Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PENELITIAN

IDENTIFIKASI KARBOKSIHEMOGLOBIN (COHb) DALAM DARA


PADA PEDAGANG IKAN BAKAR DI KOTA MAKASSAR

SARI INTAN

PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-

Nya sehingga saya sebagai hamba-Nya dapat menyelesaikan

proposal penelitian “Identifikasi Karboksihemoglobin (COHb) Dalam

Darah Pedagang Ikan Bakar Di Kota Makassar ”.

Terima kasih saya ucapkan kepada bapak/ibu dosen yang telah

membantu saya dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman

seperjuangan yang telah mendukung saya sehingga saya dapat

menyelesaikan proposal peneitian ini.

Semoga proposal penelitian ini bisa menambah wawasan para

pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan

peningkatan ilmu pengetahuan.

Makassar, November 2019

Penyusun
3

DAFTAR ISI
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makassar merupakan salah satu kota besar di Indonesia

yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan dengan pertumbuhan

penduduknya yang semkain bertambah setiap tahunnya. Luas

wilayah 199,3 km2 dengan jumlah penduduk yang cukup banyak

1,339 juta (2010). Banyaknya penduduk mengalami peningkatan

pada kendaraan baik kendaraan roda dua maupun roda empat.

Keadaan itu akan memengaruhi kualitas udara. Kuailtas udara yag

baik merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjaga

kesehatan.Namun, kualitas udara terutama di kota akibat berbagai

aktivitas manusia makin lama makin menurun dan menghasilkan

popilasi udara . Populasi udara yang melebihi baku mutu akan

mengarah pada penurunan kualitas kesehatan lingkungan

menyebabkan berbagai penyakit.

Salah satu zat polutan yang paling banyak di lingkungan

adalah karbon monoksida(CO).Karbon monoksida dapat berasal

dari asap rokok dan juga emisi yang berasal dari transportasi

(kendaraan bermotor) yang menggunakan bahan bakar minyak

(BBM) meghasilkan 60% gas karbon monoksida (CO) dan 15%

hidrokarbon.

. Karbon Monoksida (CO) adalah hasil pembakaran tidak


5

sempurna bahan karbon atau bahan-bahan yang mengandung

karbon (Suma’mur, 2009). Karbon Monoksida merupakan gas yang

tidak berbau, tidak berasa dan juga tidak berwarna. Oleh karena itu

lingkungan yang telah tercemar oleh gas CO tidak dapat dilihat oleh

mata (Wardhana, 2004).

Pola penggunaan BBM menunjukkan kontribusi pencemaran

udara yang berasal dari sektor transportasi mencapai 60%,

selebihnya sektor industri 25%, rumah tangga10% dan sampah 5%

(Asmawi,Sugiarti 2009), menambahkan bahwa perkiraan

persentase komponen tercemar udara utama di indonesia

khususnya transportasi dan industri yaitu Karbon Monoksida (CO)

70,50%, Sulfur Oksida (SOx) 0,9%, Nitrogen Oksida (NOx) 8,9%,

Hidrokarbon (HC) 18,34%.

Peningkatan populasi udara dari sektor transportasi sangat

signifikan dan berdampak pada kehidupan saat ini. Salah satu

polutan udara yang berbahaya dan jumlahnya sangat dominan

adalah gas Karbon Monoksida (CO) yang di hasilkan dari proses

pembakaran udara motor bensin yang tidak sempurna (Sugiarti,

2009).

Gas karbon monoksida (CO) merupakan gas yang tidak

berwarna , tidak berbau, tidak terasa, tidak megiritasi, mudan

terbakar dan sangat beracun, serta tidak larut dalam air. Gas ini

merupakan hasil pembakran tidak semprna dari kendaraan


6

bermotor, alat pemanas dan perlatan yang menggunakan.

Senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya

terhadap manusia, karena mampu membentuk ikatan yang kuat

dengan pigmen dara yaitu haemogloboin (Dharmawan dan susanti,

2012). Paparan udara dengan dengan gas CO dapat

mengakibatkan keracunan system syaraf pusat dan jantung.

Keracunan ini terjadi jika paparan gas CO melampaui batas dari

yang bisa di toleransi tubuh, yaitu lebih dari 250ppm (Rezki, 2012).

Gejala keracunan CO dapat berupa sakit kepala, pusing,

lemah, dan mual. Denyut jantung dan nafas bisa menjadi lebih

cepat , tekanan darah dapat menurun. Kebingungan, penurunan

kesadaran, linglung dan kehilangan memori dapat terjadi. Pada

penglihatan, gejala keracunan CO dapat berupa perdarahan pada

retina hingga kebutaan. Ginjal juga dapat terpengaruh oleh

keracunan CO ini. Orang yang mengalami keracunan CO dapat

kehilangan kemampuan koordinasi atas gerakan otot dan juga

dapat kehilangan kemampuan untuk menggerakkan otot.

Karbon monoksida yang keluar dari kenalpot akan berada di

udara ambient, jika terhirup oleh manusia maka molekul tersebut

akan masuk kedalam saluran pernafasan terus masuk ke dalam

paru-paru dan kemudian akan menempel pada haemoglobin dara

membentuk carboxy Haemoglobin (COHb). Semakin tinggi

konsentrasi CO yang terhirup oleh manusia maka semakin fatal


7

resiko yang di terima oleh manusi tersebut, bahkan dapat

menyebabkan kematian. Daya ikat gas CO terhadap Hb adalah 240

kali dari daya ikat CO terhadap O2. Apabila gas CO darah (HbCO)

cukup tinggi, makan akan mulai terjadi gejala antara lain pusing

kepala (HbCO 10%), mual dan sesak nafas (HbCO 20%),

gangguan penglihatan dan konsentrasi menurun (HbCO 30%),

tidak sadar, koma (HbCO 40-50%) dan apabila berlanjut akan

menyebabkan kematian. Pada paparan menahun akan

menunjukkan gejala gangguan syaraf ,gangguan otak, jantung dan

kematian bayi dalam kandungan. Gas CO yang tinggi di dalam

darah dapat berasal dari rokok dan asap kendaraan bermotor

(Maryanto dkk, 2009).

Terjadinya pencemaran udara dapat diterangkan dengan 3

(tiga) proses, yaitu atrisi (attrition), penguapan (vaporization), dan

pembakaran (combustion). Dari ketiga proses diatas, pembakaran

merupakan proses yang sangat dominan dalam kemampuannya

menimbulkan bahan polutan (Mukono, 2010).

Banyak pekerjaan yang sering terpapar dengan asap polusi

udara. Dalam lingkungan perdagangan, seorang pedagangan

makanan bakar berpotensi untuk terpapar pleh karbon moksida.

Contohnya pedadang sate, sate merupakan hidangan yang sangat

populer di Indonesia ,dengan berbagai suku bangsa dan tradisi seni

memasak telah menghasilkan berbagai jenis sate. Di Indonesia,


8

sate dapat di peroleh dari pedagang sate keliling ,pedangang kaki

lima di tepi jalan, Pedangang sate memiliki peluang lebih besar

terkontamnasi CO yang di dapatkan dari hasil bakar sate tersebut

yang mengandung partikulat dan zat radikal bebas dapat

menggagnggu ikatan hemoglobin dengan oksigen sekaligus juga

bersifat iritatif terhadap saluran pernapasan, karna pada saat

pematangan, pembakaran yang terjadi relative pembakaran yang

tidak tidak sempurna.

Dalam ligkungan perdagangan, seorang pedagang makanan

bakar berpotensi untuk terpapar oleh karbon monoksida (CO) yang

dihasilkan dari asap hasil bakaran. Bercampurnya gas

karbonmonoksida (CO) dengan hemoglobin (Hb) dalam darah

menjadi karboksihemoglobin (COHb).

Pekerjaan atau profesi yang memiliki resiko gas CO dalam

waktu yang cukup lama salah satunya adalah pedagangang sate di

sekitaran makassar. Dalam melakukan pekerjaanya, pedagang

sate tersebut bisa terkena asap dari pembakaran sate kurang dari 5

jam setiap harinya. Belum lagi, terkena asap dari kendaraan

bermotor yang lewat disekitar tempat berjualan sate yang lalu

lintasnya selalu ramai. Keadaan ini meyebabkan darah lebih mudah

menangkap gas CO dan meyebabkan fungsi vital dara sebagai

pengangkut oksigen tergangg. Perlu dilakukan pengukuran kadar

CO. Dalam keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah


9

berkisar antara 0,2% sampai 1,0% dan rata rata sekitar 0,5%.

Disamping itu kadar gas CO dalam darah dapat seimbang selama

kadar gas CO di atmosfer tidak meningkat dan kecepatan

pernafasan tetap konstan . masukan sumbernya

Peneliti sebelumya melakukan penelitian pada pedagang

sate untuk mengetahui kadar karboksihemoglobin (COHb) dalam

darah pedagang sate, dipilih sebagai sampel karena bekerja pada

bagian yang merupakan sumber langsung asap karbonmonoksida

(CO). Yang mendasari peneliti melakukan penelitian mengenai

hubungan paparan gas karbonmonoksida (CO) dalam darah pada

pedagang sate bakar yang ada di Kota Makassar penelitian ini

akan berfokus pada tigkat keterpaparan karbon monoksida dalam

darah karboksi hemoglobin (COHb) pedagang yang tersebar di

Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah
Apakah terdapar carbon monoksida (CO) pada darah

pedagang ikan bakar di Kota Makassar

C. Tujuan penelitian
Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya carbon monoksida

(CO) dalam darah pada pedagangang ikan bakar yang ada di Kota

Makassar.
10

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi bagi masyarakat untuk mengetahui

pengaruh paparan CO pada sistem pernafasan.

2. Untuk Institusi
Sebagai referensi untuk menambah wawasan maupun

bahan bacaan di Prodi Diploma III Analis kesehatan Poltekkes

Muhammadiyah Makassar.

3. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta

memantapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah

diperoleh selama mengikuti perkuliahan.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Populasi Udara


1. Pengertian polusi udara

Polusi udara sendiri merupakan suatu kondisi dimana udara

yang ada di sekitar ini dicemari oleh bahan- bahan kimia, zat atau

partikel yang bersifat negatif, atau bahan biologis lainnya

yang bersifat membahayakan manusia maupun makhluk hidup

lainnya. Polusi udara atau yang juga disebut sebagai pencemaran

udara ini seringkali mengakibatkan berbagai macam dampak yang

merugikan, tidak hanya bagi manusia saja, namun juga bagi

mankhluk hidup lainnya dan bahkan planet bumi.

Polusi udara ini merupkan suatu kondisi yang menggambarkan

udara yang tidak murni lagi karena tercemar oleh berbagai macam

zat- zat polutan. Terjadinya polusi udara ini tidak lain dan tidak

bukan merupakan dampak dari ulah manusia sendiri. Polutan yang

mencemari udara ini paling banyak berupa asap- asap yang di

dalamnya mengandung banyak sekali penyakit dan juga hal

merugikan lainnya. Maka dari itulah disebut sebagai polusi udara.

Asap- asap yang menyebabkan pencemaran udara ini akan

semakin banyak kita temui ketika zaman yang kita tempati ini
12

semakin modern dan semakin banyak aktivitas- aktivitas industri

manusia. Selain aktivitas industri dari pabrik- pabrik, aktivitas

merokok di kalan manusia juga menyumbang dampak yang cukup

siginifikan terhadap tingkat polusi udara dan juga asap- asap

kendaraan bermotor pun demikian.

2. Penyebab Polusi Udara

1. Asap Kendaraan

Asap kendaraan merupakan penyebab dari polusi yang

paling mudah untuk kita temui. Hal ini karena kendaraan

merupakan alat transportasi yang siapa saja mempunyainya,

baik kendaraan roda empat ayau mobil aupun kendaraan

bermotor. Asap kendaraan merupakan salah satu faktor

penyumbang polusi udara yang sangat besar. Asap kendaraan

yang setap hari di produksi oleh milyaran kendaraan setiap

detiknya akan sangat menyebabkan polusi udara.

Oleh karena itulah kita sering mendapati bahwa daerah

pedesaan udaranya lebih bersih dan sehat daripada di

perkotaan. Hal ini salah satunya karena di pedesaaan jarang

kita temui kendaraan bermotor atau monil, sementara di kota

sangat jarang yang mempunyai kendaraan bermotor maupun

mobil.

2. Asap Pabrik

Selain asap kendaraan bermotor atau mobil. Asap pabrik


13

juga termasuk ke dalam pemicu dari adanya polusi udara. Asap

pabrik ini bahkan menyumbang besar sekali gas karbon di

udara. Asap pabrik juga bisa menimbulkan atau menjadi pemicu

dari terjadinya hasam hujan.

Asap pabrik yang dihasilkan dan biasanya dibuang melalui

cerobong asap, apabila naik ke permukaan maka akan sangat

membahayakan dan juga merupakan penyumbang dari gas-gas

yang berbahaya. Seperti yang kita ketahui bersama

bahwasannya asap yang dibuang tersebut merupakan wujud

dari limbah pabrik yang tidak mempunyai fungsi sama sekali.

Oleh karena itulah keberadaan limbah pabrik yang berupa gas

dan di buang di udara ini merupakan faktor pemicu polusi udara.

3. Asap Rokok

Penyebab polusi udara yang selanjutnya merupakan asap

rokok. Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya rokok

merupakan sesuatu hal yang sangat disukai oleh masyarakat

laki- laki di Indonesia. Banyak sekali orang atau kaum pria di

Indonesia ini yang merokok tanpa memilikrkan resiko yang akan

terjadi masa yang akan datang.

Meskipun pemerintah dan bahkan produsen rokok sendiri

menghimbau masyarakat untuk tidak merokok, namun tetap

saja orang- orang di Indonesia selalu mencintai budaya

merokok. Asap rokok yang disebabkan oleh karena rokok yang


14

dihisap ini mengandung banyak sekali gas beracun. Bayangkan

saja jika jutaan orang setiap harinya memproduksi asap rokok,

maka hal ini tentu akan sangat mudah menjadi

penyebab terjadinya polusi udara.

4. Dampak dari Polusi Udara

Polusi udara yang merupakan proses pencemaran pada

udara ini tentu saja mempunyai berbagai dampak yang dapat

kita rasakan. Dampak yang ditimbulkan oleh polusi udara ini

tentu saja merupakan dampak yang bersifat negatif. Adapun

dampak utama dari adanya polusi udara adalah gangguan

kesehatan. Ada banyak sekali rupa gangguan kesehatan yang

akan ditimbulkan dari adanya polusi udara ini seperti:

Terjadinya gangguan pernafasan seperti misal gangguan

paru- paru.

1. Mengganggu kesehatan kulit, sehingga kulit akan

nampak kusam, elastisitas merosot, penuaan dini,

keruput dini, flek hitam, hingga penyakit kanker kulit.

2. Menyebabkan kambuhnya penyakit asma.

3. Menimbulkan penyakit batuk.

4. Menimbulkan terjadinya pemanasan global.

5. Mengganggu pertumbuhan tanaman.


15

B. Tinjaun Umum Karboksihemoglobin (COHb)

1. Pengertian Hemoglobin, Pembentukan Dan Fungsinya


Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi yang

memungkinkan sel darah merah untuk mengangkut oksigen dari

paru-paru ke seluru jaringan tubuh. Semua jaringan tubuh

membutuhkan oksigen, oksigen adalah sumber energi yang paling

penting dalam tubuh. Tanpa cukup hemoglobin, jaringan akan

kekurangan pasokan oksigen, Sehinggah jantung dan paru-paru

harus bekerja lebih keras untuk mengimbanginya. Kadar rendah

hemoglobin mungkin menandakan animea, pendarahan yang

berlebihan, kekurangan gizi, kerusakan sel karena reaksi transfusi

atau katup jantung buatan, atau bentuk hemoglobin yag tidak

normal seperti yang ditemukan pada anemia sel sabit (Oz, 2010).

