PENDAHULUAN
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1
1.3. Tujuan Penulisan
2
BAB II
ISI
2.1. Etika
3
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada
akhirnya membantu kitauntuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang
perlu kita lakukan dan yang pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini
dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan
manusianya.
Teori moral dalam berfilsafat dapat dipahami menjadi dua aliran besar,
yang pertama adalah deontologis dan yang kedua adalah kaum konsekuensialis.
Pandangan konsekuensialis menyatakan bahwa segala tindakan dianggap bernilai
secara moral bila mempertimbangkan hasil akhir dari tindakan tersebut.
4
Konsekuensialis menegaskan bahwa suatu tindakan itu dapat dinilai baik bila
menyebabkan kebahagiaan bagi individu serta orang-orang disekitarnya.Motif
terhadap apa yang dianggap menyebabkan kebahagiaan dianggap oleh kaum.
Tokoh yang mengembangkan paham etis utilitarian adalah John Stuart
Mill. Utilitarianisme, dari akar kata utility, yang berarti kegunaan, menganggap
bahwa dorongan utama bagi seseorang untuk bersikap etis adalah untuk mencapai
kebahagiaan. Mill berupaya menyampaikan bahwa ada tingkatan dalam
kebahagiaan, dimana pengejaran etis berurusan dengan kebahagiaan yang
bertingkat tingg, karena itulah kebahagiaan itu memiliki nilai moral. Klarifikasi
ini menunjukkan bahwa kebahagiaan yang memiliki nilai moral atau yang
bertujuan etis bagi Mill adalah jenis kebahagiaan yang utama atau tertinggi. Mill
menyatakan bahwa kita harus menyadari bahwa tidak ada kepuasan yang
sempurna itu, meskipun demikian kita harus berupaya untuk memaksimalisasikan
kebahagiaan.
Prinsip etis utilitarian ini untuk mengenyahkan anggapan bahwa prinsip
terutama manusia adalah kebahagiaan maka ia hanya akan melakukan sesuatu hal
yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, sebaliknya karena ia menyadari bahwa
kebahagiaan itu untuk kebahagiaan semuanya, maka ia terdorong untuk bersikap
etis. Motif menjadi sedemikian penting untuk kaum utilitarian karena jika
seseorang berkeinginan untuk bertindak etis maka ia dapat mempertanggung
jawabkan pilihan yang telah ia lakukan.
John Stuart Mill menyatakan bahwa kebahagiaan adalah tujuan dari kita
bertindak yang bernilai moral. Sebagai konsekuensinya, dalam melakukan apapun
kita terpaut dengan hasil akhir dari suatu pilihan, dan bagi kaum utilitarian,
konsekuensi yang dipikirkan adalah bagaimana multiplikasi suatu kebahagiaan
dan menghindari kesengsaraan.. Kebijaksanaan yang utama serta memiliki moral
adalah mengejar kebahagiaan, “Dengan demikian, meningkatkan kebahagiaan,
menurut etika utilitarian, merupakan objek dari kebijaksanaan”
5
yang lebih tinggi. Jadi, tujuan moral adalah mencapai kebaikan bukan
kebahagiaan. Tindakan etis haruslah terlepas dari kepentingan individual. Ross
menyatakan bahwa motif menunjukkan bahwa seseorang bertindak etis bukan
karena tindakan itu benar secara prinsipil, tapi tindakan itu menguntungkan
baginya. Ross berargumen bahwa diluar dari kebahagiaan terdapat berbagai hal
yang menurutnya lebih tepat untuk dijadikan prinsip tindakan moral yakni
kebaikan melalui karakter yang mulia atau berdasarkan intelegensia. Sehingga
untuk Ross kebenaran moral adalah memperbanyak kebaikan bagi semakin
bnayak orang.
Ross mengembangkan ide moral yang disebut dengan Prima Facie. Ide
moral ini menunjukkan bahwa sesungguhnya pada pandangan awal yang muncul
adalah situasi moralyang hanya kemunculan semata, tetapi apa yang dimaksud
Prima Facie adalah situasi moral yang dapat ditelaah secara objektif. Ross
menyebutkan tentang berbagai macam kewajiban yang membutuhkan
pertimbangan individu dalam kejadian-kejadian aktual, ia menyusunnya sebagai
berikut : (1) fidelitas (kesetiaan) atau yang menyangkut perihal bagaimana
seseorang memegang janji atau komitmennya; (2) kewajiban atas rasa terimakasih
ketika kita berkewajiban atas jasa yang sudah ditunjukkan oleh orang lain; (3)
kewajiban berdasarkan keadilan; hal ini menyangkut perihal pembagian yang
merata yang berhubungan dengan kebaikan orang banyak; (4) kewajiban
beneficence, atau bersikap dermawan, dan menolong orang lain sebagai tanggung
jawab sosial; (5) kewajiban untuk merawat dan menjaga diri sendiri; (6)
kewajiban untuk tidk menyakiti orang lain.
