GEOLOGI
2.1.1 Geomorfologi
Batuan basal (basalt) adalah batuan yang berwarna gelap, berbutir halus, dan
merupakan contoh batuan beku yang utamanya tersusun atas mineral piroksen dan
plagioklas. Basalt adalah salah satu batuan yang paling sering terbentuk sebagai
batuan beku ekstrusif (aliran lava). Akan tetapi, batu basalt sering juga terbentuk
sebagai intrusi kecil dalam bentuk dike maupun sill.
Batu basalt memiliki komposisi yang mirip dengan gabro. Perbedaan keduanya
ada pada ukuran butir mineralnya. Pada batu basal ukuran butirnya lebih halus
dibandingkan dengan batu gabro yang berbutir kasar.
Sebagian besar batuan basal yang ditemukan di Bumi dihasilkan pada tiga
lingkungan pembentukan yaitu :
Sebagian besar basalt di bumi dihasilkan pada batas lempeng divergen pada
sistem "mid-ocean ridges" (pematang tengah samudra). Arus konveksi dari dalam
mantel menghasilkan peluruhan/melting pada batuan yang ada sebelumnya. Hasil
ini akan terbentuk sebagai batas divergen yang tertarik/terpisah dan meletus di
dasar laut (letusan submarine fissure), dan letusan ini sering menghasilkan basal
bantal (pillow basalts). Pegunungan aktif di tengah laut merupakan tubuh (host)
dari letusan celah (fissure) yang terjadi berulang-ulang. Sebagian besar
pegunungan aktif dasar laut terbentuk pada batas-batas konvergen yang berada di
bawah permukaan air pada kedalaman yang maksimum. Di daerah ini setiap uap,
abu, ataupun gas yang dihasilkan dari letusan akan diserap oleh kolom air
sehingga tidak sempat mencapai permukaan. Aktivitas gempa adalah satu-satunya
indikasi yang banyak berasal dari letusan di pematang (ridge) samudra. Islandia
adalah contoh pegunungan dasar laut, namun telah terangkat ke permukaan
sehingga kita dapat mengamati langsung aktivitas gunung berapi-nya.
Kita ketahui bahwa Hotspots dapat tersebar tidak teratur, tetapi juga nonrandom.
Hotspot sering tersebar di dekat batas lempeng divergen (mid-ocean ridges), dan
biasanya menghilang dari wilayah-wilayah di dekat batas lempeng konvergen
(subduction zones). Hotspot Oceanik merupakan lokasi lainnya dimana sejumlah
besar basalt juga dapat ditemukan. Ini merupakan lokasi dimana plume-plume
kecil batuan yang mengalami "melting" naik melalui mantel bumi dari hotspot
pada inti bumi. Kepulauan Hawaii adalah contoh di mana gunung api telah
terbentuk di atas sebuah hotspot oceanik. Batuan basalt yang dihasilkan di
lingkungan tersebut diawali dengan letusan di dasar laut. Jika hotspot tersebut
tertopang (sustained), letusan yang terjadi akan berulang-ulang dan dapat
menghasilkan kerucut vulkanik yang lebih besar. Ini akan terus membesar hingga
membentuk sebuah pulau. Itulah mengapa semua gugusan Pulau Hawaii dibangun
dari letusan basal di dasar laut.
3. Pembentukan basalt pada mental plume dan hotspot kerak benua
Pembentukan batuan basalt yang ketiga ada pada lingkungan kerak benua, dimana
mantel plume atau hotspot menyalurkan sejumlah besar lava basaltik melalui
kerak benua sampai pada permukaan bumi. Letusan akibat aktivitas tersebut dapat
terjadi melalui vein ataupun celah batuan. Aktivitas tersebut dapat menghasilkan
lava flows terbesar di kerak benua. Letusan yang ditimbulkan dapat terjadi
berulang kali selama jutaan tahun, yang menghasilkan lapisan demi lapisan batu
basal yang tertumpuk secara vertikal. "Columbia River Flood basalt" di
Washington, Oregon dan Idaho merupakan contoh dari basal flood yang luas.