Hemoglobin berfungsi untuk mengangkut O2 dan dari dalam

peredaran darah untuk dibawa ke jaringan. Ikatan hemoglobin

dengan O2 disebut oksihemoklobin (HbO2). Disamping O2,

hemohlobin juga membawa karbon monoksida dan dengan karbon

monoksida membentuk ikatan karbon monoksihemoglobin (HbCO),

juga berperan dalam keseimbangan darah.

Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang melalui

stadium pematagan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai

retikolosit dari usmsum tulang. Sejumlah kecil hemoglobin masi


16

dihasilkan selama 24-48 jam pematangan. Waktu sel darah merah

menua, sel ini menjadi lebih kaku dan rapuh, akhirnya pecah.

Hemoglobin terutama di fagositosis limfa, hati dan sumsum tulang

kemudian direduksi menjadi heme dan globin, globin masuk

kembali kedalam sumber amino. Besi dibebaskan dari heme dan

sebagian besar diangkut oleh plasma transferin ke sumsum tulang

untuk untuk pembetukan sel darah merah baru (Yuliati Dkk, 2015).

2. Peningkatan Dan Penurununan Hemoglobin

Peningkatan kadar hemoglobin tergantung oleh lama reaksi,

tergantung dari respon individu yang berbeda-beda. Kerja fisik yang

berat juga dapat menaikkan kadar hemoglobin, hal ini disebabkan

masuknya jumlah eritrosit yang disimpan di dalam kapile-kapiler ke

peredaran darah atau karena hilangnya plasma.

Kadar hemoglobin dapat di pengaruhi oleh beberpa faktor yaitu

usia, jenis kelamin, kehamilan, mensruasi, asupan makanan,

kebiasaan minum teh atau kopi(dapat penurunkan penyerapan

besi), kebiasaan merokokdan penyakit infeksi. Ad beberapa

masalah klinis yang menyebabkan penurunan kadar hemoglobin

seperti anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian cairan intravena

berlebihan dan penyakit atau infeksi kronis, juga pemberian obat-

obatan dalam waktu yang lama seperti antibotika, aspirin,

sulfonamide, primaquin, kloroquin. (Yuliati Dkk, 2015).


17

3. Ikatan Hemoglobin Dengan Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin membentuk

karboksihemoglobin HbCo. Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah daripada afinitasnya terhadap karbon monoksida, sehingga

(CO) dapat menggantikan O2 pada hemoglobin dan menurunkan

kapasitas darah sebagai pengangkut O2 terhadap hemoglobin,

akibatnya jika (CO) dan O2 terdapat bersam-sama, maka akan

membentuk HbCO dalam jumlah jauh lebih banyak daripada HbO2.

Jika hal ini berkelanjutan, maka tubuh akan mengkonpensasi

dengan cara menigkatkan proses eritropoesis sebagai usaha untuk

meningkatkan kadar hemoglobin akan meningkat dan menjadi lebih

tinggi dari nilai normalnya. Salah satu penyebab meningkatnya

kadar (CO) dalam darah yaitu menghirup asap.

C. Tinjauan Umum Tentang Darah

1. Defenisi Darah
Darah merupakan kumpulan dari cairan, sel-sel dan partikel

menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler, dan vena

yang mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan dan

membawa karbondioksida dan hasil limbah lainnya (E.

Kusumuwardani, 2010).

Adapun Fungsi utama sel darah merah adalah

menyalurkan atau menyebarkan darah yang banyak

mengandung oksigen (O2) dari paru-paru ke semua jaringan


18

tubuh. Dalam melakukan fungsinya, eritrosit mendapat bantuan

dari hemoglobin (Hb), yakni substansi eritrosit yang tersusun

atas rantai heme dan globin.