Prinsip-prinsip Prima Facie menunjukkan bahwa dalam kondisi-kondisi
tertentu kita kerap terbentur untuk memutuskan di antara pilihan-pilihan moral.
Dalam suatu situasi yang amat mendesak, Ross menekankan pada kemampuan
intuitif manusia untuk mengambil keputusan. Pertimbangan intuitif ini adalah
pertimbangan yang menggunakan segala aspek kecerdasan dan sensibilitas
individu. Dengan demikian maka ia dapat menghindarkan dirinya dari pilihan
yang menyebabkan keburukan untuk dirinya maupun terhadap orang disekitarnya.
6
2.1.4. Peranan etika dalam masyarakat
Etika dalam kehidupan bermasyarakat adalah aturan prilaku, adat kebiasaan
manusia dalam bermasyarakat antara sesama dan menegaskan mana yang benar
dan mana yang salah, Diantaranya :
1. Sebagai suatu ilmu, dapat di jadikan sebagai himpunan dari teroi-teori moral,
yang juga dapat di praktekkan dalam pergaulan hidup sehari-hari. Bila
masyarakat sudah bersedia mematuhinya, maka menjadilah norma-norma
yang di garisakan di dalamnya sebagai "suatu hukum moral", yang sifatnya
mengikat.
2. Sebagai suatu teori, juga dapat diperkaya oleh praktek-praktek hidup dalam
masyarakat. makin bergolak masyarakat itu, makin banyak ragamnya norma
yang dapat di kembangkannya . dengan deemikian antara teori dan praktek
etika, kedua-duanya dapat saling menyokong dalam pembinaan moral
masyarakat.
3. Etika sejak dari dulu, sudah merupakam mata stdi di perguruan tingg,bahwa
setiap alumnus dengan sendirinya juga sudah di anggap bermoral tinggi. bila
terjadi hal yang sebaliknya, maka alumnus yang bersangkutan dapat
digolongkan seorang yang salah didik.
Sebagai suatu moraljudgement (hukum moral) , dapat merupakan unsur
pembantu dalam ilmu_ilmu sosial lainnya, terutama pada ilmu hukum yang
menjadikan manusia sebagai objeknya.
4. Sesuai dengan ajaran aristoteles yang telah menggariskan, bahwa"tugas
utama dari etika itu adalah untuk menentukan kebenaran tentang masalah
moral", dan bagaimana pandangan/tanggapan umum terhadap norma-norma
moral yang telah digariskan dalam kehidupan masyarakat itu.
5. Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai
moralitas yang membingungkan dalam kehidupan bermasyarakat.
6. Etika ingin menampilkan ketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis dalam bermasyarakat dan
betetangga.
7. Orientasi etis ini di perlukan untuk mengambil sikap yang wajar dalam
bermasyarakat dan betetangga.
7
Saat ini Etika sangat penting untuk dipelajari oleh setiap orang karena
kurangnya kesadaran orang akan sesuatu hal yang layak dianggap baik dan
buruk,apa yang benar dan apa yang salah. Banyak kesalahan yang dilakukan
masyarakat kita karena tidak memahami etika dengan benar di antaranya:
1) Kurangnya tata krama dan sopan santun di kalangan masyarakat
2) Cara berpakaian yang salah akibat pengaruh globalisasi
3) Kurangnya penghormatan anak kepada orang tua
4) Tidak menghormati orang yang lebih tua (dilihat dari cara berbicara) yang
menganggap orang tua sama dengan dirinya
8
Hendaknya kita tidak mencari-cari kesalahan/kekeliruan mereka dan
jangan pula bahagia bila mereka keliru, bahkan seharusnya kita tidak
memandang kekeliruan dan kealpaan mereka.
Hindarilah cara bicara yang bisa menimbulkan perselisihan, seperti
mengadu domba, fitnah, dan gossip.
Berbicaralah sesuai waktu dan kondisi lawan bicara kita. Janganlah
orang yang sedang beribadah, kita ajak berbicara karena itu tidak sopan
meskipun lawan bicara kita adalah orang terdekat kita. Misalnya jika
kita ingin berbicara dengan teman kita lewat telepon kita harus liat
waktu terlebih dahulu. Jika kita menelepon pada jam 2 dini hari, maka
hal ini cukup mengganggu kenyamanan tidur orang lain (lawan bicara
kita).
