Anda di halaman 1dari 28

bagaimana?? tertarik bukan mengetahui lebih jauh bagaimana si sexy basalt ini?

ok let’s get the ball rolling…

basalt adalah jenis batuan beku vulkanik yang magma pembawanya basalt… jadi yang perlu
dicatat disini adalah dia batuan vulkanik!

apa yang membedakan dia dengan batuan vulkanik yang lain?

pertama adalah kandungan silikanya (klasik sekali kenapa semua semua batuan beku dan
apapun selalu saja silika dibawa bawa.. yaaaaah… karena itu yang paling banyak ada di alam
mau gimana lagi?).. berdasarkan kandungan silika basalt punya range silika 45-50 % (kurang
lebih) klasifikasi diagram TAS-aka Total Alkali Silica (normatifnya/kandungan senyawa
oksida or kimianya saja bukan modal atau persentasi mineral) kalo berdasarkan persentasi
kandungan mineralnya (modal) dominasi plagioklas cukup dominan (IUGS streckeisen).

klasifikasi TAS (geokimia batuan beku)


klasifikasi modal (persentase mineral dari streckeisen 1978) IUGS

seperti halnya batuan vulkanik pada umumnya basalt itu bertekstur halus (afanitik-porfiritik)
karena menjelaskan proses solidifikasi magma yang cepat pada tekanan rendah. walaupun dia
batuan vulkanik karena magma pembawanya bersifat basa (mafic) atau magma basalt maka
warnanya pun agak gelap dibandingkan batuan vulkanik tipe lain (kecuali komatiite), karena
dia vulkanik tentu saja kita dapat menemui gelas di pada sayatannya (thank’s to mas uray atas
pencerahannya), dan karena magma pembawanya mafic maka jenis plagioklas ada pada
deretan plagioklas bagian atas (oligoklas sampe anortit- once again thank’s to mas
urayourbraderinlaw atas pencerahannya). tekstur secara mikroskopis yang dapat dijumpai
bertekstur porfiritik (sudah dijelaskan sebelumnya) atau intergranular, trachoydal, ophitic,
subophitic, intersertal, dichtryataxitic, seritatic, dan tekstur-tekstur mikroskopis yang dapat
saja dijumpai pada batuan vulkanik lainnya.
tekstur dikytaxitic

struktur yang umum dijumpai pada lava basalt diantaranya (ok sebelum kita masuk kesitu
basalt ini karena vulkanik or di permukaan maka secara terminoloigis dia berbentuk lava)
vesikular, skoria, dalam dimensi yang lebih besar lagi ada kolumnar joint, lava bantal, flood
basalt, basalt plateu dan sebagainya. kita akan jelaskan satu persatu.

vesikular dan scoria terbentuk akibat terbebasnya gas gas dalam lava ke udara (mengingat
basalt ini merupakan lava yang berviskositas rendah (encer) maka gas gelembung gas dapat
dengan mudah

struktur intersertal di sebelah kiri gambar (mineral gede dipotong groundmass gelas) sebelah
kanannya (kaya groundmass halus bertekstur variolitic
ternukleasi (terkumpul) menggelembung dan keluar dari dalam lava. adapaun perbedaan
etimologis antara keduanya hanya pada struktur rongga dimana scoria memiliki intensitas
rongga yang lebih rapat dan mungkin saling terhubung. umum dijumpai pada permukaan
aliran lava atau pada lava di permukaan.

ketika lava keluar menerobos rekahan pada lingkungan dengan kolom air yang tinggi
(tekanan di dasarnya pasti cukup kuat) maka aliran lava akan sedikit terhambat karena impuls
tekanan dari kolom air cukup merata (ingat sifat fisik air akan memberikan tekanan ke segala
arah dalam suatu wadah dam semakin dalam tekanan semakin kuat) maka lava tadi akan
menggumpal membentuk struktur seperti gundukan lonjong (bantal) struktur ini dikenal
dengan lava bantal (pillow lava) umum dijumpai pada lingkungan Mid oceanic ridge, atau
dasar danau (rift) dengan tekanan kolom air yang tinggi.. jadi tidak selalu lava bantal
berkaitan dengan lingkungan berair, perlu dilihat dulu seberapa dalam kolom airnya tempat si
lava ini terbentuk.. kalu cuma di sungai yang dangkal dan berarus kuat paling lava tadi akan
mendingin cepat bercampur dengan air tadi malah akan membentuk aliran lahar.. kalau
kontak dengan arus laut yang kuat (laut dangkal) malah akan membentuk tekstur menyerupai
batuan piroklastik (hyaloklastite atau mungkin hydroklastit dan sebagainya). sederhananya
bayangin aja lava cair tadi dikocok kocok (begitu bahasa kurang sopannya hahaha jangan
terlalu serius bacanya sob…).

tekstur ophitic (kebetulan contohnya di gabbro)

untuk struktur lain yang lebih spektakuler lagi dikenal dengan kolumnar joint struktur ini
terbentuk akibat mekanisme pendinginan mendadak (rapid cooling) dari aliran lava pada
permukaan atau intrusi dangkal (dengan kondisi massa lava yang besar tentunya) dan akibat
pendingian mendadak ini maka terjadi gaya regangan pada tubuh lava (tensile stress)
rekahan-rekahan tidak dapat diteruskan secara lateral karena mungkin massa tubuh lava lain
belum terkonsolidasi tapi diteruskan secara vertikal keatas. bentuk heksagonal dari
penampang tubuh joint mungkin mengindikasikan mekanisme dari proses aksi massa cairan
lava yang kehilangan kekentalan (seperti halnya mudcrack dan formasi gelembung sabun
yang membentuk sudut 60 derajat). telah banyak model yang
contoh teksur subophitic pada gabbro

menjelaskan mekanisme terbentuknya struktur batuan beku yang satu ini (cooling model) ada
isotherm (spry 1962), Sosman (1916), Budkewitsch (1994), dan lain sebagainya suatu waktu
semoga kita punya kesempatan mendiskusikan struktur batuan beku yang unik ini.

mineral mineral yang umum dijumpai dalam basalt diantaranya: tentu saja plagioklasnya
sangat melimpah, ortopiroksen, olivin, magnetit (minor), dan augit (klinopiroksen). selain itu
juga dalam basalt dapat dijumpai mineral asesoris seperti apatit, sfen, ilmenit, pirit, pirotit,
pentlandite dan lain lain tergantung kondisi. pada endapan lava basalt yang lebih tua
terkadang mineral-mineral ini agak berkurang jumlahnya karena rusak akibat alterasi.
terutama pada daerah dengan aktivitas hidrotermal yang intens.

tekstur trachytic (pada basalt trachyte) terlihat plagioklas menunjukan lineasi arah aliran
struktur collumnar joint pada lava basalt

kita telah mengetahui secara garis besar tekstur dan struktur dari basalt lantas adakah jenis-
jenisnya? klasifikasinya? atau sebangsanya? ok mari kita telusuri.

klasifikasi basalt pada awalnya cukup membingungkan para petrologis ini batuan mau
dibawa kemana (salah satu lirik lagu alay kesukaan ourbrader babyfacekiller dede herman
william). perkembangan teori plate tectonic memudahkan praktisi untuk memberikan nama
basalt berdasarkan lokasi keterjadiannya seperti MORB basalt (mid oceanic ridge), OIB
(oceanic island basalt), BABB (Back arc basin basalt). (dalam Raymond 2002 hal 98).

beberapa petrologis menggunakan klasifikasi normatif dibandingkan analisis modal (karena


mungkin lebih akurat dan sejenisnya hanya berpatokan pada komposisi kimiawi batuan) tapi
Dally (1918, 1933) membagi basalt berdasarkan mineraloginya, begitu juga dengan
Johannson (1939), di lab mereka ini keduanya membagi basalat dalam dua jenis yaitu yang
kaya akan kandungan olivin dan Ca rich-pyroxene (augite) atau klinopiroksen dan satu lagi
yang tidak ada atau sedikit mengandung olivine dan Ca poor- pyroxene (pigeonit atau
ortopiroksen). Kennedy (1933) menamai tipe pertama tadi dengan alkali olivine basalt atau
olivine basalt dan yang kedua disebut toleiite atau toleiite basalt. secara normative
(dibandingkan kandungan kimianya) maka tipe pertama bersifat olivine-nefelin normative
dan kedua olivine normative. (pusing sob? make it simple basalt pada awalnya cuma dibagi
dua olivine dan tholeiite).

kemudian pada taun 1962 Yoder dan Tiley pertama kali menggunakan klasifikasi ‘basalt
tetrahedron’ dan klasifikasi ini yang merupakan paling populer dan ‘agak’ lumayan
komprehensif. ilustrasinya ada dibawah
kurang gede y?
nih yang segede gaban biar jelas!

pada klasfikasi basalt tetrahedron diatas kita lihat banyak sekali bidang bidang ‘gak jelas’
yang mencirikan jenis fase (mineral) pengisi dari fluida basalt. secara sederhana tetrahedron
(prisma segitiga) ini terbagi tiga oleh bidang yang ada diporosnya (bidang segitiga yang
berhadapan ditengah yang dari puncak diopside (cpx) ke bawah (plagioklas albit dan ke
depan enstatit ortopiroksen dan fosterite olivin) bidang ini membatasi dua tipe cairan basalt
yang bersifat silica saturation (silika jenuh) dan silica undersaturation (silika tidak jenuh)
sebagai fase pelarut (haduh jgn pelarut deh istilah nya cairan yang paling dominan sebagai
perendam dari fase-fase yang mineral yang ada di dalam magma kayak airnya lah istilahnya
dan mineral-mineral lainnya kayak gula atau garam dalam air itu). dari diagram itu kita bisa
melihat ketika silika kelewat jenuh (saturated) maka akan membentuk jenis alkali basalt dan
ketika tidak jenuh maka lava basalt tholeit yang akan terbentuk ditengah tengahnya ada olivin
tholeiite. untuk mengetahui lebih jelas klasifikasi ini berbeda dengan klasifikasi lain di lab
petro yang menggunakan plot dua dimensi ini plot tiga dimenasi dan dua dimensi sob! ok
volume dari kiri ke kanan yang dibatasi oleh dua bidang (silica saturated dan undersaturated
ini) adalah; alkali basalt, olivine tholiite, dan tholeiite, sementara bidang yang ada d ditengah
yang krii itu olovine basalt namanya dan yang kanan adalah hypersthene basalt.. simpel kan?
kalo pusing liat bentuk bangunan seperti itu bisa di’soek’ (disobek kali ya lebih tepatnya)
menjadi seperti ilustrasi dibawah.

contoh klasifikasi ‘tetrahedron’ setelah disoek jadi dua dimensi.

namun karena basalt tetrahedron in cukup membingungkan maka Chayes (1966) membuat
klasifikasi yang melepaskan nama nama yang menyisakan perdebatan (istilah ‘tholeiite’
sebagai didefinisikan oleh McDonald dan Katsura 1964 sebagai suatu jenis batuan dengan
kondisi rasio alkali/silika atau (total besi) tiap Mg vs SiO2 tertentu. bukan secara normatif
kaya akankuarsa atau nilai diopsid dan ortopiroksen tertentu (liat gambar). klasifikasi Chayes
ini (1966) cukup lebih sederhana dia membagi dua jenis basalt dengan normatif kuarsa maka
namnya subalkalin basalt dan normatif nefelin menjadi alkalin basalt. Irvine dan Baragar
(1971) menambahkan istilah peralkaline untuk kategroi batuan vokanik yang lebih bersifat
sodic (kaya sodium/ Na). mengacu kepada peneliti ini maka seri batuan calc-alkaline berasal
dari seri basalt tholeiit.

semoga gambarnya jelas brader: gambar alkali vs silika… batasan normatif definisi tholeiite
yang menjadi pertentangan thd definisi modal dari basalt tetrahedron… perhatikan gambar a
diagram yang membandingkan ekivalensi tipe basalt oleh bebarapa petrologis dan
BVSP=basaltic volcanism study project.

kita sudah tahu teksturnya dan strukturnya yang sexy serta jenis-jenisnya, pertanyaan
selanjutnya muncul bagaimaa petrogenesisnya (asal usul, keterjadian dan sebagainya)? dan
dimana saja si sexy basalt ini bisa ditemui?

ok untuk kasus yang terakhir in yang paling lama dan panjang penjelasannya karena setiap
model bisa saja menjadi basi suatu saat ketika model dan hipotesis baru muncul seiring
dengan perkembangan riset dan teknologi.. (astagfirullah.. kenapa jadi serius begini pak
ustat??)

petrogenesis dan keterjadian basalt (petrogenesis and occurences of basalt) kita bagi dua
pembahasan kita mulai dari occurencenya (keterdapatannya) dulu ya sob.

setidaknya basalt bisa hadir setidaknya dari tiga lokasi berdasarkan setting tektoniknya: (1)
rift vulcanism, (2) volcanism in subduction zone compressional setting, dan (3) intraplate
volcanism.

A. Rift Volcanism
tipe pertama berkatian dengan proses rifting (differgent plate margin) jenis basaltnya? Mid
oceanic ridge adalah contoh daerah rift (rift zone) dan basaltnya seperti yang dijelaskan
sebelumnya adalah MORB (mid oceanic ridge basalt) dan jenisnya umumnya tholeiitic tapi
tidak secara ekslusif selalu tholeiitic untuk lingkungan rift yang berada di kontinen
(continental rift) bila rekahannya membawa basalt terkadang batuannya dapat terdiri dari dua
jenis (bimodal suite) yaitu basalt tholeiite dan rhyolite (volcanic asam). sementara daerah di
belakang rift dimana magma yang bermigrasi diatas akan berasimilasi dengan batuan kerak
dan magma basalt ini akan berubah secara kimiawi (karena bereaksi dengan batuan samping)
membentuk andesit, dasit, dan turuan lainnya, proses ini dikenal dengan istilah kristalisasi
fraksionasi dan asimilasi (AFC or Assimilation and fractional crystallization). jenis pertama
ini adalah jenis basal yang paling umum dan paling banyak di alam karena magma langsung
dapat keluar dari mantel melewati rekahan besar ini.

secara petrografis MORB menunjukan berbagai macam variabilitas tekstur mulai dari
holohyalin sampai afanitik-porfiritik. olivin dan plagioklas sebagai fenokris yang umum,
terdapat juga augit. dan ketiga minral ini juga dapat hadir sebagai pengisi dominan dari
groundmass (massadasar), mineral fase lain dalam jumlah minor juga hadir seperti krom
spinel, pigeonit, magnetit, titanomagnetit, ilmenit, dan bebreapa amfibol (hornblenda),, serta
beberapa mineral sulfida (misl: pentlandite).

secara kimiawi, MORB memiliki 54% SiO2, dengan nilai K2O yang rendah (0.1-0.25); dan
nilai rasio isotop Sr yang rendah (0.702-0.705); memiliki pola pengayaan REE. juga memiliki
nilai rendah dari usnur yang ‘tidak kompatibel’ seperti Rb, Ba, Pb, dan Zr juga hadir. nilai
magnesiumnya juga tinggi, nilai magnesium bervariasi mulai dari 0.3 sampai 0.76. nilai rasio
isotop Nd bervariasi namun tinggi pada kisaran 0.5122 dan 0.5134 (Raymond, 2002 hal 111).
selanjutnya terkdang ditemui perbedaan antara satu tipe basalt MORB yang satu dengan yang
lain karena perbedaan karatker kimianya yang signifikan. tak perlu bingung dan takut karena
hal ini menunjukan lingkungan gografis yang berbeda dari MORB itu sendiri (Shido dan
Miyashiro, 1973), perbedaan setting tektonik (Bender et al 1984), atau juga karena perbedaan
kedalam ridge (pematang (tengah samudra)) (E.M. Klein dan Langmuir, 1987, Brodholt dan
Batiza, 1989).

