Anda di halaman 1dari 26

CASE BASED DISSCUSION

ILMU KESEHATAN KOMUNITAS

“Chikungunya”

Disusun oleh :

Jeinzen Sulingallo (42170111)

Sella Lukitasari (42170113)

Widyastuti Renaningsih (4217000)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
PUSKESMAS BAMBANGLIPURO
PERIODE 8 OKTOBER 2018 – 3 NOVEMBER 2018
YOGYAKARTA
2018
BAB I

HASIL DAN KAJIAN

A. DATA KLINIS PERORANGAN DAN EVIDENS DASAR


Area upaya puskesmas : Pemeriksaan Klinis dan Pembinaan Keluarga
Judul Kasus : Cikungunya
Anamnesis dan pemeriksaan klinis dilakukan secara bertahap, yaitu tanggal 11
Oktober 2018 di Ruang rawat inap Puskesmas Bambanglipuro, tanggal 15 Oktober
2018 di rumah pasien.

B. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. An
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 4 tahun
Tanggal Lahir : 3 Desember 2014
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Pendidikan : -
Alamat : Mejing RT 01 Mulyodadi, Bambanglipuro
No JKN : 0000191624***
Kunjungan 1 : 11 Oktober 2018
Kunjungan 2 : 15 Oktober 2018

C. IDENTITAS KELUARGA
Nama : Ny.T
Usia : 41 tahun
Tanggal Lahir : 11 April 1977
Pekerjaan : ART
Pendidikan : Tamat SMP

1
D. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Demam
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh demam naik-turun sejak 3 hari SMPK (Sabtu, tanggal 6
Oktober 2018). Demam tidak disertai menggigil. Pada hari Sabtu (6 Oktober
2018), pasien diberikan obat demam dari apotik, demam sempat turun, namun
akhirnya demam naik kembali.
Ketika sudah 3 hari diberi obat dan tidak ada perbaikan, sehingga tanggal 9
Oktober pasien dibawa ke Puskesmas Bambanglipuro. Saat dibawa ke
puskesmas, pasien diperiksa darahnya dan mendapatkan hasil Hb 12,7 (N : 12-
16gr%), Hematokrit 35 (N: 36-43/0, HT 156rb (N: 200-500rb/mmk). Dan AL
3,7rb (N: 4-10 rb/mmk). Dengan hasil pertimbangan lab tersebut, pasien
disarankan untuk di rawat inap di puskesmas. Pasien mengatakan demam
disertai muntah sebanyak 1x dan nyeri pada bagian tangan dan kaki.
Pasien menyangkal adanya nyeri perut, gusi berdarah, mimisan, ruam
kulit dan nyeri kepala.

c. Riwayat penyakit dahulu


 Riwayat Mondok (-)
 Keluhan Demam serupa (-)
 Riwayat Hipertensi (-)
 Riwayat DM (-)
 Riwayat Jantung (-)
 Riwayat Operasi (-)
 Riwayat Asma (-)
 Riwayat Alergi (-)
d. Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat penyakit serupa (-)
 Riwayat HT(-) DM (-)
 Riwayat alergi (-)

2
e. Anamnesa Sistemik
 Sistem neurologis : tidak ada keluhan.
 Sistem kardiovaskular : tidak ada keluhan.
 Sistem respiratorius : tidak ada keluhan.
 Sistem muskuloskeletal : pasien mengatakan nyeri pada daerah
terutama kaki dan tangan
 Sistem gastrointestinal : pasien mengatakan merasa mual
 Sistem urogenital : tidak ada keluhan
 Sistem integumentum : tidak ada keluhan
f. Life style
Pasien adalah seorang anak berumur 4 tahun yang akan masuk PAUD.
Aktivitas sehari-hari pasien berada di rumah. Saat malam pasien istirahat di
rumah bersama ibu. Pasien memiliki pola makan yang baik, seimbang makan
sayur dan buah. Namun saat sakit, nafsu makan pasien menurun dan jumlah
asupan cairan menurun.

A. FAMILY LIFE CYCLE


Pasien tinggal dalam 1 rumah bersama dengan ibu pasien. Jumlah keseluruhan
yang tinggal dirumah adalah 3 orang. Hubungan yang terjalin pasien dengan seluruh
anggota keluarga baik.