ETIKA
ETIKA KELUARGA
ETIKA GENDER
ETIKA PROFESI
ETIKA POLITIK
IDEOLOGI
9
Diperjelas dengan uraian sebagai berikut :
Etika Umum, mengajarkan tentang kondisi-kondisi & dasar-dasar
bagaimana seharusnya manusia bertindak secara etis, bagaimana pula manusia
bersikap etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi
pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolok ukur dalam menilai baik atau
buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat pula dianalogkan dengan ilmu
pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori etika.
Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan. Penerapan ini bisa berwujud :
Bagaimana seseorang bersikap dan bertindak dalam kehidupannya dan kegiatan
profesi khusus yang dilandasi dengan etika moral. Namun, penerapan itu
dapat juga berwujud Bagaimana manusia bersikap atau melakukan tindakan
dalam kehidupan terhadap sesama. Etika khusus dibagi menjadi dua :
1) Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri.
2) Etika sosial, yaitu mengenai sikap dan kewajiban, serta pola perilaku manusia
sebagai anggota bermasyarakat
ETIKA SOSIAL MELIPUTI BANYAK BIDANG ANTARA LAIN :
a) Etika keluarga
b) Etika profesi
c) Etika politik
d) Etika lingkungan
e) Etika idiologi
10
Etika Normatif, yaitu etika yang mengajarkan berbagai sikap dan
pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Etika Normatif juga memberi penilaian sekaligus memberi norma
sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan dilakukan.
2.5. Profesi
11
dengan tingkat ketepatan yang tinggi untuk kebahagiaan pengguna berdasarkan
norma-norma yang berlaku”.
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekejaan adalah profesi.
Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan
lainnya. Daftar karakteristik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah
diterapkan pada profesi juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi :
Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoritis : professional
diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan memiliki
keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bias diterapkan
dalam praktek.
Asosiasi professional : profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi
oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para
anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan
khusus untuk menjadi anggotanya.
Pendidikan yang ekstensif : profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya ada
persyaratan istitusional dimana calon professional mendapatkan pengalaman
melalui pengembangan professional juga dipersyaratkan.
Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses seritfikasi
sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bias dianggap bias dipercaya.
Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan
teoritis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan
Mengatur diri : Organisasi profesi harus bias mengatur organisasinya sendiri
tanpa campur tangan pemerintah. Professional diatur oleh mereka yang lebih
senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
Layanan public dan alturisme : Diperolehnya penghasilan dari kerja
profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan public,
seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
12
Status dan imbalan tinggi : Profesi yang paling sukses akan meraih status
yang tinggi, prestisi, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal
tersebut bias dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka
berikan bagi masyarakat.
13
14/2005 pasal 1 ayat 4, professional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau noerma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Profesional merupakan seseorang yang menjalankan pekerjaannya sesuai
dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap
sesuai dengan tuntutat profesi nya. Seorang profesional menjalankan kegiatan nya
berdasarkan golongan yang kuat berlandaskan keterampilan yang dimiliki dan
bukan secara amatir. Seorang profesional akan terus menerus meningkatkan mutu
karya nya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan. Istilah profesional pada
umumnya adalah orang yang mendapat upah atau gaji dari apa yang telah
dilakukannya. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara
mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang
sesuai sehingga kinerja nya didasarkan kepada keilmuan yag dimilikinya yang
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Dengan demikian seorang guru
perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan yang tidak mungkin dimiliki oleh
orang yang bukan guru. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat professional
adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus yang
khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dikerjaan oleh mereka
yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain (sudjana,1988).
Dengan demikian, profesional merujuk pada dua hal, yaitu orang yang
menyandang suatu profesi dan kinerja atau performance seseorang dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Terdapat tujuh tahapan
menuju status profesional antara lain:
1. Penentuan spesialisasi bidang pekerjaan
2. Penentuan tenaga ahli yang memenuhi persyaratan
3. Penentuan pedoman kerja sebagai landasan kerja
4. Peningkatan kreativitas kerja sebagai usaha untuk menciptakan sesuatu yang
lebih baik
5. Penentuan tanggung jawab
6. Pembentukan organisasi kerja untuk mengatur tenaga kerja
14
7. Memberikan sebuah pelayanan yang ketat dan penilaian dari masyarakat
pengguna jasa profesi.
Diagram yang menggambarkan keterkaitan antara pekerjaan, profesi, dan
pekerjaan adalah Mengartikan bahwa ada himpunan dari sekumpulan pekerjaan
seperti dokter, guru, makan, minum, membaca, menulis, dan sebagainya.
Kemudian ada pekerjaan purna waktu yang disebut sebagai profesi sebagai
pengabdian kepada masyarakat dari hasil pendidikan/pelatihan yang telah ia
terima, namun tidak semua bisa mengamalkan seluruh ilmunya dengan baik,
hanya ada sebagian yang mampu mengamalkan ilmu atau keahliannya lebih baik
daripada lainnya, sehingga disebutlah kumpulan profesional.
Berikut ini adalah beberapa syarat yang harus dipenuhi ketika seseorang
bisa dianggap sebagi orang yang Profesional.
1. Ahli di bidangnya (mampu menghasilkan karya dan kerja yang baik)
2. Selalu Up-to-date (terkait dengan bidangnya, pengetahuan selalu terbarukan)
3. Bisa dilakukan dengan Meng-aktualisasi diri
4. Sosialisasi (berkumpul dengan komunitas di bidang terkait)
Paling tidak, ada delapan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang jika
ingin jadi seorang profesional.
1. Menguasai pekerjaan
Seseorang layak disebut profesional apabila ia tahu betul apa yang harus ia
kerjakan. Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini harus dapat dibuktikan
dengan hasil yang dicapai. Dengan kata lain, seorang profesional tidak hanya
pandai memainkan kata-kata secara teoritis, tapi juga harus mampu
mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Ia memakai ukuran-ukuran yang
jelas, apakah yang dikerjakannya itu berhasil atau tidak. Untuk menilai
apakah seseorang menguasai pekerjaannya, dapat dilihat dari tiga hal yang
pokok, yaitu bagaimana ia bekerja, bagaimana ia mengatasi persoalan, dan
bagaimana ia akan menguasai hasil kerjanya. Seseorang yang menguasai
pekerjaan akan tahu betul seluk beluk dan liku-liku pekerjaannya. Artinya,
apa yang dikerjakannya tidak cuma setengah-setengah, tapi ia memang benar-
benar mengerti apa yang ia kerjakan. Dengan begitu, maka seorang
profesional akan menjadikan dirinya sebagai problem solver (pemecah
15
persoalan), bukannya jadi trouble maker (pencipta masalah) bagi
pekerjaannya.
2. Mempunyai loyalitas
Loyalitas bagi seorang profesional memberikan petunjuk bahwa dalam
melakukan pekerjaannya, ia bersikap total. Artinya, apapun yang ia kerjakan
didasari oleh rasa cinta. Seorang professional memiliki suatu prinsip hidup
bahwa apa yang dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi merupakan
panggilan hidup. Maka, tak berlebihan bila mereka bekerja sungguh-sungguh.
16
seorang profesional tidak dapat begitu saja mengandalkan kekuatannya
sendiri. Sehebat-hebatnya seorang profesional, pasti tetap membutuhkan
kehadiran orang lain untuk mengembangkan hidupnya. Di sinilah seorang
professional harus mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.
Dalam hal ini, tak benar bila jalinan kerja sama hanya ditujukan untuk orang-
orang tertentu. Seorang profesional tidak akan pernah memilih-milih dengan
siapa ia akan bekerja sama. Seorang profesional akan membuka dirinya lebar-
lebar untuk mau menerima siapa saja yang ingin bekerja sama. Maka tak
mengherankan bila disebut bahwa seorang profesional siap memberikan
dirinya bagi siapa pun tanpa pandang bulu. Untuk dapat mewujudkan hal ini,
maka dalam diri seorang profesional harus ada kemauan menganggap sama
setiap orang yang ditemuinya, baik di lingkungan pekerjaan, sosial, maupun
lingkungan yang lebih luas.
5. Mempunyai Visi
Seorang profesional harus mempunyai visi atau pandangan yang jelas akan
masa depan. Karena dengan adanya visi tersebut, maka ia akan memiliki
dasar dan landasan yang kuat untuk mengarahkan pikiran, sikap, dan
perilakunya. Dengan mempunyai visi yang jelas, maka seorang profesional
akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena apa yang
dilakukannya sudah dipikirkan masak-masak, sehingga ia sudah
mempertimbangkan resiko apa yang akan diterimanya. Tanpa adanya visi
yang jelas, seorang profesional bagaikan "macan ompong", dimana secara
fisik ia kelihatan tegar, tapi sebenarnya ia tidak mempunyai kekuatan apa-apa
untuk melakukan sesuatu, karena tidak mempunyai arah dan tujuan yang
jelas. Dengan adanya visi yang jelas, seorang profesional akan dengan mudah
memfokuskan terhadap apa yang ia pikirkan, lakukan, dan ia kerjakan.