banyak model dari yang jaman jadul sampai yang terbaru saat ini telah dibuat untuk
menggambarkan struktur dan petrotektonik dari daerah MOR ini, pertanyaannya bagaimana
model geneisis magma yang basalt yang terjadi di MOR?

asal muasal MORB masih kontroversial tapi setidaknya ada lima hiptesisis yang paling
mengena dan masih diperdebatkan dalam genesis magma basalt di MOR:

1. MORB menunjukan magma primer (dan derivasinya/turunannya) awalnya terbentuk


dari hasil partial melting dari batuan mantel pada kedalaman dangkal (tekanan < 1
Gpa).
2. MORB magma merupakan hasil dervasi fraksional (fractionated derivative) dari
magma primer picritic yang terbentuk pada kedalaman intermediet (P=1.5-3 Gpa).
3. MORB adalah hasil diferensiasi dari magma campuran (mixed magma), yang
dibentuk pada berbagai kedalaan (1.5<P>3 Gpa).
4. MORB adalah hasil pencampuran magma (mixed magma) yang berasal dari sumber
yang dalam-astenosfer dan bagian bawah dari mantel atas (P>5 Gpa)
5. berbagai jenis magma MORB dibentuk melalui partial melting dari berbagai jenis
sumber dalam matnel pda range kedalaman yang agak dalam (P>2 Gpa) sampai
kedalam dangkal (P plus minus 1 Gpa).

pada hiptesis 1 dan 2 tekanan rendah fraksionasi dari magma induk adalah penting,
maka fraksionasi dapat terjadi. (Perfit dan Fornari, 1983), dan nilai Mg secara
karakteristik dibawah 0.70 (lebih bervariasi pada umumnya) namun data trace
element tidak menunjukan hal itu (Lundstrom et al,2000 dalam raymond,2002).
dan bila memang benar picrtite sebagai parental (magma induk) dari MORB
setidaknya jumlah cukup melimpah di kerak oseanik, kenyataannya tidak.
meskipun terjadi patahan yang cukup memotong kerak oseanik, picrite tetap absen.
sedangkan dari geokimia unsur-unsur dalam magma pkrtik tidak menunjukan kalau
dia primer (perfit et al 1996 dalam raymond 2002hal 112). maka hipotesis 1 dan 2
telah ditinggalkan oleh para petrologis.

tiga data yang digunakan atau tiga analisis yang dipakai untuk mendukung hipotesis sisa (3-
5) adalah: pertama, analisis teoritis dan eksperimental (contohnya partial melting dari batuan
mantel yang cocok), digunakan sebagai pendekatan untuk menentukan komposisi dari melt
(material leburan magma) daeri proses anatexis (proses meleburnya/melting batuan). kedua,
bukti lapangan berupa analisis material yang dianggap sebagai yang terbaik dari hasil melt
yang tidak terdiferensiasi. contohnya glas dan basalt dengan nilai Mg pada kisaran 0.70
merupakan jenis material yang berasal dari primary melts. dan yang ketiga adalah unsur
major dan trace dan jumlah isotop dan proporsi dalam batuan MORB dan mineral yang
dibandingkan secara teoritis memilki nilai yang mendukung model. data yang disimpulkan
berdadsarkan hasil perbandingan dengan model digunakan untuk membatasi jenis dari batuan
sumber yang kemungkinan hadir di lapangan. sebagai contoh M.J. Johnson, dan Stallard, dan
Lundberg (1990) merargumen bahwa data trace element dari diopsid dalam peridotit dari
litosper oseanik, seperti nilai Sr yang rendah dan perbedaan anomali negatif dari zr dan Ti
relatif terhadap REE, mengindikasikan magma MORB telah mengalami fractional melting
pada kedalaman tertentu, yang analog dengan hipotesis 3 dan 5. akhirnya kita kita ditutntut
untuk mencari hubungan antara komposisi magma terhadap submernya melalui analisis
diatas.

perubahan komposisi magma itu sendiri dipengaruhi oleh:

 jumlah dan karakter (sifat) heterogenitas dari batuan source rock dalam mantel
 kimia dari source rock itu sendiri
 derajat (%) melting
 kedalaman pemisahan magma dari source rock (deep of separation)
 nature (karakter atau sifat) dari melting dan proses segregasi.
 jumlah dari pencampuran dengan magma lain.
 derajat interaksi dan asimilasi dengan country rock (batuan samping)
 jumlah dan nature (sifat) dari fraksionasi (Hess, 1992).

satu maslaah dalam menentukan sejarah magma adalah bahwa berbagai faktor ini dapat
menghasilkan berbagai pengaruh kimia yang saling tumpang tindih. sebagai contoh
kandungan Mg dalam basalt tidak membatasi kondisi jenis dari magma asal. dalam
menentukan sejarah magma MORB, secara umum disetujui bahwa batuan mantel itu sifatnya
heterogen. source rock sendiri termasuk berjenis peridotit atau yang setipe, dan fraksionasi
dapat terjadi.

source rock secara umum dianggap mengalami pengayaan (fertile) atau depleted garnet
(habis melebur) dan spinel (lherzolit) dengan bebfrapa tambahan dunite, eclogite, gatnet
piroksenit, dan material lainnya. partial melting dari lherzolite menghasilkan basaltic melt
(leburan magma basalt) dan dapat menggantikan semua klinopiroksen, meninggalkan
peridotit yang terdeplesi (contohnya hazburgite). garnet sendiri, bila hadir dalam lherzolit
kemungkinan sudah ikut melebur. berbagai jenis unsur jejak (trace element) diyakini bahwa
garnet merupakan residu dari melt batuan souce rock. wallahu’alam sob..

lantas bagaimana formasi dari lempeng samudra sendiri pada daerah ridge?

magma bergerak keatas melalui rekahan besar di ridge dalam bentuk plume atau dike
kemudian patahan ini mencirikan pusat dari rift dari MOR. gambar dibawah ini
mengilustrasikan proses kristaisasi dan fraksional crystallilzation perubahan tekstur dan
kimia dari batuan pada dapur magma dangkal di rift MOR.

model penampang formasi batuan (rock suite) pengisi Mid Oceanic Ridge…

fractional crystallization ini yang terjadi pada dapur magma MORB dangkal adalah proses
crystal-liquid (pencampuran kristal dan larutan sisa magma yang belum terkristalisasi)
menghasilkan olivine atau plagioklas sebagai fenokris ataupun keduanya. meskipun
klinopiroksen secara khas hadir hanya sebagai goundmass (late phase) atau fase akhir. ketika
terjadi fraksionasi yang lebih ekstensif lagi khususnya pada dapur magma yang terisolasi
maka magma andesit dapat terbentuk.

secara umum komposisi magma secara kimiawi dapat saja komplek namun secara umum
seragam dalam komposisi sebagai hasil dari replenishment (penambahan) dari magma baru
(yang akan mempertahankan atau mungkin merubah komposisi magma). (M.J Ohara dan
Matthews, 1981).
asosiasi endapan lava basalt di ridge samudra terhadap batuan intrusi dibawahnya yang
mungkin ikut menyokong (menyumbangkan magma ini saat bermigrasi ke atas) dikenal
dengan ofiolit suite (semoga kita dapat diskusikan ini suatu waktu).

penjelasan diatas adalah jenis rift volcanism dengan setting oseanik.. bagaimana dengan rift
yang di darat (kontinen)? mengingat batuannya dominan sedimen dan kerak yang lebih tebal
dapatkah ia menjadi tempat lava basalt hadir?

