Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2017
mengenai kasus kesehatan nasional pada capaian target global Sustainable
Development Goals (SDGs) ke 3 adalah menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.
Kematian ibu akibat masalah kehamilan, persalinan, atau kelahiran terjadi di
negara-negara berkembang khususnya Asia Tenggara masih tergolong cukup
tinggi yaitu Myanmar 176 per 100.000 kelahiran hidup, Indonesia 126 per
kelahiran hidup dan Filipina 114 per kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu alat ukur derajat
kesehatan suatu negara. AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan,
dan nifas serta pengelolaannya tetapi bukan karena sebab – sebab lain seperti
kecelakaan, terjatuh dan lain – lain di setiap 100.000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2015).
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut target Sustainable Develovement
Goals (SDG’s) yaitu 70/100.000 kelahiran hidup, untuk itu diperlukan upaya
yang maksimal dalam pencapaian target tersebut. Kejadian kematian ibu
bersalin sebesar 49,5%, hamil 26,0% dan nifas 24%. Hasil dari SDKI (Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2012, menyatakan bahwa
sepanjang tahun 2007 – 2012 kasus kematian ibu melonjak naik. Pada tahun
2012 AKI mencapai 359 per 100.000 penduduk atau meningkat sekitar 57%
bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007, yaitu 228 per 100.000
penduduk(SDKI, 2012).
Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab utama
kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi. Proporsi
ketiga penyebab kematian ibu telah berubah, perdarahan dan infeksi
cenderung mengalami penurunan sedangkan proporsi hipertensi dalam
kehamilan semakin meningkat. Badan Penelitian dan Pengembangan

1
Kesehatan mengungkapkan bahwa penyebab tertinggi AKI di Indonesia pada
tahun 2015 adalah 32,4% hipertensi dan/atau preeklampsia serta 20,3%
perdarahan post partum (Kemenkes RI, 2015).
Pada tahun 2014 tercatat jumlah kematian ibu sebanyak 7 kasus, penyebab
kematian ibu paling tinggi tahun 2014 karena eklamsia/preeklamsia (71,4%),
kemudian perdarahan 1(14,3%) danlain-lain 1 (14,3%. Terakhir tahun 2016
jumlah kasus menurun menjadi 5 kasus. Sedangkan untuk tahun 2015 ini
penyebab kematian ibu paling tinggi karena eklampsia/preeklampsia (HDK)
sebanyak 2 kasus (40%), kemudian perdarahan sebanyak 2 kasus (40%) dan
emboli sebanyak 1 kasus (20%) (Profil Daerah Kabupaten Lombok Barat,
2017).
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan dimana
tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau
adanya peningkatan tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau
peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang
mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam
(Wikenjosastro, 2014). Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah
sistolik dan sistolik ≥140/90 mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-
kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30
mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter
hipertensi sudah tidak dipakai lagi (Prawirohardjo, 2018).
Etiologi yang menjelaskan penyebab hipertensi dalam kehamilan belum
diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan
terjadinya hipertensi yaitu Primigravida, primipaternitas, Hiperplasentosis,
misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes melitus, hidrops
fetalis, bayi besar, Umur, riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia,
penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil,
obesitas (Prawirohardjo, 2018).
Peran bidan dalam menurunkan angka hipertensi dalam kehahamilan
antara lain : memberikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan dan
persalinan, pengawasan pada kuunjungan ke pelayanan kesehatan selama
masa kehamilan, persalinan dan nifas, di sini peran bidan sangat diperlukan.

2
Bidan harus mampu memberikan perawatan yang komprehensif,
berkesinambungan, teliti dan penuh kesabaran (Afrilia, 2018).
Latar belakang mengambil kasus ini yaitu berdasarkan laporan kasus
komplikasi dan kematian ibu di UPT BLUD Puskesmas Gerung sampai
dengan bulan Desember 2018 ditemukan 15 kasus preeklampsia di wilayah
kerja Puskesmas Gerung. Diantaranya terdapat sebanyak 3 kasus di Gerung
Utara, 1 kasus di Gerung Selatan, 2 kasus di Tempos, 4 kasus di Banyu Urip,
0 kasus di Giri Tembesi, 3 kasus di Kebon Ayu, dan sebanyak 2 kasus di
Taman Ayu.
Berdasarkan data di atas, hipertensi dalam kehamilan merupakan salah
satu masalah yang cukup penting mengingat resikonya sangat tinggi dan dapat
mengakibatkan kematian ibu. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis
tertarik untuk membahas kasus yang dengan judul “Asuhan Kebidanan
Patologi pada Ibu Hamil dengan Hipertensi dalam kehamilan”.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengembangkan pola pikir kita dalam Asuhan kebidanan
Patologi pada Ny ”E” Kehamilan TM III dengan Hipertensi dalam
kehamilan di Poskesdes Gerung Utara Wilayah Kerja UPT BLUD
Puskesmas Gerung, menurut manajemen kebidanan SOAP.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian data subjektif pada ny
”E”Kehamilan TM III dengan Hipertensi dalam kehamilandi
Poskesdes Gerung Utara Wilayah Kerja UPT BLUD Puskesmas
Gerung.
b. Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian data objektif pada ny
”E”Kehamilan TM III dengan Hipertensi dalam kehamilandi
Poskesdes Gerung Utara Wilayah Kerja UPT BLUD Puskesmas
Gerung.

3
c. Mahasiswa mampu merumuskan Assesment pada ny ”E”Kehamilan
TM III dengan Hipertensi dalam kehamilandi Poskesdes Gerung Utara
Wilayah Kerja UPT BLUD Puskesmas Gerung.
d. Mahasiswa mampu melakukan Penatalaksanaan pada kasus Ny
”E”Kehamilan TM III dengan Hipertensi dalam kehamilandi
Poskesdes Gerung Utara Wilayah Kerja UPT BLUD Puskesmas
Gerung.

1.3 Manfaat Penulisan


1. Bagi Pendidikan
Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai saran tertulis untuk
instansi dan sebagai bahan evaluasi terhadap kemampuan mahasiswa
dalam menerapkan asuhan kebidanan patologi pada ibu hamil dengan
hipertensi dalam kehamilandi lahan praktek.
2. Bagi Lahan Praktek
Dapat menjadi bahan masukan bagi lahan praktek dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan
pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil Patologis secara
komprehensif bagi pasien.
3. Bagi Mahasiswa
Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi ujian
praktek yang telah dilakukan sehingga mahasiswa dapat dengan mudah
menilai kekurangannya dan di jadikan sarana untuk menambah
keterampilan praktek.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hipertensi dalam Kehamilan
2.1.1 Pengertian Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan
dimana tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90
mmHg atau adanya peningkatan tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau
lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas
nilai dasar yang mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam
jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2018). Hipertensi dalam kehamilan
ialah tekanan darah sistolik dan sistolik ≥140/90 mmHg pengukuran
tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan
darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak
dipakai lagi (Prawirohardjo, 2018).
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan :
a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum usia
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai
12 minggu pasca persalinan.
b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria.
c. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang
sampai dengan koma.
d. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi
kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik
disertai proteinuria.
e. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang
timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi
menghilang setelah 3 bulan pascapersalin atau kehamilan dengan
preeklamsi tetapi tanpa proteinuria (prawirohardjo, 2018).

5
2.1.2 Etiologi
Prawirohardjo pada tahun 2018, menjelaskan penyebab hipertensi
dalam kehamilan belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa
faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan
dikelompokkan dalam faktor risiko.
Beberapa faktor risiko sebagai berikut :
Faktor penyebab hipertensi yaitu individu dan dengan riwayat
keluarga hipertensi berisiko mengalami hipertensi. Selain itu
kegemukan, merokok, pengguna berat alkohol, kadar kolesterol tinggi
terpapar stress secara kontinu juga dihubungkan dengan hipertensi.
Hipertensi dipengaruhi oleh gangguan 28 emosi, obesitas, konsumsi
alcohol yang berlebih, rangsangan kopi berlebih, tembakau dan obat-
obatan yan merangsang, dan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor
keturunan. Oleh karena itu hipertensi memiliki kecenderungan genetic
yang kuat dan dapat dipaparkan faktor-faktor kontribusi misalnya
sebagai berikut (Prawirohardjo, 2018):

a. Obesitas atau berat badan yang berlebih akan menyebabkan


ketidakseimbangan metabolism dimana hal tersebut dapat menimbulkan
Chronic kidney diseases (CKD) yang berakibat timbulnya peningkatan
darah.

b. Pola Makan Banyak makanan yang mengandung bahan pengawet,


garam, dan bumbu penyedap juga dapat menyebabkan hipertensi.Hal ini
desebabkan karena makanan tersebut banyak mengandung natrium
yang bersifat menarik air ke dalam pembuluh darah, sehingga beban
kerja jantung untuk memompa darah meningkat dan mengakibatkan
hipertensi.Konsumsi alkohol dan kopi berlebih juga mengakibatkan
hipertensi.Efek alkohol dan kopi terhadap tekanan darah masih begitu
jelas, namun di duga ada kaitannya dengan perangsang saraf otonom
simpatis dan pengaruh hormon kortisol dimana keduanya dapat
menghasilkan efek peningkatan tekanan darah.

