Nurhayati PDF
Nurhayati PDF
KOTA SEMARANG
Program Studi
Magister Kenotariatan UNDIP
Oleh :
NURHAYATI, SH
B4B004156
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2006
TESIS
KOTA SEMARANG
Oleh :
NURHAYATI, SH
B4B004156
Telah disetujui
Oleh :
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan saya
sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk
memperoleh kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan di Lembaga
Pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian
maupun yang belum/tidak diterbitkan sumbernya dijelaskan di dalam
tulisan daftar pustaka.
Yang menyatakan
NURHAYATI, SH
B4B004156
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
maupun tenaga yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak. Untuk itu
hati dan penuh keikhlasan untuk menyampaikan rasa terima kasih yang
tulus kepada :
sarannya.
iv
3. Bapak Budi Ispriyarso, SH., MHum selaku Sekretaris Program
4. Ibu Hj. Endang Sri Santi, SH, MHum selaku Pembimbing Utama
beliau berikan.
studi penulis.
v
10. Bapak Notaris H. Surya, SH dan keluarga, yang telah memberikan
12. Serta pihak-pihak yang turut membantu dalam penulisan tesis ini.
masih jauh dari kesempurnaan dan tidak luput dari segala kekurangan
dan kesalahan, oleh karenanya segala koreksi dan saran yang bersifat
membutuhkan.
Penulis
NURHAYATI, SH
B4B004156
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii
PERNYATAAN .................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
ix
BAB III METODE PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
Esa dan sekaligus merupakan kekayaan Nasional, hal mana tercermin dan
bahwa : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
rakyat”.
1
2
manusia sama sekali tidak bisa dipisahkan dari tanah. Manusia hidup di atas
juga merupakan suatu obyek yang khas sifatnya, dibutuhkan oleh banyak
orang, tetapi jumlahnya tidak bertambah. Secara kultur ada hubungan batin
penguasaan tanah tidak dapat dilepaskan dan permasalahan petani dan taraf
yang telah mendorong tekad para pendiri bangsa untuk menata struktur
1
Kertasapoetra, dkk. Hukum Tanah Jaminan UUPA bagi Keberhasilan
Pendayagunaan Tanah, Bina Aksara, Jakarta, 1984, hal. 1.
3
hanyalah asas-asas serta soal-soal garis besarnya saja dari agrarian reform
petani kecil secara adil dan merata, sehingga terbuka kesempatan untuk
kehidupan rakyat tani dan oleh karena itu tujuan utama yang hendak dicapai
adalah meliputi tujuan ekonomi, tujuan sosial politis dan mental psikologis.2
2
Sulaeman, Redistribusi Tanah Objek Landreform dan Permasalahannnya,
Jurnal Ilmiah Badan Pertanahan, 1993. hal. 1-2.
4
keadaan sosial ekonomi rakyat dengan memperkuat hak milik serta memberi
isi fungsi sosial pada hak milik, serta memperbaiki produksi nasional
rakyat.
penghidupan rakyat tani berupa tanah dengan maksud agar ada pembagian
yang adil.
dengan penggarap.
Landreform dalam arti yang sempit salah satunya yaitu kegiatan proyek
redistribusi tanah.
3
Anonim, Dit Pengaturan Penguasaan Tanah, Tata Cara Kerja Proyek
Pengembangan Penguasaan Tanah, Jakarta, 1996, hal. 56.
5
pembagian tanah yang adil dan merata atas sumber penghidupan rakyat tani
dikaji baik secara das sollen maupun das sein (law in book maupun law in
4
Jhon Salihendo, Manusia, Tanah Hak, dan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1994,
hal. 10.
5
Lutfi Ibrahim Nasoetion, Rethingking Land Reform In Indonesia, Bhumi Bakti,
1995. hal. 38.
6
Semarang Barat. Dalam arti pencapaian sasaran dari redistribusi tanah itu
penyelesaiannya ?
penyelesaiannya.
7
1. Kegunaan Teoritis
redistribusi Tanah.
2. Kegunaan Praktis
redistribusi Tanah.
Adapun maksud dari pembagian tesis ini ke dalam bab-bab dan sub
dengan baik.
penulisan.
8
data.
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini akan diuraikan
pembahasannya.
Bab V : Pada bab ini merupakan penutup yang memuat kesimpulan dan
Daftar Pustaka
Lampiran.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bahasa Inggris, yaitu : land, yang artinya tanah dan reform yang artinya
jaman, sesuai dengan tuntutan jaman serta tergantung dari tujuan para elit
yang berkuasa.