2. Struktur Sel Darah Merah

Struktur sel darah merah (eritrosit) norma adalah tidak

mempunyai inti dan bentuknya lempeng bikonkaf dengan garis

tengah sekitar 7-8 mikrometer dan tebalnya 2,5 mikrometer,

sedangkan dibagian yang sangat tebal dan sekitar 1 mikrometer di

bagian tengahnya.

Bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah ketika sel melewati

kapiler, tetapi perubahan bentuk itu tidak akan membuat sel

mengalami ruptur. Hal tersebut dikarenakan dalam kondisi norma,

sel darah merah mempunyai kelebihan membran sel untuk

menampung zat didalamnya menjadikan tidak akan meregangkan

membran secara hebat.

Dalam sel darah merah (eritrosit) ada hemogrobin (Hb),

substansi hemoglobin (Hb) tersebut yang membuat warna merah

pada darah. Jumlah rata-rata sel darah merah pada setiap orang

adalah 90-95 mikrometer kubik, sedangkan jumlah sel darah merah

sangat tergantung dari jenis kelamin dan dataran tempat tingagl

seseorang.

Pada pria normal, volume rata-rata sel darah merah per

mikrometer kubik adalah 5.200.000 (±300.000) dan di wanita


19

normal 4.700.000 (±300.000). Orang yang tinggal pada dataran

tinggi mempunyai jumlah sel darah merah yang lebih besar

daripada dengan orang yang tinggal pada dataran rendah.

3. Proses Pembentukan Sel Darah Merah


Proses terbentuknya sel darah merah atau eritrosit dinamakan

juga dengan eritropoiesis. Pembentukan eritrosit diregulasi oleh

hormon glikoprotein yang disebut eritropoietin. Sel yang pertama

yang dikenali sebagai rangkaian pembentukan eritrosit adalah

proeritroblas, yang terbentuk dari sel stem CFU-E. Sesudah sel

proeritroblas terbentuk, sel akan membelah dalam beberapa kali.

Sel baru hasil generasi pertama dalam pembelahan dinamakan

basofil eritroblas karena dapat di cat dengan warna basa. Sel

tersebut terdiri dari hemoglobin yang sedikit.Pada pembelahan

selanjutnya, jumlah hemoglobin yang terbentuk semakin banyak

dari sebelumnya. Sel yang sudah ada di tahap ini disebut

polikromatofil eritroblas. Di tahap berikutnya, jumlah hemoglobin

yang terbentuk akan lebih banyak dan telah menjadi warna merah

pada sel.

D. Tinjauan Umum Tentang Karbon Monoksida (CO)


1. Dampak Karbon Monoksida (CO) Terhadap Manusia

Gas CO dalam konsetrasi tinggi dapat menyebabkan gangguan

kesehatan, bahkan juga dapat menyebabkan kematian. Gas (CO)

apabila terhisap ke dalam paru-paru akan mengikuti peredaran

darah dan akan menghalangi masuknya O2 yang dibutuhkan oleh


20

tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas (CO) bersifat racun

metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan dara menjadi

karboksihemoglobin (COHb).

Ikatan karboksihemoglobin jauh lebih stabil daripda ikatan O2

dengan darah ( oksihemoglobin). Keadaan ini menyebabkan darah

lebih muda menagkap (CO) dan menyebabkan fungsi vital darah

sebagai pengangkut O2 tenganggu komsentrasi CO2 di udara

sekitar 88 ppm dan konsentrasi COHb dalam darah sekitar 13%

maka seseorang akan sulit bernafas, bila konsentrasi semakin

tinggi serta terjadi dalam waktu lama dapat berakibat seseorang

pingsan bahkan kematian. Keracunan kronis akan mengakibatkan

gangguan syaraf pusat dengan gejala fisik dan gangguan mental.

2. Hubungan Paparan Asap Pembakaran Ikan Terhadap Hemoglobin

Paru merupakan sumber pemaparan yang umum, tetapi tidak

seperti kulit, jaringan paru merupakan barier yang sangat protektif

terhadap paparan bahan kimia. Fungsi utama paru adalah

pertukaran antara O2 dan udara ke dalam darah, dengan

karbondioksida dari darah ke udara yang mengakibatkan jaringan

paru yang sangat tipis memungkinkan aliran langsung bukan saja

O2, tetapi berbagai juga berbagai jenis zat kimia lain ke dalam

darah.

Asap pembakaran daging misalnya asap pembakaran ikan,

mengandung zat-zat berbahaya di dalamya seperti hidrokarbon,


21

karbondioksida, karbonmonoksida, dan lain-lain nya yang dapat

menyebabkan gangguan kesehatan tubuh, seperti gangguan fungsi

kerja darah. Salah satu kandungan zat pencemar udara dalam

pembakaran sate adalah (CO). Yang merupakan zat paling

berpengaruh terhadap darah dan komponen-komponen darah

dalam tubuh. (Lambot SF, 2012).

E. Tinjauan Umum Tentang Metode Penelitian


Merupakan pemeriksaan untuk penentuan COHb secara

kualitatif dengan menggunakan larutan NaOH 10-20%. Dengan uji ini

darah yang mengandung CO akan berubah warna menjadi merah

muda dan estelah 1 menit akan berubah menjadi kecoklatan (Fella

S.N. 2009).

F. Kerangka Berfikir
Polusi udara ini merupkan suatu kondisi yang menggambarkan

udara yang tidak murni lagi karena tercemar oleh berbagai macam zat-

zat polutan. Terjadinya polusi udara ini tidak lain dan tidak bukan

merupakan dampak dari ulah manusia sendiri. Polutan yang

mencemari udara ini paling banyak berupa asap-asap yang di

dalamnya mengandung banyak sekali penyakit dan juga hal merugikan

lainnya. Maka dari itulah disebut sebagai polusi udara.

Manusia merupakan makhluk hidup yang membutuhkan O 2 dan

melepaskan CO2. Manusia sehari-harinya menghirup udara yang

bercampur polusi dari hasil pembakaran yang tidak sempurna.


22

Darah adalah cairan tubuh manusia yang mengangkut

senyawa penting seperti nutrisi dan oksigen ke dalam sel dan

mentranspor produk buangan metabolik dari sel. Darah lebih tebal

dari pada air, dan terasa sedikit lengket. Suhu dari darah pada

tubuh 38 derajat Celsius, lebih tinggi 1 derajat dari suhu tubuh.

Karboksihemoglobin (COHb) terbentuk dari sel darah merah

setelah hemoglobin berinteraksi dengan karbon monoksida. Jika

seorang terpapar dengan karbonmonoksida dalam jumlah yang

rendah, kemampuan hemoglobin untuk mengangkut oksigen sudah

terhambat karena karboksihemoglobin lebih mudah terbentuk.

Pengaruh paparan karbon monoksida bila terhirup oleh

manusia ialah menghambat pasokan oksigen untuk tubuh,

mengganggu fungsi saraf mengganggu fungsi jantung.


23

G. Kerangka Konseptual

Polusi Udara

Manusia

Darah

Karboksihemoglobin (COHb)

Pengaruh Paparan

Gambar 2. Kerangka Berfikir


24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat observasi laboratorium yang bertujuan

untuk mengidentifikasi karboksihemoglobin (COHb) dalam darah

pedagang sate yang ada di sekitaran Kota Makassar

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

1. Waktu penelitian

Waktu penelitian direncanakan pada bulan maret 2020.

2. Lokasi penelitian

Lokasi Penelitian di Laboratorium kimia dan Toksikologi

Klinik Poltekkes Muhammadiyah Makassar.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pedagang ikan

bakar yang ada disekitaran kota makassar.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah darah dari pedagang

sate sebanyak 10 sampel.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Accidental

Sampling.
25

E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas penelitian ini adalah Karboksihemoglobin (COHb).

2. Variabel terikat
Variabel terikat penelitian ini adalah darah.

F. Defenisi Oprasional
1. Darah adalah cairan tubuh manusia yang mengangkut senyawa

penting seperti nutrisi dan oksigen ke dalam sel dan mentranspor

produk buangan metabolik dari sel. Darah lebih tebal dari pada air,

dan terasa sedikit lengket. Suhu dari darah pada tubuh 38 derajat

Celsius, lebih tinggi 1 derajat dari suhu tubuh.