6
c. Rokok/Tembakau Gas CO dihasilkan rokok mempunyai kemampuan
mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah
(eritrosit) lebih kuat 29 dibandingkan oksigen. Akibatnya, sel tubuh
menjadi kekurangan oksigen dan akan berusaha meningkatkan oksigen
melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut. Bila proses
tersebut berlangsung lama dan terus menerus, akibatnya pembuluh
darah akan mudah rusak dengan terjadinya aterosklerosis
(penyempitan/pengerasan pembuluh darah). Pengerasan pembuluh
darah tersebut megakibatkan tekanan darah di dalam pembuluh menjadi
tinggi. Selain itu mikotin yang terkandung dalam asap rokok
menyebabkan perangsangan terhadap hormone adrenalin yang bersifat
memacu jantung dan tekanan darah.

Faktor risiko hipertensi dalam kehamilan merupakan gangguan


multifaktorial, beberapa fakot risiko dari hipertensi dalam kehamilan
adalah (Andika, dkk. 2016).

1) Faktor maternal

a. Usia Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35
tahun. Komplikasi maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada
usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian
maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Dampak dari usia yang
kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Setiap
remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar mengalami
hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi saat usia diatas 35
tahun.

b. Primigravida 30 Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada


kehamilan pertama.Jika ditinjau dari kejadian hipertensi dalam
kehamilan graviditas paling aman adalah kehamilan kedua sampai
ketiga.Primigravida adalah seorang wanita hami untuk pertama kali,
wanita yang pertama kali hamil sering mengalami stree dalam
mengalami persalinan sehingga dapat terjadi hipertensi dalam

7
kehamilan. Umurnya dibawah 20 tahun disebut primigravida muda.Usia
terbaik untuk seseorang wanita hamil antara 20 tahun – 35 tahun.
Sedangkan wanita yang pertama hamil pada usia diatas 35 tahun disebut
primigravida tua. Primigravida muda termasuk kedalam risiko tinggi
dimana jiwa dan kesehatan ibu atau bayi dapat terancam. Risiko
kematian maternal primigravida muda jarang dijumpai dari pada
primigravida tua, karena pada primigravida muda dianggap kekuatan
fisiknya masih baik sedangkan pada primigravida tua risiko kehamilan
meningkat bagi sang ibu dan dapat terkenan hipertensi.

c. Riwayat Keluarga Riwayat keluarga perpanjangan silsilah di mana


kehidupan dan waktu dari orang yang bersangkutan diselidiki Riwayat
keluarga menempatkan daging pada tulang silsilah. Informasi yang
berkaitan dengan gangguan yang diderita oleh kerabat langsung pasien;
sangat berguna jika gangguan adalah genetik sedangkan 31 riwayat
hipertensi keluarga adalah penilaian adanya riwayat keluarga (ayah, ibu,
saudara, kakek, dll) yang menderita hipertensi atau memiliki garis
keturunan secara langsung. Terdapat peranan genetik pada hipertensi
dalam kehamilan.Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat riwayat
keluarga dengan hipertensi dalam kehamilan.Hipertensi pada kehamilan
dapat diturunkan pada anak perempuan sehingga sering terjadi
hipertensi sebagai komplikasi kehamilan. Kerentanan terhadap
hipertensi kehamilan bergantung pada sebuah gen resesif.

d. Riwayat Hipertensi Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama


kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dalam
keamilan, dimana komplikasi tersebut dapat mengakibatkan
preeklampsia dan hipertensi kronis dalam kehamilan. Hal ini sama
seperti teori yang dikemukakan oleh Karkata bahwa wanita yang
mengalami hipertensi pada kehamilan pertama akan meningkatkan dan
mendapatkan hipertensi pada kehamilan berikutnya.

e. Indeks Massa Tubuh (IMT) Tingginya indeks massa tubuh


merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori, kelebihan gula dan

8
garam yang bisa menjadi faktor risiko terjadinya berbagai jenis
penyakit degenerative, seperti diabetes mellitus, hipertensi dalam
kehamilan, penyakit jantung koroner, reumatik, dan berbagai jenis
keganasan (kanker) dan 32 gangguan kesehatan lain. Hal tersebut
berkaitan dengan adanya timbunan lemak berlebih dalam tubuh.

f. Gangguan Ginjal Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang


diderita pada ibu hamil dapat menyebabkan hipertensi dalam
kehamilan.Hal itu berhubungan dengan keruskan glomerus yang
menimbulkan gangguan filtrasi dan vasokonstriksi pembuluh darah.
Perempuan hamil dengan hipertensi dalam kehamilan memiliki risiko
yang tinggi untuk komplikasi yang berat seperti abruption plasenta,
penyakit serebrovaskular, gagal organ, dan koagulasi
intravascular.Hipertensi kehamilan member pengaruh buruk pada
kesehatan janin yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero
plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel endotel
pembuluh darah plasenta.

g. Gangguan Hormonal

Hipertensi juga dapat disebabkan oleh gangguan hormonal atau


pemakaian obat seperti penggunaan pil KB. Sekitar 1-2% hipertensi
terjadi akibat kelaianan hormonal atau pemakaian obat. Hipertensi yang
23 disebabkan oleh hal tersebut dinamakan hipertensi sekunder
(Sutomo, 2009). Kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi tekanan
darah pada seseorang baik hormon estrogen maupun hormon
progesteron. Estrogen merupakan salah satu hormon yang dapat
meningkatkan retensi elektrolit didalam ginjal, sehingga dapat
meningkatkan reabsorbsi natrium dan air yang menyebabkan
hipervolemi sehingga curah jantung meningkat sehingga
mengakibatkan tekanan darah meningkat. Sedangkan progesteron dapat
merendahkan kadar HDL-Kolesterol dan meninggikan kadar LDL-
Kolesterol sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis kadar LDL-
Kolesterol tinggi dalam darah yang dapat menyebabkan penyempitan

9
pembuluh darah sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan
pembuluh darah (Hartanto, 2010). Pada wanita pengguna kontrasepsi
pil peningkatan ringan tekanan darah sistolik dan diastolik terjadi
terutama pada 2 tahun pertama penggunaan kontrasepsi tersebut. Ketika
penggunaan pil kontrasepsi dihentikan, biasanya tekanan darah akan
kembali. Pada pengguna pil kontrasepsi yang mengandung estrogen,
kejadian hipertensi dapat meningkat 2-3 kali lipat setelah 4 tahun
penggunaan pil kontrasepsi. Selain itu hubungan lamanya penggunaan
kontrasepsi hormonal juga dibuktikan oleh penelitian Runiar dan
Kusmarjathi menyebutkan terdapat hubungan signifikan antara
pemakaian alat kontrasepsi suntikan 24 dengan tekanan darah pada
akseptor KB di Puskesmas II Denpasar Selatan. Penelitian
sudayasa,dkk (2017) menyebutkan jangka waktu lama pemakaian
kontrasepsi oral merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi
pada akseptor kontrasepsi oral di Klinik Kencana BKKBN Provinsi
Sulawesi Tenggara. Selain itu pada penelitian tersebut akseptor
kontrasepsi oral yang menggunakan kontrasepsi dalam waktu > 6 bulan
berisiko 3,894 kali untuk terkena hipertensi dibandingkan dengan
akseptor kontrasepsi oral yang menggunakan kontrasepsi tersebut ≤ 6
bulan. Selain itu penelitian Kim&Park (2013) menyebutkan lama
penggunaan kontrasepsi oral berhubungan positif terhadap peningkatan
tekanan darah. Pengguna kontrasepsi oral dalam jangka waktu lebih
dari 24 bulan berisiko 1,96 kali terkena hipertensi dibandingkan dengan
mereka yang tidak pernah memakai kontrasepsi oral.

