Dari pengkajian data subjektif dan objektif diperoleh
sesuai dengan teori sehingga tidak ada kesenjangan antara lahan praktik
dengan teori.
2. Interpretasi Data Dasar Diagnosa Bayi Ny “L” dengan BBLR Usia 3
hari
Data yang di dapatkan dalam asuhan kebidanan pada neonatus dengan kasus
BBLR ditemukan dalam lahan praktek di RS Patut Patuh Patju Gerung
terjadi pada bayi Ny “L” dengan BBLR hari ke 3.

3. Identifikasi Diagnosa Potensial


Diagnosa potensial yang didapatkan dalam asuhan kebidanan pada neonatus
dengan bayi BBLR adalah hipotermi. Jadi diperoleh sesuai dengan teori
sehingga tidak ada kesenjangan antara lahan praktik dengan teori.

4. Identifikasi kebutuhan segera


melakukan tindakan segera dengan menghangatkan bayi dengan memberi
minyak telon, mengganti kain basah dengan kain kering, menaruh di
incubator dengan meningkatkan suhu incubator 0,5-1,0 oC.
5. Rencana Asuhan Menyeluruh
Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah di lakukan,
lakukan asuhan bayi BBLR dengan menjaga kehangatan atau menjaga suhu
tetap normal yaitu dengan menaruh di incubator atau menganti kain atau

47
popok dengan yang kering jika sudah basah, lakukan TTV dan observasi,
Pemberian obat melalui IV dan oral, berikan cairan infus.
6. Pelaksanaan
Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah di lakukan
Bahwa kondisi bayinya saat ini kurang baik karna mengalami hipotermi atau
suhunya dibawah normal dengan hasil TTV suhu 35,5 oC, nadi 110x/menit,
pernapasan 50x/menit, Melakukan asuhan bayi BBLR dengan menjaga suhu
tetap normal yaitu dengan mengganti kain atau popok dengan yang kering,
menaruh atau menaikan suhu incubator dengan 0,5-1,0 oC, pemberian foto
terapi dengan pemasangan kacamata karbon, Pemberian obat melalui IV (
cefo dan genta) dan oral (entronicin, nystatin 1 cc,).
7. Evaluasi
Suhu meningkat menjadi normal yaitu 36,8 setelah dilakukan
rencana asuhan segera pada bayi Ny “L”.

48
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dengan menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada bayi Ny
“L“ dengan usia 5 hari disertai dengan BBLR mahasiswa diharapkan
dapat:
1. mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data yang meliputi
datasubyektif dan obyektif dari Bayi Ny. “L” dengan BBLR diRumah
Sakit Patut Patuh Pajtu, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok
Barat.
2. mahasiswa mampu menginterpretasikan data dasar dan
mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan dari Bayi Ny. “L”
dengan BBLR diRumah Sakit Patut Patuh Pajtu, Kecamatan Gerung,
Kabupaten Lombok Barat.
3. mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial,
serta penanganannya terhadap Bayi Ny. “L” dengan BBLR diRumah
Sakit Patut Patuh Pajtu, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok
Barat.
4. mahasiswa mampu memberikan kebutuhan untuk tindakan segera
terhadap Bayi Ny. “L” dengan BBLR diRumah Sakit Patut Patuh
Pajtu, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat.
5. mahasiswa mampu merencanakan asuhan kebidanan terhadap Bayi
Ny. “L” dengan BBLR diRumah Sakit Patut Patuh Pajtu, Kecamatan
Gerung, Kabupaten Lombok Barat.
6. mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan terhadap Bayi Ny.
“L” dengan BBLR diRumah Sakit Patut Patuh Pajtu, Kecamatan
Gerung, Kabupaten Lombok Barat.
7. mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan yang
diberikan terhadap Bayi Ny. “L” dengan BBLR diRumah Sakit Patut
Patuh Pajtu, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat.

49
5.2 Saran
1. Bagi mahasiswa diharapkan:
Dengan adanya manajemen asuhan kebidanan, diharapkan mahasiswa
dapat menerapkan asuhan yang diberikan kepada klien sesuai dengan
standar asuhan kebidanan
2. Bagi institusi pendidikan
- Diharapkan institusi pendidikan dapat menyiapkan mahasiswa dalam
menghadapi kasus-kasus yang terjadi dalam bidang kesehatan
khususnya kebidanan baik fsiologis maupun patologis
- Diharapkan institusi pendidikan dapat menjadi naungan bagi para
mahasiswa agar menjadi jeli terhadap masalah-masalah kebidanan.
3. Bagi lahan praktek
Diharapkan lahan praktek dapat menjadi tempat bagi masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.

50
DAFTAR PUSTAKA

Anik maryunani, eka puspita sari ; Jakarta. TIM, 2013 Asuhan kegawatdaruratan
maternal dan neonatus
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat Jenderal Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2015. -- Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2016
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-Provinsi NTB, Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota. tahun 2013
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Profil Kesehatan Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2015.
Fauziah, Afroh dan Sudarti.2012.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
dan Anak.Yogyakarta: Nuha Medika.
Soepardan, Suryani. 2009. Konsepkebidanan. Jakarta : EGC
Rukiyah Ai Yeyeh, & Lia, 2010, Asuhan Neonatus, Bayi Dan Anak Balita.Jakarta
: Trans Info Media.

51

Anda mungkin juga menyukai