A. Pengertian
Neuroma Akustik (AN) atau sering pula disebut Vestibular Schwannoma merupakan
tumor primer otak yang cukup banyak ditemukan di daerah infratentorial. Sekitar 8% dari
semua tumor primer otak adalah schwannoma. Lokasi tersering berada di CPA, dimana 90%
diantaranya adalah akustik neuroma dan hanya 10% tumor dengan tipe histologik lainnya. NA
biasanya muncul dari medial IAC atau lateral CPA dan menyebabkan gejala-gejala klinis yang
khas akibat adanya pergeseran, perubahan, atau penekanan struktur organ disekitar CPA. Jika
tumor ini berkembang terus, maka ia juga dapat menekan batang otak dan serebellum.
Walaupun penelitian menunjukkan bahwa tumor ini termasuk jinak, namun pada kenyataannya
ia dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang berbahaya
Bedah eksisi adalah salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang jaringan tumor
dengan cara memotong atau suatu tindakan pengangkatan massa tumor.
B. Anatomi
Cerebellopontine angle (CPA) merupakan sebuah ruangan di fossa posterior kranialis
yang didalamnya terdapat cairan serebrospinal potensial, dan dibatasi oleh tulang temporal,
serebellum, dan batang otak. CPA adalah sebuah struktur dengan bentuk kira-kira menyerupai
segitiga. Bagian atasnya dibatasi oleh tentorium serebelli, bagian bawahnya dibatasi oleh
tonsilla serebelli dan oliva medullaris. Batas anterior adalah permukaan dura posterior dari
tulang petrous dan klivus, sedangkan batas posterior adalah permukaan ventral dari pons dan
serebellum. Batas medialnya berupa sisterna pons dan medula, dan bagian apeksnya adalah
daerah recessus lateralis ventrikel empat. Pintu lateral dari ventrikel 4, foramen Luschka,
merupakan jalan masuk ke CPA. Nervus kranialis V-XI melintasi batas atas dan bawah CPA.
Struktur di tengah-tengah yang melintasi CPA dari dan ke kanalis auditorius interna adalah
nervus fasialis (n. VII) dan nervus vestibulokoklearis (n. VIII). 2
Nervus kranialis VII dan VIII ditutupi oleh myelin sentral yang disediakan oleh sel
neuroglial ketika menyebrangi CPA dan membawa bagian lengan dura fossa posterior ke
kanalis auditorius interna (internal auditory canal = IAC). Transisi dari myelin perifer
dilakukan oleh sel Schwann yang muncul di pintu medial dari IAC. Nervus vestibulokoklearis
terbagi dalam tiga cabang, yaitu n. koklearis, n. vestibularis superior dan inferior pada sisi
lateral CPA atau medial IAC. IAC sendiri dibagi dalam empat kuadran oleh ujung vertikal
yang disebut Bill’s bar, dan ujung transversa. Nervus VII berada di kuadran anterosuperior
yang juga anterior dari n. vestibularis superior dan superior dari n. koklearis. Sedangkan n.
vestibularis inferior berada di kuadran posteroinferior dan juga inferior dari n. vestibularis
superior sera posterior dari n. koklearis (lihat gambar 1). Arteri serebellaris anteroinferior
merupakan vaskularisasi utama CPA juga sebagai sumber dari arteri labirintine. Arteri
labirintine melalui IAC adalah end artery bagi organ-organ pendengaran dan keseimbangan.
Arteri serebellaris anteroinferior memiliki hubungan variabel dengan nervus kranialis VII dan
VIII serta IAC.