2) Faktor Kehamilan Faktor kehamilan seperti hamil anggur dan


kehamilan ganda berhubungan dengan hipertensi dalam
kehamilan.Preeklampsia dan eklampsia mempunyai risiko 3 kali lebih
sering terjadi pada kehamilan ganda. Dari 105 kasus bayi kembar dua,
didapatkan 28,6% kejadian preeklampsia. Untuk menghindari tekanan
darah tinggi saat hamil dengan merubah gaya hidup sehat, tidak terlalu
banyak pikiran, diet rendah kolesterol, meningkatkan konsumsi buah
dan sayur, tidak 33 mengkonsumsi alkohol dan rokok..Yang perlu

10
adalah penanganan cepat dan menindak lanjuti dengan pelayanan
kesehatan (Ratnawati, 2017).

2.1.3 Patofisiologi
Teori yang mengemukakan terjadinya hipertensi dalam kehamilan
diantaranya adalah menurut Prawirohardjo (2018):
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari
cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh
darah tersebut menembus miometrium berupa uteri arkuarta dan
memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus
endometrium menjadi arteri basalis dan artrei basalis memberi
cabang arteri spiralis. Kehamilan normal akan terjadi invasi
trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan
degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri
spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri
spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi.
Keadaan ini akan memberi dampak penurunan tekanan darah,
penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan tekanan darah pada
daerah utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup
banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat
menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini sering
dinamakan dengan remodeling arteri spiralis. Sebaliknya pada
hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi selsel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarrya. Lapisan
otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen
arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami
vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis.
Sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadi hipoksia
dan iskemia plasenta.
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel

11
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan
oksidan yang disebut juga radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut
akan menghasilkan oksidan penting, salah satunya adalah radikal
hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel
endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil tersebut akan merusak
membrane sel yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh
menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak tersebut selain akan
merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel
endotel. Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh
tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel.
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel
endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan
terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel
endotel.
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan prakondisi
untuk terjadinya invasi trofoblas kedalam jaringan desidua ibu,
disamping untuk menghadapi sel natular killer. HLA-G tersebut
akan mengalami penurunan jika terjadi hipertensi dalam kehamilan.
Hal ini menyebabkan invasi desidua ke trofoblas terhambat. Awal
trimester kedua kehamilan perempuan yang mempunyai
kecendrungan terjadi pre-eklampsia, ternyata mempunyai proporsi
helper sel yang lebih rendah bila dibanding pada normotensif.
d. Teori adaptasi kardiovaskuler
Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akanhilangjika terjadi
hipertensi dalam kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan
kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter
pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang hingga pembuluh
darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.

12
e. Teori Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin.
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pre-eklampsia,
2,6% anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula,
sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia.
f. Teori defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi
berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Misalnya
seorang ibu yang kurang mengkonsumsi minyak ikan, protein dan
lain-lain.
g. Teori stimulus inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di
dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya
proses inflamasi. Plasenta juga akan melepaskan debris trofoblas
dalam kehamilan normal. Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan
nekrotik trofoblas, akibar reaksi steress oksidatif.
Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang
timbulnya proses inflamasi. Proses apoptosis pada preeclampsia
terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga terjadi peningkatan
produksi debris apoptosis dan dan nekrotik trofoblas. Makin banyak
sel trofoblas plasenta maka reaksi stress oksidatif makin meningkat,
sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin meningkat.
Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu
menjadi jauh lebih besar dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan
normal.
Berdasarkan teori di atas, akan mengakibatkan terjadinya
kerusakan membran sel endotel. Kerusakan ini mengakibatkan
terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel
endotel. Keadaan ini disebut dengan disfungsi sel endotel. Apabila
terjadi disfungsi sel endotel, maka akan terjadi beberapa gangguan
dalam tubuh, diantaranya adalah (Prawirohardjo, 2018):

13
1. Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi
sel endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu
menurunnya produksi prostasiklin (PGE2) yang merupakan
suatu fasodilator kuat.
2. Perubahan pada sel endotel kapiler glomerulus
3. Peningkatan permeabilitas kapiler
4. Peningkatan produksi bahan- bahan vasopresor, yaitu endotelin.
Kadar NO (vasodilator) menurun, sedangkan endotelin
(vasokonstriktor) meningkat.
5. Peningkatan vaktor koagulasi
6. Agresi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agresi sel-sel trombosit ini untuk menutupi
tempattempat di lapisan endotel yang mengalami kerusakan.
Terjadinya agresi trombosit akan memproduksi tromboksan
(TXA2) yang mana tromboksan tersebut merupakan suatu
vasokonstriktor kuat. Ibu hamil yang mengalami hipertensi akan
terjadi perbandingan kadar tromboksan (vasokonstriktor kuat)
lebih tinggi dari pada prostasiklin (vasodilator kuat), sehingga
menyebabkan pembuluh darah cendrung mengalami
vasokonstriksi, dan terjadi kenaikan tekanan darah.
Patofisiologi hipertensi dalam kehamilan terjadi karena
adanya vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik, dan
kerusakan pembuluh darah merupakan karakteristik terjadinya
hipertensi dalam kehamilan. Sirkulasi arteri terganggu karena
adanya segmen yang menyempit dan melebar yang berselang-
seling. Kerja vasospastik tersebut merusak pembuluh darah
akibat adanya penurunan suplai darah dan penyempitan
pembuluh darah di area tempat terjadinya pelebaran. Apabila
terjadi kerusakan pada endotelium pembuluh darah, trombosit,
fibrinogen, dan hasil darah lainnya akan dilepaskan ke dalam
interendotelium. Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan peningkatan permeabilitas albumin, dan akan

14
mengakibatkan perpindahan cairan dari ruang intravaskuler ke
ruang ekstravaskuler yang terlihat secara klinis sebagai edema
(Wikenjosastro, 2014).

2.1.4 Manifestasi Klinis


Beberapa manifestasi klinis dari hipertensi dalam kehamilan adalah
sebagai berikut (Manuaba, 2010) :
Gejala yang timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan organ
yang dipengaruhi.
1) Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk
dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran
prematur.
2) Mengalami hipertensi diberbagai level.
3) Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.
4) Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper
refleksia mungkin akan terjadi.
5) Berpotensi gagal hati.
6) kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.
7) meningkatnya enzim hati.
8) jumlah trombosit menurun.
Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia (Kurnianingsih, 2016):
a. Volume plasma
Volume plasma pada kehamilan normal akan meningkat dengan
bermakna guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin.
Sebaliknya pada preeklampsia terjadi penurunan volume plasma
antara 30-40% dibanding hamil normal disebut hipovolemia.
Hipovolemia diimbangi dengan vasokonstriksi, sehingga terjadi
hipertensi.
b. Hipertensi
Hipertensi merupakan tanda terpenting dalam menegakkan
diagnosis hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik
menggambarkan resistensi perifer, sedangkan tekanan sistolik

15
menggambarkan besaran curah jantung.Peningkatan reaktivitas
vaskuler pada preeclampsia terjadi pada umur kehamilan 20
minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada trimester II.
c. Fungsi ginjal
1) Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut :
a) Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia,
sehingga terjadi oliguria, bahkan anuria
b) Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya
permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran
dan mengakibatkan terjadinya proteinuria.
c) Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila
sebagian besar kedua korteks ginjal mengalami nekrosis,
maka terjadi nekrosis korteks ginjal yang bersifat
irreversibel.
d) Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat
vasopasme pembuluh darah.
2) Proteinuria
Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia,
tetapi proteinuria umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan,
sehingga sering dijumpai preeklampsia tanpa proteinuria, karena
janin sudah lahir lebih dulu. Pengukuran protein dapat
dilakukan dengan urin dipstik, yaitu 100 mg/l atau +1,
sekurang-kurangnya diperiksa dua kali urin acak selang 6 jam
dan bisa juga dengan pengumpulan proteinuria dalam 24 jam.
Dianggap patologis bila besaran proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam.
3) Asam urat serum
Umumnya meningkat ≥ 5 mg/cc. Keadaan ini disebabkan oleh
hipovolemia yang menimbulkan menurunnya aliran darah
filtrasi aliran darah, sehingga menurunnya sekresi asam urat.
Peningkatan asam urat terjadi karena iskemia jaringan.

