Anda di halaman 1dari 18

Trauma pada Cerebellum dan Batang Otak

Vionna Nadya V.M, Jantje Putra Mandala S, Livia Brenda Patty, Rio Yosua
Saputra, Restika Sukur, Minati Puspawardani, Vania Christy, Ega Apriliyanti

Kelompok: B6

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Abstract

Human body has some useful system to support our activities everyday, such as the

nervous system. The nervous system is composed by millions of nerve cells that varied in

shapes. In the nervous system through several buildings, including the cerebellum and

brainstem. Truncus encephalon or so-called brainstem consists of the mesencephalon, pons,

and medulla oblongata. In the body, there are also twelve cranial nerves that each nerve has

a pair and have different functions. All of the 12 pairs of cranial nerves innervate structures-

structures in the head and neck with sensory and motor fibers, except the vagus nerve ( N. X

). Most of the branches of the vagus nerve , do not innervate regions inside the head, but

innervate organs in the thoracic and abdominal cavities. If the cerebellum, brainstem, and

cranial nerve are damaged, it will cause the body can’t function normally as it is supposed to

be.

Keywords: cerebellum, brainstem, cranial nerve

1
Abstrak

Di dalam tubuh manusia mempunyai beberapa sistem yang berguna untuk menunjang

aktivitas sehari – hari, salah satunya adalah sistem saraf. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-

juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Pada sistem syaraf melalui beberapa

bangunan, diantaranya adalah cerebellum dan batang otak. Truncus encephalon atau biasa

disebut batang otak terdiri dari mesencephalon, pons, dan medulla oblongata. Di dalam tubuh

juga terdapat nervus cranialis yang berjumlah dua belas nervus yang masing – masing

mempunyai pasangan dan juga mempunyai fungsi yang berbeda. Semua dari 12 pasang

nervus cranial mempersarafi struktur – struktur di kepala dan leher dengan serat sensorik dan

motorik, kecuali saraf vagus (N.X). Sebagian besar cabang saraf vagus, bukan mempersarafi

daerah – daerah di kepala, namun mempersarafi organ – organ di rongga toraks dan abdomen.

Apabila terjadi kerusakan pada cerebellum, batang otak, dan nervus cranialis akan

menyebabkan tubuh tidak dapat berfungsi secara normal.

Kata Kunci: Cerebellum, batang otak, nervus cranial,

Pendahuluan

Di dalam tubuh manusia mempunyai beberapa sistem yang berguna untuk menunjang

aktivitas sehari – hari, salah satunya adalah sistem saraf. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-

juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Pada sistem syaraf melalui beberapa

bangunan, diantaranya adalah cerebellum dan batang otak. Apabila terjadi kerusakan pada

cerebellum dan batang otak, akan menyebabkan tubuh tidak dapat berfungsi secara normal.

Di dalam tubuh juga terdapat nervus – nervus, diantaranya adalah nervus cranii yang terdiri

2
dari dua belas pasang nervus yang terdapat di dalam cranium. Apabila nervus – nervus ini

mengalami kerusakan juga akan menyebabkan tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik.

Berdasarkan skenario yang telah diberikan, makalah ini akan membahas struktur

cerebellum dan batang otak. Juga akan membahas mengenai cairan LCS, dua belas pasang

nervus cranii, dan juga mekanisme kerja dari cerebellum dan batang otak.

Struktur Batang Otak

Truncus encephalon atau biasa disebut batang otak terdiri dari mesencephalon, pons,

dan medulla oblongata.

Mesencephalon

Mesencephalon merupakan bagian pertama truncus encephalon yang terlihat ketika

encephalon orang dewasa yang utuh diperiksa.1 Mesencephalon mempunyai panjang sekitar

0,8 inci (2 cm) dan menghubungkan pons dan cerebellum dengan prosencephalon.

