RESUSITASI NEONATUS
Oleh:
Fahjri Saputra 1740312225
M. Alif Qisthi Abi Rafdhi 1740312274
Preseptor
dr. Dedy Hendry, Sp.OG (K)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
yaitu bayi yang dilahirkan dari ibu yang pernah mengalami kematian janin atau
pecah dini, cairan amnion tidak bening. Walaupun demikian, pada sebagian bayi
baru lahir kebutuhan akan resusitasi neonatal tidak dapat diantisipasi sebelum
dilahirkan, oleh karena itu penolong harus selalu siap untuk melakukan resusitasi
Kurang lebih 5-10% dari bayi yang lahir tersebut memerlukan rangsangan
dan <1% memerlukan resusitasi lanjutan berupa kompresi dada atau obat-obatan.
Diperkirakan pula 814.000 bayi baru lahir meninggal setiap tahunya di seluruh
dunia, dan salah satu penyebab kematian bayi tersebut adalah kegagalan respirasi
untuk mendorong cairan untuk keluar dari alveoli, adanya benda asing yang
yang tidak baik, atau bradikardi, sehingga menyebabkan hipoksia dan iskemia lalu
2
bayi yang tidak adekuat dan terjadi terus menerus dapat menyebabkan kerusakan
perlu diketahui oleh penolong persalinan. Oleh karena itu, penulis akan membahas
mengenai resusitasi dan asfiksia pada laporan kasus di bawah ini. Pada beberapa
daerah dengan keterbatasan sumber daya manusia, tempat dan atau alat, teknik
Metode penulisan Case Report Session ini adalah tinjauan teori dari
berbagai kepustakaan, laporan kasus dari pasien, serta pembahasan antara teori
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1 Definisi Resusitasi
Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan fungsi sistem
pernapasan, peredaran darah dan otak yang terhenti atau terganggu sedemikian
adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk disalurkan
kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya yang dilakukan pada neonatus. Hal
yang mendasari dilaksanakannya resusitasi pada bayi baru lahir adalah terjadinya
asfiksia.2,3
2.2 Tujuan Resusitasi Neonatus
Resusitasi neonatus bertujuan untuk memulihkan fungsi pernapasan
neonatus yang mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa di
kemudian hari.2,4
Tujuan Resusitasi:2,4
Memulihkan fungsi pernapasan neonatus yang mengalami asfiksia;
Oksigenasi darurat;
Mempertahankan jalan napas yang bersih;
Membantu pernapasan;
Membantu sirkulasi / memulai kembali sirkulasi spontan; dan
Melindungi otak secara manual dari kekurangan O2.
2.3 Asfiksia Neonatus
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir. Masalah ini berkaitan dengan keadaan ibu,
vakum, forsep)
Kelainan kongenital
4
Air ketuban bercampur mekonium
2.3.3 Keadaan Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolaps tali pusat
denyut/menit sering sulit ditoleransi sebab terjadi penurunan curah jantung dan
tidak bernapas setelah 90 detik. Beberapa menit setelah lahir, frekuensi napas
kerusakan Sistem Saraf Pusat (SSP). Takipneu (>60 kali/menit) terjadi pada
kebocoran gas paru, kelainan paru (penyakit membran hialin, sindrom aspirasi,
infeksi), udem paru, dan penggunaan obat-obatan oleh ibu (narkotik, alkohol,
magnesium, barbiturat).
