Anda di halaman 1dari 20

MAGMA BASAL

TUGAS : #2 PETROLOGI
Nama : SIMON PETRUS KONEHAI KAWI TEBAI
NIM : 4100210015

Permasalahan Basal
Lava basal panas mengalir di atas permukaan aliran lava basal
yang didinginkan. (Klik gambar untuk melihat ukuran
penuh.)Swanson, Don A.
Lava basal panas mengalir di atas permukaan aliran lava basal
yang didinginkan.
Basal adalah batuan vulkanik hitam yang keras dengan kurang
dari sekitar 52 persen berat silika (SiO2). Karena kandungan
silika basal yang rendah, ia memiliki viskositas rendah
(ketahanan terhadap aliran). Oleh karena itu, lava basaltik
dapat mengalir dengan cepat dan mudah bergerak >20 km
dari sebuah lubang. Viskositas rendah biasanya
memungkinkan gas vulkanik untuk melarikan diri tanpa
menghasilkan kolom letusan besar. Air mancur lava basaltik
dan letusan celah, bagaimanapun, masih membentuk air
mancur eksplosif setinggi ratusan meter. Mineral umum di
basal termasuk olivin, piroksen, dan plagioklas. Basalt
meletus pada suhu antara 1100 hingga 1250 ° C.
Batuan vulkanik (atau lava ) yang berciri khas berwarna gelap
(abu-abu sampai hitam), mengandung 45 sampai 53 persen
silika , dan kaya akan zat besi dan magnesium. Lava basaltik
lebih cair daripada andesit atau dasit , yang mengandung
lebih banyak silika.
Basalt adalah jenis batuan yang paling umum di kerak bumi
(terluar 10 hingga 50 km). Faktanya, sebagian besar dasar laut
terbuat dari basal .
Pencurahan besar lava yang disebut “ basal banjir “
ditemukan di banyak benua. Basal Sungai Columbia, meletus
15 hingga 17 juta tahun yang lalu, menutupi sebagian besar
tenggara Washington dan wilayah yang berdekatan dengan
Oregon dan Idaho.
Magma basaltik umumnya dihasilkan oleh pencairan langsung
mantel bumi , wilayah bumi di bawah kerak luar . Di benua,
mantel dimulai pada kedalaman 30 hingga 50 km.
Gunung berapi perisai, seperti yang membentuk Kepulauan
Hawaii, hampir seluruhnya terdiri dari basal .

Batu Basal : Pengertian, Proses dan Jenisnya


Batuan beku ekstrusif merupakan batuan beku yang
terbentuk dari pembekuan magma yang terjadi di permukaan
bumi. Salah satu contoh batuan ekstrusif yang bersifat basa
adalah batu basal. Apa itu batu basal? Bagaimana proses
pembentukannya dan apa saja jenisnya? Berikut ini adalah
uraian lengkap tentang batu basal (baca : Jenis Janis Batuan
Penyusun Lapisan Bumi).

Pengertian batu basal

Batu basal merupakan salah satu jenis batuan beku yang


terbentuk dari pembekuan magma di permukaan bumi yang
bersifat basa. Pengertian lain dari batu basal adalah batuan
beku ekstrusif yang memiliki butiran kristal halus, warna
gelap dan mempunyai komposisi utama berupa mineral
olivin. Sedangkan pengertian batu basal menurut ahli adalah
batuan beku aphanitic yang mempunyai kandungan kuarsa
tidak lebih dari 20 persen, kadar feldspathoid kurang dari 10
persen dan prosentase mineral felspar dalam bentuk
plagioklas sebesar 65 persen.

Batu basal berwarna abu- abu hingga hitam, bersifat keras


dan padat (masif). Selain itu juga mempunyai tekstur afanatik
yang tersusun dari mineral piroksin, amfibol, plagioklas dan
gelas vulkanik (baca : Pengertian Vulkanisme). Keberadaan
mineral gelas vulkanik hanya terdapat pada pada batu basal
dengan nama gabbro.

Proses Terbentuknya Batu Basal


Proses pembentukan suatu batuan berbeda dengan proses
terbentuknya batuan lain. Misalnya, proses terbentuknya
batuan metamorf berbeda dengan proses terbentunya
batuan sedimen (baca : Proses Terbentuknya Batuan
Sedimen). Akan tetapi proses terbentuknya batu basal adalah
bagian dari tahapan proses pembentukan batuan beku
ektrusif. Disebut ekstrusif karena pembekuan batuan terjadi
di atas permukaan bumi (baca : Perbedaan Intrusi dan
Ekstrusi Magma). Tahapan pembentukan batu basal yaitu :

Pada awalnya, magma yang merupakan asal dari segala jenis


batuan melakukan pergerakan menuju ke permukaan bumi
(baca : Proses Terjadinya Magma).
Gas- gas yang berada pada perut bumi selanjutnya memberi
tekanan pada magma.
Magma yang tertekan akan menerobos celah- celah pada
kerak bumi sehingga keluar ke permukaan bumi (baca :
Proses Intrusi Magma). Proses keluarnya magma tersebut
dikenal dengan istilah erupsi. Erupsi tersebut dapat berupa
letusan gunung berapi (baca : Ciri Ciri Gunung Api Akan
Meletus)
. Material erupsi dapat terlontar ke daratan maupun lautan.
Sedangkan magma atau lava pembentuk batu basal yang
ditemukan di bawah permukaan air sungai, danau maupun
laut disebut dengan pillow lava.
Setelah terjadi letusan, magma yang berada di atas
permukaan bumi akan mengalami pembekuan. Pembekuan
tersebut berlangsung sangat cepat dan disertai dengan
terlepasnya gelembung gas karbondioksida yang berada pada
magma.
Pada akhirnya hasil pembekuan magma tersebut akan
menjadi batu basal dan batuan beku ekstrusif lainnya (baca :
Batuan Beku Luar).
Selain proses pembentukan yang telah dijabarkan di atas,
terbentuknya batu basal juga dapat dikategorikan
berdasarkan lingkungan pembentuknya, yaitu :

Pada batas divergen oceanic


Lingkungan pembentuk batu basal yang pertama yaitu batas
divergen oceanic. Pada lingkungan inilah sebagian besar
batuan basal dibentuk. Batu basal dihasilkan di batas
lempeng pada pematang tengah samudera (mid ocean
ridges). Lempeng tersebut saling tarik menarik dan
bergesekan kemudian menyebabkan terjadinya letusan di
dasar laut (submarine fissure). Submarine fissure yang terjadi
berulang-ulang akan membentuk host atau tubuh
pegunungan berapi di tengah laut (baca : Bahaya Gunung Api
Bawah Laut).

Pegunungan api tersebut terbentuk di batas-batas konvergen


pada kedalaman laut yang paling maksimal. Begitu dalamnya
sehingga setiap uap, gas atau pun abu vulkanik hasil dari
letusan akan diserap oleh air sehingga tidak mencapai
permukaan laut. Lava yang keluar dari letusan bawah laut
tersebut menghasilkan jenis batu basal bantal atau pillow
basalt.

Pada hotspot oceanic


Lingkungan pembentuk batu basal yang kedua adalah hotspot
oceanic. Hotspot aceanic termasuk tempat ditemukannya
sejumlah besar batu basal. Persebaran hotspot tidak teratur
tetapi juga tidak secara acak. Hotspot banyak ditemukan di
batas lempeng divergen dan tidak ditemukan pada batas
lempeng konvergen (subduction zones).

Hotspot yang tersustensi akan menyebabkan letusan bawah


laut yang terjadi berulang- ulang . Material hasil letusan
kemudian membentuk kerucut vulkanik yang besar dan terus
membesar hingga membentuk suatu pulau. Pulau tersebut
tersusun dari lapisan batu basal. Contohnya adalah
Kepulauan Hawai.

Pada hotspot kerak benua


Lingkungan pembentuk batu basal yang terakhir adalah kerak
benua. Sebagian besar lava pembentuk batu basal (lava
basaltik) hasil letusan yang terjadi pada celah batuan
disalurkan oleh hotspot menuju permukaan bumi melalui
kerak benua. Aktivitas tersebut menghasilkan aliran lava
terbesar yang terjadi di kerak benua.

Aliran lava yang terjadi berkali kali jutaan tahun yang lalu
menghasilkan lapisan batu basal yang menumpuk secara
vertikal. Contoh dari tumpukan batu basal secara vertikal
adalah Karroo Basalt di Afrika Selatan, Etendeka Basalt di
Namibia, Siberian Traps di Rusia, Emeishan Traps di Cina dan
Colombia River flood Basalt di Amerika Serikat.

Jenis Jenis Batu Basal


Jenis jenis batuan ini dapat dikelompokkan menjadi 2
berdsarkan komposisi kimianya, yaitu batu basal alkali dan
batu basal tholeitik. Berikut ini adalah uraiannya.

Batu basal alkali


Batu basal jenis alkali memiliki kandungan Na2O dan K2O
yang lebih besar dari batu basal tholeitik. Basal alkali juga
mengandung titanium augit, fenokris olivin, oksida besi,
nephelin dan plagioklas-Ca. Batu basal akali bersifat
underaturated. Batuan ini banyak ditemukan di rifted
continental crust atau daerah kerak benua yang mengalami
rifting. Selain itu, batu basal juga dapat dijumpai di updomed
continental crust atau kerak benua berbentuk kubah yang
terangkat, dan juga pulau- pulau oceanic.
Batu basal tholeitik
Kadar Na2O dan K2O pada batu basal tholeitik jauh lebih
sedikit dari pada batu basal alkali. Basal tholeitik bersifat
oversaturated dan memiliki kandungan pigeonit, augit
subklasik, dan interstitial glass. Batu basal tholeitik dapat
ditemukan sebagai lava atau magma esktrusi yang sangat
besar. Begitu besarnya volume magma tersebut sehingga
membentuk plato di kerak benua. Hal tersebut dapat dilihat
di Deccan Trap, India. Selain itu, batu basal tholeitik juga
dapat ditemukan di lantai samudera.

Manfaat Batu Basal

Batu basal yang bersifat padat banyak dimanfaatkan dalam


berbagai bidang terutama bidang konstruksi bangunan.
Berikut adalah manfaat dari batu basal.

Sebagai agregat bangunan – Batu basal yang dihancurkan


dapat digunakan sebagai pondasi penguat bangunan.
Implementasinya yaitu digunakannya batu basal pada
pembuatan pondas landasan pesawat, jalan, dan pondasi rel
kereta api. Selain itu, batu basal juga digunakan sebagai
agregat aspal, agregat beton dan agregat trotoar.
Sebagai ornamen bangunan – Batu basal yang dipotong
dihaluskan permukaannya dapat dijadikan ornamen
bangunan seperti monumen, tugu dan juga ubin lantai

Mineralogi basalt dicirikan oleh dominasi feldspar


plagioklas kalsik dan piroksen . Olivin juga bisa
menjadi konstituen yang signifikan. [48] Mineral
aksesori hadir dalam jumlah yang relatif kecil
termasuk oksida besi dan oksida besi-titanium,
seperti magnetit , ulvöspinel , dan ilmenit . [43]
Karena adanya mineral oksida seperti itu , basal
dapat memperoleh tanda magnet yang kuat saat
mendingin, dan studi paleomagnetik telah
menggunakan basal secara ekstensif.

Dalam basal tholeiitic , pyroxene ( augit dan


orthopyroxene atau pigeonite ) dan plagioklas
kaya kalsium adalah mineral fenokris yang umum.
Olivin juga dapat berupa fenokris, dan jika ada,
mungkin memiliki tepi pigeonit. The groundmass
mengandung kuarsa interstitial atau tridimit atau
kristobalit . Basalt tholeiitic olivin memiliki augit
dan ortopiroksin atau pigeonit dengan olivin yang
melimpah, tetapi olivin mungkin memiliki tepi
piroksen dan tidak mungkin ada di massa dasar .

Basal alkali biasanya memiliki kumpulan mineral


yang kekurangan orthopyroxene tetapi
mengandung olivin. Feldspar phenocrysts
biasanya labradorit untuk andesin dalam
komposisi. Augite kaya akan titanium
dibandingkan dengan augit di basal tholeiitic.
Mineral seperti alkali feldspar , leucite ,
nepheline , sodalite , phlogopite mica, dan apatit
mungkin ada di massa dasar.

Basalt memiliki tinggi likuidus dan solidus suhu-


nilai di permukaan bumi yang dekat atau di atas
1200 ° C (cair) [50] dan dekat atau di bawah 1000 °
C (solidus); nilai-nilai ini lebih tinggi daripada
batuan beku umum lainnya.

Mayoritas basal tholeiitic terbentuk pada


kedalaman sekitar 50-100 km di dalam mantel.
Banyak basal alkali dapat terbentuk pada
kedalaman yang lebih dalam, mungkin sedalam
150-200 km. [52] [53] Asal-usul basal alumina
tinggi terus menjadi kontroversial, dengan
ketidaksepakatan mengenai apakah itu adalah
lelehan primer atau berasal dari jenis basal lain
dengan fraksinasi.

Geokimia
Dibandingkan dengan batuan beku yang paling
umum, komposisi basal kaya akan MgO dan CaO
dan rendah SiO 2 dan oksida alkali, yaitu Na 2 O +
K 2 O , konsisten dengan klasifikasi TAS mereka .
Basalt mengandung lebih banyak silika daripada
picrobaslt dan kebanyakan basanit dan tephrites
tetapi kurang dari andesit basaltik . Basalt
memiliki kandungan total oksida alkali yang lebih
rendah daripada trachybaslt dan sebagian besar
basanit dan tephrite.

Basal umumnya memiliki komposisi 45–52 wt%


SiO 2 , 2–5 wt% total alkalis, [8] 0,5–2,0 wt% TiO
2 , 5–14 wt% FeO dan 14 wt% atau lebih Al 2 O 3 .
Kandungan CaO umumnya mendekati 10% berat,
kandungan MgO umumnya dalam kisaran 5 hingga
12% berat.

Basal alumina tinggi memiliki kandungan


aluminium 17-19% berat Al 2 O 3 ; boninit
memiliki kandungan magnesium (MgO) hingga 15
persen. Batuan mafik kaya feldspathoid yang
langka , mirip dengan basal alkali, mungkin
memiliki kandungan Na 2 O + K 2 O sebesar 12%
atau lebih.

Kelimpahan lantanida atau elemen tanah jarang


(REE) dapat menjadi alat diagnostik yang berguna
untuk membantu menjelaskan sejarah kristalisasi
mineral saat lelehan mendingin. Secara khusus,
kelimpahan relatif europium dibandingkan dengan
REE lainnya seringkali lebih tinggi atau lebih
rendah, dan disebut anomali europium . Ini
muncul karena Eu 2+ dapat menggantikan Ca 2+ di
plagioklas feldspar, tidak seperti lantanida lainnya,
yang cenderung hanya membentuk kation
Mid-ocean ridge basalts (MORB) dan ekuivalen
intrusinya, gabros, adalah batuan beku khas yang
terbentuk di pegunungan mid-ocean. Mereka
adalah basalt tholeiitic sangat rendah total alkali
dan elemen jejak yang tidak kompatibel , dan
mereka memiliki pola REE yang relatif datar yang
dinormalisasi ke nilai mantel atau kondrit .
Sebaliknya, basal alkali memiliki pola normalisasi
yang sangat diperkaya dalam REE ringan, dan
dengan kelimpahan REE yang lebih besar dan
elemen lain yang tidak kompatibel. Karena basal
MORB dianggap sebagai kunci untuk memahami
lempeng tektonik, komposisinya telah banyak
dipelajari. Meskipun komposisi MORB relatif
berbeda dengan komposisi rata-rata basal yang
meletus di lingkungan lain, mereka tidak seragam.
Misalnya, komposisi berubah dengan posisi di
sepanjang Mid-Atlantic Ridge , dan komposisi juga
menentukan rentang yang berbeda di cekungan
laut yang berbeda. [58] Basal punggungan laut
tengah telah dibagi lagi menjadi varietas seperti
normal (NMORB) dan yang sedikit lebih kaya
dalam elemen yang tidak kompatibel (EMORB).

