Disusun Oleh :
Chatarina Sukma (42170112)
Sella Lukitasari (42170113)
Ully Narwastu (4217)
Bontor Daniel Sinaga (4217)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp. AS
Usia : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Jl. Karangsari no.614 RT 024 Tegal Banguntapan
Tanggal datang ke Poli Saraf RSB : 17 September 2018
II. ANAMNESA
A. Keluhan utama
2. Kepala
Normocephali, konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), bibir kering (-), lidah
kotor (-), otorrhea (-), rhinorhea (-)
3. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), Pembesaran kelenjar tiroid (-), Peningkatan
jugular venous pressure (-), dan pasien menggunakan neck collar.
4. Thorax
a. Paru
● Inspeksi : dada simetris (+), ketinggalan gerak napas (-), massa (-)
● Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus (N), kembang dada (N)
● Perkusi : sonor (+/+)
● Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
b. Jantung
● Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
● Palpasi : iktus kordis teraba di linea midclavikularis sinistra SIC V
● Perkusi : batas jantung kiri pada SIC V linea mid axilaris sinistra, batas
kanan jantung pada SIC V linea parasternalis dextra.
● Auskultasi : suara S1 S2 normal, bising (-)
5. Abdomen
● Inspeksi : supel, distensi (-), massa (-)
● Auskultasi : peristaltic usus (+) dalam batas normal.
● Palpasi : nyeri tekan (-)
● Perkusi : timpani, Hepato/spleno-megali (-).
6. Ekstremitas
Ekstrimitas atas Oedem (-), CRT < 2 detik, akral hangat
Ekstrimitas bawah Oedem (-), CRT < 2 detik, akral hangat
V. STATUS NEUROLOGIS
● Kepala
o Bentuk : Normocephali
o Nyeri tekan : Nyeri tekan (-)
● Leher
o Pergerakan : Normal tidak ditemukan kekakuan atau nyeri
o Nyeri : tidak
● Rangsang meninges :
o Kaku kuduk : -
o Brudzinski I : -
o Brudzinski II : -
o Brudzinski III : -
o Brudzinski IV : -
o Kernig sign : -
Subjektif
Tidak dilakukan
Objektif
(dengan bahan kopi dan teh)
2. N. Opticus
Kanan Kiri
Ptosis - -
Strabismus - -
Nistagmus - -
Eksoftalmus - -
Ukuran pupil 4 mm 3 mm
Refleks cahaya + +
Diplopia + -
4. N. Throclearis
Kanan Kiri
Diplopia + -
5. N. Trigeminus
Kanan Kiri
6. N. Abduscent
Kanan Kiri
Diplopia + -
7. N. Fascialis
Kanan Kiri
Bersiul Normal
Mencucu Normal
8. N. Vestibulokoklearis
Kanan Kiri
Weber
Tidak dilakukan
Rinne
9. N. Glossofaringeus
Kanan Kiri
10. N. Vagus
Arcus faring Normal
Bicara Normal
Menelan Normal
11. N. Accessorius
Kanan Kiri
12. N. Hypoglosus
Pergerakan lidah Normal
Tremor lidah -
Artikulasi Jelas
Bisep ++ ++
Trisep ++ ++
Hofman - tromner - -
Brachialis ++ ++
Patella ++ ++
Achiles ++ ++
Babinski - -
Chaddok - -
Rossolimo - -
Mendel backthrew - -
Schaefer - -
Oppenheim - -
Klonus paha - -
Klonus kaki - -
E. Pemeriksaan Vertebrae
Pemeriksaan Kanan Kiri
Laseque - -
Faber - -
Fadir - -
F. Tes Koordinasi
● Romberg test : Tidak dilakukan
● Ataxia : Tidak dilakukan
● Disdiadokokinesis : Normal
● Past pointing test : Tidak normal
G. Gerakan abnormal
● Tremor : Tidak ada
● Athetose : Tidak ada
● Myoclonik : Tidak ada
● Gerakan chorea : Tidak ada
H. Alat Vegetatif
● Miksi : Dalam batas normal
MRI Lumbosacralis
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Parese nervus cranialis III dekstra disertai diplopia,
tetraparestesi, disequilebirium
Diagnosis Topik : Nervus Cranialis III, Medula spinalis segmen C6-C7 ; C7-C8 ;
C8-T1
Diagnosis Etiologi : Hernia Nucleus Pulposus segmen C6-C7 sampai C8-T1 , post
trauma cervicalis
I. Diagnosis Banding
- Polineuropati
- Cervical disk disorder dengan radikulopati
- Tumor medula spinalis
- Spinal cord infection
- Back pain
- Spinal cord injury
- Cauda equina syndrome
VIII. TERAPI
Farmaka:
R/ Methylprednisolone tab 4mg No.XIV
S.1.dd tab I
Non-farmaka:
A. Definisi
Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di antara sudut iga terbawah dan
lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbosacral dan dapat disertai dengan
penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. Nyeri punggung bawah dapat berupa nyeri
lokal, nyeri radikuler, atau campuran keduanya.
