FORMAT PELAKSANAAN PROJEK INOVASI BERBASIS BUKTI SEBAGAI
APLIKASI PROJECT BASED LEARNING
1. Referensi jurnal/ artikel :
a. Nama penulis : - Neila Sulung - Dwi Nur Arini b. Judul penelitian/judul artikel ilmiah : Pengaruh Terapi Teknik Relaksasi Genggam Jari Pada Penurunan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi c. Nama jurnal, edisi tahun-volume-halaman : Jurnal Keperawatan Endurance. Volume 2, No. 3, Oktober, 2017 ; 397-405 2. Jenis program inovasi : Desain Quasy Experiment dengan rancangan One Group Pre-Test Post Test 3. Latar belakang program : Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang multidimensional. Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitas (ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar, tajam), durasi (transien, intermiten,persisten), dan penyebaran (superfisial atau dalam, terlokalisir atau difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan dalam suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga berkaitan dengan reflex menghindar dan perubahan output otonom. Nyeri merupakan pengalaman yang subjektif, sama halnya saat seseorang mencium bau harum atau busuk, mengecap manis atau asin, yang kesemuanya merupakan persepsi panca indera dan dirasakan manusia sejak lahir. Walau demikian, nyeri berbeda dengan stimulus panca indera, karena stimulus nyeri merupakan suatu hal yang berasal dari kerusakan jaringan atau yang berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan. Keluhan yang sering timbul pasca pembedahan ( pasca operasi ) pasien merasakan nyeri yang hebat dan mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan akibat nyeri yang tidak adekuat (Novariski,2009). Hal tersebut merupakan rangsangan bagi pasien dan akan menambah rasa kecemasan serta ketegangan yang juga akan menambah rasa nyeri karena rasa nyeri menjadi pusat perhatiannya. Bila pasien merasakan nyeri hanya satu yang mereka inginkan yaitu mengurangi rasa nyeri tersebut, karena itu akan menjadikan pengalaman yang kurang menyenangkan akibat nyeri yang tidak adekuat (Zulaik, 2008). Nyeri setelah operasi merupakan nyeri akut yang secara serius mengancam proses penyembuhan klien. Nyeri yang dialami pasien setelah pembedahan menghambat kemampuan pasien untuk terlibat aktif dan meningkatkan resiko komplikasi akibat immobilisasi. Rehabilitasi dapat tertunda dan hospitalisasi menjadi lama jika nyeri akut tidak bisa di control. Kemajuan fisik atau psikologis tidak dapat terjadi selama nyeri akut masih dirasakan karena pasien memfokuskan semua perhatiannya pada upaya untuk mengatasi nyeri (Potter & Perry, 2014). Tindakan untuk mengatasi nyeri diperlukan penatalaksanaan manajemen nyeri melalui cara farmakologi dan nonfarmakologi. Pereda nyeri farmakologi dibedakan menjadi tiga kategori yakni golongan opioid, non-opioid, dan anesthetic. Walaupun analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, jenis analgesik opioid mempunyai efek samping yang harus dipertimbangkan dan diantisipasi, yakni diantaranya depresi pernapasan, mual, muntah, konstipasi, pruritus, dan efek toksik pada pasien dengan gangguan hepar atau ginjal (smeltzer & bare, 2015). Terapi nonfarmakologi diperlukan sebagai pendamping terapi farmakologi untuk mempersingkat waktu nyeri yang hanya berlangsung dalam beberapa detik atau menit. Berbagai macam bentuk terapi non – farmakologi relaksasi yang sudah ada yaitu relaksasi otot, relaksasikesadaran indera, relaksasi meditasi, relaksasi yoga dan hipnosa. Salah satu jenis terapi non – farmakologis yang digunakan untuk menurunkan intesitas nyeri setelah operasi adalah teknik relaksasi genggam jari yang mudah dilakukan oleh siapapun yang berhubungan dengan jari tangan dan aliran energy didalam tubuh kita (Liana, 2008). Menggenggam jari sambil mengatur napas (relaksasi) dilakukan selama kurang lebih 3 - 5 menit dapat mengurangi ketegangan fisik dan emosi, karena genggam jari akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energi meridian (energy channel) yang terletak pada jari tangan kita. Titik –titik refleksi pada tangan akan memberikan rangsangan secara reflex (spontan) pada saat genggaman. Rangsangan tersebut akan mengalirkan gelombang listrik menuju otak yang akan diterima dan diproses dengan cepat, lalu diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga penyumbatan di jalur energi menjadi lancer (Puwahang, 2011). 4. Tujuan program : Mengetahui kemampuan teknik relaksasi genggam jari pada nyeri pasien post operasi 5. Sasaran pencapaian program tersebut: 2 orang pasien yang mengalami nyeri post operasi. 6. Parameter/ tolak ukur: Memodifikasi tentang modern dressing untuk perawatan luka diabetes mellitus 7. Pelaksana (PJ, koordinator, anggota) : Penanggung jawab : 1. Mita Widya Ningrum 2. Fitri Ratnawati Anggota : 1. Audina Safitri 2. Siska Putri Utami 3. Ulfa Muzliyati 4. Avelintina Brigida C 5. Lily Seftiani
8. Prosedur pelaksanaan program :
9. Pelaksanaan Pelaksanaan dilakukan tanggal : 13 Februari 2019 Kegiatan: pelaksanan di lakukan di Ruang Bedah pukul 13.00 WIB Terlebih dahulu pada pasien post operasi Kemudian perawat memberikan komunikasi terapeutik, mengidentifikasi nyeri secara komprehensif, dan menjelaskan prosedur yang akan diberikan pada klien Setelah pasien bersedia untuk melakukan terapi ini. Ajarkan klien untuk menggenggam jari sambil mengatur napas (relaksasi) dilakukan selama kurang lebih 3 - 5 menit sehingga klien dapat mengurangi ketegangan fisik dan emosi. Selanjutnya kaji ulang nyeri yang dirasakan oleh klien secara komprehensif setelah dilakukan teknik genggam jari. Setelah itu lihat keadaan klien setelah melakukan terapi non farmakologi Selanjutkan anjurkan klien untuk melakukan yang sudah dianjurkan pada keesokan harinya pada saat nyeri timbul kembali. Rapikan alat yang telah digunakan, cuci tangan dan evaluasi kembali pada keesokan harinya 10. Evaluasi : pasien sebagai target sasaran, yaitu: Klien yang kooperatif Klien yang sedang mengalami nyeri post operasi Klien dan keluarga mengetahui fungsi tentang terapi non farmakologi