Anda di halaman 1dari 19

andesite dan batuan(model petrogenesis andesit

secara umum)
ini batuan basi di jawa barat! kenapa?? yaaaah…. begitulah adanya!! haha

bukan bukan bukan!! mari kita lihat lebih dekat.. dia adalah sesosok mahasiswi fakultas
sastra berambut sedikit pirang (gak pake pemirang kayak bule celup di kampus kita ya sob)
sedikit bergelombang, kulit di daerah hidung agak berbintik, hidungnya mancung, matanya
biru, tinggi 179 cm, bila melirik…. sejenak jiwa anak adam yang telah puber terlepas dari
raganya…

andesit adalah batuan vulkanik yang bertekstur afanitik-porfiritik, dengan kandungan fenokris
barupa sodik plagiklas, piroksen, dan/atau hondblenda (Raymond, 1984). karena analsiis
modal terkadang bisa menyesatkan (apalagi kalau andesitnya udah keubah dan mineral-
mineral yang ingin di observasi banyak yang ‘hilang’) maka andeist menurut Raymond
(2002) secara definitif adalah batuan vulkanik afanitik sampai porfiritik dengan kandungan
silika 52-63 %, dengan kombinasi alkali (Na2O+K2O) kurang dari 7% dan Na2O>K2O.
etimologi namanya berasal diambil dari nama pegunungan andes di amerika selatan.

teksturnya? mineraloginya?

ok, sodic plagioclase (An) bersama hornblende merupakan fase phyric (fenokris yang gede2)
yang mengisi andesit (logis juga melihat andesit ini batuan intermediet maka seri bowen pun
yang berada ditengah2 antara deret kontinu dan diskontinu). tapi secara mineralogi komposisi
mineral yang ngisi andesit bisa bervariasi (utk deret kontinu bisa dari sodic-calcic An30-80),
ortopiroksen, augit, horndblenda, dan biiotit bisa hadir mengisi fenokris. fase oksida biasanya
diisi oleh magnetit dan ilmenit, juga bisa hadir sebagai fase firik tapi biasanya cuma sebagai
matrik (bareng groundmass).

bagaimana dengan matriks (groundmass) nya? secara umum isinya plagioklas, piroksen,
gelas, atau kombinasi ketiga material ini. beberapa fase lain yang biasanya bisa hadir dalam
andesit termasuk olivin, kuarsa dan trakadang (jarang) ada potasium feldspar. senokris
sebagai fase yang tidak umum, dan alterasi yang hadir (jika ada) ada aegirin, kkordierit,
apatit, sfene, anortoklas, berbagai jenis zeolit, kalsit, celadonite, epidot, pumpellyte, klorit,
hematit, dan pirit.

secara tekstural andesit hadir sebagai batuan afirik gelas (gak punya fenokris) hingga
holokristalin bertekstur afanitik-porfiritik. tekstur vitrphyric (intersertal) bisa muncul dan
trachyidal (seperti basalt) yang menunjukan adanya aliran, tapi intergranular-porfiritik adalah
yang paling khas (ya iyalah dia kan intermediet pasti matrik sama fenokrisnya 50:50
biasanya… tidak selalu) breksi hadir umumnya diantara batuan andesit dan yang
berhubungan, serta batuan lain seperti tuff bisa ikut-ikutan meramaikan kehadiran si andesit
ini. tekstur plagioklas yang hadir biasanya punya zoning. struktur yang hadir hampir sama
kayak basalt dan endapan aliran lava vulkanik lainnya: bisa scoria, vesikular, pillow, atau
columnar (nah.. yang ini banyak biasanya nih..).
pada boninite (andesit dengan nilai Mg tinggi Mg>0.7), pada fase piriknya ada ortopiroksen,
klinopiroksen, (augit, pigeonit, dan klinoesntatit), dan olivin. gelas hadir sebagai matrik, pada
dasit (SiO2>63%) umumnya juga hadir menyertai andesit memiliki fase pirik berupa sodik
plagioklas, kuarsa, biotit, dan horndblenda atau augit. alkali feldspar (potas feldspar) dapat
juga hadir, khususnya mengisi matrik yang kebanyakan juga diisi oleh plagioklas dan gelas
atau juga kuarsa.

bagaimana kimianya?? (oh tuhan… ini bagian yang paling membosankan! hahaha)…

ok, andesit berbeda dengan batuan volkanik yang lain (basalt dan ryolit) karena dia berada
somewhere agak lebih dalam (dibawah permukaan) dan dia sudah banyak keubah sehingga
eror eror bisa terjadi saat analisis. eror ini terjadi karena: kehadiran pengotor (xenokris dan
xenolit) umumnya hadir dalam singkapan intrusi andesit, dan yang kedua karena banyaknya
alterasi yang terjadi pada batuan.

secara umum (meski tidak selalu) biasanya andesit teralterasi pada zona propilit (mengalami
propilitisasi) karena aktivitas hidrotrmal mengubah btuan menjadi berwarna kehijau2an
(curhat: ini banyak sekali dikavling maping gua sob.. haha) hasil aktivitas proses replacement
dari mineral asli oleh kalsit, klorit, epidot, dan mika hijau (calcedonite). alterasi ini bisa
membawa CO2 kedalam batuan, dapat juga mengubah tahap oksidasi besi, dan
menghilangkan berbagai ion dalam batuan, maka secara signifikan juga akan mengubah
kimianya …

ok mari sekarang mari kita liat kimianya…


data analisis elemen major dan CIPW norm pada beberapa batuan andesit di berbagai tempat
(NB: bukan punya gue punya orang.. hahaha thank’s to pak Raymond, 2002)