16
4) Kreatinin
Kadar kreatinin serum pada preeklampsia juga meningkat, hal
ini disebabkan oleh hipovolemia, maka aliran darah ginjal
menurun, mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus,
sehingga menurunnya sekresi kreatinin, disertai peningkatan
kreatinin plasma.
5) Oliguria dan anuria
Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran
darah ke ginjal menurun yang mengakibatkan produksi urin
menurun (oliguria), bahkan dapat terjadi anuria.
d. Elektrolit
Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Sama
halnya dengan preeklampsia kadar elektrolit normal sama dengan
hamil normal, kecuali jika diberi diuretikum banyak, restriksi
konsumsi garam atau pemberian cairan oksitosin yang bersifat anti
diuretik. Preeklampsia berat yang mengalami hipoksia dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan asam basa. Kadar natrium
dan kalium pada preeklampsia sama dengan kadar hamil normal,
yaitu sama dengan proporsi jumlah air dalam tubuh.
e. Viskositas darah
Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma, molekul makro:
fibrinogen dan hematokrit. Pada preeklampsia viskositas darah
meningkat, mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer dan
menurunnya aliran darah ke organ.
f. Hematokrit
Terjadi peningkatan hematokrit pada ibu hamil dengan hipertensi
karena hipovolemia yang menggambarkan beratnya preeklampsia.
g. Edema
Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel
kapiler. Edema yang patologik adalah edema yang nondependen
pada muka, dan tangan atau edema generalista, dan biasanya
disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat.

17
h. Neurologik
Perubahan dapat berupa :
1) Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak, sehingga
menimbulkan vasogenik edema.
2) Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi
gangguan visus, dapat berupa: pandangan kabur, skotomata,
amaurosis yaitu kebutaan tanpa jelas adanya kelainan dan
ablasio retina.
3) Kejang eklamptik, penyebabnya belum diketahui dengan jelas.
Faktor-faktor yang menyebabkan kejang eklamptik yaitu edema
serebri, vasopasme serebri, dan iskemia serebri.
Perdarahan intrakranial juga dapat terjadi pada PEB dan
eklampsia. (Prawirohardjo, 2018).
2.1.5 Pemeriksaan diagnostic
Menyebutkan pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil
dengan hipertensi diantaranyana (Manuaba dkk, 2010) :
a. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
b. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan
protein.
c. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine
aminotransferase atau meningkatnya aspartate ).
d. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan
elektrolit abnormal, karena gangguan fungsi ginjal.
e. Tes non tekanan dengan profil biofisik.
f. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
g. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan
ibu.
2.1.6 Penatalaksanaan
Beberapa penatalaksanaan yang dapat dilaukan pada pasien dengan
hipertensi dalam kehamilan diantaranya menurut Manuaba dkk (2014) :
a. Hipertensi ringan

18
Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat
untuk menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari
dengan posisi miring. Untuk mengurangi darah ke vena kava
inferior, terjadi peningkatan darah vena untuk meningkatkan
peredaran darah menuju jantung dan plasenta sehingga menurunkan
iskemia plasenta, menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran
darah menuju ginjal dan meningkatkan produksi urin.Pasien juga
dianjurkan segera berobat jika terdapat gejala kaki bertambah berat
(edema), kepala pusing, gerakan janin terasa berkurang dan mata
makin kabur.
b. Hipertensi Berat
Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan
tirah baring ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-
obatan untuk menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi,
pemberian diuretik, pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian
antasida.
c. Hipertensi kronis
Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk
evaluasi menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta
kultur, pemeriksaan kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG,
fungsi paru).
Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga
dijelaskan oleh Prawirohardjo (2018), beberapa penatalaksanaan
hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
a. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan
tirah baring.
b. Hindari kafein, merkok, dan alkohol.
c. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan
mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup protein,
rendah karbohidrat, garam secukupnya, dan rendah lemak.
d. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur,
yaitu minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu

19
hamil dengan hipertensi dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan yang lebih sering, terutama selama
trimester ketiga, yaitu harus dilakukan pemeriksaan setiap 2
minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga, dan kemudian
menjadi sekali seminggu pada bulan terakhir kehamilan.
e. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan
janin dengan USG.
f. Pembatasan aktivitas fisik.
g. Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak
diharuskan, karena obat anti hipertensi yang biasa digunakan
dapat menurunkan perfusi plasenta dan memiliki efek yang
merugikan bagi janin. Tetapi pada hipertensi berat, obat-obatan
diberikan sebagai tindakan sementara. Terapi anti hipertensi
dengan agen farmakologi memiliki tujuan untuk mengurangi
tekanan darah perifer, mengurangi beban kerja ventrikel kiri,
meningkatkan aliran darah ke uterus dan sisitem ginjal serta
mengurangi resiko cedera serebrovaskular.
2.1.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam
kehamilan pada ibu dan janin menurut Setyawati, 2018:
Pada ibu :
a. Eklampsia
b. Pre eklampsia berat
c. Solusio plasenta
d. Kelainan ginjal
e. Perdarahan subkapsula hepar
f. Kelainan pembekuan darah
g. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, dan low platellet count)
h. Ablasio retina.
Pada janin :
a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus
b. Kelahiran premature

20
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

2.2 Konsep Asuhan Kebidanan pada Kasus Hiperensi dalam Kehamilan


2.2.1 Pengkajian
A. Anamnesa
Pengkajian pada pasien dengan kasus hipertensi dalam kehamilan
meliputi :
1) Identitas umum ibu, seperti:nama, tempat tanggal lahir/umur,
pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, dan alamat rumah
2) Data Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah
frontal, terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa
terjadi gangguan visus, mual dan muntah, tidak nafsu
makan, bisa terjadi gangguan serebral, bisa terjadi edema
pada wajah dan ekstermitas, tengkuk terasa berat, dan
terjadi kenaikan berat badan 1 kg/ minggu.
b) Riwayat kesehatan Dahulu:
Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu
menderita penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya,
kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklampsia dan
eklampsia pada kehamilan terdahulu, biasanya mudah
terjadi pada ibu dengan obesitas, ibu mungkin pernah
menderita gagal ginjal kronis.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan
hipertensi dalam keluarga.
3) Riwayat Perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20
tahun atau di atas 35 tahun.

21
4) Riwayat Obstetri
Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada
ibu hamil primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa dan semakin semakin tuanya usia kehamilan
(Prawirohardjo, 2018).
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
mengalami kelemahan.
TD : Pada ibu hamil dengan hipertensi akan
ditemukan tekanan darah darah sistol diatas
140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg.
Nadi : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi
akan ditemukan denyut nadi yang
meningkat, bahkan pada ibu yang
mengalami eklampsia akan ditemukan nadi
yang semakin cepat.
Nafas : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi
akan ditemuksn nafas pendek, dan pada ibu
yang mengalami eklampsia akan terdengar
bunyi nafas yang berisik dan ngorok.
Suhu : Ibu hamil yang mengalami hipertensi
dalam kehamilan biasanya tidak ada
gangguan pada suhunya, tetapi jika ibu
hamil tersebut mengalami eklampsia maka
akan terjadi peningkatan suhu.
BB : Biasanya akan terjadi peningkatan berat
badan lebih dari 0,5 kg/minggu, dan pada
ibu hamil yang mengalami preeklampsia
akan terjadi peningkatan BB lebih dari 1
kg/minggu atau sebanyak 3 kg dalam 1
bulan

22
Kepala : Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala
yang berketombe dan kurang bersih dan
pada ibu hamil dengan hipertensi akan
mengalami sakit kepala.
Wajah : Biasanya pada ibu hamil yang mengalami
preklampsia/eklampsia wajah tampak
edema.
Mata : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
ditemukan konjungtivasub
anemis, dan bisa juga ditemukan edema pada
palvebra. Pada ibu hamil yang mengalami
preeklampsia atau eklampsia biasanya akan
terjadi gangguan penglihat yaitu penglihatan
kabur.
Hidung : Biasanya pada ibu hamil tidak ditemukan
gangguan
Bibir : Biasanya akan ditemukan mukosa bibir
lembab
Mulut : Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler
pada gusi, menyebabkan kondisi gusi
menjadi hiperemik dan lunak, sehingga gusi
bias mengalami pembengkakan dan
perdarahan
Leher : Biasanya akan ditemukan pembesaran pada
kelenjer tiroid
Thorax :
1) Paru-paru : Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi, edema
paru dan napas pendek
2) jantung : Pada ibu hamil biasanya akan terjadi palpitasi jantung,
pada ibu yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan,khususnya pada ibu yang mengalami preeklampsia
beratakan terjadi dekompensasi jantung.

