Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan radiografi skull merupakan pemeriksaan radiografi yang relatif perlu
diperhatikan, selain karena anatomi dari skull yang kompleks serta bentuk wajah dan variasi
anatomis pada setiap orang berlainan immobilisasi maksimal juga sangat dibutuhkan untuk
mendapatkan gambar radiograf skull yang berkualitas. Secara garis besar pemeriksaan skull
dpat dipisahkan menjadi pemeriksaan tengkorak (skull), sinus, nasal bones, facial bones,
orbita, zygoma dan mandibula.
Untuk pemeriksaan skull banyak memiliki variasi proyeksi yang digunakan, hal ini
bertujuan untuk mendapatkan spesialisasi dan karakter gambaran radiograf yang berbeda dari
masing-masing anatomi skull. Dan dalam kesempatan kali ini akan dibahas mengenai teknik
pemerikaan radografi skull dengan methode towne
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi skull dengan menggunakan method towne .

2. Bagaimana kriteria gambar yang dihasilkan melalui pemeriksaan skull dengan methode
towne.

1.3. Tujuan
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini maka dapat disimpulkan tujuan
penulisan makalah ini menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1. Tujuan Umum


Mahasiswa dapat memahami teknik pemeriksaan radiografi skull terutama towne methode.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui posisi pasien dan persiapan lainnya yang perlu diperhatikan dalam
pemeriksaan radiografi skull methode towne.
2. Memahami kriteria gambaran radiograf yang tepat pada pemeriksaan methode towne.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan gambaran mengenai pemeriksaan radiograf skull dengan methode towne secara
jelas.
Memberikan pemahaman tentang kriteria gambaran radiograf methode towne yang baik dan
benar.

TINJAUAN TEORI

2.1. Anatomi Skull

Skull atau tengkorak membentuk rangka kepala dan muka, termasuk pula mandibula,
yaitu tulang rahang bawah. Tengkorak terdiri atas 22 tulang (atau 28 tulang termasuk
tulang telinga), dan ditambah lagi 2 atau lebih tulang-tulang rawan hidung yang
menyempurnakan bagian anteroinferior dari dinding-dinding lateralis dan septum hidung
(nasal). Adapun pembagiannya dapat di gambarkan sebagai berikut :
1. 8 buah tulang tengkorak (cranial bones)
Tulang – tulang yang berfungsi melindungi otak (gubah otak), terdiri dari :
 1 os. Frontal
 2 os. Parietal
 1 os. Occipital
 1 os. Ethmoid
 1 os. Sphenoid
 2 os. Temporal
 
2 Os. Maleus
 2 Os. Inkus -->> os. telinga
 2 Os. Stapes

2. 14 tulang rangka muka (facial bones)


Berfungsi memberi bentuk, struktur pada wajah serta menyokong tulang-tulang di dalam
wajah,


Bersama-sama cranial membentuk lengkung mata (eye sockets), tediri dari :
 2 os. maxillary bones
 2 os. nasal
 2 os. lacrimal
 2 os. zygoma (malar)
 2 os. palatine
 2 os. inferior nasal conchae
 1 os. vomer
1 os. mandible

2.2. Landmark Dalam Pemeriksaan Radiografi Skull

Saat memposisikan kepala pasien, harus diperhatikan bentuk wajah dan variasi anatomis
landmark untuk dapat menentukan bidang yang akan digunakan setepat mungkin disesuaikan
dengan posisi kaset. Telinga, hidung, dan dagu bukanlah patokan yang tepat. bagian tubuh
seperti mastoid tipos, dan orbital margin merupakan landmark yang tepat.
Adapun beberapa garis anatomi yang digunakan sebagai landmark pemeriksaan radiografi
skull antara lain :
Gb. 2. Anterior Landmark