Rasio isotop unsur – unsur seperti strontium ,


neodymium , timbal , hafnium , dan osmium
dalam basal telah banyak dipelajari untuk
mempelajari tentang evolusi mantel bumi . [60]
Rasio isotop gas mulia , seperti 3 He / 4 He, juga
sangat berharga: misalnya, rasio untuk basal
berkisar dari 6 hingga 10 untuk basalt tholeiitic
punggungan laut tengah (dinormalisasi ke nilai
atmosfer), tetapi untuk 15–24 dan lebih untuk
basal pulau-laut yang dianggap berasal dari bulu
mantel .

Batuan sumber untuk pencairan parsial yang


menghasilkan magma basaltik mungkin termasuk
peridotit dan piroksenit.

Aliran lava basal aktif


Bentuk, struktur, dan tekstur basal merupakan
diagnostik tentang bagaimana dan di mana ia
meletus—misalnya, apakah ke laut, dalam letusan
cinder yang eksplosif atau sebagai aliran lava
pāhoehoe yang merayap , gambaran klasik letusan
basal Hawaii . [63]

Erupsi subaerial
Artikel utama: Letusan subaerial
Basal yang meletus di bawah udara terbuka (yaitu,
subaerially ) membentuk tiga jenis lava atau
endapan vulkanik yang berbeda: scoria ; abu atau
abu ( breksi ); [64] dan aliran lava. [65]

Basal di puncak aliran lava subaerial dan kerucut


cinder akan sering bervesikulasi tinggi ,
memberikan tekstur “berbusa” ringan pada batu.
[66] Batu basalt sering berwarna merah, diwarnai
oleh besi teroksidasi dari mineral kaya besi yang
lapuk seperti piroksen .

Jenis Aʻā aliran blocky, cinder, dan breksi dari lava


basaltik yang kental dan kental adalah umum di
Hawaiʻi. Pāhoehoe adalah bentuk basal panas
yang sangat cair yang cenderung membentuk
apron tipis lava cair yang mengisi lubang dan
terkadang membentuk danau lava . Tabung lava
adalah fitur umum dari letusan pāhoehoe. [65]

Tuf basaltik atau batuan piroklastik kurang umum


dibandingkan aliran lava basaltik. Biasanya basal
terlalu panas dan cair untuk membangun tekanan
yang cukup untuk membentuk letusan lava
eksplosif tetapi kadang-kadang hal ini akan terjadi
dengan terperangkapnya lava di dalam
tenggorokan vulkanik dan penumpukan gas
vulkanik . Gunung berapi Mauna Loa di Hawaiʻi
meletus dengan cara ini pada abad ke-19, seperti
halnya Gunung Tarawera , Selandia Baru dalam
letusan dahsyatnya pada tahun 1886. Gunung
berapi Maar adalah tipikal tuf basal kecil, yang
dibentuk oleh letusan eksplosif basal melalui
kerak, membentuk apron campuran basalt dan
breksi batuan dinding dan kipas tuf basal lebih
jauh dari gunung berapi. [68]
Struktur amigdaloidal adalah umum dalam vesikel
peninggalan dan spesies zeolit , kuarsa atau kalsit
yang mengkristal dengan indah sering ditemukan.
[69]