2.4.3 Tonus Otot
Sebagian besar neonatus, termasuk yang preterm, akan aktif saat lahir dan
penggunaan obat pada ibu, kerusakan SSP, amiotonia kongenital, dan miastenia
5
gravis akan menurunkan tonus otot. Fleksi kontraktur serta tidak adanya lipatan
adanya respon terjadi pada bayi hipoksia, asidosis, penggunaan obat sedatif pada
setelah lahir. Sekitar 60 detik, seluruh tubuhnya menjadi merah muda kecuali
tangan dan kaki yang tetap biru (sianosis sentral). Sianosis sentral diketahui
dengan memeriksa wajah, punggung, dan membran mukosa. Jika sianosis sentral
menetap sampai lebih dari 90 detik, perlu dipikirkan asfiksia, curah jantung
aritmia, dan kelainan paru (distres pernapasan, obstruksi jalan napas, hipoplastik
paru, hernia diafragmatika), terutama bila bayi tetap sianosis dibawah respirasi
pernapasan tidak adekuat, tonus otot kurang, ada mekonium di dalam cairan
amnion, atau lahir kurang bulan. Dalam hal ini, dilakukan evaluasi kondisi
saat lahir dan berhubungan dengan kemampuannya untuk bertahan hidup. Skor
6
yang tidak banyak meningkat dari menit pertama hingga menit ke-5 meningkatkan
resiko kematian pada neonatus. Sedangkan skor APGAR pada menit ke-5 juga
Penilaian ini juga perlu untuk mengetahui apakah neonatus menderita asfiksia
atau tidak.2,5
Tabel 2.1 Skor APGAR
TANDA 0 1 2
Appearance Biru, pucat, Tubuh merah, Merah seluruh
(Warna kulit) ekstremitas biru ektremitas biru tubuh
Pulse / heart rate Tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit
(Denyut jantung)
Grimace Tidak ada Menyeringai Batuk, bersin,
(Refleks) menangis
Activity Lemas Fleksi ekstremitas Gerakan aktif,
(Tonus otot) lemah fleksi ekstremitas
Respiration Tidak ada Tidak teratur, Tangis kuat,
(Pernapasan) dangkal teratur
neonatus. Dalam hal ini, diperlukan suction oral dan nasal, mengeringkan kulit,
terhadap rangsangan dan pemberian oksigen. Jika responnya lambat, maka dapat
diberikan ventilasi dengan pemberian oksigen 80 – 100% melalui bag and mask.
usaha pernapasannya berat, tetapi biasanya berespon terhadap bag and mask
ventilation dan kulitnya menjadi merah muda. Apabila neonatus ini tidak bernapas
spontan, maka ventilasi paru dengan bag and mask akan menjadi sulit, karena
7
terjadi resistensi jalan nafas pada saat melewati esofagus. Apabila neonatus tidak
diperlukan sebelum dilakukan ventilasi paru. Hasil analisis gas darah seringkali
abnormal (PaO2 <20 mmHg, PaCO2 >60 mmHg, pH 7,15). Apabila pH dan defisit
memiliki kompetensi dan siap untuk melakukan resusitasi tiap kali menolong
persalinan.
2.5.2 Keluarga
Sebelum menolong persalinan, penolong harus memberitahukan kepada
keluarga mengenai kemungkinan apa saja yang terjadi pada ibu dan bayi selama
resusitasi. Ruangan harus hangat dan terang. Tempat resusitasi sebaiknya adalah
tempat datar, rata, keras, bersih, kering, dan hangat. Tempat resusitasi sebaiknya
dekat dengan pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang
terbuka). Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermia. Untuk sumber
air ketuban segera setelah lahir. Sebelum persalinan, disediakan sehelai kain diatas
8
perut ibu untuk mengeringkan bayi. Bayi dikeringkan di atas perut ibu apabila tali
pusat panjang. Apabila tali pusat pendek, bayi dapat diletakkan di depan perineum
ibu setelah lahir sampai tali pusat telah diklem dan dipotong kemudian jika perlu
lakukan tindakan resusitasi. Pada prinsipnya, penggunaan kain ini ditujukan agar
bayi kering dan hangat dan boleh diletakkan diatas perut ibu atau
tetap kering dan hangat, serta mengganti kain pertama yang basah sesudah bayi
dikeringkan. Kain ini diletakkan diatas tempat resusitasi dan digelar menutupi
dalam pengaturan posisi kepala bayi. Kain digulung setebal kira-kira 3 cm dan
bisa disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit tengadah. Kain
ketiga diletakkan di bawah kain kedua yang menutupi tempat resusitasi untuk
mengganjal bahu.
Alat penghisap lendir, seperti kateter penghisap (ukuran 5 atau 6 Fr),
Gambar 2.1 Alat Penghisap Lendir: Balon Karet, Selang Suction, Penghisap de
Lee
Balon resusitasi yang mampu memberi O2 90-100%.
9
Sungkup dengan pinggiran bantalan ukuran bayi cukup bulan dan
NGT nomor 8.