dari tabel kita liat TiO2nya rendah, mencrikikan batuan vulkanik di daerah subduksi (J.B.
Gill 1981 hal 111). alumina juga barada pada kisaran 15-19%, ini yang membedakan andesit
dan basalt (mafic) dan ryolite (felsic) dia lebih aluminus. karena kandungan plagioklasnya
sangat tinggi. total besi bervariasi. kandungan Mg biasnya rendah dalam andesit kecuali jenis
boninite dan andesit lain dengan kandungan silika rendah. Mg berada apda kisaran rata2 0.6
di daerah arc (J.B Gill 1981 hal 110) namun tinggi untuk andesit non-arc, seperti boninite dan
high-Mg andesite lainnya (Zielenski dan Lipman 1976) nilai Lkali (Na2O dan K2O)
bervariasi, secara signifikan dipengaruhi oleh perbedaan nilai K2O dan meningkatnya SiO2
dan peningkatannya jika memotong arc akan semakin tinggi jika menjauhi daerah subduksi
(Dickinson dan Hatheron 1976 dan Ryan et al 1995).

arc berisi tholeiitic dan batuan seri calc-alkaline (Myashiro 1974). pada seri thoeliite, besi
mengalami pengayaan pada kandungan SiO2 rendah sampai mengenagah. pda tahap awal
evolusi magma sedikit besi berkurang dalam kandungan magma akibat kristalisasi.,
menghasilkan magma dengan kandungan besi tinggi (artinya fase mineral kaya besi akan
menjadi fase firik). kemudian presipitasi (setelah akumulasi besi pada magma tadi memadat)
fase larutan besi (iron-bearing) mengakibatkan menurunnya besi dalam magma yang kaya
besi (setelah bermigrasi keatas meninggalkan besi besi tadi). bila melihat konvigurasi kurva
di AFM (ilustrasinya dibawah) seri calc alkali akan menjauhi sisi FM menunjukan
meningkatnya kandungan besi, karena silika meningkat.

diagram AFM menunjukan afinitas magma tholeiite dan calc-alkali


sekarang isotopnya bagaimana?? (ampuuuunn…. ngomongin ini mulu tenang sob, mau
bagaimana lagi salahkan Arthur Holmes yang gila-gilaan ‘memaksa’ para ahli untuk
menggunakan isotop sebagai salah satu acuan umum analisis geokimia). REE trend bervariasi
diberbagai tipe andesit. secara umum, pengayaan REE diikuti pengayaan LREE yang secara
sistematis mengaya siring meingkatnya nilai K2O. nilai K rendah untuk arc andesite,
boninite, dan ocan ridge andesite tidak kaya LREE. unsur U, Pb, Rb dan Ba secara umum
menigkat dengan kandungan K yang juga meningkat di batuan. (intinya K naik unsur bumi
jarang (REE) juga naik).

rasio isotop bervariasi untuk setiap tipe andesit awalnya Sr87/Sr86 berada pada kisaran 0.703
sampai 0.710 di arc andesite dan mencapai 0.712 di kontinental, dan non arc andesite. Be
mengaya secara signifikan. Nd rasio isotopnya juga bervariasi, di arc andesit menunjukan
nilai lebih besar dan lebih kecil. secara umum isotop Nd rendah di MORB (yang berasosiasi
dg andesite). dan isotop oksigen 18 juga rendah dalam gelas dan fenolris di arc lava (<12)
(Eiler et al, 1998).

yang menjadi pertanyaan terakhir paling bagaimana petrogenesisnya (hadoooh… mabok


lagi…. ah mabok lagi….. ckckckck)

berbicara petrogenesis berarti berbicara asal muasal magmanya seprti pada postingan
sebelumnya tentang basalt kita sudah diskusikan berbagai model magma pembawa basalt ini.
sekarang saatnya kita ‘telanjangi’ darimana magma andesit itu berasal…

setidaknya ada sekitar satu, dua, tiga… mm…. ada 8 (delapan) model petrogenesis dari
magma andesit ini. model-model ini kebanyakan berhubungan langsung dengan arc (busur di
di zona subduksi) karena memang andesit paling banyak disitu. versi wikipedia dibuat
simpel: melawati proses fraksionasi (perubahan kandungan magma seiring menurunnya suhu
dan kristalisasi fase yang ada di dalam magma) dan melalui proses magma mixing (du a jenis
magma bercampur misalnya basalt dan rhyolit dimana andesit (yang intermediet) terbentuk
hasil pencampuran keduanya). dua proses simpel ini sebenarnya sudah menjadi proses
penting dalam ke delapan model yang akan kita ‘telanjangi’ mari kita lihat…

sebelum kesana mari kita perhatikan bagaimana para ahli mengajukan model model ini. data
yang didapat dilapangan menunjukan bahwa andesit ini (lava/magma) melewati beberapa
proses sebelum diproduksi. bukti yang menunjukan hal ini diketahui berdasarkan setting
tektonik yang berbeda untuk tiap tipe andesit, trace dan isotop element, dan kimia major
elementnya. misalnya nilai rasio isotop Sr yang rendah menunjukan ekilibrium mantel,
sedangkan isotop andesit berada pada 0.710 sampai 0.712 menunjukan modifikasi dalam
kerak.

hamir semua model menunjukan hubungan andesit dengan proses yang terjadi pada zona
subduksi. namun model ini juga digunakan untuk andesit selain daerah arc (loh??), apa yang
membuat magma andesit ini bisa terbentuk? urutan keterjadiannya bagaimana? dan lain
sebagainya.. mari kita lihat bagaimana menjawabnya.

untuk menjawab pertanyaan diatas, kita akan membahas 1. berbagai model petrogenesis
andesit, 2. data yang relevan untuk model in apa saja supaya informasi berharga bisa
didapatkan untuk menjelaskan prosesnya.
dibawah ini ada skema gambar zona subduksi dan lokasi tempat terjadinya generasi magma
karena bahasan kita andesit kita akan melihat bagaimana keterbentukan si magma andesit ini
berevolusi dari magma lain. simbol hurufnya untuk tiap titik (lokasi) generasi magma ini ada
A (lingkungan subcrustal), B (lempeng oseanik), C (sedimen pada lempeng oseanik), D
(kedalaman intermediet (pada lempeng yang menunjam), E (upper mantel peridotite), F (crust
mantle interface), G (batuan di dalam lempeng yang kaya akan feldspar atau amfibol), dan H
(shallow crustal, diisi batuan sedimen dan volkanik), dan I (upper matnle yang paling dalam
diisi oleh material mesosfer), dan J (shallow matnle dibawah continental rift zone). air tentu
saja ikut dalam generasi in karena mengingat air itu di permukaan bumi dan litosfer (dalam
batu) cukup signifikan.

skema gambar magma genesis untuk andesit (berlaku untuk semua magma di arc sih
sebenernya) thank’s to pak Raymond… (terima kasih bajakannya pak…) :P

proses yang terjadi dalam formasi magma andesit termasuk didalamnya: anateksis,
kristalisasi fraksional, magma mixing, assimilation, dan kombinasi dari proses ini (contohnya
AFC a.k.a assimilation of fractional crystallization). berbagai jenis model baik arc dan non
arc yang menyatukan proses proses diatas berbeda dalam setting tektoniknya. nature dari
sumber magma, dan proses ini mempengaruhi perbedaan jenis magma yang diproduksi.
beberapa model (hampir semuanya sih) menjelaskan keterbentukan arc andesite dan tentunya
dianggap aplikatif juga untuk andesit di non-arc, dimana proses ang terjadi kurang lebih sama
(generasi magmanya dari mantle melalui proses2 yang disebutin diatas).

karena produksi magma di arc bergantung pada subduksi, memahami arc-magma-forming


process perlu juga memahami prilaku dari lempeng yang tersubduksi dibawahnya (karena
dari sinilah banyak magma diproduksi O.O). batuan yang berada diatas dan sedimen yang
mentutupi atas lempeng (oseanik) kemungkinan telah kontak langsung dengan ari laut dan
mengalami proses hidrotermal yang menyebabkan terjadinya metamorfisme (itu pasti! kata
slank). sebagai hasil dari subducting plate yang ‘basah’ karena kandungan airnya ini maka
batuan kemungkinan masih membawa air dalam pori dan rekahannya (H2O-) bersama
mineral yang mengikat air seperti zeolit, amfibol, dan hydrous mineral lainnya (H2O+).
ketika lempeng tersubduksi, terpanaskan, terhdehidrasi, dan termetamorkan. banyak ahli yang
telah membuat model distirbusi temperatur di zona subduk ini. kontur temperatur (isotherm)
subparalel dengan batas lempeng area ini menunjukan penurunan temperatur ke arah interior
luar lempeng (dan menunjam tentunya sesuai lengkungan subudksi liat gambar di bawah).
panas yang dihasilkan menyebabkan terjadinya dehidrasi dan metamorifsme).

bagaimana dengan metamorfisme di zona subduk ini (ah aku benci yang ini hehehe ;P)
mungkin suatu saat nanti kita akan membahas batuan metamorf sob sekarang vulkaik dulu ye
atu atu… metamorfisme (perubahan tekstur, minralogik dan kimia batuan) yang terjadi di
zona subduk seiring dengan menunjammnya lempeng dipengaruhi oleh beberapa faktor:
temperatur awal lempeng, temperatur dari mantle wedge yang ada diatasnya,
panjang/lamanya waktu subduksi yang terjadi, jumlah litosfer yang tersubduksi (kurang jelas
yang ini nih.. volumenya kali yah), tingkat subduksi (subduction rate), sudut
subduksi/penujaman (angle of subduction), jumlah frictional heating dan shear stress yang
hadir sepanjang batas zona subduksi. kurva hubungan tekanan, kedalaman, temperatur tleah
dibuat oleh Wyllie (1983), kurva istoerm (Marsh) yang juga menghiutng ‘corner flow’ dari
zona subduct. sementara para petologis lain seperti Hamilton (1969), raleigh dan Lee (1969),
Ringwood (194), Fyfe (1975), dan lain lain lempeng yang menunjam ini (yang turun
kebawah) akan mengalami dehidrasi progresif (gambar ke tiga dari ilustrasi 8.6 dibawah).
pada kedalman yang dangkal pada tekanann yang tinggi dan temperatur yang tinggi juga akan
memlai terjadinya reaksi pada sedimen dan batuan vulkanik di lempeng (Aizawa et al 1999),
reaksi metamorfismde yang terjadi disini menghasilkan CO2 dan H2O juga gas metana
(CH4). fase fluida akan berevolusi dan mengingkat ke atas lempeng. karena lempeng
mendekati kedalman dekat 30 km, bsalt dan gabbro dari plat yang menunjam ini akan mulai
berubah menjadi eclogite, suatu jenis batuan anhidrous. selama waktu subduksi, fluida C-O-H
akan berlanjut terbentuk dan keluar ke lempeng bagian atas. ketika lempeng tersubduksi
bagian atasnya jadi kering, namun defluidalisasi dari lempeng bagian bawah akan ditingalkan
karena fluida ini bermigrasi secara paralel atau keatas mengikuti gradien termal.
isotherm curve in subduction zone

pada kedalaman 80-120 km, serpentin dan amfibol pada bagian basal (bawah) dari kerak dan
subcrustal matnle akan mengalami dehidrasi, dengan resultan fluida yang bergerak ke atas
lempeng atau diatas mantle wedge (J, M Delaney dan Helgesson, 1978) unsur yang
ditransportasikan oleh fluida ini mengubah kimia dari batuan yang diterobosnya. fluida ini
dihasilkan oleh reaksi dehidrasi yang menggambarkan temperatur melting dari lempeng
oseanik yang tersubduksi, namun masih diperdebatkan apkah hasil dari reduksini ini cukup
untuk menyebabkan melting di bawah kisaran gradien geotermal berdasarkan studi geofisika
yang telah dilakukan. beberapa sedimen akan mengalami lmeltign (Nichols et al 1996).
sementara fluida yang memasuki mantle wedge akan memicu terjadinya metamorfisme dan
anteksis.
Model dari Formasi magma andesit

diatas sudah dijelaskan dan gambar diatasnya lagi (8.5) menjelaskan lokasi generasi magma
pada zona subduksi. kita akan membahas ke delapan model populer berkatian dengan
keterbentukan andesit dari ilustrasi gambar diatas. kurang leihb secara umum jika
disimpulkan dari ke delapan model maka diketahui arc andesit terbentuk memerlukan: (1)
subduksi; (2) dehidrasi, (3) metasomatisme dari fluida aktif yang akan merubah komposisi
mantel, (4) flux melting, yang dipicu (diinduksi) oleh fluida plate yang tersubduksi, yang
merupakan bagian penting dari magma perimer yang membentuk lava, (5) mantle flow,
merupakan bagian penting juga untuk proses generasi magma dan dapat memudahkan
generasi melalui proses kompresi atau dekompresi (Iwamori, 1997), dan (6) modifikasi dari
berbagai arc magma, melalui mixing, fractionaniton, dan assimilation, yang hadir saat magma
tererupsi.

1. Anateksis dari sedimen yang tersubduksi (Model 1 C plus minus B) —> huruf ini ada
di ilustrasi 8.5 diatas.

pada model in peristiwa anateksis (proses peleburan/melting dari batuan) dari sedimen yang
tersubduksi (C) plus minus lempen oseanik (B) akan menghasilkan magma arc-andesit.

sedimen yang ererosi di kontinen akan memioliki nilai rasio isotop Sr dan Pb yang tinggi.
data dari arc andesit ini serta major elemen, trace element, dan khususnya isotop Be yang
memiliki waktu paruh 1.5 juta tahun (Bowen 1982). Be ini diproduksi di atmosfer, ditransfer
oleh hujan, diserap oleh sedimen dan tanah. waktu paruh cukup untuk isotop ini hadir sebagai
unsur jejak dalam seidimen yang iktu bergerak bersama lempeng subduksi dan kembali lagi
ke permukaan melalu9i transportasi magma, tapi Be tidak bisa bersiklus ulang kmbali
kembali ke sedimen karena sudah berada dalam arc magma.

tapi tetap saja model adalah model, tidak semu dari isotop Be yang mendukung mayoritas
magma andesit adalah berasal dari sedimen, beberapa trace elemen study yang
mengindikasikan bahwa kuantitas sedimen juga berperan dalam generasi magma hanya
sedikit (0-10%) jadi gak banyak sob… seta percobaan melting of sedimen yang dilakukan
beberapa ahli (Winkler, 1965) tidak menunjukan bahwa cairan andesit berasal dari sedimen
dari kecocokan kimia major dan trace elementnya. lebih lanjut lagi, data tidak mensuport
model ini. dan tidak ada juga kasus yang menarik minat para ahli untuk mencari bukti lanjut
bahwa volume besar dari hasil melting sedimen ini membawa andesit.. semoga… suatu saat
ada ya sob… (jama’ah… ooo jama’ah.. alhamdu…. lillah…) jangan serius ah bacanya.. haha

2. Anateksis dari basalt crust (F,G) (Model 2)

model kedua ini diajukan oleh petrolpogis berdasarkan notasi bahwa anateksis dari basalt
crustal rock (batuan yang berada didasar lempeng) hasil panas dari tektonisme akan
menghasilkan atau magma basaltik yang ada dibawah lempeng akan menghasilkan magma
primer andesitis (F dan G). Pichler dan Ziel (1969) dan lainnya mengajukan beberapa bukti
yang mendukung crustal anatexis ini.

 absennya bsatl ‘murni’ dari volcanic section di Chilean Andes.


 data trace elemen (isotop Sr tinggi) yang mendukung keterlibatan kerak.
 asosiasi dekat dari keberadaan aluminous ryolite dan andesite dalam hubungan ruang
dan aktu, yang menggambarkan hubungan gengeik.
namun, basalt sendiri bukan tidak ada di Chilean Andes (Deruelle, 1982); F.A Frey
et al 1984;Lopez-Escobar 1984), atau di daerah dimanapun andesit hadir. bukti
lebih lanjut lagi sudi isotop dan analisis elemen jejak dari andesit dan batuan yang
berhubungan tidak konsisten terhadap crustal resource ini (Pearce dan Peate 1995,
Bacon et al 1997). selain itu, produksi magma andesitis oleh crustal anatexis tidak
terjadi karena kimia dari batuan alam tidak cocok seperti yang diprediksi oleh
crustal anatexis model (J.B Gill 1981).