penampang ideal MOR

untuk jenis continental rift volcanism contohnya yang ada sekarang dan sudah tidak aktif
seperti MORB adalah Rio Grande Rift di Colorado memanjang dari pusat New mexico US ke
Mexico.

secara umum jenis batuan yang hadir di Rio grande rift ini mudah sekali ditebak, tentu saja
banyak batuan volkanik felsik selain plutonik tapi basalt juga ada ternyata!. vulkanisme
selama rifting sebagaian besar menghasilkan dua jenis magma (basalt dan ryolit).

bagian pusat dari rift memiliki basalt tholeiitic sedangkan batuan yang bersifat alkali atau
normatif nefelin alkali olivin, hadir di sayap dari rift. namun secara lokal ada saja lokasi
dimana kedua basalt ini hadir bersama sama.

secara kimiawi basaltnya sendiri tidak semuanya menunjukan karakter primary mantle melts.
(Raymond 2002). nilai Mg seang (0.66-0347), namun kaya akan LREE. rasio isotop Sr
berada pada kisaran 0.70369-0.70503. beberapa bukti lain basalt pada rio grande rift berada
pada kedalaman dangkal sampai menengah melalui proses partial melting yang sifatnya kecil
sampai besar dari material mantel yang naik ke atas. magma ini memotong kerak dari suatu
tubuh magma (diapir ?) (Schlue et al 1996). karena nilai Mg yang sedang hal ini menyatakan
bahwa batuan tidak berasal dari melt mantle primer. kemungkina n berasal dari hasil melting
bagian basalt crust (bagian bawah dari lempeng).

B Volcanism in subduction zone compressional setting

untuk jenis kedua ini berkaitan dengan daerah dengan setting tektonik kompresi (daerah
subduksi). tumbukan lempeng akan menghasilkan jalur gunung api pada kerak benua dikenal
dengan volcanic continental arc. hasil subduksi dua lempeng ini (kontinen dan oseanik) akan
menghasilkan dua tipe jalur gunung api (mountain belt) yaitu tipe Andean (jalur gunung
apinya berada diatas kerak benua yang ditumbuk) dan tipe pasifik (jalur gunung apinya
berada diatas lempeng oseanik yang menumbuk/menunjam). pada kedalaman dari di darah
tumbukan, proses partial melting menghasilkan magma baslt ke permukaan, berasosiasi
dengan andesit, dasit, dan ryolit. biasanya dihasilkan oleh composite volcano (strato volcano)
mencirikan jenis lava yang dihasilkan bervariasi. meski tidak signifikan jumlahnya tapi lava
disini juga menghasilkan lava basalt yang kemungkinan menjadi lava primer yang akan
berdiferensiasi menjadi andesit dan dasit yang merupakan mayoritas pengisi komposisi
batuan disekitar tephra. tipe basaltnya berada pada kisaran alkali olivin sampai tholeiitic.

nama umum untuk basalt yang mengisi daerah ini dikenal sebagai ‘arc basalt’, sebagaimana
dijelaskan diatas bahwa daerah arc merupakan daerah yang hadir akibat proses subduksi dua
lempeng, keberadaan tumbukan ini dicirikan oleh zona kegempaan (zone of earthquakes),
zona benioff-wadati, dan kemiringan dibawah arc. volkanisme dapat terjadi pada daerah yang
berada diatas szona subduksi iniyaitu pada kedalaman 100-200 km, namun volkanisme pada
kedalaman yang lebih dangkal juga dapat terjadi di beberapa lingkungan arc di bumi.

persentase basalt yang diproduksi pada daerah arc tidak lebih banyak dari batuan vulkanik
lain (misalnya andesite), hanya sekitar 20% (Raymond hal 114), dua jenis basalt baik
tholeiite maupun olivin dapat hadir di arc, dimana tholeiite basalt hadir lebh dekat dengan
trench pada kedalaman yang lebih dangkal dari zona subduksi (Kuno, 1959). basalt dengan
komposisi intermediet (basalt kaya Al2O3) menutupi atau menempati zona subduksi pada
kedalaman sedang, sementara alkali olivine basalt mengisi daerah yang lebih dalam.
(Raymond, 2002 Kuno, 1966).

secara mineralogi arc basalt kaya akan plagioklas tapi klinopiroksen dan olivin juga dapat
hadir (Ewart, 1976). secara geokimia arc basalt memilki kandungan SiO2 yang bervariasi
(48-52%) dannilai Mg (0.4-0.7) dan karena perbedaan ciri isotop yang hadir. alumina
umumnya tinggi, nilai rasio isotop Sr rendah (pada rentang 0.703-0.704, dimana ion unsur
litophile (K, Rb dkk) mengalami pengayaan relatif terhadap nilai REE dan HFSE (Pearce dan
Peate, 1995).

petrogenesis dari basalt yang hadir di arc merupakan topik yang menarik dan kontroversional.
ada berbagai macem model yang sudah di paparkan para petrologis namun setidaknya ada
tiga model yang paling populer dan umum diterima.

hampir semua model menggunakan pendekatan geokimia (karena begitu adanya petrogenesis
sob, bukan cuma dongeng2 geologi yang sukanya cerita, gosip, dan show off di petrogenesis
banyak maen di isotop sama geokimia batuan) model pertama dari Coats (1962) modelnya
dikenal sebagai ‘uniform-depth model’yang menjelaskan bahwa melting yang dekat dengan
zona benioff-wadati menghasilkan layer magma basalt yang memiliki kedalaman uniform
(sama), naik dan bergabung ke atas tereupsi dan membentuk arc. tapi variasi kimia tidak
banyak dijelaskan dalam model ini.

sementara itu Yoder dan Tilley (1962) mengajukan model yang menghubungkan variasi
kimia terhadap perubahan kedalam fraksionasi atau separasi magma, modelnya ini dikenal
dengan ‘depth of separation model’. pada model ini Yoder dan Tilley menyangkal bahwa
magma basalt ini tidak terbentuk pada kedalaman sama saat terbentuk di mantel pada zona
subduct tapi terjadi pemisahan sesuai dengan kedalamannya, dimana fraksionasi pada dapur
magma dangkal akanmenghasilkan tholeiite, kedalaman sedang (intermediet) akan
menghasilkan jenis magma baslat intermediet (tinggi alumina) dan pada kedalaman yang
lebih dalam akanmenghasilkan olivine basalts. tidak ada hubungan kusus teradap zona
benioff-wadati disebutkan. (ilustrasinya di gambar 6.17b)

sementara Kuno (1959, 1966a, 1966b) menyatakan bahwa terdapat hubungan penting antara
zona benioff-wadati dan kimia basalt. ia mengaitkan kimia basalt terhadap modelnya yang
dikenal dengan ‘depth of generation’ dalam zona seismik (gambar 6.17c). berdasarkan data
trace, REE, dan isotop, plus fase ekilibrium , Brophy dan Marsh (1986) menyatakan bahwa
dukungan terhadap interpretasi Kuno dimana basalt dengan alumina tinggi merupakan
magma primer. sementara beberapa studi teoritis, kimia, dan lab dimana generasi magma
terlihat tidak konsisten dengan model depth of generation ini (Gust adn Perfit 1986)
menjadikan model ini masih dapat diperdebatkan.

model lain yang mencoba menghitung perbedaan jumlah elemen major dan trace dalam
batuan arc dan sepanjang volcani arc secara umum cukup komplek (Ringwood 1974,
Kushiro, 1983, dan Myers 1988). Ringwood (1974) bersama Nicholls (Ringwood and
Nicholls 1973) mengajukan model lain yang dikenal dengan ‘pyrolite-pyroxenite model’
dimana volkanisme hadir dalam dua fase (gambar 6.17d) pada model ini sejarah fisika-kimia
batuan matnel lebih diutamakan dibandingkan hubungan kedalaman, yang mengontrol kimia
batuan. pada model ini (pyrolite-pyroxenite), volkanisme tholeiitic dangkal dan awal
mengahsilkan bebrapa deret proses:

1. dehidrasi dari lempeng subduksi (yang menujam).

2. partialmelting dari mantel pirolit diatas zona subduksi

3. munculnya diapir (eiapiric rise) dari pirolit diikuti pemisahan (separation) dan diferensiasi
(differentiation) dari magma tholeiitic di upper mantle

4. erupsi tholeiite pada permukaan

kemudian, pada urutan peristiwa, lokasi yang lebih dalam, dari volkanisme calc-alkaline
terjadi setelah subduksi yang berlanjut merubah lempeng oseanik menjadi quartz eclogite.
melalui proses:

1. dehidrasi serpentin terjadi pada lempeng subduksi (untuk menghasilkan air)

2. melting eklogit kuarsa menghasilkan magma siliceous (misalnya ryolit)

3. reaksi dari magmas iliceous ini dengan batuan pirolit diatas mantle menghasilkan garnet
piroksnit.
diapir muncul bersama massa piroksenit basah (wet pyroxenite) diikuti partial melting dalam
mantel untuk membentuk magma calc-alkaline

5. erupsi dari magma calc-alkaline di permukaan.

model komplek ini memerlukan dehidrasi dari subducting slab (lempeng yang menunjam)
dan pencampuran material tersubduksi dengan batuan mantel yang nantinya akan melebur
(melting). dehidrasi sekarang telah banyak diterima oleh para ahli (Fyfe dan mcBirney, 1975
Delaney dan Helgeson 1978 serta Tatsumi, 1989), dan isotop Pb dan Be pada batuan arc
mendukung keterkatian material subduk dalam model magma generation (J.D Myers dan
Marsh 1987 Morris dan Terra 1988) pada sisi negatif, percobaan melting dan asimilasi tidak
mendkungn model (Stern dan Wyllie, 1981; W.L Huang dan Willie 1981; Sekine dan Wyllie,
1983). dalam usaha untuk menjelaskan asal muasal dari batuan sumber dari untuk magma di
dalam plate, pada model yang baru ini Ringwood (1989) fokus kepada mekanisme shearing
pada kedalman diawah 100 km sepanjang zona subdcut dan hybridisasi dari sheared, depleted
matnle rock yang dibawa oleh magma dari subducting slab.

model yang lebih komplek lagi dibuat oleh Kushiro (1983) mengadopsi depth of separation
model dengan pendekatan terhadap penjelasan variasi kimia basalt dan volumenya pada
japanese arc (gambar 6.17 e). beberapa percobaan lab telah mendukung model ini (Tatsumi et
al 1983). basalt yang lebih dekat dengan trench, menunjukan bagian yang paling dangkal dari
zona subduct sifatnya tholeiitic. memilki nilai Fe/(Mg+total Fe) yang tinggi, atau Xfe yang
tinggi, dan memiliki volume yang paling besar, jauh dari trench (baik di didepan maupun
belakang busur gunung api) volume mulai menurun. dalam menejlaskan diferensiasi tholeiite,
Kushiro (1983) menyatakan beberapa mekanisme berikut:

1. melting terkonsentrasi pada zone kaya melt (melt-rich zone) diatas lempeng subduksi.

2. magma naik dari diapir atau melt dari zona ini.

3. magma bermigrasi ke atas melt-rich zone, menghasilkan magmatisme yang banyak pada
bagian depan gunung api (volcanic front) (lebih jelasnya liat ilustrasi gb 6.17 e). and diapir
ini terkonsentrasi pada diatas pada batas zona ini (melt rich zone) menghasilkan magmatisme
yang besar pada volcanic front.

4. magma tholeiitic primer, yang lebih padat, tidak dapat terpenetrasi ke upper crust, jadi
mereka terkumpul dan mengalami fraksionasi dalamkerak atau pada bagian bawahnya yang
lebih kurang padat (less dense), tholeiite kaya besi akan terdiferensiasi.

5. magma alkali olivine basalt primer, yang kurang padat dan ekilibrium dengan mantel,
tersegregasi dari diapir pada kedalaman yang lebih dalam dan naik keatas dengan cepat tanpa
fraksionasi lebih lanjut.

berdasarkan percobaan lab dan perkiraan komposisi kerak pada japanese arc, Kushiro (1990)
kemudian menyimpulkan bahwa mantle wedge (daerah yang ditabasi lempeng subduk dan
dibawah lempeng diatas subduk zona segitiga yang membaji/melt rich zone) dimana dari sini
magma dihasilkan haruslah menglamai konveksi agar menghasilkan volume besar
batuanmagnle yang fertile (subur) agar volume besar magma yang diperlukan di arc
terbentuk.
gambar 6.17 a. uniform depth model (Coats, 1962), b depth of separation model (Yoder and
Tilley 1962), c. depth of geneartion (Kuno 1966)
6.17 (lanjutan) cd. two stage pyrolite-pyroxenite model (Ringwood, 1974), e. depth of
separation model (Kushiro, 1983)

seperti halnya model pirolit-piroksenit, Kushiro depth-of separation memerlukan kontribusi


dari fluida dari subductin plate, membentuk hubungan dengan benioff-wadati zone (zon
subduksi). fase fluida, dibawa dari dehidrasi lempeng subduksi, membawa banyak ion unsur
litophile, ke mantel, dan mengaya di dalamnya. kedua model melibatkan generasi magma
dalam mantel wedge yang mengalami pengayaan pada zona subduksi, dan keduanya
memastikan terjadinya diapir magma yang bermigrasi ke atas. terlepas dari kesamaan umum
dari model ini, sumber mantel dan proses dari generasi magmanya berbeda.

tidak semua model kontemporer dari genesis arc magma melibatkan diapir, sebagai contoh,
Nye da Reid (1986) menyatakan bahwa diapir tidak terjadi di aleutian arc mereka
berpendapat bahwa kimia Mg yang tinggi dan kesimpulan bahwa temperatur tinggi
diperlukan bahwa magma primer di arc terbentuk dari hasil dekompresi dari naiknya arus
konveksi mantel. pencampuran mantel dan metasomatisme menghasilkan komposisi yang
bervariasi.

mantle wedge tempat arus konveksi terjadi

baru baru ini, beberapa aspek umum dari genesis arc-magma telah diketahui, namun secara
detail tidak. disetujui bahwa arc-magma merupakan hasil dari proses yang berhubungan
dengan subduksi. lebih jauh lagi, kebanyakan petrologis setuju bahwa subduksi menyebabkan
skala kecil dari konveksi dalam matnle wedge yang dikenal dengan ‘corner flow’ (liat
gambar diatas) (Davies dan Stevenson 1992; Pearce dan Peate, 1995). naiknya material
matnel ke permukaan dari konveksi ini menyebabkan decompression melting. komponen-
komponen baik dari model pirolit-piroksenit ringwood maupun dept of separation Kushiro
keduanya merupakn pross yang penitng dalam genesisi arc-basalt. sebagai contoh ketika
lempeng tersubduksi, mengalami dehidrasi, megnhasilkan fluida yang berinteraksi dengan
matnle wedge juga menjadi penting dalam gensisi magma (Hamilton 1969, Delaney dan
Helgeson 1978, Bebout 1991). maka, flux melting juga terjadi di arc. maka dapat
disimpulkan juga bahwa flux melting dan decompression melting dan pentingnnya fluida
kimia aktif versus magma yang dibawa dari lempeng subduksi menhasilkan komposisi basalt
yang khusus. issu ini dan pertanyaan yang berhubungan masalah ini telah meningbulkan
pertanyaan apa kisaran dari komposisi magma yang dihasilkan dari melting dalam mantle
wedge? masih belum terselesaikan mengingat komposisi dari kebanyakan batuan arc adalah
andesit dan rolit, juga dasit yang juga berasosiasi erat dengan basalt hal ini akan kita bahas
lain waktu sob mengenai andesite. semoga saja insya’allah..

