Hordeolum Internum
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Mata RST dr. Soedjono Magelang
Disusun Oleh:
Nauvaldi Sasongkojati
30101206698
Pembimbing:
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp. M.
dr. YB. Hari Trilunggono, Sp. M.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Hordeolum Internum
Juni 2016
Disusun oleh:
Nauvaldi Sasongkojati
30101206698
Dosen Pembimbing,
BAB I
REFLEKSI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Nn. Abyana
Umur
: 16 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Magelang
Pekerjaan
: Siswa
Tanggal Periksa
: 3 Juni 2016
ANAMNESIS
Keluhan Utama
: disangkal
: disangkal
Riwayat merokok
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum :
Kesadaran
: Compos mentis
Aktifitas
: Normoaktif
Kooperatif
: Kooperatif
Status gizi
: Baik
Vital Sign :
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 22 x/menit
Status Oftalmikus
Pemeriksaan
OD
OS
Visus
6/6
6/6
Bulbus Oculi
Suprasilia
Normal
Normal
Trikiasis (-)
-
+
+
Trikiasis (-)
-
Palpebra Superior
Vulnus laceratum
Edema
Hematom
Hiperemi
Entropion
Ektropion
Silia
Ptosis
Palpebra Inferior
Edema
Hematom
Hiperemi
Entropion
Ektropion
Silia
Trikiasis (-)
Trikiasis (-)
Konjungtiva
Injeksi konjungtiva
Injeksi siliar
Sekret
Perdarahan
subkonjungtiva
Bangunan
patologis
Semblefaron
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Kornea
Kejernihan
Mengkilat
Edema
Lakrimasi
Infiltrat
Keratic Precipitat
Ulkus
Sikatrik
Bangunan
patologis
Jernih
-
Jernih
COA
Kedalaman
Hipopion
Hifema
Tyndall Efect
Cukup
Cukup
Bulat
Bulat
3 mm
3 mm
Jernih
Jernih
Iris
Kripta
Edema
Sinekia
Atrofi
Pupil
Bentuk
Diameter
Reflek pupil
Sinekia
Lensa
III.
Kejernihan
Iris shadow
DIAGNOSIS BANDING
- Hordeolum Internum
Dipertahankan karena dari pemeriksaan ditemukan benjolan yang mengarah
ke konjungtiva dan benjolan tersebut tidak ikut bergerak dengan pergerakan
kulit
- Hordeolum Eksternum
Disingkirkan karena pada hordeolum eksternum ditemukan benjolan yang
mengarah ke kulit dan benjolan tersebut ikut bergerak dengan pergerakan kulit
-Kalazion
Disingkirkan karena pada kalazion rabaan benjolan keras dan lepas dari kulit.
Kemudian jika palpebra dibalik, konjungtiva pada tempat kalazion menonjol
merah
-Blefaritis ( anterior/posterior )
Disingkirkan karena pada blefaritis gejala utamanya adalah iritasi, rasa
terbakar, dan sangat gatal pada tepi palpebra, bisa juga ditemukan sisik atau
granulasi di bulu mata superior atau inferior.
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Karena disebabkan oleh infeksi bakteri, pemeriksaan penunjang dengan cara
biakan bakteri ( tetapi jarang dilakukan )
V. DIAGNOSIS KERJA
Hordeolum Internum
VI.
TERAPI
Operatif : Insisi dan drainase bahan purulen, insisi menggunakan alat bantu
forceps dengan arah horizontal
VII.
VIII.
KOMPLIKASI
Selulitis dari palpebra atau orbita
EDUKASI
- Memberitahu
RUJUKAN
Dalam kasus ini tidak dilakukan rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran
lainnya karena dari pemeriksaan klinis tidak ditemukan kelainan yang
berkaitan dengan Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya.
10
X.
PROGNOSA
Prognosis
Quo ad visam
Quo ad sanam
Quo ad functionam
Quo ad kosmetikan
Quo ad vitam
Oculus Dexter
ad Bonam
ad Bonam
ad Bonam
ad Bonam
ad Bonam
Oculus Sinister
Dubia ad Bonam
ad Bonam
ad Bonam
Dubia ad Bonam
ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
.1. Defnisi
Hordeolum adalah Infeksi pada kelenjar di palpebra
.2. Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering
ditemukan pada praktek kedokteran. Insidensi tidak bergantung pada ras
dan jenis kelamin. Dapat mengenai semua usia, tapi lebih sering pada
orang dewasa, kemungkinan karena kombinasi dari beberapa faktor seperti
tingginya level androgen.
.3. Faktor Risiko
- Kesehatan atau daya tahan tubuh yang menurun
- Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
11
.4. Patogenesis
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi hordeolum :
12
a. Hordeolum Interna
Diagnosis Banding
Kalazion
13
Blefaritis
Radang bilateral kronik yang umum di tepi palpebra. Pada blefaritis
anterior disebabkan oleh infeksi stafilokokus ( ulseratif ) atau pityroseum
ovale ( non ulseratif ), sedangkan blefaritis posterior disebabkan adanya
disfungsi kelenjar meibom karena reaksi infeksi
2.9 Penatalaksanaan
- Kompres hangat, 3-4 kali sehari selama 10-15 menit
- Jika keadaan tidak membaik selama 48 jam, dilakukan insisi dan drainase
-
bahan purulen
Hendaknya dilakukan insisi vertikal pada permukaan konjungtiva untuk
menghindari terpotongnya kelenjar meibom. Sayatan dipencet untuk
2.10 Komplikasi
Kompikasi hordeolum adalah selulitis
2.11 Prognosis
Penglihatan dan kosmetik pasien setelah diinsisi adalah baik. Kebanykan
pasien dapat beraktivitas lagi sesaat setelah tindakan operatif
14