B. Etiologi
Fisiologi
2. jalur sensoris
Tiap saraf spinal mempunyai radiks dorsalis dan radiks ventralis. Radiks Dorsalis
(Sensorik) terdiri dari serabut aferen/sensorik yang meneruskan rangsang (input) dari reseptor
sensorik dalam tubuh ke medulla spinalis. Mengandung ganglion spinal (akar dorsal sensorik)
yang terletak didalam foramen intervertebralis. Saraf yang keluar dari medulla spinalis
melalui forame intervertebralis disebut saraf spinal. Tiap saraf spinal didistribusikan ke
segmen ataupun daerah spesifik pada tubuh. Akar dorsal pada tiap saraf spinal yang
mengurus persarafan sensorik pada segmen tubuh disebut dengan Dermatom.
Radiks ventralis (motorik) terdiri dari serabut saraf eferen (motorik) yang badan
selnya terletak didalam substansia grisea melalui radiks motorik dan saraf spinal menuju otot
dan kelenjar tubuh. Pada bagian distal terdiri dari empat ramus : ramus dorsal (otot-otot
intrinsik punggung), ramus ventral (otot leher, dada, abdomen, ekstremitas), ramus
komunikans (truncus sympaticus), ramus mening rekuren (selaput menings). Ramus ventral
saraf spinal akan membentuk pleksus yang akan menjadi tempat asal saraf perifer.
Substansia alba pada tiap bagian medulla spinalis tersusun menjadi 3 funiculus
(kolom): Funiculus posterior terletak diantara septum median posterior dan cornu posterior,
Funiculus lateralis terletak diantara cornu posterior dan fissura mediana anterior, Funiculus
anterior. Funiculus tersebut dibagi lagi menjadi berkas serabut disebut dengan traktus atau
funikulus.
Traktus Ascendens
Traktus spinothalamicus : serabut radiks posterior aferen berakhir pada sel substansia
gelatinosa, menyilang di commisura alba, dan naik ke thalamus dalam funiculus
lateralis.
Traktus spinothalamicus anterior : serabut afferan berakhir pada radiks dorslais,
menyilang ke sisi sebelahnya dan naik melalui funiculus anterior menuju thalamus.
Traktus spinotectalis
Traktus pada funiculus posterior
Fasciculus gracilis (Goll) dan fasciculus cuneatus (Burdach), serabut-serabut
bermielin tebal ini naik langsung melalui columna posterior homolateral tanpa sinaps.
Traktus pada funiculus lateralis
Traktus spinocerebellaris posterior, dari nukleus dorsalis ( clarke) menuju cerebellum
pada funiculus lateralis ipsilateral.
Traktus spino cerebellaris anterior, dari radiks posterior naik pada sisi yang sama dan
sisi sebelahnya di pinggir ventrolateral medulla spinalis menuju cerebellum.
Traktus spino-olivarius
Traktus spinovestibularis
Traktus desendens
• Traktus corticospinalis
• Traktus extrapiramidalis
• Traktus vegetatif
D. Klasifikasi
1) LBP viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera didaerah pelvis,
serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak bertambah berat dengan
aktivitas tubuh, juga tidak berkurang dengan istirahat. Penderita LBP viserogenik
yang mengalami nyeri hebat akan selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri,
sedang penderita LBP spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam dalam
posisi tertentu untuk menghilangkan nyerinya.
2) LBP vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri punggung
atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteria glutealis superior dapat
menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin memberat saat jalan dan
mereda saat berdiri. Nyeri dapat menjalar ke bawah sehingga sangat mirip
dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak terpengaruh oleh presipitasi tertentu
misalnya: membungkuk, mengangkat benda berat yang mana dapat menimbulkan
tekanan sepanjang columna vertebralis. Klaudikatio intermitten nyerinya
menyerupai iskialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks.
3) LBP Neurogenik
Keadaan neurogenik pada saraf yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah
pada:
a. Neoplasma:
Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik, sensibilitas dan
vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada waktu sedang tidur sehingga
membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang bila penderita berjalan.
b. Araknoiditis:
Pada keadaan ini terjadi perlengketan – perlengketan. Nyeri timbul bila
terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut
c. Stenosis canalis spinalis:
Penyempitan canalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi discus
intervertebralis dan biasanya disertai ligamentum flavum. Gejala klinis
timbulnya gejala claudicatio intermitten disertai rasa kesemutan dan nyeri
tetap ada walaupun penderita istirahat.
4) LBP spondilogenik,yaitu:
Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di columna vertebralis
yang terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan proses patologik di
artikulatio sacro iliaka.
a. LBP osteogenik, sering disebabkan Radang atau infeksi misalnya
osteomielitis vertebral dan spondilitis tuberculosa. Trauma yang dapat
mengakibatkan fraktur maupun spondilolistesis. Keganasan, kongenital
misalnya scoliosis lumbal, nyeri yang timbul disebabkan oleh iritasi dan
peradangan selaput artikulasi posterior satu sisi. Metabolik misalnya
osteoporosis, osteofibrosis, alkaptonuria, hipofosfatemia familial.
b. LBP diskogenik, disebabkan oleh : Spondilosis, disebabkan oleh proses
degenerasi yang progresif pada discus intervertebralis, sehingga jarak antar
vertebra menyempit, menyebabkan timbulnya osteofit, penyempitan canalis
spinalis dan foramen intervertebrale dan iritasi persendian posterior. Rasa
nyeri disebabkan oleh terjadinya osteoarthritis dan tertekannya radiks oleh
kantong duramater yang mengakibatkan iskemi dan radang..
5) LBP psikogenik:
Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau
campuran keduanya. Pada anamnesis akan terungkap bahwa penderita mudah
tersinggung, sulit tidur atau mudah terbangun di malam hari tetapi akan sulit
untuk tidur kembali, kurang tenang atau mudah terburu – buru tanpa alasan yang
jelas, mudah terkejut dengan suara yang cukup lirih, selalu merasa cemas atau
khawatir, dan sebagainya. Untuk dapat melakukan anamnesis ke arah psikogenik
ini, di perlukan kesebaran dan ketekunan, serta sikap serius diseling sedikit
bercanda, dengan tujuan agar penderita secara tidak disadari akan mau
mengungkapkan segala permasalahan yang sedang dihadapi.
6) LBP miogenik dikarenakan oleh:
a. Ketegangan otot:
Sikap tegang yang berulang – ulang pada posisi yang sama akan
memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri
timbul karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang berlebihan
pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan pada kapsula.
b. Spasme otot atau kejang otot:
Disebabkan oleh gerakan yang tiba – tiba dimana jaringan otot sebelumnya
dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang pemanasan. Gejalanya
yaitu adanya kontraksi otot yang disertai dengan nyeri yang hebat. Setiap
gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi.
c. Defisiensi otot, yang dapat disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat
dari mekanisasi yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun
karena imobilisasi. Otot yang hipersensitif dapat menciptakan suatu daerah
yang apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke
daerah tertentu.
E. Patofisiologi
Gejala LBP dapat berasal dari banyak sumber anatomi potensial, seperti
akar saraf, otot, struktur fasia, tulang, sendi, diskus intervertebral (IVD), dan organ di
dalam rongga perut. Selain itu, gejala juga dapat muncul dari proses nyeri neurologis
yang menyimpang yang menyebabkan LBP neuropatik. Selanjutnya, selama evaluasi
klinis, harus dipertimbangkan bahwa LBP juga dapat dipengaruhi oleh faktor
psikologis, seperti stres, depresi, dan / atau kecemasan.
Nyeri dimediasi oleh nosiseptor, neuron sensorik perifer khusus yang
memperingatkan terhadap rangsangan yang berpotensi merusak pada kulit dengan
mentransduksi rangsangan ini menjadi sinyal listrik yang diteruskan ke pusat otak
yang lebih tinggi. Nosiseptor adalah neuron somatosensori primer semu pseudo-
unipolar dengan badan sarafnya yang terletak di ganglion serabut saraf dorsal (DRG).