3. Anatexis dari kerak tersubduksi (B) plus minus mantel (A) (model 3)

oke, pada model ini anateksis mantel tersubduksi (B) plus minius mantel (A) dapat
menghasilkan magma primer untuk arc-andesite (B.D Marsh dan Carmichael, 1974). pada
model ini, kerak oseanik yang mafik, berubah menjadi eclogitie selama subduksi, melting dan
menghasilkan magma andesit primer. magma adakit diajukan sebagai porduk dari hproses ini.
bukti lain dari proses ini dihasilkan melalui hasil studi melting, perhitungan teoritis, dan data
elemen mayor dan jejak.

namun, (hmm.. lagi lagi kayak dosen aja ngritik terus hihihihihihi), terdapat beberapa
masalah dan tidak dapat menjelaskan origin dasri kebanyakan andesit calc-alkaline. pertama,
kimia dari kebayhakan andesit, termasuk kehiadiran REE, tidak cocok dengan prediksi atau
hasil studi studi percobaan melting (T.H Dixon dan Batiza 1979). kedua, sebagaimana telah
dijelsakan diatas, kebanyakan model termal dari zona subduksi tidak memprediksi tingginya
temperatur untuk cukup meleburkan batuan kerak tersubduksi pada lokasi yang dekat dengan
bagian atas lempeng dibawahnya (hahaha pusing yah pokoknya temperatur disitu tidak cukup
meleburkan batuan kerak tersubduksi ini agar sepenuhnya mengalami anateksis membentuk
magma baru). ketiga, model ini tidak memudahkan pencampuran secara besar besaran atau
fraksionasi selama pembentukan formasi andesit, tapi banyak bukti yang menunjukan bahwa
fraksionasi merupakan proses yang signifikan (J.S Beard, 1986). keempat, model ini gagal
menjelaskan asosisi umum dari basalt dan adnesit di arc. kelima (anjrit kasian amat nih),
model fase akilibria menunjukan bahwa andesit hihg alumina, termasuk adakite, bukan
merupakan primary melt (Myers and Johnston, 1996). maka, melting dari lempeng oseanik
sebagai model dari produk magma andesit bertemu dengan berbagai masalah untuk
adakitenya sendiri… kasian….

4. Anateksis dari pirolite dan piroksenit dengan kristalisasi fraksional (model 4).

model Pyorlite-pyroxenite dari Nicholls dan Ringwood (11973), sebagaimana telah kita
diskusikan di postingan basalt. menunjukan adanya anatexis dari batuan mantel untuk
memproduksi magma andesit yang melibatkan rangkaian proses yang kompleks: (1) dehidrasi
dari zona subduksi, melalui konversi batuan meta-igneous dari lempeng oseanik membentuk
eklogit plus fluidanya (B), (2) dehidrasi dan konsekuensi terbentuknya diapir pirolit yang
naik keatas, (3) anateksis dari produksi tholeiite (E), (4) anateksis subsekuen dari mantel
tersubduksi atau kerak eklogit (B) untuk menghasilkan siliceous melt (leburan magma yang
lebih siliceous), (5) infiltrasi (pendauran) dari melt dan fluda dari subductin gslab ini kedalam
matnle wedge untuk membentuk garnet piroksenit, yang naik keatas secara diapirik, (6)
melting dari mangle diapir (D, E), dan (7) krisalisasi fraksional pada pada ketinggian lebih
atas dari litosfer (E,F, dan G?) untuk membentuk magma calc-alkali basalt, andesit, dasit, dan
ryolite dan tipe batuan yang menyertai mereka.
model ini menjelaskan proses komplek dari formasi magma dan modifiksi nya yang dapat
mnjelaskan generasi dari magma rendah Mg, yang tidak menggambarkan primary mantle
melt. model ini mencoba menghitung ragam karakteristikkimia dari arc andesit yang muncul.
rasio isotop Pb menggambarkan keterlibatan sedimen atau crustal involvement (Barierro,
1984), dan resirkulasi air laut dapat meningkatkan konsentrasi K (R.W. Kay 1980). Be
menunnjukan daerah source magma (Brown et al 1982). model in juga menjelaskan nilai Ni
rendah (karakteristik andesit) dan konsentrasi race element lainya (S.R Taylor 1969). juga
berkugannya pola HREE konsisten dengan model tua tahap pirlit piroksenit yang mlelibatkan
fraksionasi (lopez-Escobar, 1984).

banyak studi percobaan telah dilakukan untuk model ini dan nampaknya berhasil (I.A.
Nichollss dan ringwood, 1972). sebagai contoh percobaan simulai second-stage hybridization
of mantle by siliceous melt dapat menghasilkan piroksenit (atau peridotit), sebagaimana
diperediksikan, tapi major dan trace elemennya tidak menunjukan jenis batuan yang akan
membentuk andesit (Johnston and Wyllie, 1989). tapi garnet sisa hasil produk batuan mantel
ultramafik (atau dalam eclogite misalnya) akan menghasilkan formasi magma yang
menunjukan pla HREE-depleted REE yang curam (gambar bawah), dan beberapa percobaan
yang berhubungan tidak menunjukan adana siliceous melt yang penting dihasilkan dari
subductin slab (C.R Stern dan Wyllie, 1981). jadi model ini sepertinya tidak konssten untuk
data dan batasan untuk genesis magma andesit.
pola kurva REE untuk arc andesit
5. anateksis batuan mantel (model 5)

model ini menjelaskan keterjadian antexis pada batuan mantel (A,D, dan E, I atau J)
menghasilkan magma baaltik atau andesitis primer yang akan naik keatas membentuk andesit
melalui kristalisasi langsung dari magma andesitis atau membentuknya melalui modifiasi
magma basaltis (M.J> O’Hara, 1965). ide yang melibatkan kristlaisasi andesit adalah magma
andesit priemr mungkin diproduksi melalui partial melting dari batuan mantel -karena
dekompresi atau fluid-induce melting- dibawah rift zone (I), dalam subducting plate (A), atau
dalam mantel wedge diatas subducting plate (D-F), bukti yang mendukung model ini adalah
mineralogi, kimia, ekspreimen, dan teoritis. rasio isotop Nd, juga nilai isotop Sr yang rendah
dari batuan arc yang ‘tak terkontaminasi’, konsisten dengan sumber mantel.