C. Patogenesis
NA berasal dari saraf vestibularis dengan gambaran makroskopis berkapsul,
konsistensi keras, berwarna kekuningan kadang putih atau translusen dan bisa disertai
komponen kistik maupun perdarahan. Ia diduga bermula di dalam sel Schwann di superior
atau inferior n. vestibularis dalam zona transisional (Obersteiner-Redlich zone) dari mielin
perifer dan sentral. Zona transisi ini muncul pada lateral CPA atau medial IAC. Penyakit
ini sebenarnya paling sering muncul dari IAC dan hanya kadang-kadang dari CPA. Lebih
sering pada saraf vestibularis daripada koklearis. Kecenderungannya untuk tumbuh pada
saraf vestibularis mungkin diakibatkan oleh ganglion vestibular di IAC yang memiliki
jumlah Schwann sel lebih banyak daripada ganglion koklearis posterior
D. Gejala
NA biasanya tumbuh secara perlahan dan membutuhkan waktu bertahun-tahun
untuk berkembang. Beberapa kejadian NA ukurannya sangat kecil sehingga tidak
menimbulkan gelaja apapun.6
Neuroma Akustik kecil (warna biru) dalam kanalis auditori internal (IAC) yang membawa
saraf-saraf pendengaran, keseimbangan dan wajah (warna kuning)
Gejala klinis sangat tergantung pada ukuran tumor. Menurut Hardy et al. (1989)
gejala AN yang tersering adalah tuli perseptif unilateral (96%), ketidakseimbangan (77%),
tinitus (71%), nyeri mastoid atau otalgia (28%), wajah baal (7%) dan diplopia (7% ). Tuli
muncul pada 96% pasien dengan NA. Pasien dengan tuli perseptif unilateral atau bilateral
asimetris atau unilateral tinitus yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya harus dieksplorasi
untuk menyingkirkan NA. Kebanyakan tuli terjadi secara progresif lambat dengan distorsi
bising. Dua puluh persen pasien mengalami tuli mendadak.
LAPORAN KASUS
A. Persiapan pasien
1. Pasien dipuasakan 6-8 jam
2. Informed consent (prosedur pembedahan dan anastesi)
3. Apakah pasien sudah diberi antibiotik profilaksis
4. Perlu atau tidak perlu skiren
5. Apakah pasien memakai perhiasan, gigi palsu, atau prostase lainnya
6. Perlengkapan oprasi yang perlu dibawa pasien
7. Site marking area oprasi
8. Pemeriksaan laboraturium dan radiologi
9. Pasien sudah mandi dengan sabun antiseptik dan memakai baju operasi
10. Pasien tidak boleh memakai cat kuku
11. Apakah pasien perlu huknah/ lavement atau tidak
12. Apakah pasien sudah memakai kateter atau belum
B. Persiapan lingkungan
1. Mengatur dan mengecek fungsi mesin suction, mesin couter (mono&bipolar),
lampu operasi, viewer, perfarator dan kraniotom.
2. Menyiapkan tempat sampah, meja mayo, meja instrumen.
3. Mempersiapkan set waskom, set instrumen steril dan set linen umum.
b. Instrument penunjang
Instrumen penunjang steril
1. Handpiece couter mono & bipolar : 1/1
2. Selang suction : 1
3. Set waskom : 1
Instrumen penunjang on steril
1. Mesin couter : 1
2. Mesin HSD : 1
3. Mesin suction : 1
4. Lampu operasi : 1
5. Meja operasi : 1
6. Meja instrumen : 1
7. Meja mayo : 1
8. Troli waskom : 1
9. Tempat sampah : 2
10. Bolpoin marker : 1
11. Mikroskop :1
Persiapan linen
1. Duk besar : 5
2. Duk kecil : 4
3. Gaun operasi : 5
4. Sarung meja mayo : 1
5. Handuk : 6
Persiapan bahan habis pakai
1. Handscoon 6,5/7/7,5 :sesuai kebutuhan.
2. Mess no. 11 / 15 / 10 : 1/1/1
3. NaCl 0,9 % : 1000 cc
4. Providon iodin : 100 cc
5. Alkohol : 100 cc
6. Lidocain : 2 ampul
7. Adrenalin : 1 ampul
8. Spuit 3cc / 10cc : 1/4
9. Hepavix : secukupnya
10. Tensocrep 10 cm : 1
11. Kassa steril : 60 lembar
12. Wouches : secukupnya
13. Deppers : 10
14. Sufratul : 1
15. Spongostan : 1
16. Surgicel : 2
17. Bonewax : 1
18. Opsite besar 45 x 55 cm : 1
19. DK no. 16 : 1
20. Urobag : 1
21. Jelly : secukupnya
22. Zyede 3-0 / 4.0 : 2/1
23. Vicryl 2.0 / 4.0 :1/1
24. Under pad on & steril : 1/3
D. Instrumentasi Tehnik
Sign in
1) Pasien datang, cek kelengkapan data pasien.
2) Membantu memindahkan pasien ke meja operasi.
3) Setelah tim anasthesi melakukan induksi (GA), kemudian perawat sirkuler memasang
folley chateter no. 16 + urobag, mengatur posisi klien miring ke kanan, pasang ground
couter di kaki pasien dan U-pad di bawah kepala pasien.
4) Operator marker garis insisi, lalu dicuci dengan larutan desinfeksi.
5) Perawat instrumen melakukan surgical scrub, gowning dan gloving selanjutnya
melakukan persiapan alat di meja instrumen dan meja mayo.
6) Perawat instrument membantu gowning dan gloving pada operator dan asisten.
7) Berikan desinfeksi klem dan 3 deppers dengan iodine povidone dalam cucing dan 3
deppers alkohol dalam bengkok ke operator untuk melakukan desinfeksi lapangan
operasi, kemudian deppers kering.
8) Melakukan drapping :
a. Duk kecil (2) dan U-pad steril untuk bagian bawah kepala dan lingkarkan duk atas
pada kepala dan fiksasi dengan duk klem.
b. Duk kecil (2) untuk kanan dan kiri.
c. Duk besar (1) untuk bagian bawah.
d. Duk sedang (1) untuk bagian atas secara melingkar.
e. Duk besar tipis (1) untuk badan ke bawah.
f. Pasang opsite besar
9) Pasang kabel couter, bipolar, selang suction, kabel HSD, kabel mikroskop lalu fiksasi
dengan towel klem, lalu dekatkan meja mayo & meja instrumen.
10) Berikan opsite dan bantu memasangnya.
Time out oleh perawat sirkuler
11) Berikan injeksi infiltrasi adrenalin : lidocain = 1 : 200.000 (adrenalin 1 amp/1 cc + NS
9cc, lalu ambil 1cc + 2 ampul lidocain/4cc + 5cc NS = 10 cc, ambil 5cc larutan tsb +
5cc NS = 10cc) ke operator untuk suntik di daerah sekitar insisi, sebelumnya lapor ke
bagian anastesi.
12) Setelah 5 menit, berikan mess 1 (handle no. 3 & mess no. 10) ke operator untuk incisi
dilanjutkan mess 2 (handle no. 3 & mess no. 15) untuk membuka periosteum, lalu
berikan pinset cirurgis pada operator dan asisten, kemudian pasang sprider.
13) Berikam raspat untuk membersihkan tulang dari periosteum.
14) Berikan kasa dan couter bipolar untuk rawat perdarahan sambil dispoling dengan NS
dalam spuit 10 cc dan juga suction, lalu ambil otit untuk graft.
15) Berikan couter monopolar untuk marking pada tulang yang akan dibor.
16) Berikan bor ke operator, langenback ke asisten dan spoling NS + Suction, ambil
serpihan tulang dengan mosquito & spatel lalu tempatkan di cucing.
17) Berikan bonewax untuk menghentikan perdarahan pada tulang.
18) Setelah selesai mengebor, berikan tulang ke operator dan spoling + suction ke asisten,
berikan HSD dan korison untuk memoerlebar cranium.
19) Berikan mess 11 untuk dilakukan incisi duramater.
20) Berikan leyla retractor untuk retraksi cortex dan identifikadi tumor.
21) Berikan alat khusus untuk mengidentifikasi nervus V dan VII sebelum mengambil
tumor,
22) Berikan Suction dan bipolar ke operator untuk mengeksplorasi tumor, sambil
dilakukan spoling.
23) Berikan pinset tumor untuk mengambil tumor, lalu wouches kecil, bonewax,
spongostan dan surgicel untuk hemostasis.
24) Siapkan tulang kranium yang akan dipasang dengan knable, dan beriksn otot untuk
dilakukan grafting kemudian dibersihkan.
Sing Out
25) Setelah dipastikan inventaris instrumen lengkap (kasa, wouches & instrumen)
lepaskan spring hook.
26) Berikan needle holder + vicryl 3.0 + pincet cirurgis untuk subkutis. Berikan klem dan
gunting benang ke asisten.
27) Untuk menutup kulit luar berikan needle holder + vicryl 4.0 + pincet cirurgis, klem &
gunting ke asisten.
28) Setelah luka tertutup, bersihkan luka operasi dengan kasa basah dan kering.
29) Tutup luka insisi dengan sufratul & kasa kering, lalu fiksasi hepavix.
30) Operasi selesai, ambil kabel couter, bor dan selang suction dengan melepas doek klem
lalu bersihkan pasien.
31) Bereskan semua instrument lalu didekontaminasi, diinventaris, bungkus / packing dan
siap disteril.
32) Catat pemakaian bahan habis pakai pada lembar depo dan rapikan ruang operasi.
33) Proses Dekontaminasi
Alat-alat dibilas di air mengalir
Alat-alat direndam di larutan enzimatic detergen selama 15 menit.
Alat-alat dicuci dan disikat Alat-alat dibilas air lagi.
Keringkan alat-alat kemudian di Pack lalu disterilkan.