Mesencephalon dilewati oleh saluran yang sempit bernama aqueductus cerebri yang berisi

cairan serebrospinalis.2

Pada permukaan posterior, terdapat empat colliculi (corpora quadrigemina). Struktur

ini berupa penonjolan yang berbentuk bulat yang terbagi menjadi pasangan superior dan

inferior oleh alur transversal dan ventrikal. Colliculi superiores merupakan pusat refleks

visual, dan colliculi inferiores adalah pusat auditorius bagian bawah. Pada garis tengah di

bawah colliculi inferiores, muncul N. trochlearis (N. IV). Saraf ini berdiameter kecil dan

melingkari aspek lateral mesencephalon untuk masuk ke dinding lateral sinus cavernosus.2

3
Pada lateral mesencephalon, brachium superioris dan inferioris naik ke anterolateral.

Brachium colliculi superioris berjalan dari colliculus seperior ke corpus geniculatum laterale

dan tractus opticus. Brachium colliculi inferioris menghubungkan colliculus inferior dengan

corpus geniculatum mediale.2

Pada anterior mesencephalon, terdapat cekungan yang dalam digaris tengah disebut

dengan fossa interpeduncularis yang kedua sisinya dibatasi oleh crus cerebri. Banyak

pembuluh darah kecil yang menembus lantai fossa interpeduncularis dan daerah ini disebut

substantia perforata posterior. Nervus oculomotorius (N. III) keluar dari alur sisi media crus

cerebri dan berjalan ke depan di dinding lateral sinus cavernosus.2

Pons

Pons terletak di anterior cerebellum, menghubungkan medulla oblongata dengan

mesencephalon. Panjangnya sekitar satu inci (2,5 cm) dan namanya diberikan karena

memiliki bentuk yang sesuai dengan permukaan anteriornya, yaitu seperti jembatan yang

menghubungkan antara hemispherium cerebelli kanan dengan hemispherium cerebelli kiri.2

Permukaan anterior cembung dari satu sisi ke sisi lain dan memperlihatkan bayak

serabut melintang yang konvergen pada masing – masing sisi untuk membentuk pedunculus

cerebellaris medius. Terdapat alur yang dangkal di garis tengah yang bernama sulcus

basilaris yang ditempati oleh arteri basilaris. Pada setiap sisi permukaan anterolateral pons

muncul nervus trigeminus (N. V). Di dalam sulcus antara pons dan medulla oblongata, dari

medial ke lateral terdapat nervus abducens (N. VI), nervus facialis (N. VII), nervus

vestibulocochlearis (N. VIII).2

Permukaan posterior pons tertutup cerebellum. Bagian ini membentuk setengah

bagian atas lantai ventriculus quartus dan berbentuk segitiga. Permukaan posterior sebelah

4
lateral dibatasi oleh pedunculus cerebellaris superior dan terbagi menjadi dua bagian yang

simetris oleh sulcus medianus. Lateral dari sulcus ini terdapat penonjolan memanjang yang

bernama eminentia mediana yang dibatasi di lateral oleh sulcus limitans. Ujung inferior

eminentia medialis sedikit meluas untuk membentuk colliculus facialis yang dibentuk oleh

radix nervus facialis yang melingkar di sekeliling nucleus nervi abducenfis. Lantai bagian

superior sulcus limitans bewarna ungu kebiruan dan disebut substantia ferruginea¸warna itu

terjadi akibat pigmen yang terdapat pada sel – sel saraf di dalamnya. Lateral dari sulcus

limitans terdapat area vestibuli yang dibentuk oleh nuclei vestibulares yang terletak di

bawahnya.2

Medulla Oblongata

Medulla oblongata adalah bagian yang paling caudal dari truncus encephalon, yang berakhir

pada foramen magnum atau redices paling superior nervus cervicalis 1 dan padanya melekat

nervus cervicalis VI sampai XII.1 Medulla oblongata menghubungkan pons yang terletak di

superior dengan medulla spinalis yang terletak di inferior. Medulla oblongata berbentuk

kerucut, ujung yang lebar mengarah ke superior. Canalis centralis medulla spinalis berlanjut

ke atas sampai setengah bagian bawah medulla oblongata, pada setengah bagian atas medulla

oblongata canalis centralis melebar ke dalam cavitas ventriculi quarti.2

Di permukaan anterior medulla oblongata, terdapat fissura mediana anterior medulla

spinalis. Pada tiap–tiap sisi fissura mediana terdapat tonjolan yang disebut pyramis. Pyramis

terdiri dari berkas serabut saraf, serabut corticospinalis, yang berasal dari sel – sel saraf yang

besar di dalam gyrus precentralis cortex cerebri. Pyramis mengecil di inferior, dan di tempat

ini sebagian besar serabut – serabut desendens menyilang ke sisi kontralateral, membentuk

decussatio pyramidum. Fibrae arcuatae externae anteriores merupakan sebagian kecil

serabut saraf yang muncul dari fissura mediana anterior di atas decussatio pyramidum dan