beberapa bukti menyebutkan bahwa magma andesit primer dari beberapa tipe yang diteliti
memiliki kandungan nikel tinggi, MgO rich olivine, dan Cr2O3 kromit dalam batuan andesit
kaya Mg, lampropyre, dan boninite menunjukan jenis khusus dari batuan yang mewakili
magma mantel priemr (Suzuki dan Shiraki, 1980).

apakah calc-alkaline andesite magma diproduksi langung melalui melting? studi melting
eksperimental (T.H Green dan Ringwood, 1968) dan pemahaman teoritis (Mysen, 1983)
menunjukan bahwa cairan menyerupai andesit dapat dibentuk dari dalam basuan mantel
(sperti eklogit atau spinel lherzolite) observasi ini mengarahkan Tatsumi dan Ishizaka (1981)
untuk mengetahui bahwa semua andesit calc-alkaline pada setauchi volcanic belt Jepang
dapat berdrivasi dari magma andesit primer. meskipun kita tidak pernah tahu seperti apa
kondisi dan kmia wari mantel sebenarnya. banyak debat yang mncul seperti beberapa
eksperimen menunjukan bahwa andeist liquid hanya dapat diproduksi dari CO2 bebas
peridotit, tapi terdapat alasan lain yang diyakini bahwa upper mantel tidak secara umum CO2
free (Boetcher, 1975). selain itu studi eksperimen lainnya menyatakan bahwa andesit likuid
yang hadir dalam peridotit berada dibawah kondisi ekilibrium, dimana para ahli ini
menyatakan kandungan H2O mesti 14-25 wt % (J.B Gill 1981 dan Wyllie 1978, 1979, 1982).
namun andesit yang dijumpai pada data lapangan menunjukan kadar yng kurang dari 5 wt%
dari H2O.

selain itu argumen lain datang dari para ahli yang menyatakan bahwa nilai magnesium untuk
calcl-alkaline arc andesite umumnya terlalu rendah yakni sekitar 0.6 untuk menghasilkan
primary mantle melt. akhirnya tidak ada penjelasan yang lebih jauh lagi untuk menunjukan
asosiasi dari basalt dan andesit ini untk model ini. maka meski model ini banyak dipakai oleh
yang lain, tapi ahli lainnya juga masih mendebatnya… similikiti weleh weleh..

namun apapun perdebatan yang muncul model nomer 5 ini merupakan model modofikasi dari
magma basalt untuk formasi andesit yang paling banyak dipakai (Pearce dan Pete, 1995)

6. kristalisasi fraksional dari magma basalt (Model 6).

beberapa magma andesitis dan yang berhubungan dapat terbetnuk melalui hasil kristalisasi
fraksional dari magma basaltis yang diawali dengan anateksis yang terbentuk pada
kedalaman (D,E,F,H, dan I). ketika Bowen (1928) mengajukan ide ini, kristalisasi fraksional
dari magma basaltis telah diterima secara luas sebagai proses yang menjelaskan origin (asal
usul) dari andesit. meskipun terdapat pross yang lain yang dianggap dapat memodifikasi
kimia magma, fraksionasi seacara umum dianggap penting. pada dasarnya, dalam proses ini
terjadi fraksi (pembagian) kristalisasi dimana mineral mineral seperti plagioklas,
ortopirksen,olivin, augit, hornblend, dan magnetit trdristalisasi dan terpisahkan dari magma
basaltis, membentuk magma baru yang kaya silikda dan alkali dan deplesi (minus) besi dan
magnesium. terjadi perdebatan dimana menanyakan apkah amfibol, magnetit, atau fase lain
merupakan mienral fraksionasi kunci. pada model ini, detail mineralogi dan lokasi
fraksionasi, dapat terjadi pada kerak (G, H) atau mantel (E), atau juga dapat bervariasi.

dimana andesit (sensu lato or secara umum) berkembang pada beberapa hot spot atau
sepanjang MOR, kristalisasi fraksional dari olivin, plagioklas, clinopx, dan oksida Fe-Ti
kemungkinan dapat menjelaskan trend unsur major dan tracenya. anomali negatif dari
anomali europium menunjukan fraksionasi plagioklas.

berbeda dengan kimia arc andesit tidak mudah menjelaskan kristalisasi fraksional sendirian,
meskipun berbagai argumen mendukung proses ini. pertama, andesit secara khas berasosiasi
dengan basalt dasit, dan ryolite dalam hubungan ruang dan waktu, tiap asosiasi basalt-
andesit-dasit-ryolite pada daerah khusus menunukan garis halus pada diagram variasi. juga,
basalt dan andesit dari gunung api yang sama memiliki rasio isotop Sr dan Nd yang sama (r.J
Stern, 1979). data ini menunjukan bahwa batuan consanguineous (induk yang sama/same
parent). kedua, persetujuan yang muncul dari: (1) perhitungan komposisi fase yang hilang
dari magma basaltis via kristalisasi fraksional (untuk membentuk magma andesit), dan (2)
fase firik modal dalam batuan itu sendiri. ketiga data unsur jejak dari bebarapa gunung api
menyajikan bukti kuat dari fraksionasi (J.A Nicholls dan Harris).