(250 ml), natrium bikarbonat 4.2% (5mEq/10ml), air steril, serta cairan
10
1. Informasikan unit perinatologi mengenai adanya persalinan resiko tinggi
mengeringkan badan bayi, meletakkan neonatus di atas badan ibu, sambil menilai
skor APGAR. Bila salah satu jawaban adalah “tidak”, maka lakukan langkah
awal resusitasi.
2.6.3 Langkah Awal Resusitasi
Bila didapatkan satu jawaban “tidak”, maka dalam waktu ≤30 detik
tengadah.
tercampur mekonium,
diperlukan tindakan
11
tambahan dalam membersihkan jalan nafas. Setelah seluruh tubuh bayi lahir,
lakukan penilaian apakah bayi bugar atau tidak. (Tidak bugar ditandai dengan
depresi pernafasan dan/atau tonus otot kurang baik atau frekuensi jantung < 100
x/menit). Jika bayi bugar, tindakan pembersihan seperti langkah di atas. Jika bayi
tidak bugar, lakukan pengisapan dari mulut dan trakea terlebih dahulu.
dengan balon dan sungkup. Lanjutkan VTP dan siapkan pemindahan bayi
ke NICU.
Sungkup
2.6.5 Kompresi Dada + VTP7,9
12
Bila setelah tindakan VTP selama 30 detik, frekuensi jantung masih <60
x/menit, maka lakukan kompresi dada yang terkoordinasi dengan vetilasi selama 3
dilakukan dengan dua ibu jari atau 2 jari (telunjuk dan jari tengah). Lokasinya di
1/3 bawah sternum, di antara puting. Kompresi dilakukan sedalam 1/3 tebal
kompresi 100 – 120 x/menit. Minimalkan interupsi pada kompresi hingga kurang
dari 10 detik.
Setelah 30 detik, evaluasi respon. Jika denyut jantung >60 x/menit,
kompresi dapat dihentikan dan VTP dilanjutkan hingga denyut jantung 100
13
Lampu cadangan dan baterai cadangan untuk laringoskop.
Pipa endotrakeal ukuran 2,5-, 3,0-, 3,5-, 4,0- mm diameter internal
Stilet
Gunting dan plester untuk fiksasi endotrakeal
Kapas alkohol
2.6.7Medikamentosa
Obat-obatan yang digunakan yaitu:.
Epinefrin
Epinefrin sangat penting penggunaannya dalam resusitasi, terutama saat
oksigenasi dengan ventilasi dan kompresi dada tidak mendaatkan hasil yang
0,01 – 0,03 mg/kg yang dapat diberikan IV atau dosis yang lebih tinggi 0,03 – 0,1
mg/kg melalui pipa endotrakeal. Pemberian ini dapat diulang setiap 3 – 5 menit
sekali.
Volume expander
Pada neonatus yang membutuhkan resusitasi, harus dipikirkan
tidak adekuat terhadap resusitasi yang diberikan. Volume expander yang dapat
digunakan adalah Ringer Laktat 10 ml/kg atau garam fisiologis 10 ml/kg. Semua
dengan depresi napas yang tidak responsif terhadap resusitasi ventilasi yang
sebelumnya lahir dari ibu dengan mendapatkan narkotik 4 jam sebelum kelahiran.
Dosis yang diberikan 0.1 mg/kg secara IV ataupun melalui pipa endotrakeal.
Dosis ini dapat diulangi setiap 5 menit apabila dibutuhkan. Namun dalam panduan
pada neonatus yang mengalami asfiksia, neonatus yang lahir dari ibu dengan
14
diabetes, atau prematur. Bolus dextrosa 10% diberikan dengan dosis 1 – 2 ml/kg
bayi tetap tidak bernapas dan jantung tidak berdenyut, pertimbangkan untuk
vital, sirkulasi, perfusi, status neurologi, jumlah urin, serta pemberian ASI.
Bila pemberian minum ditunda, berikan glukosa 10% IV. Lakukan uji
ibu.
15
Gambar 2.10 Algoritma Resusitasi Neonatus IDAI 2013
16
BAB 3
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan berusia 32 tahun datang ke poliklinik RSUP Dr. M.
Djamil Padang pada tanggal 10 Januari 2019 dengan:
Keluhan Utama:
Sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu.
Pasien hamil anak ke dua.
Riwayat Penyakit Sekarang:
- Pasien merasakan perutnya lebih besar dari usia kehamilan.
- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-).
- Keluar lendir campur darah dari kemaluan (-).
- Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-).
- Keluar darah banyak dari kemaluan (-).
- HPHT: 29 Mei 2018, TP: 5 Maret 2019.
- Gerak anak dirasakan sejak 4 bulan yang lalu.
Riwayat Kehamilan/KB/Ginekologi:
- Pasien hamil ke-4.
- Tidak haid sejak 8 bulan lalu.
- HPHT 29 Mei 2018, TP 5 Maret 2019.
17
- Riwayat hamil muda: mual (+), muntah (-), perdarahan (-).
- Riwayat ANC: kontrol ke bidan 3x.
- Riwayat menstruasi: menarche usia 14 tahun, haid teratur, 1x tiap bulan,
lamanya 4-6 hari, 2-3x ganti pembalut setiap hari, nyeri haid (-).
Riwayat Persalinan:
- Tahun 2012, Perempuan, 2900 gr, cukup bulan, Lahir normal, hidup.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sedang Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 110/70 BB : 65 kg
Nadi : 80x/i TB : 160 cm
Napas : 20x/i Anemis : -/-
Suhu : 36,5oC Edema :-
18
Telinga: tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Tenggorokan : tidak ada kelainan
Gigi & Mulut : karies dentis (-)
Leher : JVP 5-2 cmH2O, pembesaran kelenjar tiroid (-)
Dada : cor dan pulmo dalam batas normal
Perut : status obstetrikus
Punggung : tidak ada kelainan
Alat Kelamin : status obstetrikus
Anus : tidak dilakukan
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Status Obstetrikus
Abdomen
Inspeksi : tampak membuncit sesuai usia kehamilan, bekas sikatrik (-)
Palpasi : L1: teraba bagian terbesar janin
L2: teraba massa bulat, keras di sebelah kiri
teraba massa bulat, lunak, noduler di sebelah kanan
L3: teraba bagian kecil janin
L4: konvergen
Auskultasi: DJJ 120-140x/menit
Genitalia : v/u tenang, perdarahan per vaginam (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb : 8,7 g/dl
Leukosit : 17.640/mm3
Ht : 28%
Trombosit : 294.000/mm3
Kesan:
- Anemia sedang
- Leukositosis
19
USG
Janin hidup tunggal intrauterin
Altivitas gerak janin baik
Biometri
BPD : 8,02 cm HL : 5,51 cm
FL : 6,07 cm EFW : 3235 gr
AC : 37,36 cm HC : 27,51 cm
DJJ 138x/menit
SDAU 2,76
AFI 39,54 cm
Tampak hidrotorak, paru dan jantung terdorong ke tengah
Asites (+), Hidrokel (+)
Oedema Subkutis (+) 1,05 cm
Plasenta tebal 7,8 cm
DIAGNOSIS
- G4P1A2H1 gravid 32-33 minggu + Polihidramnion + Hidrops fetalis
- Janin hidup tunggal intrauterin
TATALAKSANA
- Kontrol KU, VS, DJJ, PPV
- IVFD RL 20 tpm
- Asam Mefenamat 3x500 mg
- Inj Ceftriaxon 1 gr
- Inj Dexamethason 2x2 mg
- Nifedipin 3x10 mg
- Rencana SCTPP
20
14 Januari 2019, pukul 17.30
Telah dilakukan SCTPP ai Polihidramnion + Hidrops Fetalis, lahir bayi:
BB : 3250 gr PB : 40 cm
JK : Laki-laki A/S : 3/4
Plasenta lahir lengkap.
21
Laporan Kasus Bayi
Telah lahir bayi laki-laki pada tanggal 14 Januari 2019, 17.42 dengan berat
lahir 3250 gram, panjang badan 40 cm, A/S 3/4, lahir SCTPP atas indikasi ibu
G4P1A2H1 dengan Polihidramnion + Hidrops Fetalis. Bayi tidak menangis saat
lahir, anak tampak membiru dan tidak berkurang dengan pemberian oksigen. Anak
tampak sembab diseluruh tubuh, akral teraba dingin. BAK belum ada, mekonium
belum keluar.
Bayi tampak sakit berat dengan HR: 76x/menit, RR: 40-60x/menit (VTP
Manual), T: 37’C dan saturasi O2: 29-45%. Kulit teraba dingin, cutis marmorata
(+). Mata, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, udem palpebra (+). Pada
pemeriksaan thoraks, gerakan nafas tidak tampak dan suara nafas tidak ada,
jantung didapatkan irama teratur, bising tidak ada. Pada pemeriksaan abdomen
teraba keras, distensi (+), asites (+), bising usus tidak terdengar. Ekstremitas
didapatkan akral dingin CRT > 2 detik, udem (+), tonus otot jelek. Pada genitalia
didapatkan hidrokel (+).
Alur resusitasi:
Tidak langsung menangis lahir
Tonus otot jelek
↓
Langkah awal: menjalankan pencatat waktu
- Letakkan bayi di Infant warmer, hangatkan
- Posisikan, bersihkan jalan napas
- Keringkan, stimulasi 60 detik
↓
Tidak nafas
Tidak langsung menangis
Tonus jelek
Nadi < 100 x/menit
↓
- Berikan VTP 40-60x / menit
↓
22
Dada kurang mengembang
Sungkup sudah rapat
SaO2 30-35%
Nadi <100x/menit
↓
Intubasi ETT 3,0 beri FiO2 21%
↓
Nafas megap megap
Nadi <100x/menit
SaO2 30-40%
CRT > 2 detik
↓
- Loading NaCl 0,9% 60 cc dalam 30 menit, naikkan FiO2 35%
↓
Nadi <100x/menit
SaO2 30-40%
CRT >2 detik
↓
Adrenalin 0,3-0,5 cc IV (1:10.000) diulang tiap 10 menit bila nadi
<100x/menit
Naikkan FiO2 50%
↓
Anak megap-megap
Nadi >100x/menit
SaO2 30-40%
↓
Naikkan FiO2 100%
↓
Anak tidak bernafas
Nadi <100x/menit
SaO2 30-40%
↓
23
Adrenalin 0,3-0,5 cc IV diulang tiap 10-15 menit
↓
Anak tidak ada napas
Tidak ada bunyi jantung
Tanda 0 1 2 Jumlah
Frekuensi [] () Tidak ada [V] () <100 [] (X) >100 1 2
Jantung
Usaha [V] () Tidak ada [] (X) Lambat [] () Menangis kuat 1 1
Bernafas
Tonus Otot [V ] () Lumpuh [] (X) Ekstremitas [] () Gerakan aktif 0 0
sedikit fleksi
Refleks [] () Tidak bereaksi [V] (X) Gerakan [] () Reaksi melawan 0 0
sedikit
Warna [] () Biru–pucat [V] (X) Badan [] () Kemerahan 1 1
Kulit kemerahan, tangan/
kaki kebiruan
24
Tatalaksana :
VTP Manual 40-60x/menit
IVFD PG1 60cc/kg/hr
Loading cairan NaCl 0,9% 60 cc dalam 30 menit
Intubasi
Analisis Gas Darah
Ro Thoraks
25
BAB 4
DISKUSI
Seorang bayi dengan berat badan lahir 3250 gram telah dilahirkan secara
SCTPP atas indikasi ibu G4P1A2H1 dengan polihidramnion dan hydrops fetalis.
Setiap persalinan di RSUP Dr. M. Djamil Padang, baik secara pervaginam atau
sectio caesarea, selalu dipersiapkan alat dan perlengkapan untuk resusitasi bayi
baru lahir. Hal ini bertujuan sebagai upaya untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayi baru lahir. Beberapa menit bila bayi baru lahir
tidak segera bernafas, bayi akan menderita kerusakan otak atau bahkan
meninggal.
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Masalah ini berkaitan dengan
keadaan ibu, bayi, dan tali pusat. Keadaan ibu dapat berupa preeklampsia dan
lama, demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TB, HIV),
kehamilan post matur. Keadaan bayi dapat berupa bayi prematur, persalinan sulit
(letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, forsep), kelainan
kongenital, air ketuban bercampur mekonium. Keadaan tali pusat dapat berupa
lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolaps tali pusat. Pada kasus
ini, ibu hamil belum cukup bulan dengan permasalahan terdapat cairan di rongga
toraks janin pada saat dilakukan pemeriksaan USG. Berdasarkan hal tersebut,
sebelum sectio caesarea dilakukan, bagian obgyn dan bagian perina RSUP Dr. M.
26
Djamil Padang sudah mempersiapkan alat-alat resusitasi, berupa infant warmer,
suction dan kateter penghisap (ukuran 5 atau 6 Fr), kain 3 helai, oksigen dan
selang, sungkup bayi, laringoskop, NGT nomor 8, ETT, epinefrin 1:1000, balon
resusitasi, dan CPAP. Persiapan alat dan bahan resusitasi ini sudah sesuai dengan
Segera setelah bayi lahir langsung dilakukan penilaian awal terhadap bayi,
yaitu dengan menilai apakah kehamilan cukup bulan, air ketuban jernih dan tidak
terkontaminasi mekonium, bayi bernafas adekuat atau menangis, dan tonus otot
bayi. Pada kasus ini didapatkan bayi belum cukup bulan, lahir tidak langsung
menangis, tonus otot jelek, ketuban jernih, maka yang dilakukan adalah
melakukan penilaian dan perawatan bayi baru lahir seperti memberi kehangatan,
Penilaian awal pada kasus ini didapatkan bayi tidak menangis langsung,
tonus otot jelek, kulit tampak kebiruan walau telah diberikan rangsangan pada
telapak kaki dan dada, kemudian bayi diberikan ventilasi tekanan positif. Nilai
kembali selama 30 detik, bayi masih belum menangis, kulit tampak kebiruan,
heart rate <100x/menit, lalu diberikan kembali ventilasi tekanan positif. Dinilai
rapat dengan saturasi O2 berkisar 30-35%, nadi <100x/menit, bayi di pasang ETT
dengan pemberian fraksi oksigen 21%. Nilai kembali selama 30 detik, nafas
megap-megap, CRT > 2 detik, saturasi belum naik, nadi <100x/menit, loading
NaCl 0,9% 60 cc dalam 30 menit dan di injeksi adrenalin 0,3-0,5 cc IV. Dinilai
27
30-40%, kemudian FiO2 dinaikkan menjadi 100%. Bayi diberikan suntikan
asfiksia berat pada bayi, dan pada menit kelima adalah 4. Bersamaan dengan
menilai skor APGAR, bayi juga dilakukan penghisapan lendir di jalan napas
tempat yang rata dan datar dan di ruangan yang hangat dan tenang. Kemudian,
tubuh bayi dikeringkan dengan kain. Jalan napas bayi dipastikan sudah bersih
hingga bayi bernapas adekuat dan bisa menangis kencang sehingga tidak
menepuk dan menyentil telapak kaki, menggosok punggung, perut, dada atau
rangsangan. Untuk bayi yang sehat, prosedur tersebut sudah cukup guna
merangsang upaya bernafas, akan tetapi untuk bayi dengan asfiksia, mungkin
belum cukup sehingga perlu dilakukan rangsangan taktil untuk merangsang upaya
Perawatan tali pusat dilakukan dengan memotong tali pusat dan diikat
membentuk “bedongan” dimana seluruh tubuh bayi diselimuti kecuali wajah. Hal
28
ini bertujuan untuk memberikan kehangatan pada bayi. Setelah semua prosedur
keadaan bayi kembali yaitu denyut jantung, frekuensi napas, dan geraknya.
Pemeriksaan fisik juga dilakukan seperti berat badan, panjang badan, lingkar
menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi
nosokomial. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang dan
didapat pola tidur yang baik. Syarat melaksanakan IMD meliputi syarat untuk ibu
yang melahirkan dan bayi yang dilahirkannya. Syarat bagi bayi adalah bayi
langsung menangis dimana hal ini berarti jalan napas bayi sudah bagus dan bayi
tampak bugar. Syarat bagi ibu tidak ada persyaratan khusus, semua jenis
persalinan dapat melaksanakan IMD, baik pervaginam, dibantu vakum, atau pun
sectio caesarea. Namun, dalam melakukan IMD, ibu juga sebaiknya dalam
keadaan bugar dan sehat sehingga dapat membantu bayi dalam melakukan IMD.
Namun pada kasus ini, bayi dirawat di NICU dan ibu di kamar rawatan setelah
melahirkan sehingga antara bayi dan ibu belum bisa dilakukan rawat gabung.
29
DAFTAR PUSTAKA
30