C intraplate volcanism

tipe terakhir adalah berupa intraplate volcanism dimana berada dalam plate jauh dari zona
margin (batas pertemuan lempeng/subduct, rift dll) disini kehadiran lava basalt berasal dari
‘hot spot’ (bukan wireless internet network ya sob haha) selain itu terdapat juga daerah
dengan volume lava basalt yang cukup besar dikenal dengan flood-basalt province juga hadir
pada setting ini.

pada intraplate setting, hot spot berada diatas aktivitas volcanisme berupa daiapir atau plume
yang menghasilkan partial meleting dari basalt. maka apabila settingnya oseanik dikenal
dengan istilah seamount chain (untaian gunung api laut) atau dikenal juga dengan ocean
island basalt (OIB). flood basalt province dapat terjadi ketika volume besar dari magma
basalt tererupsi pada waktu yang singkat untuk membentuk lava plateus. erupsi terjadi
sepanjang kerak benua maupun oseanik melalui struktur rekahan besar yang menyalurkan
magma basalt dari dalam mantle. jadi tipe ketiga ini dibagi dua jenis: hot spot (OIB) dan
flood basalt plateu. tipe basaltnya bersifat tholeiitic, tapi seperti halnya pada setting arc,
daerah hot spot terkadang juga membawa berbagai jenis batuan (hasil diferensiasi).

setidaknya ada dua contoh produk basalt dari setting intraplate volcanism yaitu hot-spot di
Hawaii dan flood basalt di columbia river plateu.

kepulaian hawaii (Hawaiian island) merupakan deretan kepulauan yang brada pada struktur
kepulauan vulkanik berada pada daerah pasifik yang memanjang dari alleutian ac di uatara
pasifik. panjangnnya mencapai 2500 km. dikenal sebagai salah satu jenis island-empereor
seamont chain (rantai gunung api laut). gunung api yang terkenal di hawaii adalah hualalai,
amuna loa, dan kilauea. Mauna loa dan mauna kea merupakan gunung api hawaii yang paling
besar.

secara umum batuannya bersifat tholeiitik (99%) sisanya alkalic rock (alkali olivin basalt dan
derivasinya). secara lokal (hawaiian tholeiite tadi) berasosiasi degan basalt pikritik (olivine –
rich), olivine tholeiite, serta ryodacite minor, dan granophyre (micrographic granite).

sejarah erupsi dari seamount (gunung api laut) dan pulau ini dibagi dalam dua aspek pertama
umur dimana kisarannya oleh para ahli dperkirakan 80-75 m.y (Jackson, Shaw, Baragar,
1980) dan kedua tahap erupsi (stage of eruption) (Stearns, 1940, G.A MacDonald dan Abbott
1970) yaitu:

1. preshield stage, pada tahap ini dicirkan oleh erupsi alkali olivine basalt. dengan sedikit
tholeiite dan basnite (nepheline-olivine basalt), untuk membentuk shield cone kecil.

2. shield-building stage, pada thap ini erupsi besar dari tholeiite terjadi leibh seirng dan
membentuk shield volcano yang lebih besar. erupsi pada sayap gunung juga terjadi. siliceous
rock yang jarang juga trjadi seperti ryodacite. pada fase akhir dari thap ini trjadi collapse dan
dapat terbentuk kaldera. caldera kemudian diisi oleh basalt thoeliite. kemudian selanjutnya
erupsi menjadi jarang terjadi lagi.

3. post sheild stage. tahap yang rlatif lebih sering, lebih eksplosif, lebih kurang volume
erupsinya membawa alkali olivine basalt, dengan fenokris berupa piroksen, olivin, dan
plagiklas, mebentuk pirklastik cone dan flow yang menutupi shield cone dan menutupi
caldera, erupsi ini membawa alkali basalt berupa alkaline yang beridiferensiasi membentuk
batuan yang namnya hawaiite dan trachyte.

4 rejuvented stage. diikuti oleh periode yang lebih seing dan cepat diikut juga erosi, silica
poor lava, termasuk alkali olivine basalt, basanite, ankaremite, neephelinite, dan trachyte,
dierupsikan. lava ini kembali lagi menutupi gunung api.

barangkali banyak bro bro yang bertanya kenapa harus Hawaii?? itu kan jauh??? kesana
mahal…. (betul?) ok kita memilih membahasnya karena pertama dia salah satu legenda
‘hidup’ dari genetik magma basalt di intraplate setting dan yang kedua dia adalah contoh
aktivitas hotspot di plate kita akan cari tahu bagaimana hot spot ini bisa terbentuk….

bukti seismik emngungkapkan bahwa hawaiian lava terbentuk pada kedalman 40km (Eaton
dan Murata, 1960; Aki dan Koyanagi, 1981) atau lebih dalam lagi pada mantel. hal ini
dibuktikan dari hasil analisis lab dan sample xenolith yang ikut terbawa magma.

lantas bagaimana hal ini bisa terjadi? dua hipotesis telah diajukan salah satunya thesis dari
J.T Wilson (1963) dan dikembagngkan oleh W.J Morgan (1971). bahwa Hawaiian Island-
Emperor Seamount Chin menunjukan jejak mantle hot spot dalam lempeng litosfer yang
bergerak. gunung api (menunjukan aktivitas hot spot) mencirikan posisi dari hot spot itu
sendiri dari atas permukaan yang mencirikan adanya mantle plume yang ada dibawahnya
(suatu kolom silinder dari material mantle yang naik keatas melewati material mantle yang
lebih dingin (Burke dan Wilson 1976). plume secara parsial melebur ke atas, menghasilkan
magma yang terpenetrasi melewati litosfer dan terjadi aktivitas vulkanisme dipermukaan.
bukti terbaik dari hipotesis mantel plume ini (1) umur dari progresi vulkanisme sepanjang
rantai (gunung api), (2) trend yang sama dari Hawaii dan volcanic chain lain di laut pasifik,
(3) kompatibilitas dari hipotesis plume dengan observasi dan teori yang mendukung model
tektokik lempeng, dan (4) bukti geokimia, seperti tingginya nilai rasio isotop He dan Nd,
mengindikasikan komponen dari magma yang berasal dari magma primitif, lebih dalam dari
source rock (C. Y. Chen dan Frey, 1985, Feigenson, 1986).

model kedua dari formasi magma di hot spot dikembangkan oleh E.D jackson dan H.R Shaw
dan koleganya. pada model ini, suatu pergerakan lempeng litosfer mengalami shearing pada
bagian dasar. ketika batuan mulai melemah (terjadi rekahan karena pergerakan shearing tadi)
panas mulai dibentuk, melting terjadi, dan terdapat ‘thermal feedback’ yang akan
menghasilkan melting lagi. selama melting, residu dari material yang tidak mengalami
melting akan jatuh (tenggelam kebawah) menghasilkan ‘gravitationla ancor’ dan
menyebabkan aliran dan melting lebih lanjut (H.R Shaw dan Jackson, 1973). erupsi dari melt
di permukaan akan menghasilkan gunung api. thermal feedbac, shear-melting model ini
didukung oleh penjelasan (1) distribusi en echelon dari kelompok kepulauan dalam volcanic
chain, (2) hubungan waktu-jarak-volume. beberapa geokimia dan data lainnya juga konsisten
dengan thermal-fedback dan shear melting (Feigenson dan spera, 1981). namun, model ini
gagal menjelaskan seberapa ringan, residu panas dapat tenggelam ke dalam mateial yang
lebih brat, pristine mantle (murni)atau kenapa beberapa data menganggap kedalaman dari
asal mula magma lebih dalam dari batas litosfer-asternosfer.