tapi tetaplah tapi :P. argumen argumen ini tidak semuanya konklusif. kurva yang halus dari
variation diagram juga biasanya mendukung proses dari magma mixing dan assimilation, dan
basalt dan andesit rupanya tidak cnsanguineous di berbagai tempat (Tatsumi dan Ishizaka,
1982). lebih jauh lagi, kehadiran rasio isotop yang identik dapat mengungkapkansumber yang
sama dari magma, tidak menunjukan hubungan induk-anak magma. juga dari percobaan dan
studi teoritis lain menunjukan bahwa fraksionasi tidak dapat menghitung jalur fraksionasi
basalt ke andesit. (Tilley ,1950 Eggler dan Burnham, 1973). akhirnya bila disimpulkan
seandainya andesit memang berasal dari basalt melalui fraksionasi, seharusnya mereka
(basalt) banyak terdapat di plume, rift, dan lingkungan arc, kenyataanya tidak.

terlepas dari pandangan yang bertolak belakang ini, fraksionasi kemungkinan proses utama
terbentuknya kebanyakan arc andesite (J.B Gill, 1981). pada kebanyakan arc-andesite
province, hal ini dapat menjelaskan variasi kimia dari andesit, tapi kimia dari trace
elementnya memerlukan proses lain yang mampu menjelaskan genesis magma.

7. anateksis mantel plus asimilasi batuan kerak (model 7)

kontaminasi (hibridisasi)_ dari magma induk basaltis yang dibawa dari mantel yang melewati
anatektik serta melewati assimilasi dengan batuan kerak akan mengahsilkan batuan andesitis
dan yang berhubungan (F, G, H). asimilasi merupakan ide yang lama di bawa oleh Daly
(1933). pada argumen petrogenetik modern, hal ini jarang dianjurkan sebagai proses
modifikasi dalam formasi andesit, sementara asimilasi dianggap sebagai proses yang simultan
dengan fractional crystallization (AFC) atau proses lainnya, atau proses yang telah tejradi
lebih awal (DePaolo 1981).

dalam ekrak (F, G, H), silika dan komponen felsik lainnya, dan trace elemen dapat masuk
kedalam magma basaltis yang dibentuk dalam mantel menghasilkan magma andesitik
(Fenner, 1926). bukti yang mendukung ide ini termsuk: (1) trend major elemen dan pada
variation diagram, (2) rasio tinggi dari Sr, Pb, Nd, dan O. bukti lain yaitu hadirnya xenolith
dari ‘granulite’ (yang dianggap sebagai batuan kerak dangkal), granit, dan batuan lainnya
yang dijumpai baik dalam andesit maupun basalt dengan andesit.

penjelasan umum untuk arc dan genesis andesit di oseanik, asimilasinya juga gagal. karena;
pertama, banyak andesit yang hadir tidak diketahui crustal rocknya hasil asimilasi, keuda,
superhead magma (magma panas) memerlukan melting untuk dapat berasimilasi dengan
batuan (suatu saat akan kita bahas). ketiga, asimilasi melibatkan kerak dan basalt sebagai
tahap akhir tidak dapat menjelaskan kimia, khususnya distribusi usnur jejak, dari volume arc
andesit (J.B Gill, 1981).

terlepas dari pandangan ini, Hildreth dan Moorath (1988) mengajukanmodel yna dikenal
dengan MASH model, yang menjelaskan karakter magma andesit dan dasit dibentuk dari
hasil mixing, assimilasi, storage (penyimpanan), dan homgenisasi dari magnel dan magma
kerak (crustal magma) batas kerak-matnel (F). pada model seperti ini, kontribusi dari kerak
benua dapat menjelaskan beberapa elemen mayor dan ciri isotop lokal dari andesit.

8. pencampuran dari magma (Magma mixing) (model 8) —–> horeeee… yang terakhir..

hasil mixing dari magma siliseous danbasaltis membentuk magma andesitis merupakan jenis
proses keterbentukan andesit paling umum. sepreti kebanyakan ide petrogenetik, ide magma
mixing ini menghasilkan secara komposisi melt intermediet merupakan ide yang udah jadul
juga (Fenner, 1926). ide ini dibangkitkan lagi oleh Eichelberger (1975b) menghitung andesit
dan dasit pada daerah sikum pasifik didukung juga oleh studi lain (Kouchi dan Sunagwa
1985, Toermey et al 1995). prosesnya sederhana, memerlukan setidaknya dua jenis magma
(basalt dan ryolite) bercampur dalam dapur magma (F, G, H) untuk membentuk magma
berkomposisi intermediet yang kemudian tererupsi dan terkristalisasi membentuk batuan
beku.

maka dari konsep ini kita ketahui bahwa magma dengan jenis berceda mesti hadir di suatu
lokasi (dapur magma) pada waktu yang sama untuk menghasilkan magma baru ini. tapi
sepertinya hal in sulit terjadi (dipostingan lain akan kita bahas). hal ini terjadi karena magma
basalt yang naik keatas dari mantel akan terefraksionasi dan membentuk riolit atau dapat juga
melting pada bagian bawah kerak untuk membentuk magma ryolit. masalahnya ketika
magma ryolitis ini memerlukan campuran magma basalt yang tentu saja harus berasal dari
bawah (lebih dalam) naik keatas maka diperlukan energi yang memiciu magma basalt ini
untuk naik berupa pans dan gas-charged agar magma baslt ini mau naik ke atas dapur magma.

bukti yang mendukung keterjadian magma mixing ini berupa mineralogi, kimia, dan
eksperimen. di lapangan basalt, andsit, dasit, dan ryolit dapat secara erat berhubungan secar
spasial dan temproal., dengan alternsi jenis vulkanik lain pada area yang sama. hugungan ini
menunjukan hubungan genetik dari batuan-batuan tersebut. bukti lainnya datang dari
keberadaan xenolith dan xenocryst dalam batuan intermediet ini, seperti inklusi basalt dalam
dasit arau Mg-olivin dan kuarsa dalam fenokris andesit. fenokris plagioklas mencirikan
perbedaan komposisi dan hal ini menunjukan bukti penyerapan kembali dalam intinya yang
juga dianggap sebagai matifestasi dari mixing (Eichelberger, 1978a). secara kimiawi,
komposisi dari variation diagram berupa garis lurus antara (yang dianggap sebagai)
komposisi akhir adalah konsisten dengan mixing model. selain itu simulasi lain menunjukan
bahwa studi eksperimental dari mixing ini dapat terjadi dalam waktu yang cepat (Kouchi dan
Sunagawa, 1983).
berlawanan dengan model magma-mixing, bahwa ciri fisika dari magma yang terlibat dalam
mixing tidak dapat terjadi (McBirney, 1980). namun, jika magma mixing terjadi secara
efisien melewati proses pencampuran maka akan rusak. sebagai konsekuensinya, beberapa
petrologis menganggap absennya bukti yang menunjukan hilangnnya proses. bukti
disekilibrium melibatkan kumpulan xenokris dan fenokris dan xenolit juga dapat menunjukan
asimilasi dari solid rock dibandingkan magma mixing. akhirnya, kehadiran andesit dimana
riolit absen, jarang, atau tidak dapat menjadikan bukti bahwa magma mixing merupakan satu
satunya proses (model petrogenesis) yang membentuk formasi magma andesit.

nih gua masukin lagi gambar generasi magma di subduction zone (arc setting) simbol
hurufnya untuk tiap titik (lokasi) generasi magma ini ada A (lingkungan subcrustal), B
(lempeng oseanik), C (sedimen pada lempeng oseanik), D (kedalaman intermediet (pada
lempeng yang menunjam), E (upper mantel peridotite), F (crust mantle interface), G (batuan
di dalam lempeng yang kaya akan feldspar atau amfibol), dan H (shallow crustal, diisi batuan
sedimen dan volkanik), dan I (upper matnle yang paling dalam diisi oleh material mesosfer),
dan J (shallow matnle dibawah continental rift zone).

Pusing kan sob? ia gua juga pusing.. hahaha

kurang leibh itulah 8 model formasi magma andesitis yang membentuk batuan andesit untuk
model arc andesit.

karena tidak semua model dapat menjelaskan asal muasal andesit ini secara lengkap maka
banyak petologis yang mengajukan model komposit dimana model ini menggabungkan
semua model-model diatas plus satu proses yang dikenal dengan metasomatisme, dimana
alterasi batuan secara kima oleh fluida aktif. (wah yang terakhir gua gak kebayang sob
alterasi dibawa bawa hahaha).

kesimpulannya.. arc andesit merupakan derivative dari magma yang dihasilkan dari sejarah
komplek dari modifikasi. berasosiasi dengan dasit, ryolit, dan asalt yang juga memiliki
sejarah yang kompleks. karena dapat dipahami bahwa andesit ini secara kimiawi cukup
kompleks maka, berbagai kombinasi proses genetik magma dapat terjadi mulai dari fractional
crystallization, anatexis, assimilation, metasomatism, dan magma mixing dapat terjadi
membentuk batuan ini.

batuan andesite lain seperti adakite, boninite, dan andesit hihg-Mg mungkin menunjukan melt
primer, terkadang berasal dari hasil modifikasi mantle wedge (Myers dan Johnston, 1996).
sedangkan andesit lain, seperti oceanic spreading center atau hotspot misalnya, dapat berasal
hasil crystal-liquied fractionation dari basalt tholeiitic pada kedalaman dangkal….

contoh formasi andesit yang terkenal ada di Aleutian arc dan cascade range amrik… di
Indonesia ada dimana??? sepanjang gunung api di pulau jawa sampe Nusa tenggara… (gak
termasuk Timor leste ya om..)

mau ketemu andesit langsung?? naik angkot coklat jurusan Cileunyi-Sumedang nah pas lewat
perumahan panorama (bilang ke mamang sopirnya) stop disitu naik keatas masuk ke
panorama jalan terus sampe mentok dibelakang komplek perumahan itu ada gunung geulis
ada yang lagi blasting nambang andesit disitu… dekat sekali sama kampus ‘tergila’ kitah…
haha

sekian postingan kali ini ditunggu caci makinya brother… heolohi heolohi heolohiiiyyy!!!!!
wakakakakakak

wabillahitaufik wal hidayah wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

seperti biasa ini cuma galeri tambahan..

ini gambar sampel andesit di Inyo mountain California (warnanya agak pink begitu
menunjukan massa dasarnya felsic abizzz dan fenokris yang terlihat sebagai fase firik adalah
alkali feldspar kata situs ini:
http://geology.about.com/od/more_igrocks/ig/phenocrysts/phenocryst-inyo.htm

yang ini andesite ‘sejati’ (berjuang dengan hati.. kau yang sejati… sejati emang bikin
bangga.. hahaha rokoknya pajri..) kalau maen ke gunung geulis kirang langkung siga ieu
gambarna kang… tapi ini bukan sample dari gn geulis ini ‘penampakan’ andesit yang umum
dijumpai di mana mana (arc andesite) ini andesit di foto sample dari tak tahu dari mana tapi
fenokris item yang ada di batu dina foto adalah hornblenda kata:
http://www.pitt.edu/~cejones/GeoImages/2IgneousRocks/IgneousTextures/4PorphyriticFine
Grained.html
lava andesit berstruktur autobreksi (courtesy: doc pribadi

andesit dengan tekstur afanitik (courtesy: doc pribadi)

andesit dengan xenolith batuan mafic (maybe basalt?) dan xenolith ultramafik bertekstur
faneritik (entah gabbro?) (courtesy: doc pribadi)

Anda mungkin juga menyukai