Anda di halaman 1dari 25

FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

KEPARAHAN COVID-19 PADA KELOMPOK PASIEN


DENGAN DIALISIS KRONIS DI FASILITAS KESEHATAN DI
PERANCIS
dr. Meinar Puspitaningrum
dr. Muhammad Fahryzal
dr. Nofi Fitriyani
ABSTRAK
Latar belakang. COVID-19 adalah pandemic yang disebabkan oleh infeksi virus yang sebagian besar
berhubungan dengan sindrom respiratori akut. Sehingga, meskipun ada laporan COVID-19 yang terkait dengan organ
lain, namun data yang tersedia relatif sedikit. Termasuk data pasien dengan end-stage renal disease (ESRD) yang
terinfeksi COVID-19.

Metode. Penulis melakukan studi kohor terhadap pasien COVID-19 di 11 pusat fasilitas penyakit dialisis di dua
distrik yang berbeda di Perancis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakter epidemiologi dan klinis dari
COVID-19 pada pasien tersebut, dan untuk mengetahui faktor resiko yang mempengaruhi tingkat keparahan
penyakitnya (termasuk di dalamnya adalah keluaran komposit, tindakan ICU, atau kematian) dan angka mortalitas.
ABSTRAK
Hasil. Berdasarkan analisis multivariate, penggunaan terapi oksigen dan penurunan hitung lymphocyte merukan
faktor resiko independen yang berpengaruh terhadap tingkat keparahan penyakitnya dan terhadap angka
mortalitasnya. Penggunaan bloker reseptor angiotensin II pada 18% pasien memberikan efek proteksi terhadap tingkat
mortalitasnya. Dengan analisis univariate dan multivariate, kombinasi tindakan azithromycin dan hydroxychloroquine
(AZT/HCQ) pada 46% pasien, tidak berhubungan dengan keluaran composite dan kematian.
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
COVID-19 sebagai penyakit infeksi menular pertama kali dilaporkan terjadi pada bulan Desember 2019 di Wuhan,
China dan telah menyebar ke seluruh dunia hanya dalam waktu 3 bulan saja. Segera setelahnya, WHO langsung
menyatakan COVID-19 sebagai pandemi global. Infeksi akut SARS-CoV-2 dapat berakibat pneumonia yang mematikan.
Terbukti dengan banyaknya pasien yang dirawat di ICU berbagai rumah sakit yang ada.
Pasien dengan dialisis kronis merupakan kelompok pasien yang beresiko tinggi tertular virus. Setidaknya tiga kali
seminggu mereka harus berinteraksi dengan berbagai petugas medis bahkan sesama pasien lainnya di fasilitas
kesehatan tempat mereka dirawat. Selain itu, pasien dengan CKD juga memiliki potensi komorbid dengan hipertensi,
penyakit kardiovaskular, dan diabet. Belum lagi respon imun pada kelompok pasien ini juga sering terganggu. Meskipun
unit haemodialysis telah menerapkan protokol yang ketat, dan para ahli nephrologi Eropa juga telah merilis rekomendasi
kesehatan yang harus dilakukan sebagai tindakan proteksi atas resiko penularan fisik, namun belum ada protokol dan
rekomendasi yang tepat untuk mengkontrol penularan melalui transmisi udara. Data yang terdapat di pusat kesehatan
dialisis tentang insiden dan kematian akibat COVID-19, serta faktor resiko penyertanya, sangatlah terbatas.
PENDAHULUAN
Observasi kohor di pusat kesehatan dialisis dilakukan untuk mengetahui gambaran klinis tentang tindakan dan hasilnya
atas pasien dengan CKD stadium 5D yang terinfeksi COVID-19 di 11 fasilitas dialysis di dua wilayah di Perancis.
MATERIAL DAN METODE
Desain Studi

◦ Observasi KOHOR pada pasien Dialisis yang terinfeksi Covid 19 di Prancis

◦ Terdaftar di Health Data Portal of Assistance Publique-Hoˆpitaux de Marseille, sesuai dengan Undang
Undang PADS-20-154 dan 2020-58.
MATERIAL DAN METODE
◦Desain Studi
Penulis melakukan observasi kohor pada pasien Dialisis yang terinfeksi COVID-19 di beberapa pusat dialisis di
Perancis. Data pasien yang diteliti bersifat anonim, namun telah disetujui dan terdaftar pada Health Data Portal of
Assistance Publique-Hoˆpitaux de Marseille, sesuai dengan UU PADS-20-154 dan 2020-58. Pasien tersebut juga telah
diminta kesediaannya secara tertulis agar penulis dapat menggunakan data kesehatan mereka dalam penelitian ini,
dan mereka berhak sewaktu-waktu untuk mencabut kesediaan mereka itu.
MATERIAL DAN METODE
Participants

Populasi

◦ Pasien Dialisis (haemodialysis atau peritoneal dialysis) yang teinfeksi COVID-19 pada periode 5 Maret –
8 Mei 2020

Kriteria Inklusi

◦ Pasien Dialisis yang terdiagnosis Covid 19 menggunakan RT-PCR dan CT Scan


MATERIAL DAN METODE
Participants

Kriteria Eksklusi

◦ Pasien Dialisis yang terkena Covid 19 berusia < 18th dan sudah menjalankan Dialisis < 1 bulan

◦ Pasien yang tidak difollow up ke dalam analisis akhir.