6
Sri Sudaryatmi, Penentuan Hak dan Pemanfaatan Tanah Timbul dalam
Kaitannya dengan Pengembangan Ekonomi Wilayah Pantai (Studi Kasus di Desa
Bulumanis Kidul, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati). Tesis Magister Ilmu Hukum,
Program Sarjana, hal. 42.
9
10
dikemukakan oleh Ella H Tuma dalam bukunya yang berjudul: “The Twenty
landreform dimulai kira-kira sekitar tahun 133 Sebelum Masehi yakni ketika
pada akhirnya mereka dibunuh oleh para tuan-tuan tanah (selaku lawan),
namun momen penting ini akhirnya menjadi suatu peristiwa besar di dunia
yang kini banyak digunakan oleh negara-negara di berbagai dunia, baik untuk
Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960, Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun
7
Georitno, Landreform Sebuah Gagasan Besar Manusia, Majalah Bumi Bhakti
Adhiguna, Nomor 2 Tahun 1 Juni 1991, Jakarta, hal. 7.
8
A.P. Parlindungan, Landreform di Indonesia suatu Perbandingan, Mandar Maju,
Bandung, 1987, hal 58.
11
dalam pendefinisiannya.
landreform meliputi landreform dalam arti luas dan dalam arti sempit.
9
Hustiati, Agraria Reform di Philipina dan Perbandingannya dengan
Landreform di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1990, hal. 31-32.
10
Koen Soebakti, Landrefom Catat-catat di Dalam Struktur Agraria sebagai
Hambatan bagi Perkembangan Ekonomi, Jakarta Pusdiklat, Jakarta, 1975, hal. 12.
12
sudah disepakati secara umum bahwa pengertian agrarian reform lebih luas
daripada landreform.11
agraria ke arah sistem agraria yang lebih sehat dan merata bagi
dibedakannya atas landreform dalam arti sempit yaitu redistribusi tanah dan
11
Setiawan, Konsep Pembaharuan Agraria, Sebuah Tinjauan Umum, Reformasi
Agraria Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1997, hal. 3.
12
Ladejinsky W, Agrarian Reform in Asian, Leiden, 1980, hal. 33.
13
reform adalah berbagai upaya yang luas dari pemerintah yang mencakup
14
A.P. Parlindungan, Aneka Hukum Agraria, Alumni, Bandung, 1986, hal. 8.
15
I Nyoman Budi Jaya. Tinjauan Yuridis tentang Redistribusi Tanah Pertanian
dalam Rangka Pelaksanaan Landreform, Liberty, Yogyakarta, 1989, hal. 9.
15
merupakan suatu alat yang penting untuk meningkatkan hasil pertanian yang
Agraria adalah pengertian dalam arti luas, dan perumusannya sesuai dengan
Inggris yaitu Land artinya tanah dan Reform artinya perubahan, perombakan.
dan Mustafa19, membagi atas 2 (dua) bagian yakni dalam arti luas dan dalam
arti sempit. Dalam arti luas meliputi program20: (1) pembaharuan hukum
agraria, (2) penghapusan hak-hak asing dan konsesi kolonial atas tanah, (3)
peruntukan dan penggunaan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
16
Hustiati, Op. Cit, hal. 31-32.
17
Boedi Harsono dalam Abdurrahman, Beberapa Masalah tentang Landreform.
Pusat Studi Hukum Tanah. Fakultas Hukum. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin,
1990, hal. 2.
18
Efendy Parangin, Hukum Agraria di Indonesia. Suatu Telaah dari Sudut
Pandang Praktisi Hukum, Rajawali, Jakarta, 1986, hal. 121.
19
Mustafa, Hukum Agraria dalam Perspektif, Remaja Karya, Bandung, 1988, hal.
27.
20
Ibid, hal. 33.
17
penguasaan tanah.
petani. Sedangkan dalam arti luas dapat meliputi konsolidasi dan registrasi di
yang bersifat tradisional dan pula land settlement di atas tanah-tanah yang
baru21.
bagian dan landreform dalam arti luas. Landreform dalam arti sempit inilah
yang kemudian dikenal dengan redistribusi tanah. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Cohen, bahwa istilah landreform dalam arti sempit
pembangunan pertanian. 22
21
Doneer dalam Koensoebekti, Landreform Cacat-cacat di dalam Struktur
Agraria sebagai Hambatan-hambatan bagi Perkembangan Ekonomi, Badan Pendidikan
dan Latihan Dalam Negeri, Jakarta, 1975, hal. 12.
