Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/303551168

Model Pembelajaran dengan Pendekatan Gaya Belajar

Technical Report · April 2016

CITATIONS READS

0 686

2 authors:

MS Hasibuan Neila Ramdhani


Gadjah Mada University Gadjah Mada University
34 PUBLICATIONS   5 CITATIONS    38 PUBLICATIONS   49 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Psikologi untuk Indonesia View project

Master Plan Dinas Kominfo Lampung Barat View project

All content following this page was uploaded by MS Hasibuan on 16 January 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Model Pembelajaran dengan Pendekatan Gaya Belajar
M.S Hasibuan, Neila Ramdhani
University Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

1. Introduction
Menurut alan proses pembelajaran merupakan proses untuk mendapatkan pemahaman
tentang sesuatu hal yang baru [1]. Proses ini tidak harus dilakukan dalam kondisi formal di
dalam kelas, namun dapat juga dilakukan secara non formal. Proses pembelajaran dilakukan
untuk mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan menurut bloom yakni cara seseorang yang
untuk mendapatkan pengetahuan melalui fase seperti gambar 1 dibawah ini [2]

remember understand apply analyze evaluate Create

Gambar 1 Taxomony bloom [3]


Fase remember menunjukkan bahwa pelajar hanya memiliki ingatan tentang sesuatu namun
masih bersifat umum. Sedangkan fase understand ini sudah memahami sesuatu dan mampu
menghubungkannya dengan sesuatu hal lainnya. Selanjutnya tahapan fase apply sesuatu
yang diingat dan dipahami dapat di implementasikan dalam bentuk nyata. Fase analyze
mampu melakukan analisa tentang sesuai yang sudah diimplementasikan untuk melihat
keterhubungannya. Fase evaluasi melakukan pengecekan tentang sesuatu yang sudah
dievaluasi yang nantinya dapat menghasilkan fase create yakni fase terakhir membuat sesuatu
yang baru.

Fase fase pada Gambar 1 dapat merubah pembelajar dari sisi cognitive, affective dan
psychomotor seperti terlihat di tabel 1
Tabel 1
Domain pembelajaran Fase
cognitive Analyze
affective Evaluate
psycomotor Create
Proses perubahan pada domain pembelajaran pada Tabel 1 memperlihatkan sisi cognitive
yang mengalami perubahan dikarenakan pembelajar sudah mampu menganalisis sesuatu
berdasarkan remember, understand, apply dan analyze. Proses ini mengubah pembelajar
menjadi memiliki pengetahuan baru.
Sedangkan domain affective perubahan melebihi dari cognitive karena sudah masuk ke ranah
attitude dari pembelajar. Perubahan yang jelas tampak dari prilaku pembelajar, hal ini
disebabkan pembelajar sudah sampai pada tahapan evaluasi. Tahapan domain pembelajar
terakhir yakni psikomotorik yang mencerminkan pembelajar bukan hanya memiliki
pengetahuan dan perubahan pada prilaku namun juga mampu berbuat sesuatu dengan bekal
yang dimilikinya. Gambar 2 dibawah ini merupakan penjabaran dari hubungan domain
pembelajaran dengan taxomony bloom.

Gambar 2 hubungan domain pembelajaran dengan taxomony bloom


Dari proses domain pembelajaran psikologi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 4
kelompok yakni behaviorism, contructivism, cognitivism, [4] dan connectivism [5],[6]
seperti terlihat di Gambar 3.
Pendekatan behaviorism dikenalkan sejak tahun 1897 oleh Ivan pavlov’s. Pendekatan
Behaviorism lebih kepada stimulus diberikan untuk menambah keterampilan dan
pengetahuan. Bentuk dari stimulus ini berupa reward dan punishment. Pemberian stimulus
bermaksud memperkenalkan pengetahuan atau ketrampilan yang baru. Sedangkan prilaku
constructivism dikenal pada tahun 1896–1980 yang kenalkan oleh Jean Peaget lebih kepada
critical thinking dan problem solving merupakan. Pelajaran constructivism membuat pelajar
aktif untuk mendapatkan pengetahuan dari pengalaman yang dihadapi. Proses pelajaran
constructivism memerlukan pengajar yang interaktif memberikan motivasi kepada pelajar.
Pelajar diharapkan dapat menggali informasi dari berbagai sumber sehingga akhirnya
memahami akar masalah, permasalahan dan solusi.
Sedangkan pelajaran cognitivism fokus bagaimana informasi itu diterima, disusun, disimpan
dan kemudian dipahami. Proses cognitivism mengharuskan pengajar menetapkan prior
knowledge yang harus dimiliki pelajar. Setelah prior knowledge di ketahui selanjutnya akan
dibangun teaching strategi yang nantinya akan mencapai tujuan pelajaran. Pendekatan
terakhir yakni connectivism penekanannya lebih kepada bahan ajar yang tersebar di media
online. Sehingga pelajar diharapkan mampu mengakses semua bahan ajar tersebut yang
sesuai dengan gaya belajar mereka.

behaviorism Constructivism Cognitivism Connectivism

prior Connecting
Problem knowledge learning
reward object via
Solving internet

Teaching
Method

Critical
Punishment
thingking Goal

Gambar 3. Model Pembelajaran


Gambar 4 dibawah ini menggambarkan hubungan antara psikologi pembelajaran dengan
domain pembelajaran.
•Psikomotorik
Behaviorism
•Affective
Constructivism
•Cognitive
Cognitivism
•Cognitive
Connectivism •Affective
•Psikomotorik

Gambar 4 Hubungan antar psikologi pembelajaran dan domain

2. Gaya Belajar
Dari keempat theory pembelajaran behaviorism, constructivism, cognitivism dan
connectivism tersebut, pointnya ada di pengajar dan pelajar. Pelajar dalam mengikuti
pelajaran ini tidak lepas dari gaya belajar yang dimiliki pelajar. Setiap pelajar memiliki
perbedaan gaya belajar yang mencerminkan cara belajar. Gaya belajar merupakan sesuatu
yang dimiliki pelajar untuk memproses informasi menjadi pengetahuan.
Setiap pelajar memiliki gaya belajar yang berbeda, hal ini disebabkan karena pelajar memiliki
latar belakang prior knowledge yang tidak sama. Prior Knowledge merupakan pengetahuan
dasar yang dimiliki oleh pelajar.
Menurut Honey et all yang menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi pelajar dalam
proses belajar mengajar (PBM). Salah satu faktor yang mempengaruhi pelajar adalah gaya
belajar. Sedangkan gaya belajar menurut definisi Dunn [7] learning style is a process on how
the learner begins to concentrate, process, and retain new and difficult information. Dari
definisi diatas dapat tarik kesimpulan bahwa gaya belajar merupakan proses pelajaran
dimulai dengan bagaimana seseorang mendapatkan informasi, mencerna informasi dan
menyimpan informasi yang sudah diproses tersebut.
Honey et all [8] menyatakan hal yang sama “Most learners are unaware of their own
learning style preference but are vaguely aware of what they feel comfortable with, and learn
more from, certain activities than others”.
a. Gaya Belajar Kolbs
Pada model gaya belajar Kolb’s [9] diperoleh berdasarkan proses learner (pelajar) dalam
mengikuti pelajaran. Didalam model pelajaran Kolb’s di identifikasikan 4 tipe pelajar, yaitu
:
1. Concrete Experience (CE)
Tipe pelajar ini mampu menjawab (merespond) dengan baik penjelasan bahan ajar
yang terkait dengan pengalamannya (experience), minatnya (interest) dan karirnya
kedepan. Pelajar yang termasuk pada tipe ini biasanya bisa menjelaskan pertanyaan
“why”. Tipe pelajar ini mempunyai karakteristik yang lebih menyenangi dalam
bidang penelitian di laboratorium, orientasi lapangan atau proses pengamatan
dilapangan.
2. Reflective Observation (RO)
Pelajar pada tipe ini memiliki kemampuan berpikir lebih mendalam dari pelajar lain.
Pelajar tersebut mampu melakukan analisis yang mendalam dari berbagai sumber
masukan. Dalam menganalisis biasanya pelajar akan menemukan berbagai masukan
atau ide untuk perkembangan lebih lanjut. Pelajar pada tipe ini lebih menyenangi
kegiatan penelitian.
3. Abstract Conceptualization (AC)
Pelajar pada tipe ini lebih mendalami konsep dari pada praktek. Pelajar ini lebih
senang dengan materi yang bersifat teoritis dan akhirnya menghasilkan konsep.
Berbeda dengan RO yang lebih kepada praktek. Pelajar ini juga umumnya
mempunyai daya ingat yang lebih dari pelajar lain. Kebanyakan ciri ciri AC ini
terdapat pada profesi dosen, guru dan politikus.
4. Active Experimentation (AE)
Pelajar tipe ini lebih menyenangi pendekatan praktek dari pada teori. Ciri berikutnya
mereka lebih menyukai kepada sebuah pendekatan pemecahan masalah (solve
problem) dan membuat keputusan berdasarkan hasil dari eksperimen yang telah
dilakukan.
Dari tinjauan tipe pelajar diatas disimpulkan bahwa Kolbs membagi pelajar berdasarkan
bagaimana seorang pelajar melakukan proses pelajaran untuk mendapatkan informasi baru.
Proses ini merupakan alami dan setiap orang pasti berbeda tergantung prior knowledge yang
dimiliki. Kemudian Kolb’s menggabungkan ke empat tipe pelajar tersebut menjadi 4 gaya
belajar berdasarkan hubungan 2 tipe yang memiliki kesinambungan. Berikut ini merupakan 4
stage cycle dari gaya belajar Kolb’s:
1. Accommodating (CE/AE)

Pada tahapan accommodating pelajar mendapat pengalaman baru berdasarkan trial


and error, learning by doing dan pengamatan. Mereka pada umumnya menggunakan
analisa orang lain kemudian bertindak berdasarkan pengalaman. Tahapan
Accomodating seperti ini lebih baik bekerja team.

2. Diverging (CE/RO)

Pelajar diverging ini dihasilkan dari gabungan tipe pelajar Concrete experience dan
Reflective observation. Kedua tipe pelajaran ini tergolong kepada tipe teoritis. Pada
tipe ini pelajar melihat sesuatu permasalahan dengan pandangan yang luas dari
berbagai sudut pandang. Pelajar ini memiliki sifat sensitive dan sangat teliti sebelum
mengambil tindakan. Mereka lebih banyak menggunakan feeling (perasaan).
Sehingga pelajar ini sangat baik untuk ilmu sosial dan mereka lebih tepat untuk
berkelompok.

3. Assimilating (AC/RO)

Pada tipe Assimilating ini, pendekatan yang dilakukan dengan pemikiran yang logis.
Konsep dan ide lebih diutamakan dari pada hal yang lain. Sehingga mereka lebih jelas
dalam memberikan pengertian terhadap sesuatu hal yang konsep ketimbang praktek.
Pelajar yang berada pada tipe ini lebih cocok masalah yang berkenaan dengan science
dan informasi. Mereka ini senang membaca, mengajar, dan menganalisis. Pelajar pada
tipe ini dalam mempunyai pemahaman yang lebih terhadap sesuatu. Pelajar ini dalam
melakukan PBM lebih kepada pendekatan thinking dan watching.

4. Converging (AC/AE)

Pada tipe Converging ini pelajar lebih menyukai sesuatu yang berkaitan dengan
praktek ketimbang teori. Mereka dapat memecahkan permasalahan dari pelajaran
situasi dan kondisi sebelumnya. Dalam hal ini mereka lebih mengutamakan hasil dan
proses teknisnya tanpa memikirkan kondisi sosial yang dihasilkan. Mereka pada
umumnya lebih menyenangi eksperimen dari pada teori dan rumusan ide, kemudian
mereka melakukan simulasi dan akhirnya menggunakan aplikasi. Mereka pada
umumnya dapat menjadi profesional dibidangnya. Pelajar pada tipe ini dalam
melakukan pelajaran menggunakan pendekatan thinking dan doing.

Selanjutnya Kolb’s mengungkapkan bahwa setiap manusia mempunyai gaya belajar yang
alami.
Banyak faktor yang mendasari gaya belajar ini. Kolb’s menggunakan kuisener untuk
mengidentifikasi gaya belajar seseorang yang diberi nama Experiential Learning Theory
Model (ELT). Gambar 1 dibawah ini merupakan learning cycle dari gaya belajar Kolb’s.

Concrete
Experience
Feeling

Accommodating Diverging
(feel and do) (feel and watch)

how we think
Continuum
Perception

about things
CE/AE CE/RO
Active Processing Reflective
Experimentation Observation
Doing Continuum Watching

Converging how we doAssimilating


(think and do) (think and watch)
AC/AE things AC/RO

Abstract
Conceptualisation
Thinking

Gambar 5 Kolb’s learning style[9]


Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa Kolb’s memulai gaya belajarnya dari concrete
experience (CE) dan berakhir ke active experimentation (AE.) Jika diperhatikan dari
lingkaran gambar diatas bahwa awalnya di mulai dari feeling, watching, thinking dan
akhirnya doing.

Gaya Belajar Honey dan Mumford Learning Model


Model gaya belajar selanjutnya yakni model Honey and Mumford [8]. Model ini merupakan
adopsi dari model gaya belajar Kolb’s “ Kolb’s theory has provided a basis for the work of
Honey and Mumford who revised the Learning Cycle and developed new learning style
(Honey & Mumford, 1986, 1992).
Adapun persamaan gaya belajar Kolb’s dan Honey and Mumford adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Persamaan Gaya Belajar Kolb’s dan Honey and Mumford

Gaya Belajar Kolb’s Gaya Belajar Honey and Mumford


Accommodating Activist
Diverging Reflector
Assimilating Theorist
Converging Pragmatist

Pada implementasinya model Honey dan Mumford ini menggunakan Learning Style
Questionnaire (LSQ) yang sama ELT yang dimiliki Kolb’s untuk mengkategorikan gaya
belajar seseorang. Perbedaan antara model Kolb’s dan Mumford terletak pada urutan dari
gaya belajar. Pada model Kolb’s berbentuk lingkaran dan semua dimulai dari Concrete
Experience dan berakhir di Concrete Experimentation . Sedangkan pada model Honey and
Mumford bersifat fleksibel, pelajar tidak harus memulai dari Concrete Experience. Hal ini
berdasarkan latar belakang prior knowledge setiap pelajar berbeda beda. Dibawah ini
merupakan gambar siklus dari gaya belajar Honey and Mumford.

Gambar 6 Honey and Mumford learning cycle and learning style [8]

Learning Style Model VARK


Model VARK [10] tidak dapat dilepaskan dari model sebelumnya yakni model Gardners,
sebab beberapa hal masih mengadopsi model Gardner’s. Dalam model Gardner’s Multiple
intelligence lebih kepada interaksi seseorang terhadap lingkungan sekitarnya untuk
melakukan proses pelajaran, sedangkan pada model VARK lebih spesifik yakni dengan bahan
ajar yang mudah dipahami pelajar dalam melakukan proses pelajaran. Kelebihannya pada
model VARK lebih menekankan kepada pendekatan fisik dalam melakukan proses pelajaran..
Dibawah ini merupakan model dari VARK.
Table 3 Gaya belajar VARK [10]
VARK
Information best absorbed with the use of

Visual Charts, graphs, flow charts, symbols, arrows, hierarchies


Audio Lectures, verbal tutorials, tapes, group discussion, speaking,
talking things through
Read/write Any text-based input and output
Kinesthetic Experience or practice activity e.g. role playing
Penelitian ini akan menggunakan gaya belajar VARK dalam implementasinya. Hal ini
dikarenakan asumsi bahwa pelajar dengan lingkungan sistem elearning memerlukan bahan
ajar yang dapat secara langsung direkomendasikan dan mudah dipahami karena sesuai
dengan karakteristik gaya belajar yang dimiliki

Felder-Silverman Learning Style Model


Pada tahun 1991 Richard M Felder, seorang professor Teknik Kimia di North Carolina State
University dan Barbara A Solomon membuat Index of Learning Styles. Mereka menemukan
empat dimensi gaya belajar dari instrumen yang digunakan merupakan hasil adaptasi dari
model yang dikembangkan pada tahun 1987 oleh Dr. Felder dan Linda K. Silverman, seorang
ahli psikologi pendidikan di University of Denver. Model ini mengklasifikasikan peserta
didik menjadi [11]:
 sensing learners = Proses pelajaran berorientasi kepada fakta yang jelas. Sedangkan
intuitive learners proses pelajaran lebih berorientasi kepada teori.
 visual learners = Proses pelajaran lebih kepada bahan visual seperti gambar, audio,
diagram dan flow chart. Sedangkan verbal learners lebih kepada pendekatan bentuk
tertulis dan lisan;
 inductive learners = Proses pelajaran dengan pendekatan dari spesifik ke umum
sedangkan deductive learners menggunakan pendekata dari umum kepada bentuk khusus;
 active learners = Proses pelajaran dengan sering mencoba dalam sebuah team sedangkan
reflective learners proses pelajaran dengan sendiri;
 sequential learners = Proses pelajaran dengan menggunakan langkah –langkah yang
teratur untuk mencapai tujuan pelajaran sedangkan global learners lebih pada pendekatan
yang bebas tidak mengikuti langkah atau prosedur.
Tabel 4 Persamaan gaya belajar dengan pendekatan teori pembelajaran
No Gaya Belajar Pendekatan Pembelajaran
1. Kolbs Behaviorism
2. Honey and Mumford Cognitivism
3. VARK Learning Style Connectivism
4. Felder Silverman Learning Contructivism
Style

3. Pembelajar
Pembelajar merupakan seseorang yang mengikuti proses pembelajaran untuk
mendapatkan pengetahuan. Pada umumnya menurut Piaget’ stage tabel 5
Period Age Charateristics of the stage
Sensor motor 0-2 years Merupakan perilaku
sederhana
Pre-operational 2-7 years Lebih menggunakan simbol
dan imaginasi dimulai dari
umur ini.
Concrete operational 7-11 years Anak anak lebih
menggunakan operasi pyscial
Formal Operational 11+ years Anak anak menggunakan
hipotesis dan abstrak.

Pada tabel 5 bisa dilihat perkembangan model pembelajaran mulai dari berfungsinya
sensor motor pada umur 0-2 tahun. Kemudian mengalami perkembangan pada pre
operational yakni anak anak sudah mulai belajar dari beberapa simbol. Perkembangan
selanjutnya pada concrete operational pada umur 7-11 yang senang dengan pekerjaan
fisik (psikomotorik). Selanjutnya pada umur 11 tahun keatas sudah berkembang
kemampuannya dalam sebuah hipotesis dan absrak untuk menggambarkan sesuatu.
Menurut honey and mumford di dalam [1] menyatakan bahwa gaya belajar seseorang
tidak hanya fokus pada satu gaya belajar. Hal inilah yang mendasari penelitian ini.

Dibawah ini merupakan merupakan gambaran hubungan antara bloom taxonomy


dengan doman learning,psikologi pembelajaran dan gaya belajar.
Pembelajar
bloom taxonomy

Remember understand apply analsys evaluasi created

domain
learning cognitive affective pshycomotoric

Psikologi Pembelajaran
Behaviorism cognitivism constructivism connectivism

kolbs Honey Felder


& silverman
vark
mumford

Gaya belajar

Pembelajar
Gambar 6.hubungan gaya belajar dengan psikologi pembelajaran
4. Reference
[1] A. Pritchard, Ways of learning, vol. 316, no. 7133. 1998.

[2] P. Armstrong, B. Bloom, M. Englehart, E. Furst, W. Hill, and D. Krathwohl, “Center


for Teaching Bloom ’ s Taxonomy The Original Taxonomy ( 1956 ),” pp. 1–4, 1956.

[3] K. Kostolányová and J. Šarmanová, “Use of adaptive study material in education in E-


learning environment,” Electron. J. e-Learning, vol. 12, no. 2, pp. 172–182, 2014.

[4] D. W. Eccles and P. J. Feltovich, “Implications of Domain-General ‘Psychological


Support Skills’ for Transfer of Skill and Acquisition of Expertise,” Perform. Improv.
Q., vol. 21, no. 2, pp. 43–60, 2008.

[5] S. Downes, “Places to Go : Connectivism & Connective Knowledge,” J. Online Educ.,
vol. 5, no. 1, pp. 1–6, 2008.

[6] H. Page, “Connectivism : A Learning Theory for the Digital Age,” Int. J. Instr.
Technol. Distance Learn., vol. 2, no. 2005, pp. 1–9, 2012.
[7] R. Dunn, K. Burke, and J. Whitely, “What do you know about Learning Styles? A
guide for parents of gifted children,” Natl. Assoc. Gift. Child., no. June, pp. 8 – 30,
2000.

[8] J. Canavan, “Personalised E-Learning Through Learning Style Aware Adaptive


Systems,” 2005.

[9] A. Y. Kolb and D. a Kolb, “The Kolb Learning Style Inventory — Version 3 . 1 2005
Technical Specifi cations,” LSI Tech. Man., pp. 1–72, 2005.

[10] V. Marcy, “Adult learning styles: How the VARK Learning Styles Inventory can be
used to improve student learning,” Perspect. Physician Assist. Educ., vol. 12, no. 2, pp.
117–120, 2001.

[11] R. Felder and L. Silverman, “Learning and teaching styles in engineering education,”
Eng. Educ., vol. 78, no. June, pp. 674–681, 1988.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai