Definisi
Penyakit ginjal kronis adalah penurunan progresif fungsi ginjal dalam beberapa bulan
atau tahun. Penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan ginjal dan/atau penurunan
Glomerular Filtration Rate (GFR) kurang dari 60mL/min/1,73 m selama minimal 3 bulan
(Kidney Disease Improving Global Outcomes, KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for
the Evaluation and Management). Kerusakan ginjal adalah setiap kelainan patologis atau
penanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan darah, urin atau studi pencitraan.
Penyakit ginjal kronis awalnya tidak menunjukkan tanda dan gejala namun dapat
berjalan progresif menjadi gagal ginjal. Penyakit ginjal bisa dicegah dan ditanggulangi dan
kemungkinan untuk mendapatkan terapi yang efektif akan lebih besar jika diketahui lebih
awal.
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronis berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus dapat dilihat
pada tabel berikut :
Etiologi
Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama.
Ginjal mempunyai kemampuan untuk beradaptasi. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan
hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi,
yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini
mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti peningkatan tekanan kapiler dan aliran
darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, kemudian terjadi proses
maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan
penurunan fungsi nefron yang progresif walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.
Adanya peningkatan aktivitas aksis reninangiotensin-aldosteron intrarenal, ikut memberikan
kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis, dan progresifitas tersebut. Aktivasi
jangka panjang aksis renin-angiotensin-aldosteron sebagian diperantarai oleh growth factor
seperti transforming growth factor β (TGF-β). Beberapa hal yang juga dianggap berperan
terhadap terjadinya progresifitas penyakit ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi,
hiperglikemi, dislipidemia. Terdapat variabilitas antar individual untuk terjadinya sklerosis
dan fibrosis glomerulus maupun tubulo intersitial (Price and Wilson, 2005).
Kelima, glomerulus itu sendiri juga harus dianggap sebagai unit fungsional dengan
masing-masing konstituennya, yaitu sel endotel, mesangial, visceral dan parietal - podosit,
dan matriks ekstraselulernya yang mewakili bagian integral dari fungsi normal. Kerusakan
pada satu bagian akan mempengaruhi yang lain melalui mekanisme yang berbeda, koneksi
sel-sel langsung (misalnya, gap junctions), mediator yang larut seperti chemokine, sitokin,
faktor pertumbuhan, dan perubahan dalam matriks dan komposisi membran basal. Penyebab
utama ginjal cedera didasarkan pada reaksi imunologis (diawali oleh kompleks imun atau sel
imun), hipoksia dan iskemia jaringan, agen eksogen seperti obat, zat endogen seperti glukosa
atau paraprotein dan lainnya, dan cacat genetik. Terlepas dari penyebab yang mendasari
glomerulosklerosis dan fibrosis tubulointerstisial sering terjadi pada penyakit ginjal kronik.
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, gejala klinis yang serius belum
muncul, terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan dimana basal
Laju Filtrat Glomerulus masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi
pasti akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan
kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum
merasakan keluhan, tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai
pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada penderita antara lain penderita merasakan
letih dan tidak bertenaga, sulit berkonsentrasi, nafsu makan menurun dan penurunan berat
badan, susah tidur, kram otot pada malam hari, bengkak pada kaki dan pergelangan kaki pada
malam hari, kulit gatal dan kering, sering kencing terutama pada malam hari. Pada LFG di
bawah 30% pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti, anemia,
peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual,
muntah dan lain sebagainya. Selain itu pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi
saluran kemih, infeksi saluran cerna, maupun infeksi saluran nafas. Sampai pada LFG di
bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah
memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain dialisis atau
transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.
Daftar Pustaka
Hill, et al. 2016. Global Prevalence of Chronic Kidney Disease - A Systematic Review and
Meta-Analysis. PLoS One Vol.11 (7) Peer-Review and Open Access Journal.
Willis, K. 2013. Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2012: Clinical
Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease.