Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

NYAMUK AEDES AEGYPTI


Dosen: Ibu Tuti Widiyanti S.Si,M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I KLS D17
AZIZAH AULIA (AKM 1117105)

ANALIS KESEHATAN MUHAMMADIYAH


AKADEMI KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018/2019
NYAMUK AEDES AEGYPTI

1. Morfologi

Aedes aegypti mengalami metamorphosis sempurna yang dimulai dari stadium telur –
larva – pupa – dewasa. Telur yang diletakkan oleh nyamuk betina menetas menjadi larva
yang disebut larva instar I. Larva mengalami tiga kali pergantian kulit sehingga berturut-
turut menjadi larva instar II, III, IV. Larva instar IV melakukan pengelupasan kulit dan
berubah bentuk menjadi stadium pupa. Stadium pupa selanjutnya tumbuh dan
berkembang yang akhirnya berubah bentuk menjadi stadium dewasa (jantan atau
betina). Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan dari telur sampai
menjadi dewasa pada tempat yang bersuhu 27 oC dan kelembaban udara 80% kurang
lebih 10 hari.

a. Telur
Telur Aedes aegypti berukuran kurang lebih 50 mikron, berwarna hitam dan bentuknya
bulat panjang atau berbentuk jorong (oval) menyerupai torpedo, mempunyai tekstur
dinding yang menyerupai sarang lebah. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat
mengeluarkan sekitar seratus butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 milimeter perbutir.
Pada umunya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2 hari
setelah telur terendam atau lebih tergantung pada keadaan air di tempat perindukan.
b. Larva

Pada stadium ini, kelangsungan hidup larva dipengaruhi antara lain oleh suhu, pH air
perindukan, makanan, kepadatan larva, kekeurahan, serta adanya predator. Ciri-ciri
larva sebagai berikut :

 Ukuran 0,5 – 1 cm
 Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke permukaan air untuk bernafas,
kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya.
 Pada waktu istirahat, posisinya hamper tegak lurus dengan permukaan air.
 Mengalami empat masa pertumbuhan (instar), yaitu
 Larva instar I, kurang lebih 1 hari, berukuran 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada
dada belum jelas dan corong pernapasan pada siphon belum jelas.
 Larva instar II, kurang lebih 1-2 hari, berukuran 2,5–3,5 mm, duri–duri belum
jelas, corong kepala mulai menghitam.
 Larva instar III, kurang lebih 2 hari, berukuran 4-5 mm, duri-duri dada mulai jelas
dan corong pernapasan berwarna coklat kehitaman.
 Larva instar IV, kurang lebih 2-3 hari, berukuran 5-6 mm dengan warna kepala
gelap.
 Tiap pergantian instar disertai dengan pergantian kulit.
 Ada corong udara pada segmen terakhir.
 Pada segmen abdomen tidak dijumpai rambut berbentuk kipas.
 Pada corong udara terdapat pecten.
 Sepasang rambut atau tidak dijumpai pada corong udara (siphon).
 Pada abdomen segmen kedelapan ada comb scale sebanyak 8 – 21 atau
berjejer 1 – 3.
 Bentuk individu dari comb scale seperti duri.
 Pada sisi toraks terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya
sepasang rambut dikepala.

Di tempat perindukannya, larva Aedes aegypti tampak bergerak aktif, dengan


memperlihatkan gerakan-gerakan naik ke permukaan air dan turun ke dasar secara
berulang-ulang. Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva menempatkan
siphonnya di permukaan air sehingga abdomennya terlihat menggantung pada
permukaan air seolah-olah badan larva berada dalam posisi membentuk sudut dengan
permukaan air. Larva Aedes aegyptidapat hidup di air ber-pH 5,8 – 8,8 dan tahan
terhadap air dengan kadar garam 10 – 59,5 mg/l. larva Aedes aegypti instar IV dalam
kurun waktu lebih dari 2 hari berganti kulit dan tumbuh menjadi pupa.

c. Pupa

Ciri morfologi yang khas yaitu memiliki tabung atau terompet pernafasan yang
berbentuk segitiga. Setelah berumur 1 – 2 hari, pupa menjadi nyamuk dewasa (jantan
atau betina). Pada pupa terdapat kantong udara yang terletak diantara bakal sayap
nyamuk dewasa dan terpasangsayap pengayuh yang saling menutupi sehingga
memungkinkan pupa untuk menyelam cepat dan mengadakan serangkaian jungkiran
sebagai reaksi terhadap rangsangan.

d. Nyamuk Dewasa

Nyamuk Aedes aegypti jantan hanya manghisap cairan tumbuh-tumbuhan atau sari
bunga untuk keperluan hidupnya, sedangkan yang betina menghisap darah. Nyamuk
betina lebih menyukai darah manusia daripada darah binatang. Darah diperlukan
untuk pemasakan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, telur yang
dihasilkan dapat menetas. Setelah berkopulasi, nyamuk betina menghisap darah dan
tiga hari kemudian akan bertelur sebanyak kurang lebih 100 butir. Nyamuk akan
menghisap darah setelah 24 jam kemudian dan siap bertelur lagi. Setelah menghisap
darah, nyamuk ini beristirahat di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan
dengan tempat perkembangbiakannya. Tempat hinggap yang disenangi adalah benda-
benda tergantung seperti kelambu, pakaian, tumbuh-tumbuhan, di tempat ini nyamuk
menunggu proses pemasakan telur.

2. Jelas Nama Penyakit


 Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue
penyebab penyakit demam berdarah.
 Demam Kuning. Penyakit demam kuning akibat serangan virus dengue
banyak ditemukan di Afrika dan daerah tropis seperti Amerika tengah dan
Selatan.
 Chikungunya. Nyamuk Aedes aegypti diduga sebagai penyebab
epidemi chikungunya di India, benua Afrika, dan beberapa negara Asia
Tenggara.
 Virus Zika. Aedes aegypti berperan penting di dalam menyebarkan virus
zika yang berbahaya dari nyamuk ke manusia.
Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia.

3. Epidemiologi

Aedes aegypti adalah vektor utama penyakit DBD di daerah tropik. Nyamuk ini semula
berasal dari Afrika kemudian menyebar melalui sarana transportasi ke negara lain di
Asia dan Amerika. Di Asia, Ae. Aegypti merupakan satu-satunya vektor yang efektif
menularkan DBD, karena tempat perindukkannya berada di sekitar rumah dan hidupnya
tergantung pada darah manusia. Di daerah yang penduduknya jarang, Ae. aegypti masih
memiliki kemampuan penularan yang tinggi karena kebiasaan nyamuk ini menghisap
darah manusia berulang-ulang .
Aedes aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia meliputi semua provinsi yang ada.
Walaupun spesies-spesies ini ditemukan di kota-kota pelabuhan yang penduduknya
padat, namun spesies nyamuk ini juga ditemukan di daerah pedesaan yang terletak di
sekitar kota pelabuhan. Penyebaran Ae. aegypti dari pelabuhan ke desa disebabkan
karena larva Ae. aegypti terbawa melalui transportasi yang mengangkut benda- benda
berisi air hujan pengandung larva spesies ini.
4. Mekanisme Penyebab Penyakit
 Iklim
Nyamuk Indonesia sudah beradapatasi terhadap lingkungan dan iklim dengan
kelembaban tinggi. Nyamuk tumbuh optimum pada suhu 25-27oC.
Pertumbuhan terhenti pada suhu 40oC. Umunya nyamuk tidak dapat bertahan
lama bila suhu lingkungan meningkat 5-6oC. Kelembaban kurang dari 60% dapat
memperpendek umur nyamuk.
 Hujan
Hujan mempengaruhi perkembangan nyamuk melalui 2 cara yaitu meningkatkan
kelembaban nisbi udara dan menambah jumlah tempat perkembangbiakan
nyamuk (breeding place). Kelembaban optimal untuk pertumbuhan nyamuk yaitu
80-90%. Bila kelembaban kurang, telur dapat menetas dalam waktu yang lama,
bisa mencapai tiga bulan. Kalau lebih dari wktu tersebut, telur akan mengalami
penurunan fekunditas (tidak mampu menetas lagi). Meskipun baru seminggi
kalau kelembaban cukup tinggi di atas 70% dapat mengalami perkembangan
embrio di dalam cangkang telur sendiri. Curah hujan yang lebat akan
membersihkan nyamuk. Sedangkan curah hujan sedang tetapi jangka waktunya
lama dapat memperbesar kesempatan nyamuk berkembangbiak.
 Angin
Kecepatan angin 11-14 m/detik menghambat kemampuan terbanga nyamuk.
Angin mempengaruhi evaporasi air dan suhu udara/konveksi. Nyamuk mudah
masuk perangkap pada kecepatan kurang 5,4 m/detik.

 Tumbuhan
Tumbuhan sebagai tempat peletakan telur, tempat berlindung, mencari makan
jentik dan tempat hinggap/istirahat nyamuk selama menunggu
siklus gonotropik. Aedes aegypti senang meletakkan telur pada tumbuhan
terapung/menjulang dipermukaan air.

5. Pengendalian Vektor Penyakit


Cara yang saat ini masih dianggap tepat untuk mengendalikan penyebaran
penyakit DBD adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor.
Program yang paling sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3 M, yaitu
menguras, menutup, dan mengubur.
 Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang
berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding
bak mandi.
 Menutup tempat penampungan air, sehingga tidak ada nyamuk yang
memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.
 Mengubur barang bekas, sehingga tidak dapat menampung air hujan

Anda mungkin juga menyukai