Contoh lainnya adalah Emeishan Traps di China, Deccan Traps di India, Etendeka
Basalts di Namibia, Karroo Basalts di Afrika Selatan, dan Siberian Traps di Rusia.
2.1.2 Litologi
Gambar 2.1.2.1
Proses Terbentu : Berasal dari hasil pembekuan magma berkomposisi basa di
permukaan atau dekat permukaan bumi. Biasanya membentuk lempeng samudera
di dunia. Mempunyai ukuran butir yang sangat baik sehingga kehadiran mineral
mineral tidak terlihat.
Karakteristik Lainya : Batuan Basalt lazimnya bersifat masif dan keras, bertekstur
afanitik, terdiri atas mineral gelas vulkanik, plagioklas, piroksin. Amfibol dan
mineral hitam. Kandungan mineral Vulcanik ini hanya dapat terlihat pada jenis
batuan basalt yang berukuran butir kuarsa, yaitu jenis dari batuan basalt yang
bernama gabbro. Berdasarkan komposisi kimianya, basalt dapat dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu basalt alkali dan basalt tholeitik. Perbedaan di antara
kedua tipe basalt itu dapat dilihat dari kandungan Na2O dan K2O. Untuk
konsentrasi SiO2 yang sama, basalt alkali memiliki kandungan Na2O dan K2O
lebih tinggi daripada basalt tholeitik.
Karakteristik Kimia
Analisis kimia menunjukkan kandungan kimia berupa:
SiO2 40 – 43 %
Ciri Basalt : Secara petrografi, basalt alkali mengandung fenokris olivin, titanium-
augit, plagioklas dan oksida besi, serta nephelin. Sedang basalt tholeitik
mengandung plagioklas-Ca, augit subkalsik, pigeonit (piroksin miskin Ca), gelas
antar kristal (interstitial glass) dan struktur saling tumbuh kuarsa-feldspar. Basalt
tholeitik adalah tipe basalt yang lewat jenuh (oversaturated) dengan silika, sedang
basalt alkali bersifat underaturated dengan silika yang ditunjukkan dengan
kehadiran nepheline.
Manfaat : Basalt kerap digunakan sebagai bahan baku dalam industri poles, bahan
bangunan / pondasi bangunan (gedung, jalan, jembatan, dll) dan sebagai agregat.
2.1.3 Struktur
Selama zaman Tersier di Pulau Jawa telah terjadi tiga periode tektonik yang telah
membentuk lipatan dan zona-zona sesar yang umumnya mencerminkan gaya
kompresi regional berarah Utara-Selatan (Van Bemmelen, 1949). Ketiga periode
tektonik tersebut adalah:
A. Periode Tektonik Miosen Atas (Mio-Pliosen)
Periode Tektonik Miosen Atas (Mio-Pliosen) dimulai dengan pengangkatan dan
perlipatan sampai tersesarkannya batuan sedimen Paleogen dan Neogen.
Perlipatan yang terjadi berarah relatif barat-timur, sedangkan yang berarah
timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara hanya sebagian. Sedangkan sesar
yang terjadi adalah sesar naik, sesar sesar geser-jurus, dan sesar normal. Sesar
naik di temukan di daerah barat dan timur daerah ini, dan berarah hamper barat-
timur, dengan bagian selatan relatif naik. Kedua-duanya terpotong oleh sesar
geser. Sesar geser-jurus yang terdapat di daerah ini berarah hampir baratlaut-
tenggara, timurlaut-baratdaya, dan utara-selatan. Jenis sesar ini ada yang
menganan dan ada pula yang mengiri. Sesar geser-jurus ini memotong struktur
lipatan dan diduga terjadi sesudah perlipatan. Sesar normal yang terjadi di daerah
ini berarah barat-timur dan hampir utara-selatan, dan terjadi setelah perlipatan. Di
daerah selatan Pegunungan Serayu terjadi suatu periode transgresi yang diikuti
oleh revolusi tektogenetik sekunder. Periode tektonik ini berkembang hingga
Pliosen, dan menyebabkan penurunan di beberapa tempat yang disertai aktivitas
vulkanik.