Anda di halaman 1dari 35

ENDAPAN PLASER

(487D612)
IRZAL NUR

I. PENDAHULUAN

I.1. Tinjauan Umum Tentang Endapan


Plaser oleh A.M. Evans (1987)

Menurut Anthony M. Evans dalam bukunya An


Introduction to Ore Geology (1987), sedimen dapat
dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu endapan
allochtonous dan autochtonous.
Endapan allochtonous adalah endapan yang
telah/pernah mengalami transportasi dari
lingkungan asalnya menuju ke suatu lingkungan
baru di mana kemudian dia terendapkan bersamasama dengan kelas-kelas terigen (klastik) dan
piroklastik.
Endapan autochtonous adalah endapan yang
terbentuk pada lingkungan di mana dia terendapkan
(tanpa mengalami transportasi lebih lanjut).
Endapan autochtonous ini mengandung kelas kimia,
organik, dan residual.

Klasifikasi Sedimen (Evans, 1987)


KELOMPOK

KELAS

I. Sedimen allochtonous

a. Endapan terigen : lempung, pasir silisiklastik,


konglomerat.
b. Endapan piroklastik : tufa, tufa lapili, aglomerat,
breksi vulkanik.

II. Sedimen autochtonous

c. Presipitasi kimia : karbonat, evaporit, rijang,


ironstones, fosfat.
d. Endapan organik : batubara, lignit, oil shales.
e. Endapan residual : laterit, bauksit.

Endapan Allochtonous

Oleh para ahli geologi bijih (ore geologists), endapan allochtonous yang
bernilai ekonomis diistilahkan dengan endapan plaser.
Endapan ini merupakan kelas terigen yang terbentuk oleh proses
sedimenter biasa (ordinary sedimentary processes) yang
mengendapkan atau mengkonsentrasi mineral-mineral berat.
Umumnya proses pemisahan gaya berat alamiah ini dibantu oleh
media air bergerak, walaupun ada juga yang terkonsentrasi melalui
media padat (solid) dan angin.
Mineral-mineral berat tersebut harus terlebih dahulu terbebaskan
(released) dari batuan sumbernya, harus memiliki berat jenis (densitas)
yang tinggi, resisten secara kimia terhadap pelapukan, serta memiliki
durabilitas tinggi (tahan terhadap proses-proses mekanik ).
Mineral-mineral plaser memiliki sifat-sifat (syarat-syarat) tersebut
dalam berbagai tingkatan; contoh-contoh mineralnya, antara lain :
kasiterit, kromit, kolumbit, tembaga, garnet, emas, ilmenit, magnetit,
monazit, platina, rubi, rutil, safir, xenotime, dan zirkon.
Karena mineral-mineral sulfida mudah lapuk dan hancur, baik secara
mekanik maupun kimia, maka jarang terkonsentrasi dalam bentuk
plaser.

Klasifikasi Endapan
Plaser
Klasifikasi Evans
(1987);
berdasarkan
genetik
(penekanan
pada media) dan
Macdonald
(1983) yang
berdasarkan
lingkungan
pengendapan

Jenis Asal
Pembentukan

Kelas
(Evans, 1987)

Macdonald
(1983)

Akumulasi in situ
selama pelapukan

Plaser residual

Eluvial

Konsentrasi dalam
media padat
bergerak

Plaser eluvial

Koluvial

Konsentrasi dalam
media likuid
bergerak (air)

Plaser aluvial /
plaser sungai

Fluvial

Plaser pantai

Strandline
(garis pantai)

Plaser lepas
pantai

Plaser marin

Plaser eolian

Gurun atau
eolian pantai

Konsentrasi dalam
media gas
bergerak
(udara/angin)

Macdonald (1983)

Secara khusus Macdonald (1983) mengklasifikasikan lagi


endapan plaser menjadi tiga kelompok berdasarkan situs-situs
(lingkungan) pembentukan/pengendapannya, yaitu :
1. Plaser Kontinental (darat), terdiri atas plaser-plaser :
- Eluvial
- Koluvial
- Fluvial
- Gurun
- Glasial (es)
2. Plaser Transisional (antara darat dan laut), yaitu plaser
eolian pantai
3. Plaser Marin (laut)

I.2. Tinjauan Umum Tentang Endapan


Plaser oleh A.M. Bateman (1962)

Alan M. Bateman (Economic Mineral


Deposits, 1962); endapan plaser terbentuk
melalui proses mechanical concentration
(konsentrasi mekanik)
Mechanical concentration adlh pemisahan
gravitasi secara alami antara mineral2
berat dg ringan melalui media air atau
udara, di mana mineral-mineral yg lebih
berat akan terkonsentrasi menjadi
endapan yg disebut endapan plaser

Mechanical Concentration
Terdiri Atas Dua Tahapan
Proses pelepasan (releasing)
mineral2 stabil dr matriks yg
mengikatnya melalui pelapukan,
Proses konsentrasi.

Konsentrasi hanya dapat terjadi jk


mineral2 berharga memiliki 3 sifat

berat jenis yg tinggi


resisten secara kimia terhadap pelapukan
berdayatahan lama (long durability); durability
meliputi: kelenturan (malleability), keteguhan
(toughness), & kekerasan (hardness).
Mineral2 yg memiliki sifat2 tersebut di atas,
antara lain: emas, platina, tinstone (batutimah),
magnetit, kromit, ilmenit, rutil, native copper
(tembaga natif), gemstones (batupermata),
zirkon, monazit, fosfat, & sedikit quicksilver
(merkuri natif)

Batumulia
(Gemstones)

Fluorite (CaF2)

Phosphopyllite (Fosfat)
Zn2(Fe,Mn)(PO4)2.4H2O

Garnet {Fe3Al2(SiO4)3}

Diamond (Intan), C

Kuarsa (SiO2)

I.2.1. Material2 Sumber

Endapan lode komersial, seperti vein2 emas,


contohnya pd Mother Lode gold veins di California.
Endapan lode non-komersial, seperti pd balok2
kuarsa emas kecil (small gold quartz stringers) atau
veinlet2 cassiterite, contohnya pd timah plaser di
Banka (Pulau Bangka), Indonesia.
Mineral2 bijih yg terdisseminasi jarang , seperti pd
butir2 kecil platina yg terdisseminasi secara jarang pd
batuan intrusi basa, contohnya di Pegunungan Ural.
Mineral2 penyusun batuan, seperti pd butiran2
magnetit, ilmenit, monazit, & zirkon, contohnya pasir
pantai di India.
Endapan2 plaser yg lebih dahulu ada , seperti pd
gravel2 tebing sungai atau endapan2 plaser tertimbun,
contohnya pd California Recent gold placers

Cadangan Emas Indonesia dan Dunia (IMA, 2002)

11

6
7
1
2

12
14
13

22

19

2000
k ilo m e te rs

G o ld d e p o s it ( > 5 . 0 M o z )

15
1 6 ,1 7

21

G o ld d e p o s it o r o c c u r r e n c e

18

23
24

20

27

25
26

28

Cadangan Tembaga dan Nikel Indonesia dan Dunia (IMA,


2002)

28

7
5

17

27

14

15

10

16
12
11
13

Porphyry deposit
> 1.0 Mt Cu

8
18

25
24
23

22

Nickel deposit
> 0.5 Mt Ni

21
20

26

2000
kilometers

19

27

I.2.2. Prinsip2 Mechanical


Concentration
Proses

mechanical concentration
berlangsung berdasarkan sejumlah
prinsip dasar yg terutama melibatkan
faktor2 atau perbedaan2 berat jenis,
ukuran, & bentuk partikel, yg
kesemuanya dipengaruhi oleh
kecepatan aliran (moving fluid).
Prinsip-prinsip dasar tersebut, adlh :

Dlm air, mineral yg lebih berat akan tenggelam lebih cepat drpd yg ringan walaupun ukurannya
sama. Tambahan lagi, perbedaan BJ akan lebih diperkuat di dlm air dibandingkan di udara.
Contoh, rasio antara emas (BJ 19) terhadap kuarsa (BJ 2,6) sebagai berikut :
Emas di udara 19 / Kuarsa di udara 2,6 = 7,3 / 1 se&gkan
Emas di air 19-1 / Kuarsa di air 2,6-1 = 11,2 / 1
Tingkat pengendapan dlm air juga dipengaruhi oleh permukaan spesifik dr setiap partikel.
partikel. jk
terdapat 2 bola dg berat yg sama tetapi ukuran berbeda, mk yg lebih kecil, dg permukaan yg
lebih kecil, yg tentu saja lebih sedikit mengalami pergesekan (friction) dlm air, akan tenggelam
lebih cepat.
Bentuk partikel juga mempengaruhi tingkat pengendapan. Pellet yg bulat memiliki permukaan
spesifik yg lebih kecil dibandingkan dg disk yg rata & tipis (pipih); dg berat yg sama, pellet
akan tenggelam lebih cepat. Sehubungan dg hal ini, mk spekularit & molibdenit yg bentuknya
flaky (berlapis-lapis pipih), sulit utk terkonsentrasi melalui gravitasi, walaupun BJ-nya tinggi.
Efek pergerakan air.
air. Kemampuan suatu tubuh air (atau udara) yg mengalir utk mentransport
suatu material pdt bergantung pd kecepatan & variasi kecepatannya per satuan persegi. jk
kecepatannya bertambah 2x, tenaga transportasinya akan bertambah sekitar 4x, & material2
yg semula diam akan terbawa bergerak. Sebaliknya, jk kecepatannya menurun 2x, mk sebagian
besar material yg semula terbawa/tertransportasi akan mengendap. Sehubungan dg hal
tersebut, mineral2 plaser akan terendapkan pd saat kecepatan arus menurun.
Tlh diketahui adlh aliran air yg cepat akan meningkatkan perbedaan tingkat pengendapan
berdasarkan BJ, & jk partikel-partikel emas & kuarsa terendapkan dlm kondisi air yg bergerak,
mk emas akan mampu terendapkan langsung ke dasar se&gkan kuarsa akan terbawa sedikit ke
arah downstream (hilir).
Faktor permukaan spesifik kemudian juga ikut bekerja; dr 2 partikel dg berat yg sama, mk
partikel yg memiliki permukaan spesifik yg lebih besar akan mengalami peningkatan kecepatan
tertransport dibandingkan dg partikel yg lain, sejalan dg bertambahnya kecepatan aliran.
Sehingga, mika yg pipih akan terpisah dr kuarsa, & material-material yg lebih halus akan
terpisahkan dr yg kasar.
Faktor lain yg juga ikut bekerja, adlh bhw partikel dlm bentuk suspensi lebih siap utk
tertransport oleh aliran bergerak dibandingkan dg yg dlm bentuk lain. Baygkan jk kita
mengaduk gula yg berada di dasar cangkir, demikian juga yg terjadi di sungai atau pantai di
mana arus akan mampu mengaduk & mengangkat substansi2 ringan dr dasar &
mendesirkannya meninggalkan tempat asalnya. dg demikian proses ini membantu
terpisahkannya mineral2 yg berat dg yg ringan, menuju ke tahap konsentrasi.
Juga, aksi putaran & adukan sungai & gelombang menstimulasi getaran atau tarian ke arah
atas (upward pulsation) shg terjadi proses pencucian di dlm mana mineral yg lebih ringan
akan terangkat ke tempat yg lebih tinggi drpd mineral yg berat, shg mineral2 ringan tsb lebih
mudah terbawa pergi oleh air bergerak.
Aksi tarian tsb mampu menyebabkan partikel2 emas tersebar melewati (through) gravel2
dasar & terkonsentrasi di bawahnya, walaupun gravel2 tsb tebal emas yg lbh kasar akan
berada di bawah, & yg halus di atas.

Berbagai faktor di atas bekerja secara bersama2 dlm memisahkan


mineral2 yg ringan & halus dari yg berat & kasar; & melalui aksi yg
kontinyu, mineral2 plaser akhirnya terkonsentrasi secara memadai &
membentuk endapan yang ekonomis
Penurunan atau pengurangan kecepatan aliran, baik itu di sungai, di
arus pantai, maupun arus bawah, akan menyebabkan terjadinya
pengendapan & akumulasi. Di sungai, perubahan gradien,
meandering, pelebaran (spreading), atau gangguan2 (halangan2)
lain yang mampu menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan
aliran, akan bisa menyebabkan mineral2 y2g lebih berat
terendapkan & terakumulasi.
Berbagai gesekan dan tumbukan yang dialami mineral-mineral
plaser selama mengalami tarian ke atas (upward pulsation) dan
selama tertransportasi, akhirnya dapat mengakibatkan hancurnya
mineral-mineral yang tak berdayatahan lama (non-durable) sehingga
menjadi bubuk (powder), mengakibatkan membundarnya sudutsudut yang runcing dari mineral yang durable, serta terkompakkan
dan teratakannya mineral-mineral yang malleable (lentur). Dengan
demikian gambaran-gambaran tersebut merupakan kriteria yang
menunjukkan jumlah atau kuantitas konsentrasi atau jarak yang
telah ditempuh oleh mineral-mineral plaser tersebut. Sebagai
contoh, emas plaser yang menyudut dan runcing, tentu saja tidak
jauh dari sumbernya, dan prinsip ini bisa digunakan oleh prospektor
yang cerdik dalam pencariannya menuju ke mother lode atau
sumber emas tersebut.

Suatu hal yang esensial dalam proses mechanical


concentration adalah bahwa kontinyuitas suplai dari mineral
plaser bisa membentuk konsentrasi yg memadai. Ini berarti
bahwa daerah2 yg paling favorable adalah daerah yg
intensitas pelapukannya tinggi & relief topografinya kuat ;
pelapukan penting dlm hal membebaskan atau melepaskan
mineral plaser & relief penting dlm memungkinkan debris dr
pelapukan tersebut utk terbawa ke arah sungai atau pantai.
Plato atau peneplain tdk dpt mensuplai debris yg banyak.
Daerah lain yg favorable adalah daerah-daerah di mana
terjadi rejuvinasi (peremajaan) sungai oleh pengangkatan
resen, di mana lembah-lembah baru memotong lembahlembah yang lebih tua, sehingga menyebabkan terjadinya
rewashing & rekonsentrasi dari gravel2 yg ada sebelum
terjadinya pengangkatan tsb. Semakin sering rekonsentrasi
seperti ini terjadi, semakin besar pula tingkat konsentrasi yng
dihasilkannya.
Jika pelapukan menghasilkan debris pd lereng suatu bukit,
partikel2 yg lbh berat akan bergerak ke arah downslope lbh
lambat drpd partikel yg ringan, membentuk konsentrasi yg
tinggi dlm bentuk plaser eluvial. Kalau terjadi transportasi dgn
media air, maka konsentrasinya bisa terjadi di sungai,
membentuk endapan plaser sungai ( plaser aluvial), atau di
pantai, membentuk plaser pantai. Jika konsentrasinya
dilakukan oleh angin, maka yg terbentuk adalah plaser eolian.

II. PLASER RESIDUAL


(PLASER ELUVIAL VERSI MACDONALD
1983)

Plaser residual terakumulasi dengan cepat di atas suatu sumber bedrock


(seperti vein emas atau kasiterit) oleh pelapukan kimia dan pemindahan
(moved away) material2 batuan yg ringan, & gradasi atau tingkatannya
bertambah ke arah bawah menuju ke bagian2 urat atau bedrock yg lapuk,
seperti yg terjadi di areal timah Sabah (Malaysia). Pada endapan plaser residual
ini mineral2 ringan yang resisten secara kimia (seperti beril) bisa juga
terbentuk atau bertahanan.
Plaser residual hanya terbentuk pada daerah yang permukaannya datar atau
hampir datar, jika terdapat slope, akan terjadi rayapan dan plaser eluvial yg
akan terbentuk (gambar 3).

Gambar 4 memperlihatkan penampang


endapan plaser eluvial menurut klasifikasi
Macdonald (1983). Perlu diperhatikan bahwa
plaser eluvial menurut Macdonald ini, adalah
jenis plaser residual menurut klasifikasi
tradisional.

Plaser residual yang terbentuk di atau di atas


karbonatit merupakan endapan yang penting
dalam memproduksi apatit, seperti yang
terjadi di Jacupiranga, Brasil; Sokli, Finlandia
(Nothold, 1979); dan Sukulu, Uganda
(Reedman, 1984).
Batuan karbonat tersebut merupakan sumber
potensial bagi terbentuknya mineral-mineral
(plaser) niobium, zirkon (zirkonium silikat),
baddeleyit (zirkonium oksida), magnetit, dan
mineral-mineral lainnya.
Plaser-plaser residual tersebut selalu
terbentuk pada karbonatit, yang dia (batuan
karbonatit itu) sendiri sebenarnya tidak
ekonomis.

Bates and Jackson, 1980


Carbonatite : Batuan karbonat yang terbentuk
secara magmatik (magmatic origin), umumnya
berasosiasi dengan kimberlites dan batuanbatuan alkalik. Genesa karbonatit ini masih
menjadi bahan perdebatan (kontroversial),
karena banyaknya pendapat tentang
mulajadinya, antara lain; berasal dari peleburan
magma, aliran padat (solid flow), larutan
hidrotermal, dan/atau transfer (perpindahan)
gas. Komposisinya kalsitik atau dolomitik.

Anda mungkin juga menyukai