Pendamping :
dr. Agustina Rusmawati
NIP. 19771231 2008 01 2 018
Disusun Oleh :
dr. Samuel Keryanto Rumende
PUSKESMAS KAJEN 1
KABUPATEN PEKALONGAN
2017
LAPORAN KEGIATAN
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN
TIDAK MENULAR (P2M) (F5)
“DIABETES MELITUS TIPE 2”
A. Nama Kegiatan
Kunjungan rumah (home visite) pasien Diabetes Melitus Tipe 2
B. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah
penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau
ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin. Diabetes Melitus merupakan
penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang
terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes mellitus merupakan
keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron.
Jumlah penduduk dunia yang sakit Diabetes Melitus cenderung meningkat
dari tahun ke tahun. Hal ini berkaitan dengan jumlah populasi meningkat, pola
hidup, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang. Laporan dari WHO
mengenai studi populasi Diabetes Melitus di berbagai Negara, jumlah penderita
Diabetes Mellitus pada tahun 2000 di Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar
dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus dengan prevalensi 8,4 juta jiwa. Urutan
diatasnya adalah India (31,7 juta jiwa), China (20,8 juta jiwa), dan Amerika Serikat
(17,7 juta jiwa) (Darmono, 2007). Pada tahun 2010 jumlah penderita DM di
Indonesia minimal menjadi 5 juta dan di dunia 239,9 juta penderita. Diperkirakan
pada tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia meningkat menjadi 21,3
juta. Angka kesakitan dan kematian akibat DM di Indonesia cenderung berfluktuasi
setiap tahunnya sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang mengarah
pada makanan siap saji dan sarat karbohidrat. Menurut laporan PERKENI tahun
2006 dari berbagai penelitian epidemiologi di Indonesia menunjukkan bahwa angka
prevalensi Diabetes Melitus terbanyak terdapat di kota-kota besar antara lain:
Jakarta 12,8%, Makassar 12,5%, Bali 7,2%, dan Manado 6,7%. Sedangkan
prevalensi terendah Diabetes Melitus terendah terdapat di daerah pedesaan antara
lain Tasikmalaya sebesar 1,8% dan Tanah Toraja sebesar 0,9%. Adanya perbedaan
prevalensi Diabetes Melitus di perkotaan dan dipedesaan menunjukan bahwa gaya
hidup mempengaruhi angka kejadian Diabetes Melitus.
Provinsi Jawa Tengah memiliki jumlah penderita DM sebanyak 509.319 jiwa
di kota Semarang. Data yang termuat dalam Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo tahun 2011 terdapat 17.172 jiwa yang menderita DM dari jumlah
penduduk Kabupaten Sukoharjo sebanyak 857.421 jiwa. Salah satu wilayah
Kecamatan di Sukoharjo yang memiliki insiden DM mencapai 1256 jiwa adalah
Kecamatan Polokarto dari total jumlah penduduk sebanyak 83.081 jiwa. Di wilayah
Kecamatan Polokarto terdapat 17 desa dengan rata-rata setiap desa memiliki insiden
kasus DM. Insiden DM tertinggi terdapat di Desa Mranggen dengan 65 kasus dari
total penduduk sejumlah 9290 jiwa.
Diabetes mellitus jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan
timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal,
pembuluh darah kaki, syaraf dan lain-lain. Penderita Diabetes dibandingkan dengan
non Diabetes mempunyai kecendrungan 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi penyakit
jantung koroner, 7 kali gagal ginjal kronik, dan 5 kali menderita ulkus diabetika.
Komplikasi menahun Diabetes mellitus di Indonesia terdiri atas neuropati 60%,
penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%, retinopati 10%, dan nefropati
7,1%.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari Kepala
Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Selain faktor genetik, faktor
kebiasaan atau pola hidup merupakan faktor pencetus penyakit Diabetes Melitus. Di
dalam keluarga terjadi proses peniruan kebiasaan dari orang tua ke anggota keluarga
lainnya. Yang dimana jika orang tua memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan
tinggi gula, maka secara otomatis anggota keluarga lain akan mengikuti kebiasaan
tersebut.
Pendekatan holistik pada keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat
menekan angka kejadian penyakit Diabetes Melitus melalui intervensi terapeutik
yang diberikan oleh perawat di unit keluarga.
C. Tujuan Kegiatan
1. Memberikan pengetahuan tentang penyakit Diabetes Melitus Tipe 2
2. Memberikan pengetahuan tentang faktor-faktor risiko Diabetes Melitus Tipe 2
3. Memberikan pengetahuan tentang tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus
Tipe 2
4. Memberikan pengetahuan tentang pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
D. Bentuk Kegiatan
1. Mencari faktor resiko Diabetes Melitus Tipe 2.
2. Edukasi mengenai Diabetes Melitus Tipe 2.
E. Waktu Kegiatan
28 November 2017
F. Tempat Kegiatan
Kunjungan rumah ini dilakukan di Desa Kajongan, Kecamatan Kajen, Kabupaten
Pekalongan
G. Peserta Kegiatan
Ny. S
H. Pelaksana Kegiatan
dr. Samuel Keryanto Rumende
I. Hasil Kegiatan
1. Pemeriksaan pasien DM
a. Anamnesis (Autoanamnesis tanggal 22 November 2017)
Keluhan Utama
Sering BAK
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang pukul 09.00 dengan keluhan sering kencing terutama
saat malam hari kurang lebih 8x/hari. Sering kencing dirasakan
pasien sudah 2 minggu, Selain itu pasien juga mengeluh sering haus,
mual, kaki keram dan gatal-gatal di daerah tangan dan kepala. Pasien
sudah terdiagnosa DM tipe 2 sejak 4 bulan lalu.
b. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
BB : 60 kg
TB : 155 cm
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Suhu : 36,7˚C
RR : 20 kali/menit
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Paru : Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada kanan dan kiri
simetris dalam keadaan statis dan dinamis.
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris kanan dan kiri,
tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba adanya massa.
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri.
Auskultasi : Pernapasan vesikular kanan dan kiri, ronki
tidak ditemukan, wheezing tidak ditemukan.
J. Evaluasi
1. Kelebihan
a. Pasien rajin melakukan kontrol penyakit ke puskesmas
b. Suami pasien perhatian dengan pasien.
2. Kekurangan
a. Pasien kurang mendapat informasi yang cukup terkait DM.