2. Alkali Dilusi adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari

substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya.

3. Aquadest ialah air yang dihasilkan dari satu proses destilasi atau

penyulingan atau sering disebut air murni.

4. Larutan Baku adalah suatu larutan yang mengandung konsentrasi

yang diketahui secara tepat dari unsur atau zat.

G. Alat Dan Bahan

1. Alat :

Tabung reaksi, labu semprot, pipet tetes.

2. Bahan :

Aquadest, NaOH.
26

H. Prosedur Kerja

Disiapkan alat dan bahan, diambil 2 tabung reaksi kemudian

masukkan 1-2 tetes darah pasien kedalam tabung pertama dan 1-2

tetes darah normal ke dalam tabung kedua (sebagai control negatif).

Ditambahkan 10 mL aquadest ke dalam masing-masing tabung hingga

warna merah dapat diamati dengan jelas. Darah pada tabung yang

mengandung CO akan tampak merah jernih sedang darah control

berwarna merah keruh. Ditambahkan 5 tetes larutan NaOH 10-20%

pada masing-masing tabung kemudian dihomogenkan.


27

I. Kerangka Oprasional

Darah

Alkali Dilusi

Aquadest

Larutan Baku

Hasil

Analis Data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2. Kerangka Operasional

J. Analisis Data
Setiap hasil uji pengamatan dan pengukuran lapangan disajikan

dalam bentuk tabel dan kemudian diuraikan secara deskriptif sehingga

dapat diperoleh suatu kesimpulan yang layak.


28

K. Interpretasi Hasil

Darah kontrol akan segera berubah warnanya menjadi merah hijau

kecoklatan kerena terbentuk hematin alkali. Sedangkan darah yang

mengandung COHb tidak berubah segera (tergantung konsentrasi

(COHb) karena lebih resisten terhadap alkali. COHb dengan kadar

saturasi 20% akan memberi warna merah muda selama beberapa

detik kemuadian menjadi coklat kehijauan setelah 1 menit. Sebagai

kontrol jangan digunakan darah fetus karena darah fetus juga resisten

terhadap alkali.
29

DAFTAR PUSTAKA

Fella S. N. 2009. Perbandingan Uji Alkali Dilusi Dengan Uji Formalin Pada
Darah Tikus Wistar Setelah Terpapar Asap Knalpot Dengan Kadar
Co 1800 Ppm Selama 4 Jam. Skripsi. Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro, Semarang.

Kusumawardani, E., 2010. Waspada Penyakit Darah Mengintai Anda.


Hanggar creator. Yogyakarta.

Lamhot S, F. 2012. Efek Asap Bakaran Ikan Bakar terhadap Kesehatan


Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di
Kota Medan. Sumatera Barat.

Maryanto (2009). Deteksi Kandungan Gas Krabon Monoksida (CO)


Hubungan Dengan Kepadatan Lalu Lintas. Jurnal Biosains. 4 (1) :
63.

Michael F. (2010). Being Beautiful : Sehat Dan Cantik Luar Dalam Ala Dr.
Oz. Bandung.

Rezki, (2012). Deteksi Kandungan Gas Krabon Monoksida (CO)


Hubungan Dengan Kepadatan Lalu Lintas. Jurnal Biosains, 4 (1) :
63.

Sugiarti, (2009). Gas Pencemar udara Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan


Manusia. Jurnal Chemical 10 (1) : 50.

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Salemba Medika.


Jakarta.

Yulianti. 2013. Analisis Konsentrasi Gas Karbon Monoksida (CO) Pada


Ruas Jalan Gajah Mada Pontianak. Pontianak.

Yuliati, Tutik Rahayu dan Kartika Ratna Pertiwi. (2015). Hubungan


Konsumsi Protein Dan Zat Besi Dengan Kadar Hemoglobin Pada
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Jurnal Sains
Dasar, 4 (1) : 49 –54.

Anda mungkin juga menyukai