Selama pendinginan aliran lava yang tebal,


sambungan kontraksi atau rekahan terbentuk.
[70] Jika aliran mendingin relatif cepat, kekuatan
kontraksi yang signifikan terbentuk. Sementara
aliran dapat menyusut dalam dimensi vertikal
tanpa retak, aliran tersebut tidak dapat dengan
mudah mengakomodasi penyusutan dalam arah
horizontal kecuali jika retakan terbentuk; jaringan
rekahan luas yang berkembang menghasilkan
pembentukan kolom . Struktur ini didominasi
heksagonal dalam penampang, tetapi poligon
dengan tiga hingga dua belas atau lebih sisi dapat
diamati. [71]Ukuran kolom sangat tergantung
pada laju pendinginan; pendinginan yang sangat
cepat dapat menghasilkan kolom yang sangat kecil
(diameter <1 cm), sedangkan pendinginan yang
lambat lebih mungkin menghasilkan kolom yang
besar. [72]
Letusan kapal selam
Artikel utama: Letusan kapal selam

Bantal basal di dasar laut Pasifik selatan


Karakter letusan basalt bawah laut sangat
ditentukan oleh kedalaman air, karena
peningkatan tekanan membatasi pelepasan gas
yang mudah menguap dan menghasilkan letusan
efusif. [73] Diperkirakan bahwa pada kedalaman
lebih dari 500 meter (1.600 kaki), aktivitas
eksplosif yang terkait dengan magma basaltik
ditekan. [74] Di atas kedalaman ini, letusan bawah
laut sering eksplosif, cenderung menghasilkan
batuan piroklastik daripada aliran basal. [75]
Letusan ini, digambarkan sebagai Surtseyan,
dicirikan oleh sejumlah besar uap dan gas dan
penciptaan sejumlah besar batu apung . [76]

Bantal basal
Artikel utama: Lava bantal
Ketika basal meletus di bawah air atau mengalir ke
laut, kontak dengan air memadamkan permukaan
dan lava membentuk bentuk bantal yang khas , di
mana lava panas pecah untuk membentuk bantal
lain. Tekstur “bantal” ini sangat umum di aliran
basaltik bawah air dan merupakan diagnostik
lingkungan letusan bawah air ketika ditemukan di
bebatuan purba. Bantal biasanya terdiri dari inti
berbutir halus dengan kerak kaca dan memiliki
sambungan radial. Ukuran bantal individu
bervariasi dari 10 cm hingga beberapa meter. [77]

Ketika lava pāhoehoe memasuki laut biasanya


membentuk bantal basal. Namun, ketika aʻā
memasuki lautan, ia membentuk kerucut pesisir ,
akumulasi kecil berbentuk kerucut dari puing-
puing tufaan yang terbentuk ketika lava aʻā yang
bergumpal memasuki air dan meledak dari uap
yang menumpuk. [78]

Pulau Surtsey di Samudra Atlantik adalah gunung


berapi basal yang menembus permukaan laut
pada tahun 1963. Fase awal letusan Surtsey
sangat eksplosif, karena magmanya cukup cair,
menyebabkan batu pecah oleh uap mendidih
untuk membentuk kerucut tuf dan cinder. Ini
kemudian pindah ke perilaku tipe pāhoehoe yang
khas. [79] [80]

Kaca vulkanik mungkin ada, terutama sebagai kulit


pada permukaan aliran lava yang dingin dengan
cepat, dan umumnya (tetapi tidak eksklusif)
terkait dengan letusan bawah air. [81]

Basal bantal juga dihasilkan oleh beberapa letusan


gunung berapi

Sumber Referensi :
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Basal
- https://wahyuancol.wordpress.com/tag/basal
t/
- https://www.google.com/amp/s/ilmugeografi.
com/geologi/batu-basalt/amp

Anda mungkin juga menyukai