5
berjalan ke lateral di permukaan medulla oblongata dan masuk ke cerebellum. Posterolateral

dari pyramis adalah oliva, yang merupakan peninggian berbentuk oval disebabkan oleh nuclei

olivares inferiores yang terletak dibawahnya. Posterior dari oliva terdapat pedunculus

cerebellaris inferior, yang menghubungkan medulla oblongata dengan cerebellum. Di dalam

sulcus, diantara oliva dan pedunculus cerebellaris inferior, keluar radix nervi

glossopharyngeus, nervus vagus, dan radix cranialis nervi accessori.2

Permukaan posterior setengah bagian atas medulla oblongata membentuk bagian

bawah dasar ventriculus quartus. Permukaan posterior setengah bagian bawah medulla

oblongata dilanjutkan oleh permukaan posterior medula spinalis yang mempunyai sulcus

medianus posterior. Pada masing–masing sisi sulcus medianus, terdapat tonjolan memanjang

yang bernama tuberculum gracilis disebabkan oleh nucleus gracilis yang terletak dibawahya.

Di lateral tuberculum gracilis, terdapat tonjolan serupa yang bernama tuberculum cuneatus

disebabkan oleh nucleus cuneatus yang terdapat di bawahnya.2

Mekanisme Kerja Batang Otak

Semua saraf yang datang dan pergi yang berjalan antara perifer dan pusat – pusat

yang lebih tinggi di otak harus melewati batang otak, dengan serat datang memancarkan

informasi sensorik ke otak dan sinyal pergi membawa sinyal perintah dari otak ke organ

eferen.3

Sebagian besar dari 12 pasang nervus cranial berasal dari batang otak. Nervus –

nervus cranial ini penting dalam proses penglihatan, pendengaran, pengecapan, penghidu,

sensasi wajah dan kulit kepala, gerakan mata, mengunyah, menelan, ekspresi wjah, dan

salivasi. Semua dari 12 pasang nervus cranial mempersarafi struktur – struktur di kepala dan

6
leher dengan serat sensorik dan motorik, kecuali saraf vagus (N.X). Sebagian besar cabang

saraf vagus, bukan mempersarafi daerah – daerah di kepala, namun menyarafi organ – organ

di rongga toraks dan abdomen.3

Batang otak berperan dalam mengatur refleks otot yang terlibat dalam keseimbangan

dan postur.3

Trauma pada Batang Otak

Apabila terjadi trauma pada medulla oblongata, akan menyebabkan akibat yang

serius. Karena medulla oblongata mengandung nukleus atau badan sel dari berbagai saraf

otak yang penting. Selain itu, medulla oblongata pusat – pusat vital yang berfungsi

mengendalikan pernapasan dan sistem kardiovaskuler.4

Struktur Cerebellum

Makroskopik

Cerebellum terletak si fossa cranii posterior dan pada bagian superiornya tertutupi

oleh tentorium cerebelli. Cerebellum merupakan bagian terbesar otak belakang dan terletak

posterior dari ventriculus quadratus, pons, dan medulla oblongata.5

Cerebellum terbagi menjadi tiga lobus, yaitu : lobus anterior, lobus medius, dan lobus

flocculonodularis. Lobus anterior dapat dilihat pada permukaan superior cerebellum dan

dipisahkan dari lobus medius oleh sebuah fisura yang berbentuk v, disebut fissura prima.

Lobus medius ( kadang – kadang disebut lobus posterior) merupakan bagian cerebellum yang

7
paling besar, terletak diantara fissura prima dan fissura uvulonodularis. Lobus

flocculonodularis terletak di posterior fissura uvulonodularis.2

Cerebellum terdiri dari lapisan bagian luar substantia grisea yang disebut cortex, dan

bagian dalamnya substantia alba. Di dalam substantia alba setiap hemipsherium, terdapat

tiga masa substantia alba yang membetuk nuclei intracerebelli.2

Mikroskopik

Cerebellum terdiri dari lapisan bagian luar substantia grisea yang disebut cortex

cerebelli atau cortex cerebellum, dan bagian dalamnya substantia alba (gambar 1). Didalam

substantia alba setiap hemipsherium, terdapat tiga masa substantia alba yang membetuk

nuclei intracerebelli.2

Cortex cerebelli dapat diumpamakan sebagai sebuah lembarann besar yang berlipat –

lipat dan terletak pada bidang coronal atau bisa juga transversal. Setiap lipatan atau folium

terdiri dari substantia alba dibagian dalam yang ditutupi oleh substantia grisea di bagian

luarnya (Gambar 1).2

Gambar 1 Cortex cerebelli 6

8
Secara histologi, cortex cerebelli dibagi menjadi tiga lapisan, yaitu: lapisan

molekular, lapisan sel purkinje, dan lapisan granular.2

Lapisan molekular terletak dibawah lapisan pia mater dan mempunyai dua tipe

neuron, yaitu sel stelata yang terletak disebelah luar dan sel basket yang terletak disebalah

dalam. Neuron – neuron ini tersebar diantara percabangan dendrit dan sejumlah akson halus

yang berjalan sejajar dengan sumbu panjang folia. Sel – sel neuroglia ditemukan diantara

struktur – struktur ini.

Lapisan sel purkinje adalah neuron golgi tipe 1 yang besar.Didalam lapisan ini

terdapat Sel purkinje berbentuk seperti botol dan tersusun dalam satu lapis dan hanya

terdapat di cerebellum. Pada bidang transversa folium, dendrit – dendrit sel purkinje terlihat

masuk ke dalam lapisan molekular, di mana sel – sel ini membentuk cabang – cabang yang

sangat banyak. Cabang – cabang pertama dan kedua halus, dan cabang – cabang berikutnya

dilapisi oleh spina dendriti yang tebal dan pendek.2,5

Di dalam sel purkinje, akson keluar dan berjalan melalui lapisan granular untuk

masuk ke substantia alba. Saat memasuki substantia alba, akson mendapatkan selubung

mielin dan berakhir dengan bersinaps dengan sel pada salah satu nuclei intracerebelli.

Cabang – cabang kolateral akson purkinje membuat kontak sinaptik dengan dendrit sel – sel

basket dan sel – sel stelata lapisan molekuler pada lapisan yang sama atau di dalam folia yang

berjauhan. Beberapa akson purkinje langsung berjalan untuk berakhir pada nuclei

vestibulares di batang otak.

Sel purkinje merupakan satu – satunya sel pada korteks cerebellum yang mengirim

informasi keluar dan informasi ini biasanya merupakan impuls inhibisi yang menggunakan

GABA sebagai neuroteansmiter.5

9
Lapisan granular dipadati oleh sel – sel kecil dengan inti yang berwarna gelap dan

padat, serta sedikit sitoplasma. Lapisan granular merupakan lapisan terdalam korteks

cerebellum yang terdiri atas sel – sel granular kecil dan glomerulus (cerebellar islands).

Glomeruli adalah daerah pada korteks cerebellum tempat terjadinya sinaps antara akson yang

masuk ke dalam cerebellum dan sel granular.5

Trauma pada Cerebellum

Apabila terjadi trauma pada cerebellum akan menyebabkan hilangnya fungsi motorik

cerebellum, yaitu: gangguan keseimbangan, nistagmus, penurunan tonus otot tetapi bukan

paralisis, ketidakmampuan melakukan gerakan – gerakan cepat dengan lancar, dan

ketidakmampuan menghentikan dan memulai kontraksi otot secara tepat. 3,7

Seorang pasien yang mengalami trauma pada cerebellum, mungkin tidak sannggup

memasukkan makanan ke dalam mulutnya sendiri, dan bahkan mengotori mukanya akibat

makanan yang tercecer. Terombang – ambing ketika berjalan, dan cenderung jatuh ke arah

sisi badan yang mendapat cedera. Semua gerakan sadar dan otot – otot anggota badan

menjadi lemah, dan cara bicara pun lambat.3

Nervus Cranial 1,3,6

Nervus Cranial adalah bagian dari sistem saraf tepi (SST) dan melewati foramina atau

fissura pada cavitas cranii. Semua nervus kecuali nervus accessorius (N. XI) berasal dari

encephalon.

Nervus Olfactorius (N. I)

10
Nervus Olfactorius membawa serabut – serabut aferen khusus/ sensorik khusus untuk

penghidung.

Nervus Opticus (N. II)

Nervus Opticus membawa serabut – serabut aferen khusus/ sensorik khusus untuk

membawa serabut – serabut aferen khusus/ sensorik khusus untuk penglihatan. Serabut –

serabut ini mengembalikan informasi ke encephalon dari fotoreseptor pada retina.

Nervus Oculomotorius (N. III)

Nervus Oculomotorius membawa dua tipe serabut, yaitu: serabut – serabut eferen

somatik umum yang mempersarafi sebagian besar musculus extraoculare. Dan nervus

oculomotorius membawa serabut – serabut eferen viseral umum yang merupakan bagian pars

parasympathica divisi autonomica sistem saraf tepi (SST) untuk melayani otot siliaris dan

otot iris. Pada nervus oculomotorius melayani sebagian besar otot eksterna mata.

Secara kinis, kerusakan pada saraf ini akan mengakibatkan ptosis, juling dan

kehilangan refleks terhadap cahaya dan daya akomodasi.

Nervus Trochlearis (N. IV)

Nervus trochlearis membawa serabut – serabut eferen somatik untuk mempersarafi

musculus obliquus superior, suatu musculus extraoculare pada orbita. Nervus ini berawal

dari mesencephalon dan merupakan satu – satunya nervus cranialis yang keluar dari

permukaan posterior truncus encephalon. Setelah membelok di sekitar mesencephalon,

nervus ini memasuki permukaan inferior tepi bebas tentorium cerebelli, berlanjut ke anterior

pada dinding lateral sinus cavernosus, dan memasuki orbita melalui fissura orbitalis superior

untuk mempersarafi musculus obliqus superior.

11
Nervus Trigeminus (N. V)

Nervus Trigeminus adalah nervus sensorik utama regio capitis, dan juga mempersarafi

musculi yang menggerakkan rahang bawah. Nervus ini membawa serabut – serabut aferen

somatik umum dan branchial eferen (BE). Serabut – serabut somatik aferen membawa input

sensorium dari regio facialis, bagian sepertiga anterior scalp, membrana mucosa cavitas nasi;

cavitas oris; dan sinus paranasales, nasopharynx, bagian auris dan meatus acusticusexternus,

bagian membran tympani, isi orbita dan conjunctiva, dura mater pada fossa cranii anterior

dan media, dan kemungkinan cellulae mastoidea. Serabut – serabut branchial eferen (BE)

mempersarafi musculi masticatores, tensor tympani, dan digastricus venter anterior.

Nervus trigeminus keluar dari permukaan anterolateral pons sebagai radix sensoria

besar dan motoria yang kecil. Fila radicularia ini berlanjut ke depan, keluar dari fossa cranii

posterior dan masuk ke fossa cranii media dengan melintas di atas ujung medial pars petrosa

tulang temporale. Pada fossa cranii media radix sensoria meluas ke dalam ganglion

trigeminale, yang berisi soma neuro untuk neuro sensorius pada nervus trigeminus dan setara

dengan ganglion spinalis. Terdapat tiga divisi terminal dari nervus trigeminus yang keluar

dari ganglion trigeminale, dengan urutan dari atas ke bawah, yaitu: nervus ophthalmicus

(V1), nervus maxillaris (V2), dan nervus mandibularis (V3).

Nervus ophthalmicus (V1) melintas ke depan pada dura dinding lateral sinus

cavernosus, meninggalkan cavitas cranii, dan memasuki orbita melalui fissura orbitalis

superior. Nervus ophthalmicus membawa cabang – cabang sensorium dari oculus,

conjunctiva, dan isi orbita, termasuk glandula lacrimalis. Nervus ini juga menerima cabang –

cabang sensorium dari cavitas nasi, sinus frontalis, cellulae mastoidea, falx cerebri, dura

pada fossa cranii anterior dan bagian superior tentorium cerebelli, palpebra superior,

dorsum nasi, dan bagian anterior scalp

12
Nervus maxillaris (V2) melintas ke depan pada dura dinding lateral sinus cavernosus,

tepat di inferior dari nervus ophthalmicus (V1) meninggalkan cavitas cranii melalui foramen

rotundum, dan memasuki fossa pterygopalatina. Nervus maxillaris menerima cabang –

cabang sensorium dari dura pada fossa cranii media, nasopharynx, palatum, cavitas nasi,

dentes rahang atas, sinus maxillaris, dan kulit yang menutupi sisi hidung, palpebra inferior,

bucca, dan labium superius.

Nervus mandibularis (V3) meninggalkan tepi inferior ganglion trigeminale dan

meninggalkan cranium melalui foramen ovale.

Nervus Abducens (N. VI)

Nervus Abducens (VI) membawa serabut –serabut somatik eferen untuk mempersarafi

musculusrectus lateralis pada orbita. Nervus ini keluar dari truncus encephalon diantara pons

dan medulla dan lewat ke depan, menembus dura yang menutupi clivus. Saat berjalan ke atas

dalam canalis duralis, nervus ini melintasi margo superior partis petrosae tulang temporale,

masuk dan melintasi sinus cavernosus tepat di inferolateral dari arteria carotis interna, dan

memasuki orbita melalui fissura orbitalis superior.

Nervus Facialis (N. VII)

Nervus Facialis (N. VII) terutama motorik untuk otot – otot mimik pada wajah dan

kulit kepala. Nervus facialis juga merupakan saraf sensorik yang menghantarkan rasa

pengecap pada lidah. Nervus Facialis membawa serabut – serabut somatik aferen, aferen

khusus, viseral eferen, dan branchial eferen. Serabut – serabut somatik aferen menyediakan

masukan sensorium dari bagian meatusacusticus externus dan bagian profundus auricula.

Serabut – serabut eferen khusus berfungsi untuk pengecap dari 2/3 anterior lingua. Serabut –

serabut viseral eferen adalah bagian parasimpatik pars autonomica SST dan merangsang

13
aktivitas secretomotorium pada glandula lacrimalis, submandibularis, dan sublingualis,

glandulae pada membrana mucosa cavitas nasi, dan palatum durum dan palatum molle.

Serabut – serabut branchial effferen mempersarafi musculus faciales yang berguna untuk

ekspresi wajah dan scalp yang berasal dari arcus pharyngealis secundi, musculus stapedius,

musculus digastricus venter posterior, dan musculus stylohyoideus.

Nervus Vestibulocochlearis (N. VIII)

Nervus vestibulocochlearis membawa serabut – serabut aferen khusus untuk

pendengaran dan keseimbangan, dan terdiri dari dua divisi, yaitu: komponen vestibularis

untuk keseimbangan dan komponen cochlearis untuk pendengaran. Nervus

vestibulocochlearis melekat ke permukaan lateral truncus encephalon, diantara pons dan

medulla, setelah keluar dari meatus acusticus internus dan melintasi fossa cranii posterior.

Kedua divisi bersatu menjadi satu nervus yang tampak pada fossa cranii posterior di dalam

substantia pars petrosa tulang temporale.

Nervus Glossopharyngeus (N. IX)

Nervus Glossopharyngeus membawa serabut – serabut viseral aferen, somatik aferen,

aferen khusus, viseral eferen, dan branchial eferen. Serabut – serabut viseral aferen

menerima input sensorium dari glomus caroticum dan sinus caroticus. Serabut – serabut

somatik aferen menerima input sensorium dari 1/3 posterior lingua, tonsilla palatina,

oropharynx / pars oralis pharyngis, mucosa auris media, cellulae mastoidea, dan tuba

pharyngotympanica. serabut – serabut aferen khusus berguna untuk pengecap dari 1/3

posterior lingua. Serabut – serabut viseral eferen adalah bagian parasimpatik pars

autonomica SST dan merangsang aktivitas secretomotorium pada glandula parotidea.

14
Serabut – serabut branchial eferen mempersarafi musculus yang berasal dari arcus pharynx

tertii (musculus stylopharyngeus).

Nervus Vagus (X)

Nervus vagus membawa serabut – serabut somatik aferen, viseral aferen, aferen

khusus, viseral eferen, dan branchial eferen. Nervus vagus mempersarafi jantung dan

pembuluh – pembuluh besar di dalam thorax, larynx, trachea, bronchi, dan paru – paru.

nervus vagus juga mempersarafi kelenjar – kelenjar yang berhubungan dengan tractus

digestivus, seperti hepar dan pankreas.

Nervus Accessorius (N. XI)

Nervus accessorius adalah saraf motorik yang membawa serabut – serabut somatik

eferen untuk mempersarafi musculus sternocleidomastoideus dan musculus trapezius. Nervus

Nervus Hypoglossus (N. XII)

Nervus hypoglossus membawa serabut – serabut somatik eferen untuk mempersarafi

semua musculus ekstrinsik lingua. Nervus hypoglossus mempersarafi musculus hyoglossus,

styloglossus, genioglossus dan semua musculus instrinsik lingua.

Cedera pada Otak2,8,9

Perdarahan ekstradural (epidural) antara lapis endostial dura mater cranialis dan

calvaria dapat di sebabkan oleh benturan pada kepala. Secara khas akan terjadi geger otak

yang singkat dan kemudian masa selang dengan kesadaran penuh dengan beberapa jam.

Keadaan ini di susul oleh rasa kantuk dan koma. Perdarahan terbanyak terjadi akibat

robeknya artei-arteri meningeal dan berwujud sebagai hematoma ektstradural (epidural),

penimbunan darah setempat yang berlangsung perlahan-lahan. Dengan bertambah banyaknya

darah perlu di singkirkan dan pembuluh yang koyak di perbaiki. (lihat gambar 2)

15
Gambar 2 : Perdarahan Ekstradural

Sumber : Anatomi Klinis Dasar

Perdarahan subdural dapat terjadi akibat benturan yang menggoncangkan otak di

dalam cranium dan mencederainya. Pergeseran otak terjadi terbanyak pada orang-orang

lanjut usia karena pada mereka sedikit banyak telah terjadi penyusutan otak. Perdarahan

subdural biasanya terjadi akibat robeknya vena cerebralis sewaktu pembuluh darah ini

bermuara pada sinus sagitalis superior. Perdarahan subdural mengakibatkan hematoma

subdural. Meskipun duramater cranialis dan arachnoidea mater cranialis merupakan unsur

selaput tunggal .(lihat gambar 3)

Gambar 3 : Perdarahan Subdural


16
Sumber : Anatomi Klinis Dasar

Perdarahan subarachnoidal ke dalam spatium subarachnoideum biasanya terjadi

setelah sebuah aneurisma (pelebaran) pembuluh darah interkranial. Perdarahan

subarachnoidal di sebabkan oleh fraktur cranium dan laserasi otak. Perdarahan demikian

menyebabkan iritasi meningeal yang menimbulkan rasa sakit kepala yang hebat, kekakuan

tengkuk dan seringkali kehilangan kesadaran.(lihat gambar 4)

Gambar 4: Perdarahan Subarakhnoidal

Sumber : Anatomi Klinis Dasar

Kesimpulan

Apabila terjadi cedera pada cerebellum, batang otak, dan nervus cranialis akan

menyebabkan kesadaran terganggu serta tubuh mengalami kelainan dan tidak dapat berfungsi

dengan optimal di sebabkan karena terganggunya fungsi dari pusat respiratori, kardiac,

vasomotor, keseimbangan, dan proses dari vaskularisasi pada otak untuk memperdarahi

seluruh bagian-bagian otak serta nervus yang berperan di dalamnya .

Daftar Pustaka

17
1. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Dasar – dasar anatomi gray. Singapura:

ELSEVIER; 2014.

2. Snell RS. Neuroanatomi klinik. edisi 7. Jakarta: EGC; 2013.

3. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama; 2013.

4. Fankhauser DB. Histology of the cerebrum and cerebellum(serial online). Edisi 13

januari 2011. Diakses dari http://biology.clc.uc.edu/, 27 April 2015.

5. Gartner LP, Hiatt JL. Histologi. Singapura: Elsevier; 2014.

6. Snell RS. Anatomi klinik berdasarkan sistem. Jakarta: EGC;2012.

7. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2012.

8. Smeltzer SCO, Bare BG, Hinkle JL, Cheever KH. Brunner & Suddarth’s textbook of medical-

surgical nursing [internet]. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2010. p.1920-27.

[Diakses 28 April 2015]

Diakses dari: books.google.co.id/books?isbn=0781785898

9. Krause JW. Krause’s essential human histology for medical students [internet]. 3 rd Ed.

Florida: Universal Publishers; 2005. p.149-53. [Diakses 28 April 2015]

18

Anda mungkin juga menyukai