23
Payudara : Biasanya akan ditemukan payudara
membesar, lebih padat dan lebih keras,
puting menonjol dan areola menghitam dan
membesar dari 3 cm menjadi 5 cm sampai 6
cm, permukaan pembuluh darah menjadi
lebih terlihat.
Abdomen : Pada ibu hamil akan ditemukan umbilicus
menonjol keluar, danmembentuk suatu area
berwarna gelap di dimding abdomen, serta
akanditemukan linea alba dan linea nigra.
Pada ibu hamil dengan hipertensibiasanya
akan ditemukan nyeri pada daerah
epigastrum, dan akanterjadi anoreksia, mual
dan muntah Pemeriksaan janin : Biasanya
ibu hamil dengan hipertensi bisa terjadi
bunnyi jantung janin yang tidak teratur dan
gerakan janin yang melemah (Mitayani,
2011).
Ekstermitas : Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan bisa ditemukan edema pada kaki
dan tangan juga pada jari-jari.
Sistem persarafan : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bias
ditemukan hiper refleksia, klonus pada kaki
Genitourinaria : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
didapatkan oliguria dan proteinuria, yaitu
pada ibu hami dengan preeklampsia
(Mitayani, 2011).
C. Pemeriksaan Penunjang
Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan penunjang
hipertensi dalam kehamilan yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

24
1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%)
2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3
b) Urinalisis
Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi
tersebut mengalami proteinuria atau tidak. Biasanya pada
ibu hipertensi ringan tidak ditemukan protein dalam urin.
c) Pemeriksaan fungsi hati
1) Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl)
2) LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
4) Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat
(N: 15-45 u/ml).
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT)
meningkat (N: < 31 u/l).
6) Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl).
d) Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl).
2. Radiologi
a) Ultrasonografi : bisa ditemukan retardasi pertumbuhan janin
intrauterus, pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin
lambat, dan volume cairan ketuban sedikit
b) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah
3. Data sosial ekonomi
Hipertensi pada ibu hamil biasanya lebih banyak terjadi pada
wanita dengan golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang
mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan juga
melakukan perawatan antenatal yang teratur.

25
4. Data Psikologis
Biasanya ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan
berada dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu merasa
khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam
kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat ataupun
meninggal dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan
(Prawihardjo, 2018).

2.3 Konsep Asuhan Kebidanan (SOAP)


SOAP adalah catatn yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan tertulis.
Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari proses
pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk mendokumentasikan
asuhan pasien dalam rekaman medis pasien sebagai catatan kemajuan.
Model SOAP sering digunakan dalam catatan perkembangan pasien.
Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali dia bertemu
dengan pasiennya, seorang bidan bisa menulis satu catatan SOAP untuk
setiap kunjungan, seorang bidan boleh menulis lebih dari satu catatan untuk
satu pasien dalam satu hari. Bentuk penerapannya adalah sebagai berikut
(Mufdillah dkk, 2012).
Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari proses dari
proses pemikiran penatalaksanaaan kebidanan. Dipakai untuk
mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis pasien sebagai
catatan kemajuan (Mufdillah dkk, 2012). Bentuk SOAP umumnya
digunakan untuk pengkajian awal pasien, dengan cara penulisannya adalah
sebagai berikut:
1) S (Subjektif)
Menurut Kemenkes RI no 938 tahun 2007, data subjektif terdiri dari:
hasil anamnesa, biodata, keluhan utama, riwayat obstetri, riwayat
kesehatan dan latar belakang sosial budaya). Berisi data dari pasien
melalui anamnesis (wawancara) yang merupakan ungkapan langsung.
Merupakan data yang berhubungan/masalah dari sudut pandang pasien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat

26
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan
langsung dengan diagnosis. Data subjektif yang diperoleh dari hasil
bertanya dari pasien, atau keluarga (identitas umum, keluhan utama,
riwayat keluhan utama dan penyakit keluarga).
2) O (Objektif)
Menurut Kemenkes RI no 938 tahun 2007, data objektif terdiri dari hasil
pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan penunjang). Data
objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
diagnosticlain. Menggambarkan pendokumentasianhasil analisa dan
fisik klien, hasil lab, dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung assesement. Catatan medis atau data
fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil
pemeriksaan laboratorium). Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan
menjadi komponen yang berarti di diagnostik yang akan ditegakkan.
3) A (Assesement)
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat (Kemenkes RI no 938,
tahun 2007). Assesementmerupakan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena
keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun objektif, maka
proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analisis yang tepat
dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat.
4) P (Planning)
Menurut Kemenkes RI no 938 tahun 2007, bidan merencanakan asuhan
kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan. Kriteria
perencanaan antara lain: Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas
masalah dan kondisi klien; tindakan segera, tindakan antisipasi, dan

27
asuhan secara komprehensif, Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga,
Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga,
Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien, Mempertimbangkan kebijakan dan
peraturan yang berlaku, sumberdaya serta fasilitas yang ada.
Perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan
datang untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik
mungkin atau menjaga atau mempertahankan kesejahteraannya. Proses
ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus
dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang diambil harus
membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus
mendukung rencana dokter jika melakukan kolaborasi.

28
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA Ny “E”


KEHAMILAN TM III DENGAN HIPERTENSI GESTASIONAL
DI POSKESDES GERUNG UTARA WILAYAH KERJA UPT BLUD
PUSKESMAS GERUNG

Tempat : Poskesdes Gerung Utara


Tanggal pengkajian : 11 Maret 2019
Waktu : 09.00 WITA

DATA SUBYEKTIF

A. Identitas
Nama pasien : Ny. “E” Nama suami : Tn “E”
Umur : 38 tahun Umur : 42 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : sasak Suku /bangsa : Sasak
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Pohdana
B. Keluhan utama / alasan kunjungan
Ibu hamil datang ingin memeriksakan kehamilannya.

C. Riwayat keluhan utama


Ibu mengatakan hamil 8 bulan datang ke posyandu gerung utara tanggal 16-
03-2019 pukul 09.00 WITA ingin memeriksakan kehamilannya, ibu
mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan saat ini, tapi ibu memiliki
riwayat keturunan hipertensi dan sejak awal kehamilan ini tensinya mulai
meningkat.
D. Riwayat menstruasi
Menarche : 14tahun Flour albus : tidak ada

29
Siklus : 28 hari HPHT : 12-07-2018
Lama : 6-7 hari
E. Status perkawinan
Berapa kali menikah : ibu mengatakan 1 kali menikah dengan sah di KUA
Umur pertama kali menikah
Suami : 28 tahun Istri : 24 tahun
Lama : 14 tahun
F. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, anak yang lalu

Ke Penyulit
Temp
Perka ha Jenis
at Penol Jenis Usia Ket
winan mi UK Persalin Ham Bers BBL KB
Persali ong Nifas Kelamin anak
no lan an il alin
nan
no
1 1 9 Normal PKM Bidan - - - 3200 Laki-laki 12 suntik Hidup
bula tahun
n
1 2 3 - - - - - - - - - - Abort
bln us

1 3 3 - - - - - - - - - - Abort
bln us

1 4 9 normal polind bidan - - - 3100 perempuan 7,5 Pil Hidup


bln es tahun
1 Sa
at
ini

G. Riwayat Kontrasepsi
Jenis kontrasepsi : suntik
Lama : 3 bulan
Efek samping : tidak ada
Keluhan : tidak ada
Alasan berhenti : ingin punya anak lagi