MATERIAL DAN METODE
Participants
Populasi penelitian adalah pasien dialisis (haemodialysis atau peritoneal dialysis) yang teinfeksi COVID-19 di 11
pusat kesehatan dialisis, yang dirawat pada periode 5 March hingga 8 May 2020.
Kriteria Inklusi pasien yang diobservasi adalah pasien dengan diagnosis COVID-19 menggunakan RT-PCR yang
menyatakan positif SARS-CoV-2, dan/atau menggunakan CT scan thorax yang menunjukan adanya lesi bilateral
seperti bercak opasiti ground-glass, konsolidasi, crazy paving, atau efusi pleural. (Kriteria Eksklusi); pasian berusia di
bawah 18 tahun dan sudah menjalankan terapi Dialisis/renal replacement < 1 bulan dan pasien yang tidak difollow up
ke dalam analisis akhir. Seluruh data dikumpulkan pada periode sebelum tindakan ICU. Beberapa pasien dalam
penelitian ini juga pernah diikutkan pada penelitian terdahulu.
MATERIAL DAN METODE
Sumber/Pengukuran Data

1. Data baseline pasien didapatkan dari riwayat kesehatan elektronik


2. Data penggunaan obat atau treatment
3. Data gejala klinis awal dan kondisi vital di hari pertama perawatan
4. Pasien didiagnosis COVID-19 dan dirawat di rumah sakit
MATERIAL DAN METODE
Sumber/Pengukuran Data

Kriteria pasien yang tidak dirawat di ICU :


- Usia >80th
- Penyakit saraf tahap lanjut
- Neoplasia Metastatis stadium lanjut
- Penyakit respiratory kronis yang membutuhkan terapi oksigen
- Penyakit cirrhosis Hepatis dengan Child–Pugh Score C
MATERIAL DAN METODE
Sumber/Pengukuran Data
Data baseline dan data klinis. 1) Karakter data baseline pasien didapatkan dari riwayat kesehatan elektronik. Data
pasien yang dikumpulkan adalah; usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (BMI), level obesitas jika BMI di atas 30 ,
lokasi pada saat diagnosis, dan jenis komorbid. 2) Data penggunaan obat atau treatment (ACE inhibitor, angiotensin II
reseptor bloker (ARB), agen antiplatelet, anticoagulation regiment (vitamin K antagonis), dan terapi immuno-
suppressan) dikumpulkan dan diverifikasi pada periode sebelum penelitian. 3) Data gejala klinis awal dan kondisi vital
di hari pertama perawatan/opname. 4) Setelah pasien didiagnosis COVID-19 dan dirawat di rumah sakit, status
resusitasinya didapatkan melalui konsultasi multidisiplin yang melibatkan nephrologis dan petugas medis ICU.
Kriteria pasien yang tidak dirawat di ICU adalah: berusia di atas 80 tahun, penyakit syaraf tahap lanjut atau
dementia, sakit neoplasia metastatik stadium lanjut, Penyakit respiratory kronis yang membutuhkan terapi oksigen,
dan penyakit sirosis hepatis dengan Child–Pugh Score C.
MATERIAL DAN METODE
Prosedur Laboraturium dan Radiologi

Pemeriksaan darah :
- Pemeriksaan hematologi lengkap
- Serum Albumin
- C-reactive protein (CRP)
- tes coagulation
- Fungsi liver
- Lactate dehydrogenase (LDH)
- Enzim myocardial (Troponine T)
MATERIAL DAN METODE
Prosedur Laboraturium dan Radiologi

Pemeriksaan CT Scan, melihat adanya gambaran :


- Ground-glass opacity
- Crazy paving
- Consolidation
- Pleural effusion
MATERIAL DAN METODE
Treatment Covid 19 dan terapi Oksigen

Treatment yang dianalisis :


- Antibiotik :
- Interleukin (IL)-1 inhibitor dan/atau IL-6 inhibitors
- Terapi antiretroviral
- Corticosteroids
- Heparin
- Terapi Oksigen
MATERIAL DAN METODE
Prosedur laboratorium dan radiologi. Pemeriksaan darah yang disertakan dalam penelitian ini adalah:
pemeriksaan hematologi lengkap meliputi hitung jenis leukosit, serum albumin, C-reactive protein (CRP), tes
coagulation, fungsi liver, lactate dehydrogenase (LDH), dan enzim myocardial (Troponine T).
Tindakan CT scan thorax dilakukan untuk mengevaluasi tanda-tanda pneumonia COVID-19 berupa ground-glass
opacity, crazy paving, konsolidasi, dan efusi pleural, serta untuk melihat keparahan pada paru-paru dalam gambaran
radiologi.
Treatment COVID-19 dan terapi oksigen. Penulis mencatat pengobatan yang diberikan dalam treatment COVID-
19: antibiotics kombinasi azithromycin dan hydroxychloroquine (AZT/HCQ), interleukin (IL)-1 inhibitor dan/atau IL-6
inhibitors, terapi antiretroviral, corticosteroids, dan heparin. Penulis juga mengumpulkan data yang terkait dengan
pemberian terapi oksigen; jenis, durasi, dan kecepatan makslimal laju oksigennya.
MATERIAL DAN METODE
Outcome dan Tujuan

Tujuan Utama :
- Menentukan faktor resiko pada kondisi kritis
- Angka Mortalitas pada pasien Dialisis yang terinfeksi Covid-19
Tujuan Khusus :
- Menguji apakah ada hubungan antara penggunaan ARB dan penggunaan AZT/HCQ terhadap Covid-19
berhubungan dengan kondisi kritis
- Mendapatkan gambaran kejadian kasus Covid-19 yang terjadi setiap minggu
- Mengetahui penyebab kematian, gangguan Cardiovaskular, sepsis, atau hal yang lainnya
MATERIAL DAN METODE
Outcome dan Tujuan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan faktor resiko pada kondisi kritis (pertama kali terjadinya
composite outcome termasuk tindakan ICU atau terjadi kematian) dan angka mortalitas pada pasien dialisis kronis
yang terinfeksi COVID-19. Tujuan khusus, penulis juga ingin menguji apakah penggunaan ARBs dan pengobatan
AZT/HCQ terhadap COVID-19 berhubungan dengan kondisi kritis. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
mendapatkan gambaran kejadian kasus COVID-19 yang terjadi setiap minggu yang terjadi dalam kurun waktu 5 March
hingga 8 May 2020; penyebab kematian (sindrom respiratori akut dan kegagalan respiratori akibat pneumonia),
kejadian gangguan cardiovascular (kematian mendadak, gagal jantung, trombosis arteri dan vena, myocarditis), sepsis
atau hal lainnya.
MATERIAL DAN METODE
Analisis Statistik

◦ Pengujian data menggunakan uji Mann–Whitney U-test, x2 test atau Fisher’s exact test
◦ Analisa data menggunakan Analisis Multiple Logistic Regression dengan tingkat signifikasninya adalah
P ≤ 0.05
◦ Data pasien tidak akan dimasukkan dalam analisis jika data atau nilainya tidak memenuhi variable yang
dibutuhkan
◦ Metode Kaplan–Meier digunakan untuk menghitung angka kumulatif mortalitasnya
◦ Uji log-rank dipakai untuk membandingkan kurva Kaplan–Meier
◦ Analisis statistiknya dilakukan dengan menggunakan software JMP (R) and Graphpad PRISM (R).
MATERIAL DAN METODE
Analisis Statistik
Variable kontinyu dan kategori disajikan sebagai median [interquartile range (IQR)] dan n (%). Penulis
menggunakan Mann–Whitney U-test, x2 test atau Fisher’s exact test untuk membandingkan perbedaan antar grup
ketika diperlukan. Semua test menggunakan patokan uji 2-tailed. Analisa datanya menggunakan Analisis Multiple
Logistic Regression yang dipakai untuk menentukan apakah masing-masing variabel merupakan faktor independen
yang menentukan terjadinya komposit outcome. Untuk analisis multivariate ini, tingkat signifikasninya adalah ≤ 0.05.
Data pasien tidak akan dimasukkan dalam analisis jika data atau nilainya tidak memenuhi variable yang dibutuhkan.
Variabel penyerta yang diikutkan dalam analisis multivariate logistic regression dipilih berdasarkan P < 0.2 dalam
analisis univariate, dan <10% data yang hilang. Metode Kaplan–Meier digunakan untuk menghitung angka kumulatif
mortalitasnya, dan/atau untuk mentransfer pasien ke ICU tergantung pengelempokan pasiennya. Uji log-rank dipakai
untuk membandingkan kurva Kaplan–Meier. Keseluruhan analisis statistiknya dilakukan dengan menggunakan
software JMP (R) and Graphpad PRISM (R).

Anda mungkin juga menyukai