Bercabang dua, yaitu cabang perifer yang menginervasi kulit dan cabang-cabang
pusat sinaps pada neuron orde kedua di tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang
Neuron orde kedua memproyeksikan ke mesencephalon dan thalamus,
yang pada gilirannya terhubung ke somatosensori dan anterior cingulate cortices
untuk memandu fitur sensoris-diskriminatif dan afektif-kognitif nyeri. Tanduk dorsal
tulang belakang adalah situs utama integrasi informasi somatosensori dan terdiri dari
beberapa populasi interneuron yang membentuk jalur penghambatan dan fasilitasi
yang menurun, mampu memodulasi transmisi sinyal nociceptive
Jika stimulus berbahaya bertahan, proses sensitisasi perifer dan sentral
dapat terjadi, mengubah rasa sakit dari akut ke kronis. Sensitisasi sentral ditandai oleh
peningkatan rangsangan neuron dalam sistem saraf pusat, sehingga input normal
mulai menghasilkan respon abnormal. Ini bertanggung jawab untuk allodynia taktil,
yaitu nyeri yang ditimbulkan oleh penyikatan ringan pada kulit, dan untuk penyebaran
rasa sakit hipersensitivitas di luar area kerusakan jaringan. Sensitisasi sentral terjadi
pada sejumlah gangguan nyeri kronis, seperti gangguan temporomandibular, LBP,
osteoarthritis, fibromyalgia, sakit kepala, dan epicondylalgia lateral.
F. Gambaran Klinis
Gejala klinis berkisar antara 2 minggu sampai dengan 4 tahun. Gejala dengan
onset yang lebih cepat dihubungkan dengan riwayat trauma. Nyeri punggung bawah
(NPB) adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri
lokal, nyeri radikuler atau campuran keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga
terbawah dan lipat bokong bawah yaitu didaerah lumbal atau lumbosakral dan dapat
disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki.
Nyeri lokal disebabkan oleh proses patologis yang menekan atau merangsang
ujung – ujung saraf sensorik. Nyeri lokal sering dikemukakan sebagai rasa nyeri yang
stabil tetapi bisa intermiten dengan variasi yang cukup besar menurut posisi atau
aktivitas pasien. Nyeri dapat bersifat tajam atau tumpul dan sekalipun sering difus,
rasa nyeri ini selalu terasa pas atau di dekat tulang belakang yang sakit.
Nyeri alih terdiri atas dua tipe yang diproyeksikan dari tulang belakang ke
regio yang terletak di dalam daerah dematom lumbal serta sakral bagian atas, dan
diproyeksikan dari visera pelvik dan abdomen ke tulang belakang. Nyeri akibat
penyakit – penyakit di bagian atas vertebra lumbal biasanya dialihkan ke permukaan
anterior paha dan tungkai; nyeri yang berasal dari segmen lumbal bawah dan sakral
akan dialihkan ke regio gluteus paha posterior, betis serta kadang – kadang kaki.
Nyeri jenis ini, meskipun berkualitas dalam, sakit dan agak difus, cenderung pada
beberapa saat untuk di proyeksi ke superfisial. Pada umumnya, nyeri alih memiliki
intensitas yang sejajar dengan nyeri lokal pada punggung.
Nyeri radikuler memiliki beberapa ciri khas nyeri alih tetapi berbeda dalam
hal intensitasnya yang lebih besar, distal, keterbatasan pada daerah radiks saraf dan
faktor – faktor yang mencetuskannya. Penjalaran nyeri hampir selalu berasal dari
posisi sentral di dekat tulang belakang hingga bagian tertentu pada ekstermitas bawah.
Batuk, bersin dan mengejan merupakan manuver pencetus yang khas, tetapi juga
karena meregangkan atau menggerakkan tulang belakang, semua kejadian tersebut
dapat pula meningkatkan intensitas nyeri lokal. Gerakan membungkuk ke depan
dengan lutut diekstensikan atau “gerakan mengangkat lutut dalam keadaan lurus”
akan mencetuskan nyeri radikuler pada penyakit bagian bawah vertebra lumbal yang
terjadi atas dasar regangan, kompresi vena jugularis yang menaikkan tekanan
intraspinal dan dapat menyebabkan suatu pergeseran pada posisi dari atau tekanan
pada radiks, dapat menimbulkan efek serupa. Iritasi radiks saraf lumbal keempat serta
kelima dan sakral pertama yang membentuk nervus iskiadikus, akan menimbulkan
rasa nyeri yang terutama meluas kebawah hingga mengenai permukaan posterior paha
dan permukaan posterior serta lateral tungkai. Secara khas, penjalaran rasa nyeri ini
yang disebut dengan istilah sciatica berhenti di daerah pergelangan kaki dan disertai
dengan perasaan kesemutan atau rasa baal (parastesia) yang menjalar ke bagian yang
lebih distal hingga mengenai kaki. Rasa kesemutan, parastesia, dan rasa baal atau
kelaianan sensoris pada kulit, perih pada kulit, dan nyeri sepanjang saraf tersebut juga
dapat menyertai nyeri skiatika klasik. Dan pada pemeriksaan fisik, hilangnya refleks,
kelemahan, atrofi, tremor fasikuler, dan kadang – kadang edema statis dapat terjadi
jika serabut - serabut motoris radiks anterior terkena.
G. Kriteria Diagnosis
I. ANAMNESIS
Keluhan utama: nyeri di antara sudut iga terbawah dan lipat belakang
bawah.
Onset: akut, kronik, insidious, kronik-progresif.
Kualitas: sifat nyeri (tumpul, seperti tertusuk, terbakar)
Kuantitas: pengaruh nyeri terhadap ADL, frekuensi, durasi,
intensitas/derajat nyeri.
Kronologis: riwayat penyakit sekarang.
Faktor memperberat: saat batuk, mengejan, membungkuk, aktivitas.
Faktor memperingan: istirahat.
Gejala penyerta: kesemutan, rasa baal, gangguan berkemih, gangguan
BAB, disfungsi seksual.
Riwayat penyakit dahulu: keluhan serupa sebelumnya, riwayat trauma.
Riwayat penyakit keluarga: riwayat keganasan dalam keluarga.
Riwayat sosial ekonomi: pekerjaan yang berhubungan dengan keluhan
utama.
H. Diagnosis banding
Nyeri Punggung Bawah menurut Alberta Canada:
- Spondylogenik
- Nyeri neurogenik
- Nyeri punggung bawah vasculogenik
- Nyeri punggung bawah viscerogenik
- Nyeri punggung bawah psikogenik
Menurut American College of Physicians and American Pain Society:
- Nyeri punggung bawah non spesifik
- Nyeri punggung bwah karena gangguan neurologis (stenosis kanal dan
radikulopati)
- Nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh penyakit spinal yang serius
(red flags)
I. Tatalaksana
Kausatif
Terutama kasus NPB dengan tanda bahaya (red flags)
Simptomatik:
Tergantung jenis dan intensitas:
Nyeri inflamasi:
Anti inflamasi (steroid, NSAID sesuai fornas)
Relaksan otot (Esperison Hcl, Diazepam, Tizanidin)
Analgetik opioid lemah (Codein)
Analgetik opioid kuat (Morphine sulfate)
Nyeri neuropatik:
Analgetik adjuvant seperti antikonvulsan (Carbamazepine, Gabapentin,
Okscarbazepine, Fenitoin, Asam Valproat, Pregabalin)
Anti depresant (amitryptiline)
Relaksan otot (Esperison Hcl, Diazepam, Tizanidin)
Analgetik opioid lemah (Codein)
Analgetik opioid kuat (Morphine sulfate)
Nyeri campuran: kombinasi nyeri inflamasi dan neuropatik.
- Injeksi epidural (steroid, lidokain,opioid) pada sindroma radikuler (atas
indikasi).
- Terapi invasif minimal (atas indikasi):
Lumbar facet joint pain: Radiofrekuensi ablasi pada cabang medial rami
dorsales (1B+),injeksi kortikosteroid intra-articular
Sacroiliac jointpain: radiofrekuensi ablasi
Coccygodynia: ganglion impar block, terapi elektrothermal intra-discal
(IDET), Injeksi proloterapi
Rehabilitatif (sesuai diagnosis etiologik):
Fisioterapi, terapi okupasi, social worker, orthose/prothesa
CBT (Cognitive Behavioural Therapy)
Operatif (atas indikasi)
J. Prognosis
Nyeri pinggang akut biasanya 90% sembuh spontan atau membaik dalam waktu 6
minggu. Sisanya berkembang menjadi kronis dan perlu penanganan segera.
DAFTAR PUSTAKA
William W. Campbell. DeJong's The Neurologic Examination. Lippincott Williams &
Wilkins. 2012.
Martin SA, Allan RH. Samuel’s manual of neurologic therapeutic. Lippincott williams
Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Edisi kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2009.
Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. In: Nyeri Neuropatik, patofisiologi
Perdossi, 2001:145-167.