kedua model yang dijelaskan ditas memerlukan proses partial melting dari batuan mantel
untuk membentuk magma di hawaiian volcano. karena bebrapa kesamaan major element dari
tholeiitic dan alkalik dari seri batuannya, karena asosiasi volume yang dekat antara dua tipe
batuan tersebut, serta karena gradasi jelas antara tholeiite dan alkalik, Eaton dan Murata
(1960) menyimpulkan bahwa suatu magma olivine tholeiite merupakan (magma) induk dari
semua hawaiian magma. trend fraksionasi ditunjukan oleh AFM plot dari lava hawaii yang
menunjukan trend olivine pada akhirnya akan mengarah ke ryodasit dan trachyte (gambar
dibawah 6.9). secara alternatif Wyllie (1988) menganjurkan bahwa kedua tholeiitic dan
alkalic magma berkembang dari magma induk picritic (olivine-rich). sementara Yoder dan
Tilley (1962) dari hasil eksperimen mereka menyatakan bahwa magma tholeiitic merupakan
magma yang terbentuk di kedalaman dangkal sedagnkan alkalic magma lebih dalam.
sementara beberapa eksperimen lain pada tekanan yang lebih tinggi tetap konsisten pada
pandangan ini.
AFM plot untuk memahami mekanisme fraksionasi dan difernsiasi magma (migrasi magma
hawaii)
gunung api hawaii setting geografis dan penampangnya

data kimia apa yang dibutuhkan? pertama, faktor dengan nilai magnesium tinggi, nilai rasio
Sr87/Sr86 rendah, dan nilai TiO2 yang tinggi menunjukan sumber dari magma basalt hawaii
ini dari mantel. LREE ini (light rare earth element) mengaya di dalam mantel konsiten
dengan mantle source yang menganddung garnet dan klinopiroksen. karena garnet dan
klinopx lebih berat, adanya REE ringan (LREE) dalam strukturnya kemungkinan akibat
partial melting dari batuan matnel garniteferous (kemungkinan pada lokasi yang lebih dalam).
dan secara spesifik lagi mineral ‘lain’ dalam batuan mantel, secara relatif mengaya akan
LREE. kemudian, nilai He3/He4 menunjukan sumber mantel primitif (lebih dalam?). namun,
tidak ada satu daatapun yang menunjukan bahwa tipe magmanya (basalt ini) parental.

trace element, rasio isotop, dan perhitungan (pemodelan lebih tepatnya) dari partial melt ini
menunjukan berbagai jenis tholeiit dan alkali basalt secara umum yang berasal dari mantel
memiliki komposisi yang heterogen. sementara analisis isotop hidrogen dan oksigen
menunjukan bahwa sumber mantel plume untuk kehadiran H2O berasal dari gelas vulkanik
(M.O Garcia et al 1996), perbedaan yang mencolok dari rasio Sr dan perbedaan jenis batuan
dari satu gununga api (di hawaii), plus variasi Pb, Os, dan Nd (rasio isotopnya) menunjukan
bahwa magma (yang dihasilkan) memerlukan sumber yang bersifat heterogen ketimbang
homogen (Lanphere, 1983). isotop Os, Hf, dan Pb semuanya menunjukan hasil recycle
lempeng dan sedimen purba, juga tambahn minor dari inti, mungkin dapat ditambahkan untuk
merunut kompleksitas komposisi dari matnle plume ini. plume ini sendiri kemungkinan
dominan oleh garnet lherzolite juga dapat terzonasi berlapis lapis (Wagner dan Grove 1998).

magma berasal dari partial melting, dan melting dari plume yang menyerupai mawar di
hawaiian litosfer membentuk suatu intrusi kecil yang bergerak keatas hingga melewati mantel
hazburgit hingga ke prmukaan (Sims, et al 1995). berpa banayk jenis magma induk yang
membentuk berbagai batuan di hawaiian volcanic msaih belum diketahui. berbagai komposisi
gelas vulkanik dan kandungan isotop menunjukan hal ini. kesulitan menguraikan magma
induk asal hadir karena kandungan major element, ttrace, isotopik, dan komposisi fenokris
yang mengindikasikan terjadinya modifikasi di kedalaman yang dangkal. baik proses mixing
dan fraksionasi olivin (plus minus kormit, klinopiroksen, dan plagiklas) hadir sebagai magma
yang bergerak ke atas.

sejarah petrogenesis dari tahap akhir fraksionasi dan pencampuran magma di litosfer
terutama di kerak. Ryan, yonagi, dan Fiske (1981) memodelkan tiga dimensi dari ‘plumbing’
Kilauea (maaf gambar tidak dicantumkan karna masalah privasi hehe) dapur magmanya
hawaii itu dangkal. pengamatan dari lava hawaii menunjukan bahwa olivine ini merupakan
fase awal terbentuk dan fase fenokris yang umum, fenokris ini menunjukan fraksionasi, dan
kristalisasai awal dari ollivin mengontrol kimia lava selama fraksionasi. baik olivin dan
piroksen, yang mengkristalisasi awal kaya akan Mg, kemudian Mg digantikan oleh Fe
menggeser kurva AFM dari F ke M (liat gambar segitiga AFM diatas). fraksionasi dapat
terjadi di berbgai lokasi, dari batas astenosfer-litosfer hingga ke daerah yang lebih dangkal di
gunung apinya.

skip skip skip (banyak ngomongin isotop jadi mabok tar) hahahaha

maka bila disimpulkan, berdasarkan mineralogi, petrografi, geokimia, dan data geofisika. kita
simpulkan bahwa magma induk hawaii (hawaiian parental magma)dibentuk dari hasil partial
melting sumber mantle plume heterogen, kemungkinan berisi garnet lherzolite primitif,
tambahan pengayaan atau pengosongan (depleted or melted). karena lempeng litosferik
bergerak melewati plume, magma alkali primitif secara anatektik diproduksi dan mengalami
ekilibrasi (cocok terbentuk karena sistemnya mendukung) membentuk magma ini pada
kedalaman >80 ikm akan bergerak keatas dan tererupsi ke permukaan (pre-shield stage).
beberapa magma tererupsi keluar dan bentuk yang tidak termodifikasi (karena langsung).
seperti kebanyakan magma, khususnya tholeiite, naik ke permukaan dan bereklibrasi dengan
batuan mantel, pond, terasimilasi juga dengan mantel atau crustal rock, dan terfraksionasi
sebelum emngalami erupsi. proses ini berlanjut hingga bebrapa derajat (bervariasi) selama
fase sejarah erupsi terjadi. fraksionasi terjadi melalui aliran fraksionasi dan melalui crystal-
liquid fractionation, ponding, mixing, dan fraksionasi dari magma dapat keluar di berbagai
tempat, termasuk pada batas astenosfer-litosfer, dapur magma dan saluran dangkal, juga pada
zona penyompanan magma yang datar dan pada dangkal.

karena lempeng bergerak melewati plume, melting pada pusat plume pada kedalaman 60-90
km menghasilkan volume besar dari magma tholeiitic yang naik keatas hingga kedalaman 40
km dari litosfer subvolkanik, akan bereaksi dengan batuan mantel litosfer hazburgie (Wagner
dan Grove, 1998). dari sana, magma ini naik keatas hingga pada kedalaman temapt terjadinya
‘plumbing’ (dapur magma gunung api) akan mengumpul yang pertama terbentuk adal;ah
magma alkali basalt. magma baru ini akan tererupsi pada fase shield-building stage. karena
lokasi erupsi di pusat plume, erupsi tholeiite berlanjut dan local ponding magma dalam
gunung api adn kedalaman dangkal lempeng memudahkan terjadinya fraksionasi,
menghasilkan hasil diferensiasi magma siliceous. secar alokal, pada awalnya terenuk kristal2
olivin yang ikut terbawa oleh magma termasuk juga fenokris lainnya (Baker, 1996). sisa
tholeiite pada dapur magma dalam kerak dan upper mantle berlanjut mengalami erupsi dan
menambah komposisi endapan dengan sedikit mamga y ang ada dibawahnya. erupsi yang
seringpun mulai berkurang. magma pada titik ini hanya terkumpul dibawah (dalam bentuk
pond) (Ten Brink dan Brocher, 1987).

dengan menurunnya produksi magma ketika pusat erupsi bergerak ari pusat plume,
terdiferensiasi menjadi magma alkali dan induknya, dibentuk pada kedalaman dalam atau
pada plume margin, kemudian terpenetrasi ke permukaan. pada fase post-shield-stage magma
alkali terbentuk, yang juga dapat terkumpul (membentuk pond) dan terfraksionasi, tererupsi
tidak sesering tholeiite, dan membentuk pentutup berupa endapan aliran dan pyroclastic
coneyang mentuupi kaldera, ketika tidak ada lagi panas untuk melting maka aktivitas
vulkanisme terhenti gak ada lagi magma dari bawah naik keatas karena udah pada ngeras
wkwkwkwk.

ketika erosi gunung api trjadi, maka lahirlah tahap rejuvenasi, meski tidak begitu jelas tapi ini
kemungkinan berhubungan dengan proses stress release, seperti dekompresi (Ten dan
Brochet, 1987). ketika tekanan menurun karena proses isostatic uplift dari batuan dibawah
gunung api melting dari batuan mantel dapat terjadi lagi, menghasilkan magma alkali yang
dapat menerosos kerak. atau ketika dorongan material mantle-plume dari dalam keluar dapat
saja menghasilkan terjadinya volkanisme. jika magma akhir sisa terdiferensiasi maka ada
jenis batuan seperti ankaremite, hawaiite, mugearite, trachyte dan sejenis nama nama aneh
lainnya dapat hadir melalui fraksionasi. material ini akhirnya tererupsi, subsiden terjadi, dan
gunugn api akhirnya menjadi seamount.

hawaiian volcano merupakan satu sutdi gunung api di dunia yang paling banyak diteliti,
karena fenomenanya yang unik, seperti untuk mempelajari hot spot dan perilaku magma dan
prosesnya dari sampel batuan hawaii.. dan tentu saja dia sexy..

satu lagi contoh jenis ketrdapatan basalt pada intraplate setting (intraplate volcanism) adalah
flood basalt dimana legenda ‘mati’nya ada di Columbia River plateau, settingnya berbeda
dengan OIB (hawaiian type) dia bisa saja back arc (continental) dan sejenisnya karena
rekahan yang besar dan trjadila banjir basalt dari kerak hampir mirip sama rift tapi dia ini
lebih dangkal dan diatas permukaan. tapi kalo dibahas disini saya yakin postingan ini akan
jadi buku kalau di print karena tebal dan bikin mabok.. wkwkwkwkwk

ada lagi satu jenis batuan beku vulkanik yang banyak orang tau kan rangenya: felsic
(rhyolite) , intermediet (dacite, andesit) dan mafic (basalt), nah ada juga tipe vulkanik dengan
magma pembawa ultramafic rupanya.. batuannya dikenal dengan istilah komatiite
(udah/belum pernah dengar kan?), dan keterdapatan lainnya dikenal dengan kimberlite
(melalui diatrema) nanti suatu waktu kita jelaskan mengenai ini.. semoga…

apa perlu diapal semua?? tidak perlu.. perlu dibaca semua?? tidak perlu…. apa perlu di baca
semua?? tidak perlu.. terus???

ini kesimpulannya:
basalt adalah batuan vulkanik dengan magma pembawa magma mafic, kaya plagioklas (dari
QAPF), dan memiliki kandungan silika 45-50% (dari TAS).

struktur di lapangannya bisa cemacem ada columnar joint, scoria, vesicular, amygdaloidal,
autobreksi, hyaloklastit, hydroklastit, etc… teksturnya bagaimana? (bila bicara tekstur tentu
hubungannya lebih dekat ke intergrain relationship) ada cemacem secara mikroskopis ada
subophitic, intersertal, trachytic, etc…

klasifikasi basalt secara modal menggunakan skema ‘basalt tetrahedron’ (Yoder and Tilley
1962), tapi bisa juga QAPF nya streckeisen.. skepa basalt tetrahedron ini membagi basalt
berdasarkan batas saturasi silikanya: unsaturated (olivin basalt) dan oversaturated
(hypersthene basalt) dan tiga bidang yang dibatasi dua bidang saturasi silika ini ada: alkali
basalt, olivine tholeiite, dan tholeiite basalt.

keterdapatannya bagaimana? setidaknya ada tiga lokasi di dunia ini hasil observasi para ahli
petrologi sejak puluhan tahun yang lalu yaitu setting intraplate (ex: hawaii dan flood basalt
columbia river plateu), compressional setting (magma di daerah subduksi ex: japanse arc,
mariana island arc, etc), dan rift volcanism (MORB, rio grande rift, etc).. ketiga jenis ini
punya karakter basalt tersendiri mulai dari volume, persebaran, dan proses diferensiasi dan
fraksionasinya. untuk ilustrasi model2 tiap lokasi keterdapatan basalt bisa diliat ilustrasi
gambar diatas…

FYI meski secara ekonomis bila jumlahnya cukup signifikan disuatu tempat (apalagi
diindonesia dan negara berkembang atu dimana aja dengan setting geologi yang unik)
akumulasi besar dari batuan ini paling dimanfaatin buat bahan tambang golongan C
(hahahaha laporan bab 4 maping semuanya rata itu mulu ckckckck) tapi dewasa ini di negara
maju para ilmuwan telah mampu mensintesis suatu serat yang lebih kuat, lebih bersahabat
dengan lingkungan dan manusia, lebih sehat, dan dengan biaya produksi yang LEBIH
MURAH!! serat baru ini dikenal dengan ‘basalt fiber’ (serat basalt) yang diekstrak langsung
dari batuan beku bernama basalt ini.. belum tau kalau buat optik tapi untuk konstruksi (kita
tahu serat gelas ini sangat kuat bisa nahan beban berton-ton lebih berat ketimbang beton tapi
tentu saja sangat mahal karena dia lebih kuat tahan retak karena batas elastisnya cukup tinggi
dibadingin beton kalau basalt lebih murah kenapa tidak?) boleh diadu.

secara spesifik manfaat dari basalt fiber ini bisa diaplikasikan kedalam: konstruksi (baja,
bangunan dsb), konstruksi jalan (kerangka jejaring pondasi jalan), kontruksi bawah tanah,
menguatkan batang (baja), geotekstil (istilahnya menarik ya sob ), pengerjaan teknik,
agrikultur, pembuatan mesh atau bahan campuran penguatan mesh (biasanya dari besi dan
baja utk kontruksi jalan dsbnya). apa kelebihannya secara umum? sudah dijelaskan sebagian
diatas kalau BF (jgn pikir macam2 sob haha) murah, bahan campuran paling mantab karena
tidak ada deformasi permanen jika dibengkokan, sangat tahan terhadap korosi (ya iyalah batu
bukan logam homogen), dan sukar bereaksi dengan senyawa kimia, noise absorption quality
yg oke punya, nyerap air, dan tensile strengthnya tinggi, karena sifatnya yang ramah
lingkungan ini BF bisa dipakai sebagai pesaing nomor satu pengganti baja dan platik untuk
campuran bahan penguat (reinforcement material), temperatur meltingnya saat diproduksi
mencapai 600 deg C. subhanallah tidak ada ‘ciptaanya’ yang sia-sia sob….. terus terang sisi
terseksi dari basalt yang ada dalam otak gue yaaa bagian yang terakhir ini..

Anda mungkin juga menyukai