6. Mempunyai kebanggaan
Seorang profesional harus mempunyai kebanggaan terhadap profesinya.
Apapun profesi atau jabatannya, seorang profesional harus mempunyai
penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap profesi tersebut. Karena
dengan rasa bangga tersebut, ia akan mempunyai rasa cinta terhadap
profesinya. Dengan rasa cintanya, ia akan mempunyai komitmen yang tinggi
17
terhadap apa yang dilakukannya. Komitmen yang didasari oleh munculnya
rasa bangga terhadap profesi dan jabatannya akan menggerakkan seorang
profesional untuk mencari dan hal-hal yang lebih baik, dan senantiasa
memberikan kontribusi yang besar terhadap apa yang ia lakukan.
7. Mempunyai komitmen
Seorang profesional harus memiliki komitmen tinggi untuk tetap menjaga
profesionalismenya. Artinya, seorang profesional tidak akan begitu mudah
tergoda oleh bujuk rayu yang akan menghancurkan nilai-nilai profesi. Dengan
komitmen yang dimilikinya, seorang akan tetap memegang teguh nilai-nilai
profesionalisme yang ia yakini kebenarannya. Seseorang tidak akan
mengorbankan idealismenya sebagai seorang profesional hanya disebabkan
oleh hasutan harta, pangkat dan jabatan. Bahkan bisa jadi, bagi seorang
profesional, lebih baik mengorbankan harta, jabatan, pangkat asalkan nilai-
nilai yang ada dalam profesinya tidak hilang.
8. Mempunyai Motivasi
Dalam situasi dan kondisi apa pun, seorang professional tetap harus
bersemangat dalam melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Artinya, seburuk apa pun kondisi dan situasinya, ia harus mampu memotivasi
dirinya sendiri untuk tetap dapat mewujudkan hasil yang maksimal. Dapat
dikatakan bahwa seorang profesional harus mampu menjadi motivator bagi
dirinya sendiri. Dengan menjadi motivator bagi dirinya sendiri, seorang
profesional dapat membangkitkan kelesuan-kelesuan yang disebabkan oleh
situasi dan kondisi yang ia hadapi. Ia mengerti, kapan dan di saat-saat seperti
apa ia harus memberikan motivasi untuk dirinya sendiri. Dengan memiliki
motivasi tersebut, seorang professional akan tangguh dan mantap dalam
menghadapi segala kesulitan yang dihadapinya. Ia tidak mudah menyerah
kalah dan selalu akan menghadapi setiap persoalan dengan optimis. Motivasi
membantu seorang profesional mempunyai harapan terhadap setiap waktu
yang ia lalui, sehingga dalam dirinya tidak ada ketakutan dan keraguan untuk
melangkahkan kakinya.
18
2.7. Profesionalisme
19
Konsep profesionalisme dalam penelitian Sumardi dijelaskan bahwa ia memiliki
lima muatan atau prinsip, yaitu :
1) Afiliasi komunitas (community affilition) yaitu menggunakan ikatan profesi
sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal atau kelompok-
kelompok kolega informal sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan
profesi ini para profesional membangun kesadaran profesi.
2) Kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu pendangan
bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri
tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota
profesi). Setiap adanya campur tangan (intervensi) yang datang dari luar,
dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian secara profesional. Banyak
yang menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk
membuat keputusan dan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian
dapat berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut yang
bersangkutan dalam situasi khusus.
3) Keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation)
dimaksud bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional
adalah rekan sesama profesi, bukan “orang luar” yang tidak mempunyai
kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
4) Dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi profesional
dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan
tetap untuk melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik dipandang
berkurang. Sikap ini merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang total
terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan. Totalitas ini
sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang
diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan ruhani dan setelah itu baru materi.
5) Kewajiban sosial (social obligation) merupakan pandangan tentang
pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat
maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
Kelima pengertian di atas merupakan kreteria yang digunakan untuk mengukur
derajat sikap profesional seseorang. Berdasarkan defenisi tersebut maka
profesionalisme adalah konsepsi yang mengaccu pada sikap seseorang atau
20
bahkan bisa kelompok, yang berhasil memenuhi unsur-unsur tersebut secara
sempurna.
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
22
7. Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme mempunyai makna; mutu,
kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang
profesional. Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional.
Artinya sebuah keadaan yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah
dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau
profesinya
3.2. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24