22
Mochammad Mahfud, Politik di Indonesia, LP3ES, Jakarta, 1998, hal. 30.
18
diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu : tujuan secara umum dan tujuan
Pancasila.
dan khususnya taraf hidup tani meninggi dan taraf hidup seluruh rakyat jelata
24
Soeprapto, R. UUPA dalam Praktek, Jakarta, 1986, hal. 123.
20
kekangan sistem feodal atas tanah dan pemerasan kaum modal asing.
petani terutama petani kecil dan petani penggarap tanah, sebagai landasan
berikut : 26
keadilan bagi negara dan rakyat, terutama rakyat tani dalam rangka
Indonesia ialah untuk mempertinggi penghasilan dan taraf hidup para petani
25
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan UUPA, Isi
dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 1994. hal. 350-351
26
A.P.Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Alumni,
Bandung,1990. hal.9.
22
berdasarkan Pancasila.27
hak atas tanah diantara para pemilik tanah dengan cara redistribusi
landreform adalah :
27
Edi Ruchiyat, Pelaksanaan Landreform dan Jual Gadai Tanah, Armico,
Bandung, 1983, hal. 19.
28
Arie Susanti Hutagalung, Program Redistribusi Tanah di Indonesia, Suatu
Sarana ke Arah Pemenuhan Masalah Penguasaan Tanah dan Pemilikan Tanah.
Rajawali Jakarta, 1985, hal. 13-14.
23
3. Tanah swapraja dan bekas swapraja yang telah beralih kepada negara;
kondisi dan di Indonesia pada waktu itu, maka program landreform meliputi:
2. Larangan pemilikan tanah secara apa yang disebut absentee atau guntai.
tanah-tanah negara.
yang digadaikan.
kecil.
di masa sekarang maupun di masa yang akan datang adalah program yang
Walaupun program tersebut dilandasi dengan Pasal 8 dan Pasal 9 ayat (1)
fisik, juga dalam arti yuridis29. Pengertian yuridis dilandasi hak yang dilindungi
dan menguasai tersebut dipakai dalam arti perdata Dalam UUD 1945 dan
beraspek perdata, terdiri atas hak tanah seperti : hak milik (Pasal 20), hak
guna usaha dan hak jaminan atas tanah yang disebut hak tanggungan (Pasal
23, 33, 39, dan 51). Sedangkan hak menguasai negara yang sifatnya hukum
publik merupakan hak menguasai negara yang meliputi semua tanah tanpa
ada terkecualinya.
29
Boedi Harsono, Op. Cit, hal. 19.
25
Kemudian arti hak milik atas tanah adalah hak turun-temurun terkuat
dan terpenuh yang dapat dipunyai atas tanah dengan mengingat fungsi
sosial.30 Terkuat dan terpenuhi tidak berarti hak milik, hak yang mutlak dan
tidak dapat diganggu gugat seperti hak eigendom yang asli. Namun
30
Achmad Chuleemi, Hukum Agraria Perkembangan Macam-macam Hak
Atas Tanah dan Pemindahannya, FH. Undip, Semarang, 1995. hal. 59.
26
mempunyai tanah dengan Hak Milik (Pasal 21 ayat (1) jo ayat (4) Undang-
sebagai berikut :
c. Ditelantarkan
Hukum Tanah Adat yang didasarkan pada prinsip-prinsip adat. UUPA yang
mulai berlaku pada tanggal 24 September 1960 ini memuat hak-hak yang
27
lama. Dengan UUPA ini telah dijadikan tidak berlaku lagi banyak peraturan-
UUPA, negara adalah penguasa tertinggi atas tanah. Hal ini terdapat dalam
Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 45 bahwa bumi
air dan ruang angkasa beserta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya pada tingkat tertinggi dikuasai oleh negara sebagai
organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
bukan berarti dimiliki akan tetapi pengertian ini mengandung unsur memberi
Indonesia untuk :
2. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas bumi, air,
dalamnya.
28
orang dan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang
angkasa.
seorang atau badan hukum dengan sesuatu hak menurut keperluannya misal
: hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak yang lainnya,
tanah dan masyarakat hukum adat mempunyai hubungan erat satu sama
adalah hak yang asli yang utama dalam hukum tanah adat dan meliputi
hukum adat dan dapat dipunyai oleh seluruh anggota masyarakat hukum
adat tersebut.31
unsur daIam konsep hak ulayat tersebut, yakni pertama, tiadanya kekuasaan
interaksi antara hak komunal dan hak individual. Hal ulayat ini berlaku ke
orang luar menarik keuntungan dari tanah itu, kecuali dengan ijin dan
menarik dari tanah dan segala yang tumbuh dan hidup atas tanah itu,
31
Arie Susanti Hutagalung, Op. cit, hal 21.
30
antara Hak Ulayat itu sendiri dengan hak perseorangan atas tanah, seperti
hak milik pribadi atas tanah, hak guna tanah, hak atas pilih tanah, hak
tunggal atas tanah atau hak guna tanah untuk dimiliki suatu kelompok
keluarga.
hukum adat (Pasal 3). Tetapi pelaksanaan hak ulayat ini harus disesuaikan
azas pokok yang tercantum dalam Pasal 2 UUPA Pasal ini menentukan
bahwa negara menguasai bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan
ayat (2).
32
Soedarto Gautama, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria (Memori
Penjelasan di bawah 11) Dasar-dasar dari Hukum Agraria Nasional “Sub 3”), Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 27.
31
yang berlaku setempat dan asas-asas pokok yang tertera dalam UUPA,
ketentuan-ketentuan ini harus dipandang sebagai yang lebih tinggi dan yang
Sekarang
pertanahan.
keadilan bagi negara dan rakyat, terutama rakyat tani, dalam rangka
pokok UUPA di atas adalah karena realitas pengaturan hukum agraria yang
dan tidak memberikan jaminan kepastian hukum bagi rakyat asli Indonesia
Semua itu harus dihapus dan digantikan dengan semangat yang didasarkan
secara mendasar terhadap hukum agraria yang ada agar menjadi lebih adil
1. Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa didasarkan
hukum adat.
dalam HMN atas bumi, air, dan ruang angkasa sebagai penjabaran Pasal
kemakmuran rakyat.
Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah
hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa,
dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang
tercantum dalam undang-undang ini dan dengan peraturan
perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-
unsur hukum pada hukum agama.
atau hirarki hak-hak penguasaan atas tanah dalam hukum tanah nasional
kita, yaitu :
beraspek publik.
b. Hak jaminan atas tanah yang disebut “Hak Tanggungan” dalam Pasal
kewajiban dan atau larangan bagi pemegang haknya, untuk berbuat sesuatu
menguasai tanah secara fisik dan menggunakannya seperti hak atas tanah,
Pasal 2 UUPA ini bukan berarti “dimiliki” istilah “dikuasai” ini berarti bahwa
1) Semua hak yang diperoleh langsung dari negara, disebut hak primer.
2) Semua hak yang berasal dari pemegang hak atas tanah lain
tanah sebagai hak primer seperti : hak milik, hak guna usaha, hak guna
bangunan, hak pakai. Dalam Pasal 16 UUPA itu juga ditemukan hak
sekunder atas tanah seperti hak sewa, hak usaha bagi hasil, hak gadai dan
hak menumpang.
1960
Landreform ini adalah untuk mempertinggi penghasilan dan taraf hidup para
undang ini didasarkan pada fakta bahwa memang telah terjadi ketimpangan
33
Boedi Harsono, Op. Cit, hal. 285.
36
tanah yang dikuasainya, yaitu melalui dari jenis daerah yang tidak padat
dengan ketentuan dalam Pasal 17, biarpun yang berhak atas tanahnya
12
Pasal 1 ayat (2) UU Np. 56/Prp/Tahun 1960.
37
suami memiliki 3 Ha, istrinya 2 Ha dan anaknya 2 Ha, maka tanah yang
lain ataupun miliknya sendiri bersama kepunyaan orang lain, yang jumlah
luasnya tidak melebihi maksimum yang disebut dalam daftar di bawah ini.
penduduk yang ada pada Pemerintah pada waktu itu dan dengan
b) Kepadatan penduduk
pengairan)
tersebut.35
35
Pasal 1 ayat (4) dan Penjelasannya UU No.56/Prp/1960
39
itu dalam Instruksi bersama Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah
golongan sawah atau tanah kering tidak sukar. Tambak untuk perikanan
selama utang tersebut belum dibayar lunas maka tanah itu tetap berada
40
Selama itu hasil tanah seluruhnya menjadi hak pemegang gadai, yang
menggadaikan36.
eksploitasi, karena hasil yang diterima oleh pemegang dari tanah yang
merupakan bunga yang layak dari uang gadai yang diterima pemilik
tanah.
undang ini. Karena apabila masa-masa sulit bagi petani kecil di pedesaan
berlangsung. Banyak kasus yang terjadi berkenaan dengan ini. Dan untuk
36
Boedi Harsono, Op. Cit, hal. 310.
41
memiliki tanah yang cukup luasnya. Oleh karena itu maka pasal Undang-
42
berupa sawah, tanah kering atau sawah dan tanah kering. Adanya
menyatakan :
orang yang mempunyai tanah kurang dari 2 hektar akan diwajibkan untuk
UUPA).
pertanian secara apa yang disebut “Absentee” yaitu pemilikan tanah yang
diatur dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1960 dan Pasal 1
antara lain bahwa si pemilik tanah yang bertempat tinggal di luar kecamatan
mengalihkan hak atas tanahnya kepada orang lain di kecamatan tempat letak
tanah itu atau ia pindah ke kecamatan letak tanah tersebut. Oleh ayat (2)
pasal yang sama ketentuan ini masih ditolerir bagi mereka yang bertempat
efisien/efektif.
Kewajiban ini berlaku juga bagi pemilik tanah yang berpindah tempat
tanah itu selama 2 tahun berturut-turut maka ia wajib memindahkan hak milik
atas tanah itu kepada orang lain yang bertempat tinggal di kecamatan
tersebut (ayat 3). Pelanggaran terhadap ketentuan ayat (3) tersebut akan
pemberian ganti rugi (ayat 5 dan 6). Ketentuan tersebut diperkecualikan bagi
kewajiban agama, atau yang memiliki alasan khusus yang dapat diterima
45
dengan mereka dengan syarat pemilikan tanahnya 2/5 dari batas luas
Dalam perkecualian ini termasuk pula pemilikan oleh istri dan anak-
karena tanah tersebut dimaksudkan untuk jaminan dihari tua setelah pensiun.
dalam banyak hal para pensiunan pegawai negeri itu dipersamakan dengan
37
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1964 (Pengaturan tentang Pengecualian
tersebut).
46
absentee bagi para pegawai negeri tersebut dinyatakan juga bagi para
pensiun pegawai negeri dan janda pegawai negeri serta janda pensiunan
pegawai negeri, selama tidak kawin lagi dengan seseorang bukan pegawai
Desember 1961 No Sekra 9/4/17 dikemukakan, bahwa hal yang demikian itu
(termasuk istri dan anaknya) untuk memiliki tanah pertanian secara absentee
pada asasnya hanya terbatas pada pemilikan tanah yang ada pada tanggal
24 September 1961.
ditegaskan, bahwa semua bentuk pemindahan hak atas tanah pertanian yang
batas tertentu pula, pemberian hibah kepada pegawai negeri yang “absentee”
secara “absentee” tetapi tidak boleh melebihi 2/5 luas maksimum daerah
yang bersangkutan.
47
Ketentuan larangan ini pada hakekatnya berlaku juga bagi pegawai negeri,
Pemerintah No. 224 Tahun 1961 yaitu tanggal 19 September 1962 atau jika
oleh Arie Susanti Hutagalung,38 lebih dikenal sebagai landreform. Dalam hal-
hal tertentu, istilah landreform dipakai dalam arti sempit sebagai perubahan
38
Arie Susanti Hutagalung, Op. Cit. hal. 57.
39
Ibid
48
tanah pertanian dipunyai oleh beberapa orang saja. Di lain pihak adanya
bagian-bagian tanah yang sangat kecil yang dipunyai oleh sebagian besar
oleh negara dan telah ditegaskan menjadi objek landreform yang diberikan
pembagian tanah yang adil dan merata atas sumber penghidupan rakyat tani
40
Ibid
41
Ibid, hal. 53.
42
Anonim, Op. Cit, 1996.
49
yang telah memenuhi syarat dan prioritas menurut ketentuan Pasal 8 dan 9
(2) Buruh tani tetap pada bekas pemilik, yang mengerjakan tanah yang
bersangkutan
yang bersangkutan
43
Suardi, Hukum Agraria, IBLAM, Jakarta, 2005, hal. 125.
50
(1) Petani yang mempunyai ikatan keluarga sejauh tidak lebih dari dua
berikut:
c. Para pekerja yang tergolong dalam prioritas butir (3) telah bekerja
1) Persiapan
8) Checking realokasi.
Tanah
4) Peta Topografi
Daerah Tingkat I, Daerah Tingkat Il, Kecamatan dan Desa. Panitia ini
Indonesia (HKTI).
administrasi.
Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1961 dan telah diambil alih oleh
(b) Pungutan 10% biaya administrasi dari harga tanah yang harus
dibayar oleh petani yang menerima hak milik atas tanah redistribusi
landreform
BAB III
METODE PENELITIAN
prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
melakukan penelitian.44
mencapai kebenaran ilmiah tersebut ada dua pola pikir menurut sejarahnya,
yaitu berfikir secara rasional dan berfikir secara empiris. Oleh karena itu
44
Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal.
6.
45
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, ANDI, Yogyakarta, 2000, hal. 4.
55
56
menyimpulkannya.48
46
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 36.
47
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2003, hal. 43.
48
Ibid, hal. 26-27.
57
(deft interview).
- Buku-buku ilmiah
- Makalah-makalah
3.4.1. Populasi
Populasi adalah seluruh objek atau seluruh gejala atau seluruh unit
yang akan diteliti. Oleh karena populasi biasanya sangat besar dan luas,
58
maka kerapkali tidak mungkin untuk meneliti seluruh populasi itu tetapi cukup
tidak ada peraturan yang tetap secara mutlak menentukan berapa persen
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pihak yang terkait dalam
tidak semua populasi akan diteliti secara keseluruhan. Untuk itu akan diambil
3.4.2. Sampel
yaitu teknik yang biasa dipilih karena alasan biaya, waktu dan tenaga,
sehingga tidak dapat mengambil dalam jumlah besar. Dengan metode ini
49
Ronny Hanitijo Soemitro, Op. cit, hal. 44.
50
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1985, hal. 47.
59
atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri utama dari obyek yang
2. Kelurahan Gisikdrono;
3. Kelurahan Krapyak.
analisis kualitatif. Maka dari data yang telah dikumpulkan secara lengkap
dan telah di cek keabsahannya dan dinyatakan valid, lalu diproses melalui
51
Ibid, hal. 196.
52
Nasution S, Metode Penelitian Kualitatif, Tarsito, Bandung, 1992, hal. 52.
60
kemudian disimpulkan.
BAB IV
Jawa.
Tugu.
61
62
hingga berombak. Jenis tanah yang dimiliki mempunyai sifat dan ciri jenis
umumnya beriklim tropis dengan temperatur udara suhu maksimum 33oC dan
Tambak 78,44 Ha, tanah tegalan/kebun sebanyak 1930 Ha, Tanah Keperluan
untuk fasilitas umum yang terdiri dari Lapangan olahraga 7,35 Ha, Tanah
rekreasi 15,50 Ha, Jalur hijau 2,55 Ha, Kuburan 44,75 Ha lain-lain (tanah
1. Koperasi 10 bh
2. Pasar
• Umum 12 bh
3. Toko/Warung 364 bh
4. Jumlah Bank 6 bh
5. Jumlah Terminal
• Terminal Bus -
1. Industri/Perusahaan
2. Perikanan
3. Jasa Angkutan
4. Rumah makan
6. Akomodasi
2. Sektor Industri
3. Sektor Perhubungan
4. Sektor Perdagangan
5. Sektor Agama
6. Sektor Pendidikan
7. Sektor Kependudukan
Tanah merupakan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki
Indonesia Merdeka. Salah satu tujuan yang hendak dicapai ialah menuju
maka tujuan yang hendak ditekankan adalah aspek yang adil bagi semua
65
Adapun upaya untuk menata struktur agraria pada era orde lama
sekarang.
kembali, namun karena pada periode ini kebijakan pertanahan lebih ditujukan
para petani berlahan sempit (petani gurem) dan terutama petani penggarap
yang tidak memiliki tanah. Jadi, obyek tanah redistribusi atau “tanah redis”
adalah tanah pertanian yang sudah berstatus tanah negara dan telah
landreform”.
- Tanah negara bebas, yaitu: tanah jenis ini antara lain bisa berasal dari
erfpacht (semacam tanah Hak Guna Usaha). Untuk tanah demikian para
53
Landreform secara universal/intern nasional dipahami sebagai bagian dari agrarian
reform dan bukan kegiatan parsial apalagi bersifat proyek “bagi bagi Tanah”, melainkan
menuju ke arah perombakan struktur penguasaan dan pemilikan tanah dalam rangka
menghilangkan hambatan-hambatan yang mengganjal para petani menuju kesejahteraan
sosial dan ekonominya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) misalnya
mendefinisikan landreform sebagai berikut: “Landreform refers to the integral reform of tenur
production and supporting services structure to eliminate obstacles, to economic and social
development arising out of detects in agrarian structure, by redistribution of wealth,
opportunity and power, as manifest in the ownership and control of land, water and other
resources” (Herman Hermit, 2001, “Program Landreform dan Relevansinya dalam
Pembangunan di Indonesia", Fakultas Teknik UNWIM, 2001. Jatinangor, hal. 13.
67
untuk luas dua hektar atau kurang sejak 1 Juli 1998 atau sejak berlakunya
redis” tentunya tidak bisa secara gratis sebab harus membayar kembali
sebagai berikut:
(2) buruh tani tetap pada bekas pemilik yang telah mengerjakan tanah
54
Hasil Wawancara pribadi dengan Bp. Yahman, SH, MM selaku Kepala Kantor
Pertanahan Kota Semarang Tanah.
68
(4) penggarap yang telah mengerjakan tanah tersebut kurang dari tiga
tahun berturut-turut;
turut;
(8) petani pemilik yang kepemilikannya kurang dari setengah hektar; dan
orang;
revolusi kemerdekaan).
69
dalam wilayah Kecamatan tempat letak tanah yang bersangkutan, dan masih
Yang dimaksud dengan “petani” tentu saja adalah orang yang pokok
juga hanya saja tanah yang diusahakannya secara aktip dan sah itu bukanlah
“Buruh tani tetap” adalah petani yang mengerjakan tanah orang lain secara
dengan “pekerja tetap” adalah orang yang bekerja pada keluarga bekas
salah satu contoh kebijakan keagrariaan yang khas dan kental dengan nilai-
nilai adat yang bernilai tinggi ke-Indonesia-an, dan tidak terjerumus ke dalam
Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian yang notabene produk hukum yang
LANGKAH-5: Menunggu terbitnya sertifikat hak milik atas tanah dari Kantor
Pertanahan. 55
data penerima redistribusi tanah yang akan disajikan dalam tabel berikut ini:
55
Wawancara pribadi dengan Bp. Priyono, SH selaku Kasi Pendaftaran Tanah, BPN
Semarang
72
73
di Kecamatan Semarang Barat dewasa ini tidak lagi dimiliki oleh para petani
lagi difungsikan sebagai lahan pertanian akan tetapi telah berubah menjadi
pemukiman.
56
Hasil Wawancara Pribadi dengan Bp. Budi Tjahjanto, SH, M.Hum selaku Camat
Semarang Barat
75
peralihan hak (5-6 kali peralihan hak). Proses peralihan haknya dilakukan
dengan cara:
Melalui pewarisan.
sebagai berikut:
landreform;
76
landreform;
Penerbitan Sertipikat
Barat menurut penulis secara yuridis dimungkinkan untuk terjadi. Apabila kita
tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian dan Peraturan Pemerintah No. 224
Pasal 14 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1961 tentang
Menteri Agraria atau penjabat yang ditunjuk olehnya dan disertai dengan
c. setelah 2 tahun sejak tanah tersebut diberikan dengan hak milik, setiap
dibayar lunas, maka hak milik tersebut dilarang dipindahkan kepada orang
lain, kecuali dengan izin Menteri Agraria atau penjabat yang ditunjuk olehnya.
redistribusi tanah yang telah diterima oleh petani penggarap secara yuridis
merupakan “hak tertinggi dan mutlak” dalam pembagian hak-hak atas tanah
tanah yang sah terhadap tanah-tanah obyek redistribusi tanah secara hukum
fungsi peruntukan tanah dari lahan pertanian menjadi lahan untuk kawasan
pemukiman.
penulis hal ini bila ditinjau dari historis hukum pelaksanaan redistribusi tanah
program landreform
pertanian. 57
tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian sebagai salah satu dasar hukum
hubungan perjanjian bagi hasil. Para petani yang mempunyai tanah (sawah
dari 1 hektar (rata-rata 0,6 ha sawah atau 0,5 ha tanah kering) yang terang
tidak cukup untuk hidup yang layak. Tetapi di samping petani-petani yang
57
Herman Het, Op. Cit., Hal.197
84
hak gadai atau sewa. Bahkan Tanah-tanah yang dikuasai dengan hak gadai
dan sewa inilah merupakan bagian yang terbesar. Kalau hanya melihat pada
Madura, Sulawesi Selatan, Bali, Lombok hanya terdapat 5.400 orang yang
mempunyai sa wah yang luasnya lebih dari 10 hektar (di antaranya 1000
11.000 orang, diantaranya 2.700 orang yang mempunyai lebih dari 20 hektar.
menguasai tanah lebih dari 10 hektar dengan hak-gadai atau sewa. Tanah-
tanah itu berasal dari tanah-tanah kepunyaan para tani yang tanahnya tidak
atau yang tidak cukup tanahnya. Bahkan tidak jarang bahwa dalam
pula bahwa tanah-tanah yang luas itu tidak diusahakan (“dibiarkan terlantar”)
85
oleh karena yang menguasainya tidak dapat mengerjakan sendiri, hal mana
makanan.
an, sedang yang sebagian besar lainnya tidak mempunyai atau tidak cukup
tani yang berupa tanah itu, agar ada pembagian yang adil dan merata pula
Dewasa ini jumlah rumah tangga buruh tani dan petani gurem (yang
Agricultural Policy Studies (CAPS) H.S. Dillon dan Sekretaris CAPS yang
tani yang pada tahun 1983 berjumlah 5,032 juta, pada tahun1993 meningkat
tajam menjadi 9,054 juta. Demikian pula dengan petani gurem, yang pada
tahun 1983 berjumlah 9,5 juta, pada tahun1993 meningkat menjadi 10,09
juta.
86
pekerja di sektor pertanian adalah 34,8 juta atau 39% dari keseluruhan
tenaga kerja yang berjumlah 89,6 juta orang. Sedangkan pada tahun 1998,
jumlah pekerja di sektor pertanian tersebut menjadi 39,4 juta atau 42% dari
58
Herman Hermit, Op. Cit. Hal. 206
87
Semarang Barat
oleh pemiliknya, sehingga tidak dapat diketahui secara pasti berapa masing-
masing tanah obyek landreform yang sudah atau belum terbit sertipikatnya
Karena pemilik sekarang tidak tahu atau mengerti bahwa tanah tersebut
harus didaftarkan;
Pendaftaran tanah diatur di dalam Pasal 19, 23, 32 dan 38 UUPA yang
dasar-dasar permulaan (opzet) atau riwayat suatu hak atas tanah serta
88
hak atas tanah. Kedua hal itu sifatnya sangat strategis, sehingga harus
sertifikat tanah yang merupakan salinan satu-satunya dari Buku Tanah. Buku
dan obyek Tanah Pendaftaran tanah meliputi tiga bidang kegiatan, yaitu :
petanya.
89
melukiskan semua tanah yang ada di wilayah pendaftaran. Untuk tiap bidang
tanah yang haknya didaftar dibuatkan petikannya, yang disebut surat ukur.
haknya, siapa pemegang haknya dan ada atau tidak adanya hak pihak lain
bentuk penyimpanan dan penyajian data yuridisnya serta bentuk tanda bukti
haknya.
akta. Dalam akta tersebut dengan sendirinya dimuat data yuridis tanah yang
yang dibebankan.
90
akan diketahui beberapa informasi penting tentang obyek dan subyek tanah
pendaftaran tanda pertama kali (pembukuan saja). Tetapi lebih luas dari itu
akan memuat informasi tentang segala sesuatu yang terjadi atas tanah di
kemudian hari, terutama dari sisi teknis, pembebanan, pemecahan hak atas
secara langsung akan bersifat terbuka bagi siapapun yang ingin mengetahui
status hak, beban-beban apa yang ada seperti hipotik, serta aspek-aspek lain
dan tanda-tanda batas serta situasi bidang tanah itu. Atau hal-hal lain yang
(Gludesi).
berhubungan timbal balik secara jelas dan terperinci, misalnya tentang siapa
data-data itu maka pendataan atas data-data yang masuk harus dilakukan
dan memantau Iuas ataupun status tanah. Namun meskipun tidak yang
tetapi juga dari segi keaktifan para pihak dalam melakukan pemantauan.
92
BAB V
5.1. Kesimpulan
Kecamatan Semarang Barat dewasa ini tidak lagi dimiliki oleh para petani
92
93
5.2. Saran
1. Bidang-bidang tanah yang telah menjadi obyek landreform dan yang telah
ditengah-tengah masyarakat.
94
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Salihendo, Jhon. 1994. Manusia, Tanah Hak, dan Hukum, Sinar Grafika,
Jakarta.
B. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah