KOTA PONTIANAK
DISUSUN OLEH:
1. AUDINA SAFITRI
2. LILY SEFTIANI
3. ULFA MUZLIYATI
4. FITRI RATNAWATI
5. SISKA PUTRI UTAMI
6. MITA WIDYA NINGRUM
7. AVELINTINA BRIGIDA C
A. Kasus
Tn.U 57 tahun datang ke rs kota diantar oleh anak dan istrinya pada tanggal 13
Januari 2019 dengan keluhan perut membesar disertai rasa sakit sejak kurang lebih 1
bulan yang lalu. Klien juga mengeluh nyeri di bagian punggung, klien tidak mau
makan serta mengalami penurunan nafsu makan sejak 12 hari sebelum masuk rumah
sakit. BAB (-) kurang lebih 12 hari SMRS, BAK (+) seperti teh pekat, klien tampak
menggunakan pempers. Keadaan umum klien lemah. Klien tidak bisa duduk karena
perutnya yang yang keras dan besar. Klien mengatakan tidak pernah mengalami
kejadian seperti ini sebelumnya. Hasil pemeriksaan lab pada tanggal 13 Januari 2019
menunjukkan hasil sebagai berikut:
Hemoglobin : 14,8 gr/dl (12.0-15.0 gr/dl)
Leukosit : 19.28 /µL (4.50 – 11.000 /µL)
Trombosit : 244 106 /µL (150.000 – 440.000 /µL)
Hematokrit : 40,7 % (35.0 – 49,0 %)
Eritrosist : 4,61 106 /µL (3.50 – 5.41 106 /µL)
Biokimia
GDS : 121 mg/dl (70-115)
Ureum : 180,0 mg/dl (10-50)
Kreatinin : 1,33 mg/dl (0,5-1,2)
SGOT : 46 U/L (3-38)
SGPT : 48 U/L (3-350
HIV : Non Reaktif
HbsAg : Reaktif
Saat pengkajian pada tanggal 14 Januari 2019 pada pukul 09.00 WIB, Klien
mengeluh perutnya membesar dan nyeri pada perut dan punggungnya kurang lebih 1
bulan SMRS
P : Nyeri saat bergerak
Q: Tertusuk-tusuk
R: Abdomen dan Punggung
S : Skala nyeri 7
T : Terus-menerus
Saat ini klien terpasang IVFD AminoFluid 12 tpm pada tangan kanan, kemudian klien
juga terpasang IVFD Threeways pada tangan kiri yang berisi cairan asering 12 tpm
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15
Tekanan Darah : 105/80 mmHg
Nadi : 68 x/menit,
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 36,80C.
Terapi saat ini :
(Terapi IV)
a. Inj. Ceftriaxone 2 gr / 12 jam IV
b. Inj. Metronidazole 500 mg / 8 jam IV
c. Inj. Prosogan 30 mg/ 24 jam IV
d. Inj. Tranexamid Acid 500mg/8 jam IV
e. Inj. Vitamin K 1 amp/ 24 jam IV
(Terapi Oral)
a. Sucralfat 1 C/ 3 jam PO
b. Rebamifid 1 tab/ 8 jam PO
A. STEP 1
Apa yang dimaksud dengan Hepatoma pada kasus diatas ?
Jawaban : Karsinoma hepatoseluler (KHS) adalah salah satu jenis keganasan hati primer yang
paling sering ditemukan dan banyak menyebabkan kematian.
B. STEP 2
1. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari kasus ini ?
2. Apa saja tanda dan gejala yang dapat terjadi pada kasus ini ?
3. Apa penatalaksanaan yang tepat untuk kasus diatas ?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang yang tepat selain pemeriksaan lab darah pada kasus
diatas?
C. STEP 3
1. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari kasus ini ?
- Nyeri akut b.d agen cidera biologis
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan massa
tubuh
- Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
- Defisit perawatan diri b.d ketidakadekuatan otot
2. Apa penatalaksanaan untuk kasus diatas ?
Meskipun pendekatan multidispliner terhadap KHS dapat meningkatkan hasil reseksi dan
orthotopic liver transplantation, tetapi kebanyakan penderita tidak memenuhi persyaratan
untuk terapi operasi karena stadium tumor yang telah lanjut, derajat sirosis yang berat, atau
keduanya. Oleh karena itu, terapi non-bedah merupakan pilihan untuk pengobatan penyakit
ini.
3. Apa saja pemeriksaan penunjang yang tepat selain pemeriksaan lab darah pada kasus
diatas?
- USG
- CT – SCAN
- MRI
- Biposi
- Uji Faal hati
- Pemeriksaan darah rutin
D. STEP 4
Skema
Etiologi
HEPATOMA
Patofisiologi
Askep
E. STEP 5
Learning objective
1. Definisi
Karsinoma hepatoseluler (KHS) adalah salah satu jenis keganasan hati primer yang
paling sering ditemukan dan banyak menyebabkan kematian. Dari seluruh keganasan hati,
80-90% adalah KHS. Dua jenis virus yang dapat dikatakan menjadi penyebab dari tumor ini
adalah virus hepatitis B (HBV) dan virus hepatitis C (HCV).
2. Klasifikasi
Karsinoma hati primer dibedakan atas karsinoma yang berasal dari sel-sel hati (KHS),
karsinoma dari sel-sel saluran empedu (karsinoma kolangioseluler), dan campuran dari
keduanya. Karsinoma juga dapat berasal dari jaringan ikat hati seperti misalnya fibrosarkoma
hati. Secara makroskopis karsinoma hati dapat dijumpai dalam bentuk :
(i) masif yang biasanya di lobus kanan, berbatas tegas, dapat disertai nodul-nodul kecil di
sekitar masa tumor dan bisa dengan atau tanpa sirosis;
(ii) noduler, dengan nodul di seluruh hati,
(iii) difus, seluruh hati terisi sel tumor.
Secara mikroskopis, sel-sel tumor biasanya lebih kecil dari sel hati yang normal,
berbentuk poligonal dengan sitoplasma granuler. Sering ditemukan sel raksasa yang atipik.
Dalam kaitan dengan tumor ganas ini, optimisasi penanganan KHS merupakan suatu
tantangan besar bagi dokter karena frekuensi KHS yang meningkat tajam pada tahun-tahun
terakhir.
3. Etiologi
Didaerah tertentu di Afrika dan Asia Tenggara, hematoma lebh banyak
ditemukan dibandingkan dengan kanker hati metastatik dan merupakan penyebab
kematian utama. Didaerah-daerah tersebut, terdapat angka kejadian infeksi hepatitis
B yang tinggi, yang meningkatkan resiko terjadinya hepatoma.
Infeksi menahun dari hepatitis c juga meningkatkan resio terjadinya hepatoma.
Bahan-bahan karsinogenik (penyebab kanker) tertentu juga mengakibatkan
hepatoma. Didaerah subtropis, dimana hepatoma banyak terjadi, makanan sering
tercemar oleh bahan karsinogenik yang disebut aflatoksin yang dihasilkan oleh
sejenis jamur.
4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis berupa rasa nyeri tumpul umumnya dirasakan oleh penderita dan
mengenai perut bagian kanan atas, diepigastrium atau pada kedua tempat epigastrium dan
hipokondrium kanan. Rasa nyeri tersebut tidak berkurang dengan pengobatan apapun juga.
Nyeri yang terjadi terus menerus sering menjadi lebih hebat bila bergerak. Nyeri terjadi
sebagai akibat pembesaran hati, peregangan glison dan rangsangan peritoneum. Terdapat
benjolan di aerah perut bagian kanan atas atau di epigastrium. Perut membesar karena adanya
asites yang disebabkan oleh sirosis atau karena adanya penyebaran karsinoma hati ke
peritoneum.
Umumnya terdapat keluhan mual dan muntah, perut terasa penuh, nafsu makan
berkurang dan berat badan menurun dengan cepat. Yang paling penting dari manifestasi
klinis sirosis adalah gejala-gejala yang berkaitan dengan terjadinya hipertensi portal yang
meliputi asites, perdarahan karena varises esofagus, dan ensefalopati.
5. Patofisiologi
Hampir semua tumor di hati berada dalam konteks kejadian cedera kronik (chronic
injury) dari sel hati, peradangan dan meningkatnya kecepatan perubahan hepatosit. Respons
regeneratif yang terjadi dan adanya fibrosis menyebabkan timbulnya sirosis, yang kemudian
diikuti oleh mutasi pada hepatosit dan berkembang menjadi karsinoma hepatoseluler. HBV
atau HCV mungkin ikut terlibat di dalam berbagai tahapan proses onkogenik ini. Misalnya,
infeksi persisten dengan virus menimbulkan inflamasi, meningkatkan perubahan sel, dan
menyebabkan sirosis. Sirosis selalu didahului oleh beberapa perubahan patologis yang
reversibel, termasuk steatosis dan inflamasi; baru kemudian timbul suatu fibrosis yang
ireversibel dan regenerasi nodul. Lesi noduler diklasifikasikan sebagai regeneratif dan
displastik atau neoplastik.(5) Nodul regeneratif merupakan parenkim hepatik yang membesar
sebagai respons terhadap nekrosis dan dikelilingi oleh septa fibrosis.
Selain proses di atas, pada waktu periode panjang yang tipikal dari infeksi (10-40
tahun), genom virus hepatitis dapat berintegrasi ke dalam kromosom hepatosit. Peristiwa ini
menyebabkan ketidakseimbangan (instability) genomik sebagai akibat dari mutasi, delisi,
translokasi, dan penyusunan kembali (rearrangements) pada berbagai tempat di mana genom
virus secara acak masuk ke dalam DNA hepatosit. Salah satu produk gen, protein x HBV
(Hbx), mengaktifkan transkripsi, dan pada periode infeksi kronik, produk ini meningkatkan
ekspresi gen pengatur pertumbuhan (growthregulating genes) yang ikut terlibat di dalam
transformasi malignan dari hepatosit.
Pathway
HEPATOSELULER KARSINOMA
6. Penatalaksanaan
Pengobatan non-bedah
Meskipun pendekatan multidispliner terhadap KHS dapat meningkatkan hasil reseksi
dan orthotopic liver transplantation, tetapi kebanyakan penderita tidak memenuhi
persyaratan untuk terapi operasi karena stadium tumor yang telah lanjut, derajat sirosis yang
berat, atau keduanya. Oleh karena itu, terapi non-bedah merupakan pilihan untuk pengobatan
penyakit ini. Beberapa alternatif pengobatan non-bedah karsinoma hati meliputi:
a. Percutaneous ethanol injection (PEI)
PEI dilakukan dengan cara menyuntikkan per kutan etanol murni (95%) ke dalam tumor
dengan panduan radiologis untuk mendapatkan efek nekrosis dari tumor.Tindakan ini
efektif untuk tumor berukuran kecil (<3 cm). PEI tidak dianjurkan. Efek PEI adalah
demam, sakit di daerah suntikan, perdarahan intrahepatik dan perdarahan peritoneal.
b. Chemoembolism
Transcatheter arterial chemoembolism dapat digunakan sebagai terapi lokal (targeted
chemoembolism) atau regional (segmental, lobar chemoembolism) tergantung dari
ukuran, jumlah dan distribusi lesi. Kemoembolisme dianggap terapi baku untuk KHS
yang tidak dapat dilakukan reseksi.
c. Kemoterapi sistemik
Pemberian terapi dengan anti-tumor ternyata dapat memperpanjang hidup penderita.
Sitostatika yang sering dipakai sampai saat ini adalah 5-fluoro uracil (5-FU). Zat ini
dapat diberikan secara sistematik atas secara lokal (intra-arteri).
d. Kemoterapi intra-arterial (transcatheter arterial chemotherapy)
Pengobatan karsinoma hati dengan sitostatika ternyata kurang memberikan manfaat
yang diharapkan. Respon parsial hanya mencapai 25% saja. Oleh karenanya diberikan
sitostatika secara intra-arterial dengan beberapa keuntungan seperti misalnya,
konsentrasi sitostatika lebih tinggi pada target (tumor), mengurangi toksisitas sistemik
dan kontak antara obat dengan tumor berlangsung lebih lama.
e. Radiasi
Terapi radiasi jarang digunakan sebagai terapi tunggal dan tidak banyak perannya sebab
karsinoma hati tidak sensitif terhadap radiasi dan sel-sel hati yang normal sangat peka
terhadap radiasi. Terapi radiasi dengan menggunakan 50 Gy untuk membunuh sel-sel
kanker hati dapat menyebabkan radiation induced hepatitis. Dosis yang diberikan
umumnya berkisar antara 30-35 Gy dan diberikan selama 3-4 minggu.
f. Tamofixen
Tamofixen digunakan pada penderitapenderita KHS dengan sirosis lanjut, tetapi tidak
meningkatkan survival. Tamofixen dapat dikombinasikan dengan etoposide dan
menunjukkan perbaikan serta memberikan toksisitas rendah dan bermanfaat sebagai
terapi paliatif.
g. Injeksi asam asetat perkutaneus
Prinsip dan cara kerja metode ini sama dengan injeksi etanol perkutan, hanya saja zat
yang disuntikkan adalah larutan asam asetat 15-50%. Pemberian pada penderita KHS
dengan tumor yang berdiameter <3 cm menunjukkan survival rate 1 tahun sebesar 93%,
2 tahun sebesar 86%, 3 tahun sebesar 83% dan 4 tahun sebesar 64%. Efek samping tidak
dijumpai.
7. Prognosis
Pada umumnya prognosis karsinoma hati adalah jelek. Tanpa pengobatan, kematian
rata-rata terjadi sesudah 6-7 bulan setelah timbul keluhan pertama. Dengan pengobatan,
hidup penderita dapat diperpanjang sekitar 11- 12 bulan. Bila karsinoma hati dapat dideteksi
secara dini, usaha-usaha pengobatan seperti pembedahan dapat segera dilakukan misalnya
dengan cara sub-segmenektomi, maka masa hidup penderita dapat menjadi lebih panjang
lagi. Sebaliknya, penderita karsinoma hati fase lanjut mempunyai masa hidup yang lebih
singkat. Kematian umumnya disebabkan oleh karena koma hepatik, hematemesis dan
melena, syok yang sebelumnya didahului dengan rasa sakit hebat karena pecahnya karsinoma
hati. Oleh karena itu langkah langkah terhadap pencegahan karsinoma hati haruslah
dilakukan. Pencegahan yang paling utama adalah menghindarkan infeksi terhadap HBV dan
HCV serta menghindari konsumsi alkohol untuk mencegah terjadinya sirosis.
F. STEP 6
Discovery Learning
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
1) Identitas Klien
Nama : Tn. U
Usia : 58 tahun
Ds :
2. Pemerikasaan Fisik
1) Keadaan Umum
3) B2 (Blood)
4) B3 (Brain)
- Kepala tidak terdapat gangguan, simeteris kiri dan kanan, tidak adanya
benjolan atau sakit kepala
- Leher: Tidak terdapat gangguan, simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan
dan kesulitan menelan.
- Wajah: Wajah klien tampak meringis
- Mata: Konjungtiva anemis (-/-), visus normal (+/+), sclera (-/-), Tidak
menggunakan alat bantu.
- Telinga: Tidak terdapat gangguan pada pendengaran, bentuk simetris, tidak
terdapat serumen.
- Hidung: Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat polip, pernapasan cuping
hidung (+)
- Mulut dan Faring : Pembesaran tonsil (-), membrane mukosa kering ,lidah
tampak kotor, gigi tidak utuh terdapat caries pada gigi.
- Pemeriksaan fungsi serebral: Status mental baik, kooperatif saat diajak bicara
- Pemeriksaan reflex: reflek bisep : (-), reflek trisep : (-), reflek brakhioradialis
(-)
- Pemeriksaan tonus otot :
Flaccid : (-)
Hipotoni: (+)
Spastik : (-)
Rigid : (-)
- Pemeriksaan Sensor: Tidak ditemukan kelainan pada sensori
5) B4 (Bladder)
- Klien terpasang DC, keluaran urine klien bewarna kuning pekat seperti teh..
6) B5 (Bowel)
Inspeksi: bentuk simetris,tidak terdapat lesi pada abdomen.
Auskultasi : Bising usus 8 x/m
Palpasi : Nyeri tekan (+)
7) B6 (Bone)
Fraktur (-), dislokasi (-), bentuk simetris, ada oedem dan krepitus pada
ekstremitas atas dan bawah.
8) Kulit
Integritas kulit klien baik. Kulit lembab. Teraba dingin.
Hasil pemeriksaan lab pada tanggal 13 Januari 2019 menunjukan hasil sebagai
berikut:
Hemoglobin : 14,8 gr/dl (12.0-15.0 gr/dl)
Leukosit : 19.28 /µL (4.50 – 11.000 /µL)
Trombosit : 244 106 /µL (150.000 – 440.000 /µL)
Hematokrit : 40,7 % (35.0 – 49,0 %)
Eritrosist : 4,61 106 /µL (3.50 – 5.41 106 /µL)
Biokimia
GDS : 121 mg/dl (70-115)
Ureum : 180,0 mg/dl (10-50)
Kreatinin : 1,33 mg/dl (0,5-1,2)
SGOT : 46 U/L (3-38)
SGPT : 48 U/L (3-350
HIV : Non Reaktif
HbsAg : Reaktif
(Terapi Oral)
a. Sucralfat 1 C/ 3 jam PO
b. Rebamifid 1 tab/ 8 jam PO
ANALISA DATA
2. Ketidakseimba Senin, S:
ngan nutrisi 14 - klien mengatakan mual jika
kurang dari Januari makanan masuk ke mulutnya
kebutuhan 2019 - klien mengatakan lidahnya pahit
tubuhb b.d O:
penurunan - klien muntah 2 kali saat sedang
massa tubuh makan
- klien mengeluarkan cacing
(Kurang lebih 10 cm berwarna
putih) dari mulutnya
- lidah klien tampak banyak bercak
putih
- BB SMRS 55 kg, BB MRS 45 kg
A : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P : lanjutkan intervensi 1-5
3. Intoleransi Senin, S:
aktivitas b.d 14 - Klien mengatakan kakinya lemah
oedem Januari - Klien mengatakan kakinya terasa
ekstremitas 2019 berat saat digerakkan
O:
- klien tampak terbaring lemah
ditempat tidur
- klien tidak mampu untuk
mobilisasi
TD: 80/palpasi mmHg
N: 68x/m
RR: 22x/m
T: 36.8 C
A : intoleransi aktivitas
P : lanjut intervensi 1-5
1. Nyeri akut b/d Selasa, S: - klien mengatakan nyeri
agen cidera 15 - P : nyeri saat bergerak
biologis Januari -Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
2019 -R: abdomen dan punggung
-S: skala nyeri 6
-T: terus-menerus
O : keadaan umum : lemah, GCS: 15
- klien tampak meringis
- Klien tampak memegang perutnya
- Klien sesekali mengerang
kesakitan
A : nyeri akut
P : lanjutkan intervensi 1-5
2. Ketidakseimba Selasa, S:
ngan nutrisi 15 - klien mengatakan mual jika
kurang dari Januari makanan masuk ke mulutnya
kebutuhan 2019 - klien mengatakan lidahnya pahit
tubuhb b.d O:
penurunan - klien terlihat reflek muntah saat
massa tubuh sedang akan disuapkan makan
- klien meminum teh manis hangat,
namun tidak habis segelas
- lidah klien tampak banyak bercak
putih
- BB SMRS 55 kg, BB MRS 45 kg
A : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P : lanjutkan intervensi 1-5
3. Intoleransi Selasa, S:
aktivitas b.d 15 - Klien mengatakan kakinya lemah
oedem Januari - Klien mengatakan kakinya terasa
ekstremitas 2019 berat saat digerakkan
O:
- klien tampak terbaring lemah
ditempat tidur
- klien tidak mampu untuk
mobilisasi
TD: 100/60 mmHg
N: 96x/m
RR: 20x/m
T: 36.6 C
A : intoleransi aktivitas
P : lanjut intervensi 1-5
1. Nyeri akut b/d Rabu, S: - klien mengatakan nyeri
agen cidera 16 - P : nyeri saat bergerak
biologis Januari -Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
2019 -R: abdomen dan punggung
-S: skala nyeri 6
-T: terus-menerus
O : keadaan umum : lemah GCS: 15
- klien tampak meringis
- Klien tampak memegang perutnya
- Klien tampak agak gelisah
menahan sakit
A : nyeri akut
P : lanjutkan intervensi 1-5
2. Ketidakseimba Rabu, S:
ngan nutrisi 16 - klien mengatakan mual jika
kurang dari Januari makanan masuk ke mulutnya
kebutuhan 2019 - klien mengatakan lidahnya pahit
tubuhb b.d O:
penurunan - klien tidak mau makan
massa tubuh - lidah klien tampak banyak bercak
putih
- BB SMRS 55 kg, BB MRS 45 kg
A : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P : lanjutkan intervensi 1-5
3. Intoleransi Rabu, S:
aktivitas b.d 16 - Klien mengatakan kakinya lemah
oedem Januari - Klien mengatakan kakinya terasa
ekstremitas 2019 berat saat digerakkan
O:
- klien tampak terbaring lemah
ditempat tidur
- klien tidak mampu untuk
mobilisasi
TD: 90/60 mmHg
N: 88x/m
RR: 22x/m
T: 36.2 C
A : intoleransi aktivitas
P : lanjut intervensi 1-5
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Gontar A. 2006. Penatalaksanaan non bedah dari karsinoma hati. Universa
Medicina Jurnal Vol. 24 No. 1
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 3. Yogyakarta: MediAction Publishing