H. Riwayat kehamilan sekarang


Usia Kehamilan : 8 bulan

30
Gerakan Janin : Masih dirasakan aktif
Tanda bahaya/penyulit : hipertensi dalam kehamilan
Obat /jamu yang dikonsumsi : Tablet Fe, Nefedipine, vit.B compek
Imunisasi TT : TT5
Perawatan payudara : Ibu mengatakan tidak pernah mendapatkan
pendidikan kesehatan perawatan payudara
pada saat kehamilan pertama
Senam hamil : Ibu mengatakan tidak penah mengikuti
senam hamil.
Kekhawatiran khusus :ada, karna dokter telah menjelaskan bahwa
kemamilann ibu beresiko
Kepercayaan selama hamil : tidak ada
ANC : 11 kali
Tgl. Keluhan Tekan Berat Umur Tinggi Denyut Hasil Tindak Nasihat Kapan Keter
Sekaran an Bada Keha Fundus Jantun Pemeriksa an yang Harus anga
g Darah n milan (Cm) g Janin an (Terap disampa kembali n
(Mmh (Kg) (Ming (Menit Laborator i ikan temp
g) gu) ) ium TT/Fe at
Rujuk pelay
an, anan
Umpan
Balik)

25-8- Tidak 140/90 64 6 mg Belum - Cek leb Camabi Sedikit 1 bulan poske
18 ada teraba on 30 makan tp lagi sdes
sering,
istirahat
cukup,
kontrol
ke
puskesm
as

27-8- Cek leb 140/90 64 6 mg Belum - PP tes (+), Lanjut Makan, 1 bulan poske
18 teraba HB 12,3, minum, lagi sdes
PU (-), istirahat,
HbsAg: minum
NR, tablet fe
VCT:NR, 1x sehari
HIV: -
24-9- Pusing, 120/80 66 10-11 Belum - - Lanjut Gizi ibu 1 bulan Poske
18 mual, mg teraba hamil, lagi sdes
muntah serta
istirahat
yang
cukup,
ingatkan
ibu untuk

31
kontrol
ke rumah
sakit

25-9- Pusing, 120/80 63 10 mg Belum - - Camabi Sedikit 1 bulan Poske


18 mual teraba on 26 makan tp lagi sdes
sering,
istirahat
cukup,
kontrol
ke
puskesm
as

20-10- Pusing, 120/80 62 14 mg 3 jari Balotm Camabi Sedikit 1 bulan Poske


18 mual diatas en (+) on 23 makan tp lagi sdes
sympisis sering,
istirahat
cukup,
kontrol
ke
puskesm
as

17-11- Tidak 130/90 64 18-19 ½ pusat Balotm Camabi Makan 1 bulan Posya
18 ada mg symipisi en (+) on 24, makanan lagi ndu
s TT5 bergizi,
serta
istirahat
yang
cukup

15-12- Tidak 140/10 67 24-23 Sepusat Kepala Camabi Diet 1 mg lagi Polin
18 ada 0 mg (+) on 29 garam des

12-1- Tidak 140/10 67 26-27 21 cm Kepala Pu (-) Camabi Banyak 1 bulan Posya
19 ada 0 (+) on 20 minum lagi ndu

16-2- Tidak 110/70 69 30-31 25 cm Kepala, Camabi Banyak 1 bulan Posya


19 ada djj (+) on 10 minum lagi ndu

2-3-19 Tidak 150/90 66 33-34 25 cm Kepala, Obat Banyak 1 mg lagi Poske


ada djj (+) lanjut minum, sdes
P4K

11-3-9 Tidak 150/10 71 34-35 27 cm Kepala, Hb: 11,5, Obat Periksa 1 mg lagi Poske
ada 0 djj (+) PU(-), lanjut ke sdes
GDS: 73 puskesm
as, USG,
buat
BPJS,
Nefedipi
ne

32
I. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan tidak ada keturunan
kembar
Penyakit menular/keturunan : Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit
menular seperti hepatitis, TB, tapi
mempunyai riwayat penyakit keturunan
seperti hipertensi. Tidak ada penyakit berat
seperti penyakit jantung koroner, tifoid.
J. Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit menular/keturunan : Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit
menular seperti hepatitis, TB, tapi
mempunyai riwayat penyakit keturunan
sepertihi pertensi. Tidak ada penyakit berat
seperti penyakit jantung koroner, tifoid.
K. Riwayat kebutuhan fisiologis
a. Nutrisi :
Komposisi : nasi, sayur, lauk pauk
Frekuensi : 2x-3x kali/hari
Masalah : tidak ada
Minum
Komposisi : Air putih
Porsi : 1 gelas
Frekuensi : 8-10 gelas/hari
Masalah : tidak ada
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1 kali
Konsistensi : keras
Warna : hitam
Masalah : tidak ada
BAK
Frekuensi : 5-6 kali

33
Warna : kuning jernih
Masalah : tidak ada
c. Personal hygine
Keramas : 2-3x/ minggu
Ganti pakaian : 2x sehari
Ganti pakaian dalam : 2x sehari
d. Komunikasi
Nonverbal : lancar
Verbal : bahasa indonesia
e. Keadaan emosional : stabil
f. Hubungan dengan keluarga : akrab
g. Hubungan dengan orang lain : akrab
h. Proses berfikir : terarah
i. Ibadah/spiritual : patuh
j. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : ibu mengatakan sangat
senang dengan kehamilannya
k. Dukungan keluarga : keluarga sangat mendukung kesehatan ibu
l. Pengambil keputusan dalam keluarga : suami dan istri

DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital :
Suhu : 37 0C aksila
Nadi : 83 kali/menit
Pernafasan : 20x/menit
Tekanan darah : 150/100 mmHg (berbaring)
Berat badan saat ini : 71 kg
Berat badan sebelum hamil: 64 kg
Tinggi badan : 159 cm
LILA : 30 cm

34
HPL : 19 April 2019
4. Kepala
Inspeksi : kulit kepala bersih, warna rambut hitam, distribusi merata,
ketombe tidak ada, rambut rontok tidak ada,
Palpasi : luka / lesi tidak ada, benjolan tidak ada
5. Wajah
Inspeksi : pucat tidak ada, cloasma gravidarum tidak ada
Palpasi : odema tidak ada
6. Mata
Inspeksi : konjungtiva merah muda, sklera putih
7. Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada pengeluaran serumen
8. Hidung
Inspeksi : simetris, polip tidak ada,
9. Mulut dan gigi
Inspeksi : bibir pucat tidak ada,gusi berdarah tidak ada, caries tidak ada,
stomatitis tidak ada
10. Leher
Palpasi : bendungan vena jugularis tidak ada, pembesaran kelenjar limfe
tidak ada, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada
11. Payudara
Inspeksi : bentuk simetris, puting susu sudah menonjol
Palpasi : benjolan tidak ada, nyeri tekan tidak ada
12. Abdomen
Inspeksi : bekas luka operasi tidak ada, linea nigra tidak ada, striae ada,
Palpasi
Leopold I : TFU 27 cm, teraba bulat tidak melenting dibagian fundus
Leopold II : Teraba keras seperti papan di sebelah perut bagian kanan
ibu dan teraba bagian kecil janain sebelah perut kiri ibu
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras, melenting di bagian bawah
seperti kepala, Kepala belum masuk PAP karna masih
bisa digoyangkan.