2.2. Teknik Pemeriksaan Radiografi Skull


Ada lima posisi dasar yang umumnya digunakan dalam pemeriksaan radiografi skull,
yakni :
 PA
 PA Axial (Caldwell)
 Lateral
 AP Axial (Towne)
 SMV (Submentovertical).
Ringkasan singkat mengenai proyeksi pemerikaan radiografi skull dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 1. Proyeksi Pemeriksaan Radiografi Skull (dalam bahasa Inggris)

PEMBAHASAN DAN HASIL

3.1. Towne Methode (AP Axial)


Deskripsi :
Meskipun metode towne menunjukkan keadaan umum, pada tahun 1912 Grashey
mempresentasikan deskripsi pertamanya poyeksi AP Axial tulang kranium. Tahun 1926
Altschul merekomendasikan dengan tekanan dagu dan CR langsung melewati foramen
magnum dngan sudut 400 ke caudad. Towne merkomendasikan bahwa dengan tekanan dagu,
CR langsung MSP dari titik 3 inci (7,5 cm) di atas alis ke foramen magnum. Towne tidak
spesifik memberikan sudut CR, tapi tentu saja ini akan tergantung pada kelenturan leher.

Gb. 3. Towne Method

3.2. Teknik Pemeriksaan Methode Towne


3.2.1. Indikasi Pemeriksaan
Berhubung menurut sumber yang di dapat tidak ada yang menyebutkan alasan klinis khusus
mengenai penggunaan methode towne, maka dapat dikatakan penggunaan methode towne
pada pemeriksaan skull bertujuan untuk mendapatkan detail gambaran anatomi daripada
tulang oksipital dan foramen magnum. Di samping juga dorsum sellae, petrous bones, dan
juga os. mastoids
3.2.2. Persiapan Pasien dan Persiapan Alat
a. Persiapan Pasien
Beberapa persiapan yang perlu dilakukan terhadap pasien antara lain :

 Melepaskan benda-benda logam yang dikenakan pasien di daerah yang akan diperiksa
seperti : perhiasan-perhiasan logam agar tidak merusak gambar radiografi.
 Mempersilahkan pasien untuk mengganti pakaian yang dikenakan dengan baju khusus
yang telah dipersiapkan sebelumnya.

b. Persiapan Alat
Persiapan pada alat atau bahan yang akan digunakan pada saat pemeriksaan radiografi antara
lain :

 Pesawat sinar-X (faktor eksposisi : kV, mA, S dan kondisi pesawat)


 Kaset dan film yang sesuai dengan daerah yang akan diperiksa (untuk method
towne digunakan ukuran 10 x 12 inchi (24 x 30 cm)
 Marker (pemberi tanda R :right, L :left)
 Alat fiksasi (mencegah pergerakan objek seperti : sand bag, spoon, dsb)

3.2.3. Posisi Pasien

o Pasien dalam keadaan supine/duduk tegak, pusatkan MSP tubuh ke garis


tengah grid.
o Tempatkan lengan dalam posisi yang nyaman dan atur bahu untuk dibaringkan
dalam bidang horizontal yang sama.
o Pasien hyprshenic dalam posisi duduk tegak jika memungkinkan.
o Bila ini tidak memungkinkan, untuk menghasilkan proyeksi yang diinginkan
pada bagian oksipital asal oleh penyudutan CR Caudad dengan mengangkat
kepala dan mengaturnya dalam posisi horizontal. Stewart, merekomendasikan
sudut 400. Proyeksi oksipitofrontal ditemukan oleh Hass dapat digunakan
dalam proyeksi AP Axial pada pasien hypersthenic.
o Metode Hass adalah kebalikan dari proyeksi AP Axial (Towne), tapi
memberikan hasil sebanding.