35
Leopold IV : 5/5 bagian
Auskultasi : DJJ 144 x/menit durasi 12-12-12 (1 menit penuh)
13. Panggul (jika ada indikasi) : tidak dilakukan karena tidak ada indikasi
disebabkan tinggi ibu lebih dari 145 cm, ini hamil yang kedua.
14. Genitalia : tidak dilakukan
15. Ekstremitas atas : Simetris, kuku jari tangan tidak pucat , tangan tidak
edema
16. Ekstremitas bawah : Simetris, ekstremitas bawah tidak edema , varises
tidak ada, kuku jari kaki tidak pucat , Refleks patella ada
17. Pemeriksaan penunjang (11-03-2019)
Laboratorium : pemeriksaan Hb: 11,5 gr%, protein urin (-), hasil,
HIV:-, HbsAg: Non Reaktif
Radiologi : tidak dilakukan

ASSESMENT (A)

DS : ibu mengatakan memiliki riwayat hipertensi dari ibu

DO : Tanda-tanda vital :
Suhu : 37 0C aksila
Nadi : 83 kali/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Tekanan darah : 150/100 mmHg (berbaring)
Berat badan saat ini : 71 kg
Laboratorium : pemeriksaan Hb: 11,5 gr%, protein urin (-
), hasil, HIV:-, HbsAg: Non Reaktif

Diagnosa
Ibu : Ny. “E” 38 tahun G5P2A2H2 UK 34-35 minggu dengan
Hipertensi gestasional
Janin : T/H/IU letak kepala, DJJ: 144x/menit, K/U Janin baik

36
PENATALAKSANAAN (P)

Hari/Tgl : 11-03-19
Waktu : 09.00 wita

1. Beritahu ibu tentang keadaan dan hasil pemeriksaan yang di dapat


Ibu sudah mengetahui dan mengerti hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
Ibu bersedia.
3. Menganjurkan ibu untuk makan dengan menu 4 bintang, hindari makanan
instan dan cepat saji, serta minuman bersoda.
Ibu bersedia.
4. Menganjurkan pada ibu untuk mengonsumsi tablet Fe 1x1 sehari setelah
makan
Ibu bersedia.
5. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya pereklampsia seperti sakit
kepala yang hebat, pandangan kabur, nyeri perut yang hebat, bengkak pada
kaki, tangan dan wajah.
Ibu sudah mengerti.
6. Melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian atau pada tanggal 16
Maret 2019 ke polindes dan/atau bila ada tanda bahaya pereklamsi
Ibu bersedia.
7. Anjurkan ibu untuk minum obat Nefedipine yaitu 1x1 yang diberikan oleh
dokter secara teratur.
Ibu bersedia
8. Anjurkan ibu untuk pengecekan ulang protein urine ke puskesmas.
Ibu bersedia.
9. Menjelaskan tentang P4K (Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi) seperti tanggal tapsiran persalinan, menentukan
penolong dan tempat persalinan, dana persalinan, konseling KB pasca
persalinan yaitu menggunakan KB nonhormonal seperti IUD dan pendonor
darah.
Ibu sudan mengerti

37
10. Melakukan kunjungan rumah tiga hari sekali untuk mengecek tekanan
darah pada tanggal 26 dan 17 Maret 2019.

38
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Data subjektif


Data subjektif terdiri dari: hasil anamnesa, biodata, keluhan utama, riwayat
obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya). Berisi data dari
pasien melalui anamnesis (wawancara) yang merupakan ungkapan langsung.
Merupakan data yang berhubungan/masalah dari sudut pandang pasien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis (Kemenkes RI no 938 tahun 2007)
Dari pengumpulan data subyektif, didapatkan data Ny. “E”umur 38 tahun
ibu mengatakan hamil 8 bulan ini kehamilan yang kelima , keadaan ibu baik ,
tidak ada keluhan apapun akan tetapi ibu memiliki riwayat keturunan
hipertensi dari keluarga, ibu mengtakan pernah mengalami keguguran dua
kali, alat kontrasepsi yang digunakan yaitu suntik.
Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan faktor risiko yang
menyebabkan terjadinya hipertensi dalam kehamilan yaitu Primigravida,
dimana dalam riwayat hamil Ny.E merupakan kehamilan yang ke 5, dan dari
segi riwayat keturunan keturunan keluarga ibu mempunyai riwayat hipertensi.
Dari kedua faktor itulah yang bisa menyebabkan hipertensi dalam kehamilan.

4.2 Data objektif


Data objektif terdiri dari hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan
pemeriksaan penunjang). Data objektif merupakan pendokumentasian hasil
observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnosticlain. Menggambarkan pendokumentasian
hasil analisa dan fisik klien, hasil lab, dan test diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesement(Kemenkes RI no
938 tahun 2007).
Dari pengkajian data obyektif pada Ny. “E” di dapatkan hasil bahwa Pada
kasus Ny. “E” pada umur kehamilan 34-35 minggu , didapatkan dari

39
pemeriksaan tanda-tanda vital seperti TD: 150/100mmHg, N: 83 kali/menit,
RR: 20 kali/menit, S: 37°C, TFU 27 cm, teraba bokong pada fundus, protein
urine (-) , hemoglobin 11,5 gram% dan pemeriksaan head to toe dalam batas
normal.
Hal ini berkaitan dengan teori yaitu Hipertensi dalam kehamilan adalah
suatu kondisi dalam kehamilan dimana tekanan darah sistol diatas 140 mmHg
dan diastol diatas 90 mmHg atau adanya peningkatan tekanan sistolik sebesar
30 mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih
diatas nilai dasar yang mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka
waktu 6 jam (Prawirohardjo, 2018). Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan
darah sistolik dan sistolik ≥140/90 mmHg pengukuran tekanan darah
sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah
sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai
parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi (Prawirohardjo, 2018).
4.3 Assesment
Assesment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif (Kemenkes RI no 938 tahun
2007). Menurut kasus pada Ny”E” umur 38 tahun didapatkan diagnose
hipertensi gestasional dari data subjektif dan data objektif yaitu ibu
mengatakan hamil 8 bulan dan sejak awal kehamilan tensinya tinggi,
G5P2A2H2 dan umur kehamilan 34-35 minggu, keadaan umum baik dengan
tekanan darah 150/100 mmhg dan protein urin (-) .
Menurut prawirohardjo 2018 Hipertensi gestasional (transient hypertensi)
adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalin atau kehamilan dengan
preeklamsi tetapi tanpa proteinuria.
4.4 Planing
Merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang
ditegakkan. Kriteria perencanaan antara lain: Rencana tindakan disusun
berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien; tindakan segera, tindakan
antisipasi, dan asuhan secara komprehensif, Melibatkan klien/pasien dan atau
keluarga, Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga,

40
Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan
evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat
untuk klien, Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumberdaya serta fasilitas yang ada (Kemenkes RI no 938 tahun 2007).
Perencanaan asuhan kebidanan pada Ny ”E”dilakukan sesuai diagnose
yang didapatkan yaitu hipertensi kronik yaitu : Beritahu ibu tentang keadaan
dan hasil pemeriksaan yang di lakukan. Menganjurkan ibu untuk istirahat
yang cukup. Menganjurkan ibu untuk makan dengan menu 4 bintang. hindari
makanan instan dan cepat saji, serta minuman bersoda. Menganjurkan pada
ibu untuk mengonsumsi tablet Fe 1x1 sehari setelah makan. Menjelaskan pada
ibu tentang tanda bahaya pereklampsia seperti sakit kepala yang hebat,
pandangan kabur, nyeri perut yang hebat, bengkak pada kaki, tangan dan
wajah, Melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian atau pada tanggal 18
Maret 2019 ke polindes dan/atau bila ada tanda bahaya pereklamsi. Anjurkan
ibu untuk minum obat nefedipine yaitu 1x1 yang diberikan oleh dokter secara
teratur. Anjurkan ibu untuk pengecekan ulang protein urine ke puskesmas.
Menjelaskan tentang P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi) seperti tanggal tapsiran persalinan, menentukan penolong dan
tempat persalinan, dana persalina, pendonor darah, konseling KB pasca
persalinan. Melakukan kunjungan rumah tiga hari sekali untuk mengecek
tekanan darah pada yaitu tanggal 14 dan 17 Maret 2019.
Hal ini berkaitan dengan teori yaitu Ibu hamil dengan hipertensi dalam
kehamilandapat dilakukan rawat inap maupun rawat jalan. Pada rawat jalan
ibu hamil dianjurkan banyak istirahat (tidur miring ke kiri). Pada umur
kehamilan diatas 20 minggu tidur dengan posisi Rawat Jalan: Tirah baring,
diet regular, tidak perlu pemberian diuretik, antihipertensi dan antisedativum,
kunjungan ke RS Hipertensi menetap > 2 minggu, proteinuria menetap > 2
minggu, adanya gejala atau tanda 1 atau lebih preeklampsia berat, hasil tes lab
abnormal Rawat jalan Rawat inap: Pemeriksaan dan monitoring ibu,
pemeriksaan lab dan pemeriksaan kesejahteraan janin Terdapat perbaikan
gejala preeklampsia dan umur kehamilan ≥ 37 minggu perlu diobservasi 2-3
hari, kemudian boleh dipulangkan Rawat inap TD ≥ 140/90 mmHg - <

41
160/110 mmHg Proteinuria : ≥ 300 mg/24 jam edema pada tungkai miring
dapat menghilangkan tekanan rahim pada vena kava inferior yang
mengalirkan darah dari ibu ke janin, sehingga meningkatkan aliran darah balik
dan akan menambah curah jantung (Prawirohardjo, 2014)
Selain itu konseling KB pasca persalinan juga penting dimana hipertensi
juga dapat disebabkan oleh gangguan hormonal atau pemakaian obat seperti
penggunaan pil KB. Sekitar 1-2% hipertensi terjadi akibat kelaianan
hormonal atau pemakaian obat. Hipertensi yang 23 disebabkan oleh hal
tersebut dinamakan hipertensi sekunder (Sutomo, 2009). Kontrasepsi
hormonal dapat mempengaruhi tekanan darah pada seseorang baik hormon
estrogen maupun hormon progesteron. Estrogen merupakan salah satu
hormon yang dapat meningkatkan retensi elektrolit didalam ginjal, sehingga
dapat meningkatkan reabsorbsi natrium dan air yang menyebabkan
hipervolemi sehingga curah jantung meningkat sehingga mengakibatkan
tekanan darah meningkat. Sedangkan progesteron dapat merendahkan kadar
HDL-Kolesterol dan meninggikan kadar LDL-Kolesterol sehingga dapat
menyebabkan aterosklerosis kadar LDL-Kolesterol tinggi dalam darah yang
dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan pembuluh darah (Hartanto, 2010).

42
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada Ny. “E”Kehamilan
dengan Hipertensi dalam kehamilan menggunakan manajemen Asuhan Kebidanan
SOAP di Poskesdes Gerung Utara Wilayah Kerja Puskesmas Gerung Lombok
Barat diantaranya:
1. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Ny “E” Kehamilan dengan
Hipertensi gestasional di Poskesdes Gerung Utara Wilayah Kerja Puskesmas
Gerung Lombok Barat, dimana pengumpulan data subyektif, didapatkan data
Ny. “E”umur 38 tahun ibu mengatakan hamil 8 bulan ini kehamilan yang
kelima , keadaan ibu baik , tidak ada keluhan apapun akan tetapi ibu memiliki
riwayat keturunan hipertensi dari keluarga, ibu mengtakan pernah mengalami
keguguran dua kali, alat kontrasepsi yang digunakan yaitu suntik.
2. Mampu melakukan pengkajian data Objektif pada Ny “E” Kehamilan dengan
Hipertensi gestasional di Poskesdes Gerung Utara Wilayah Kerja Puskesmas
Gerung Lombok Barat, dimana pengkajian data obyektif pada Ny. “E” di
dapatkan hasil bahwa Pada kasus Ny. “E” pada umur kehamilan 34-35
minggu , didapatkan dari pemeriksaan tanda-tanda vital seperti TD:
150/100mmHg, N: 83 kali/menit, RR: 20 kali/menit, S: 37°C, TFU 27 cm,
teraba bokong pada fundus, protein urine (-) , hemoglobin 11,5 gram% dan
pemeriksaan head to toe dalam batas normal.
3. Mampu merumuskan Assesment pada Ny “E” yaitu diagnosa yg di dapat Ny.
E UK 34-35 minggu dengan hipertensi di Poskesdes Gerung Utara Wilayah
Kerja Puskesmas Gerung Lombok Barat, dimana diagnosa
4. Mampu menyusun Planning pada Ny “E” Kehamilan dengan Hipertensi
gestasional di Poskesdes Gerung Utara Wilayah Kerja Puskesmas Gerung
Lombok Barat yaitu Beritahu ibu tentang keadaan dan hasil pemeriksaan
yang di lakukan. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
Menganjurkan ibu untuk makan dengan menu 4 bintang. hindari makanan
instan dan cepat saji, serta minuman bersoda. Menganjurkan pada ibu untuk

43
mengonsumsi tablet Fe 1x1 sehari setelah makan. Menjelaskan pada ibu
tentang tanda bahaya pereklampsia seperti sakit kepala yang hebat,
pandangan kabur, nyeri perut yang hebat, bengkak pada kaki, tangan dan
wajah, Melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian atau pada tanggal 18
Maret 2019 ke polindes dan/atau bila ada tanda bahaya pereklamsi. Anjurkan
ibu untuk minum obat nefedipine yaitu 1x1 yang diberikan oleh dokter secara
teratur. Anjurkan ibu untuk pengecekan ulang protein urine ke puskesmas.
Menjelaskan tentang P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi) seperti tanggal tapsiran persalinan, menentukan penolong dan
tempat persalinan, dana persalinan, konseling KB pasca persalinan, dan
pendonor darah, Melakukan kunjungan rumah tiga hari sekali untuk
mengecek tekanan darah pada yaitu tanggal 14 dan 17 Maret 2019.

5.2 Saran
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny “E” adapun saran yang ingin
disamapaikan oleh penulis yaitu:
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan manfaat untuk
institusi agar dapat meningkatkan kualitas mahasiswanya, menambah bahan
bacaan agar dapat menjadi acuan untuk mahasiswa.
2. Bagi Poskesdes Gerung Utara
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk Poskesdes Gerung
Utaraagar dapat lebih meningkatkan lagi pelayanan kebidanan khususnya
asuahan pada ibu hamil dengan preeklampsia ringan, untuk mengurangi
angka kematian ibu.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat meningkatkan kualitas dan
pengetahuan penulis khususnya keterampilan dalam melakukan Asuhan
Kebidanan.

44
DAFTAR PUSTAKA

American College Obstetricians and Gynecologists (ACOG). 2013. “Clasification


Hypertensive Disorders”, in : Hypertension in Pregnancy, p:13-14.

Andika, Aryananda.,Kurniawan, Hendrik., Dewajanti, A M. 2016. Faktor – faktor


yang Berhubungan dengan Hipertensi dalam Kehamilan di Puskesmas
Kecamatan Kebon Jeruk. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana

Cunningham. (2014). Obstetri Williams Edisi 23 cetakan I. Jakarta : EGC

Debataraja, monita verawati. (2014). Hubungan paritas dan umur ibu dengan
kejadian hipertensi dalam kehamilan di klinik ina gurky medan. Akademi
kebidanan audi husada.

Dinas Kesehatan Provinsi NTB. (2017). Profil Dinas Kesehatan Provinsi NTB tahun
2017. Dinas Kesehatan Provinsi NTB.

Kemenkes RI. (2007). Pendokumentasian SOAP menurut keputusan menteri


kesehatan RI (Nomor 938/Menkes/SK/VII/2007). JAKARTA: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kemenkes RI

Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI

Kurnianingsih, D. (2016). Faktor Risiko Hipertensi Pada Ibu Rumah Tangga Di Desa
Pemali, Kabupaten Bangka. institut pertanian bogor.

Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. (2012).
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. (2010).
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Pantikawati, Ika & Saryono. (2010). Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta:


Nuha Medika

Pendidikan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). (2014).


http://www.pogi.or.id/pogi/downloads tentang Hipertensi dalam kehamilan
HKFM POGI.

Pramana, L. dwi yoga. (2016). Skripsi faktor-faktor yang berhubungan dengan


tingkat hipertensi di wilayah kerja puskesmas demak ii. Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Prastyono, DS. (2009). Mengenal Menu Sehat Ibu hamil. Yogyakart: DIVA Press.

45
Prawirohardjo. (2018). Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sinambela, Megawati dan Sari Nur M. (2018). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Hipertensi pada Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu
Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Institut Kesehatan DLEI
HUSADA Deli Tua

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). (2012). Jakarta: Badan Pusat
Statistik.

Suryani, Sri dan Wulandari, Ririn. (2018). Riwayat Penggunaan Kontrasepsi


Terhadap Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan. Jurnal Kebidanan, vol X
No 02.

Sutomo, B. (2010). Menu Sehat Penakluk Hipertensi. Jakarta: De Media Pustaka

Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Varney, H. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta:EGC

Wiknjosastro, H. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayaysan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

World Helath Organization (WHO). (2015). Maternal Mortality in 2015.


Switzerland: Department of Reproductive Health and Research Worl Health
Organization

46

Anda mungkin juga menyukai