3.2.4. Posisi Objek

o Atur pasien sehingga MSP tegak lurus dengan garis tengah kaset.
o Fleksikan leher secukupnya, garis orbito meatal tegak lurus ke bidang film.
o Bila pasien tidak dapat memfleksikan lehernya, aturlah aturlah sehingga garis
infra orbito meatal tegaklurus dan kemudian menmbah sudut CR 70 .
o Untuk memperlihatkan bagian oksipito basal atur posisi film sehingga batas
atas terletak pada puncak cranial. Pusatkan kaset pada foramen magum.
o Untuk membatasi gambaran dari dorsum sellae dan ptrous pyramid, atur kaset
sehingga titik tengah akan bertepatan dengan CR
o Periksa kembali posisi dan imobilisasi kepala.
o Tahan napas saat ekspose.

Gb. 4. Posisi Pasien method towne (supine)

3.2.5. FFD (SID)  40 inchi (96 cm)


3.2.6. Arah Sinar (CR) dan Titik Bidik (CP)
 CR (central ray)  Untuk pemeriksaan umum, arahkan CR ke foramen magnum dengan
penyudutan caudad (1) 300 ke garis orbito meatal atau (2) 370 ke garis infraorbitomeatal.
 CP (central point) diarahkan menuju MSP (mid sagittal plane) dengan titik kira-kira
2-2,5 inchi (6 cm) diatas glabella, dan diarahkan ke pertengahan film.

3.2.7. Struktur Gambar dan Kriteria Gambar


 Struktur Gambar yang Tampak
Proyeksi AP Axial menunjukkan gambaran simetris dari petrous pyramid, bagian posterior,
foramen magnum, tulang oksipital dan bagian posteiror tulang parietal, proyeksi dorsum
sellae dan procesus clinoid dalam foramen magnum. Proyeksi ini juga digunakan untuk
mempelajari tomographic telinga, canal wajah, foraminal jugular dan foramina rotundum.
- Kriteria Gambar
 Hal-hal berikut seharusnya diperlihatkan dengan jelas :
 Jarak dari batas lateral tengkorak ke tepi lateral foramen magnum sama kedua sisinya.
 Petrous pyramid sama kedua sisinya.
 Dorsum sellae dan procesus clinoid posterior tampak dalam foramen magnum
Tulang oksipital dan foramen magnum harus tampak jelas

Gb. 5.
Kriteria gambar proyeksi AP Axial (towne method)
3.2.8. Proteksi Radiasi
Untuk petugas
o Atur jarak (min 1 m)
o Shielding (pelindung Pb)
o Waktu (s)
Untuk Pasien
o Faktor Eksposi (kV, mA, s)
o Shield gonads (apron)
o Batasi lapangan / area penyinaran
Tabel 2. Faktor Eksposi Towne Methode

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini antara lain :
i. Methode towne pada pemeriksaan skull bertujuan untuk mendapatkan detail gambaran
anatomi daripada tulang oksipital dan foramen magnum. Di samping juga dorsum sellae,
petrous bones, dan juga os. Mastoids.

ii. Hal-hal berikut seharusnya diperlihatkan dengan jelas :


a. Jarak dari batas lateral tengkorak ke tepi lateral foramen magnum sama kedua sisinya.
b. Petrous pyramid sama kedua sisinya.
c. Dorsum sellae dan procesus clinoid posterior tampak dalam foramen magnum
d. Tulang oksipital dan foramen magnum harus tampak jelas

3.2. Saran
Beberapa saran yang ingin penyusun utarakan menyangkut penyusunan makalah ini
antara lain :
 Penggunaan methode towne dapat menghasilkan gambaran radiograf yang jelas dari
oksipital dan foramen magnum pada pemeriksaan skull. Sehingga dalam dunia kerja nantinya
proyeksi ini hendaknya dapat diaplikasikan semaksimal mungkin oleh seorang radiografer.
DAFTAR PUSTAKA
www.rtstudents.com. 1998, Radiography of The Skull By N.J.Oldnall; Tameside General Hospital

Greenfield, George B, MD, 1973, A Manual of Radiographic Positioning, Chicago:


University of Health Sciences/The Chicago Medical School

Anda mungkin juga menyukai