3
Keterangan:

: Laki laki

: Perempuan

: perempuan penderita chikungunya

B. FAMILY SCREEN
 Social : Hubungan diantara keluarga terjalin baik. di sekitar rumah pasien sudah
jarang melakukan kerja bakti membersihkan desa. Sehingga tampak di sekitar
rumah pasien banyak sampah yang dapat digunakan unutk sarang nyamuk.
Hubungan keluarga pasien dengan tetangga sekitar terjalin baik. Hal ini terbukti
kemarin saat mondok pasien dijenguk oleh tetangga-tetangga.
 Culture : pasien dan keluarga merupakan orang Jawa. Bapak pasien berasal dari
desa Mulyodadi dan ibu pasien dari Kebumen.
 Religious : pasien dan keluarga menganut agama Islam dan tidak ada kendala
dalam menjalankan ibadah. Pasien masih belajar dalam mengenal agama.
 Education : pasien belum duduk dibangku sekolah, bapak pasien lulusan SMK
dan ibu pasien lulusan SMA.
 Medical: pasien memiliki jaminan kesehatan “Kartu Indonesia Sehat”. Orang tua
pasien juga sudah memiliki jaminan kesehatan tersebut. Jika pasien dan keluarga
sakit, mereka dapat mencari bantuan kesehatan ke unit pelayanan kesehatan
seperti bidan, dokter praktek swasta, puskesmas atau Rumah Sakit.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2018 di Puskesmas
Bambanglipuro
a. Status Generalis
 KU : lemah
 GCS : EVM 4/5/6
 BB : 15kg

4
 TB : 95 cm
 Vital Sign :
o Nadi : 88 kali/menit
o Frekuensi nafas : 20 kali/menit
o Suhu : 39,1 oC

b. Status Lokalis
- Kepala : normochepali, KI (-/-), SI (-/-), sianosis (-), lidah kotor (-),
gusi berdarah (-), otorrhea (-), rhinorea(-) ,tampak
mengeluarkan saliva dari bibir
- Leher : pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
- Thorax :
 Paru :
1. Inspeksi : gerakan dada simetris, retraksi interkosta(-), jejas (-)
2. Palpasi : tidak teraba adanya benjolan , nyeri tekan (-) , fremitus
kanan dan kiri simetris , ketinggalan gerak (-)
3. Perkusi : sonor semua lapang paru
4. Auskultasi : vesikuler(+/+) , ronki (-/-) , wheezing (-/-)
 Jantung :suara jantung S1/S2 normal (reguler) , S3 (-) dan S4(-)
- Abdomen :
 Inspeksi : distensi (-)
 Auskultasi : peristaltik usus (+) normal (9 kali/menit)
 Perkusi : tymphani pada 9 regio abdomen
 Palpasi : abdomen teraba supel, nyeri tekan epigastrik (-),
pembesaran hepar (-), pembesaran limpa (-), turgor kulit normal
- Ekstremitas : akral teraba hangat, nadi cukup kuat, CRT<2 detik,
edema (-) 5 5
- Pemeriksaan kekuatan otot : 5 5
Dextra Sinistra
Atas + +
Bawah +
+

5
BAB II
DATA KUNJUNGAN RUMAH

A. RIWAYAT PERSONAL SOSIAL


 Riwayat pendidikan : Pasien berusia 4 tahun dan belum memasuki bangku
sekolah, pasien berencana akan masuk PAUD untuk tahun ajaran baru
 Riwayat keluarga : pasien merupakan anak dan meruakan 2 bersaudara. Di
rumah, pasien tinggal bersama nenek dan ibunya. Ibunya merupakan seorang
pembantu rumah tangga, sehari-hari bekerja untuk mengantar jemput anak
sekolah. Bapak pasien sudah meninggal, sedangkan kakak pasien sekolah di
bangku SMK. Pasien juga tinggal bersama neneknya dirumah
 Riwayat aktivitas sehari-hari : Pasien sehari-harinya memiliki aktifitas bermain
di rumah. Sehari-hari pasien bermain bersama teman-temannya di lingkungan
rumah. Pagi hari pasien biasanya bermain di rumah bersama neneknya, diselingi
dengan waktu tidur siang. Pada sore hari bermain di halaman rumah, pasien
belum memasuki bangku sekolah dan berencana untuk masuk PAUD pada saat
tahun ajaran baru
 Riwayat ekonomi : Ibu pasien merasa kondisi ekonominya cukup tetapi
cenderung pas-pasan. Penghasilan diperoleh harian, seharinya ibu pasien
menerima upah sebesar Rp.50.000,00. Ayah pasien dulu bekerja di BRTPD
Pundong, namun sudah meninggal sehingga pemasukan hanya dari ibu pasien.
Ibu Pasien mengatakan sumber pemasukan hanya dari upahnya bekerja sebagai
ART, dan tidak tetap. Ibu pasien membiayai kedua anaknya dan neneknya di
rumah.

Profil Keluarga

Umur
Nama Kedudukan L/P Pendidikan Pekerjaan
(Tahun)

Bp. A Bapak L 47 SMK BRTPD

Ny. T Ibu P 44 SMA ART

6
An. S Anak ke I L 16 SMK Pelajar

An. N Anak ke II P 4 - -

A. RIWAYAT RUMAH DAN LINGKUNGAN


Kunjungan rumah dilaksanakan 15 Oktober 2018.
Kunjungan rumah bertujuan untuk :
- Memantau kesehatan pasien setelah perawatan di Puskesmas.
- Anamnesa kondisi kesehatan pasien dan keluarga saat ini dan sebelum sakit.
- Melihat langsung kondisi rumah dan lingkungan sekitar rumah pasien.
- Mencaritahu seberapa jauh pengetahuan pasien dan keluarga mengenai
penyakit Chikungunya.
- Mencari tahu apakah ada penderita Chikungunya yang lain selain pasien
disekitar tempat tinggal pasien.
- Memberi edukasi pada pasien sekeluarga tentang Chikungunya dan
mencegah terjadinya Chikungunya ulang.
1. Keadaan Rumah
1) Letak/lokasi : rumah pasien beralamat di Mejing RT 01, Mulyodadi,
Bambanglipuro.
2) Bentuk rumah : bangunan rumah permanen dengan luas kira-kira
10x10 meter. Bangunan berdiri sejak orang tua pasien dan sudah
direnovasi beberapa kali. Bangunan satu lantai ini terdiri dari 1 ruang
tamu, 2 kamar tidur,1 dapur, 1 sumur dan kamar mandi luar, serta 1
ruang kosong untuk gudang. Lantai rumah sudah dilapisi tegel pada
seluruh ruangan, untuk bagian dapur hanya dilapisi semen. Atap
rumah pasien adalah atap genteng tanpa plafon.
3) Kondisi rumah : rumah tersebut dihuni oleh pasien, ibu pasien dan
nenek pasien. Rumah pasien memiliki 1 pintu utama dan 5 jendela
kaca di ruang tamu yang jarang dibuka namun cahaya matahari masih
dapat masuk. Dibagian atas jendela terdapat ventilasi. Ruang tamu
tampak gelap dan terasa sedikit pengap. Tidak banyak perabotan

7
yang dimiliki pasien, hanya lemari tv, kursi dan meja tamu. Kamar
tidur pertama ditempati oleh pasien dan ibu pasien dan kamar tidur ke
dua ditempati oleh nenek pasien. Di kamar terdapat jendela kaca
yang dibuka dan cukup terang karena cahaya matahari yang masuk.
Kondisi kamar cukup luas dengan satu lemari baju dan tempat tidur
yang tertata rapi dan terlihat baju-baju yang digantung. Dapur pasien
terletak bersebelahan dengan kamar mandi. Pada dapur pasien ada 1
jendela dan terdapat satu pintu menuju pekarangan samping rumah,
satu pintu menuju gudang rumah dan satu pintu menuju depan rumah.
Dapur luas dengan peralatan masak yang tersusun rapi. Ruang
kosong terdapat disebelah kamar tidur dan ruang tamu, digunakan
untuk gudang rumah, dengan satu pintu yang menghadap ke dapur
dan jendela yang tertutup.
4) Kondisi kamar mandi : kamar mandi pasien terletak bersebelahan
dengan sumur dan di dalam rumah bersebelahan dengan dapur.
Kamar mandi dan sumur tertutup dinding bata dan beratapkan
genteng. Kamar mandi terasa lembab dan gelap karena hanya ada 1
jendela yang tidak bisa dibuka. Bak mandi dan sumur terbuat dari
semen yang tidak dicat. Kualitas air mandi dan air sumur tampak
baik, berwarna jernih, tidak berbau atau berasa namun terlihat adanya
jentik nyamuk di bak mandi. Ibu pasien mengaku membersihkan bak
mandi seminggu sekali. WC yang digunakan jenis leher angsa.
Kondisi kamar mandi secara keseluruhan tampak cukup bersih.
5) Sumber air : Sumber air berasal dari sumur yang terletak di luar
rumah. Sumur terletak di samping dapur dan kamar mandi. Sumur
tidak tertutup oleh penutup atau atap. Kualitas air dalam sumur
seperti air pada kamar mandi dan terdapat banyak nyamuk yang
bertebaran di dalam sumur. Tampak 3 buah ember disekitar sumur
yang tengkurap yang biasa digunakan untuk mencuci. Sumur terbuka
digunakan sebagai sumber air untuk mandi dan kegiatan rumah
tangga seperti mencuci dan memasak. Sumur pernah di kuras sekitar
3x dari awal pembuatan hingga sekarang.

8
6) Pembuangan air limbah rumah tangga termasuk septiktank berada di
depan rumah jaraknya kurang lebih hanya 5 meter dari kamar mandi
pasien. Bentuk pembuangan limbah tertanam dan sudah tertutup
semen sehingga limbah rumah tangga tidak menimbulkan bau.
7) Jemuran baju : jemuran baju terdapat di sisi kiri rumah pasien, dekat
sumur dengan disinari cahaya matahari yang cukup.
2. Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah
Lingkungan rumah pasien dikelilingi pekarangan dan dekat dengan
sawah dan kebun. Sisi kiri dan kanan pekarangan rumah ditanami pohon
pisang. Di sisi kiri setelah pohon-pohon, terdapat sebuah sungai dengan
lebar sekitar 3 meter,dan terdapat air yang berwarna kehijauan banyak
sampah dan tidak mengalir. Di depan rumah ada kandang ayam yang cukup
besar dan terdapat banyak pohon pisang. Kondisi kandang kering dan
sedikit bau.

Indikator PHBS di rumah tangga

Jawaban
No. Indikator / Pertanyaan
Ya Tidak

1 Persalinan ditolong oleh Ada Balita Ditolong Nakes


tenaga kesehatan
Tidak ditolong
Nakes

Tidak ada Balita Ya

2 Pemberian Asi eksklusif Ada bayi Eksklusif


pada bayi usia 0 - 6 usia 0- 6
Tidak Eksklusif
bulan bulan

Tak ada bayi usia 0- 6 bulan Ya

3 Menimbang berat badan Ada Ditimbang


balita setiap bulan bayi/b
Tidak ditimbang

9
alita

Tak ada bayi/balita Ya

4 Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat Tidak


kesehatan

5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Ya

6 Menggunakan jamban sehat Ya

7 Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di rumah dan Tidak


lingkungannya

8 Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari Ya

9 Melakukan aktivitas fisik atau olahraga Ya

10 Tidak Merokok Tidak

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

I. Gejala Klinis
Rata-rata masa inkubasi bagi Chikungunya adalah sekitar 2-12 hari tetapi umumnya 3-7
hari.

Gejala yang sering ditimbulkan infeksi virus ini berupa demam mendadak disertai
menggigil selama 2-5 hari. Gejala demam biasanya timbul mendadak secara tiba-tiba
dengan derajat tinggi ( 39-40ºC). Demam kemudian menurun setelah 2-3 hari dan bisa
kambuh kembali 1 hari berikutnya. Demam juga sentiasa berhubungan dengan gejala-
gejala lainnya seperti sakit kepala, mual dan nyeri abdomen.

Nyeri sendi (arthralgia) dan otot(myalgia) bisa muncul pada penderita chikungunya.
Keluhan arthralgia ini ditemukan sekitar 80% pada penderita chikungunya dan biasanya
sendi yang sering dikeluhkan adalah sendi lutut,siku, pergelangan, jari kaki dan tangan
serta tulang belakang. Pada posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut
tertekuk dan berusaha mengurangi dan membatasi gerakan. Gejala ini dapat bertahan
selama beberapa minggu, bulan bahkan ada yang sampai bertahan beberapa tahun
sehingga dapat menyerupai Rheumatoid Artritis. Nyeri otot pula bisa terjadi pada
seluruh otot terutama pada otot penyangga berat badan seperti pada otot bagian leher,
daerah bahu dan anggota gerak.

Pada kebanyakan penderita , gejala peradangan sendi biasanya diikuti dengan adanya
bercak kemerahan makulopapuler yang bersifat non-pruritic. Bercak kemerahan ini
sering ditemukan pada bagian tubuh dan anggota gerak tangan dan kaki. Bercak ini akan
menghilang setelah 7-10 hari dan kemudiannya diikuti dengan deskuamasi.

Gejala-gejala lain yang bisa ditemukan termasuk sakit kepala, pembesaran kelenjar
getah bening di leher dan kolaps pembuluh darah kapiler.

II. Pemeriksaan
Deteksi dini dan diagnosis yang teratur memainkan peran penting dalam mengontrol
infeksi virus ini secara efektif. Pemeriksaan melihat perkembangan IgM melalui

11
enzyme linked immunosorbent asssay (MAC-ELISA) telah menjadi pemeriksaan
serologi yang major karena teknik pemeriksaan ini sangat cepat dan. Teknik
pemeriksaaan lain yang bisa dilakukan untuk mendeteksi dan mengindentifikasi antigen
virus adalah teknik immunofluorescent antibodi secara tidak langsung. Reverse
transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) juga telah dikenal sangat berguna
dalam mendiagnosa virus chikungunya (CHIKV) dengan cepat. Malah RT-PCR juga
merupakan teknik mendeteksi m-RNA yang paling sensitif. Dibandingkan dengan 2
teknik lain yang sering digunakan untuk menkuantifikasi m-RNA level yaitu Northen
blot analysis dan RNase protection assay, RT-PCR dapat digunakan untuk
menkuantifikasi m-RNA level dari jumlah sampel yang kecil. Malah kombinasi RT-
PCR dan nested PCR terbukti efisien untuk deteksi spesifik dan mengenotip CHIKV.

I. Komplikasi
Demam Chikungunya

II. Diagnosis banding


Gejala demam dengan atau tanpa arthralgia adalah gejala yang dimiliki oleh
beberapa penyakit. Demam chikungunya memiliki gejala yang tidak spesifik, gejala
yang dimiliki cukungunya bisa juga karena penyakit infeksius atau penyakit bukan
infeksius. Berikut diagnosis banding dari demam chikungunya:
 Leptospirosis dengan myalgia berat pada otot betis dengan konjungtiva
hemoragik.
 Demam dengue dengan purpura atau pendarahan aktif.
 Malaria dengan demam yang hilang timbul dan terjadi kejang.
 Meningitis dengan demam tinggi, kaku kuduk dan penurunan kesadaran.
 Demam rheumatik

III. TATALAKSANA
Penanganan pada demam chikungunya dibagai menjadi 2 stage yaitu:
a. Acute stage
 Domiciliary (Perawatan di rumah)
Merupakan penenganan pertama pada demam chikungunya.

12
1. Istirahat yang cukup dan hindari lingkungan yang lembab. Panas dapat
meningkatkan / memperburuk nyeri sendi dan karena itu sebaiknya
dihindari selama tahap akut.
2. Melakukan gerakan ringan atau jangan melakukan pekerjaan berat.
3. Kompres dingin dapat membantu mengurangi nyeri sendi.
4. Konsumsi banyak air dengan elektrolit (kurang lebih 2 liter. Jika
memungkinkan pastikan hasil urin diukur lebih dari satu liter dalam 24
jam.
5. Minum obat anti nyeri selama periode demam
Apabila setelah dilakukan semua hal itu dan gejala gejala tidak
berkurang atau memburuk maka harus segera dibawa ke faskes
terdekat.
1. Demam bertahan selama lebih dari lima hari
2. Nyeri yang tidak dapat ditahan
3. Pusing postural, ekstremitas dingin
4. Keluaran urine menurun
5. Pendarahan di bawah kulit atau melalui lubang
6. Tidak henti-hentinya muntah

 Pada tingkat dasar atau titik kontak pertama (tingkat PHC / CHC)
Semua kasus demam harus dilihat oleh petugas medis karena demam
memiliki diagnosis banding seperti demam berdarah, leptospirosis,
malaria dan penyakit lain yang dapat diketahui melalui pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan laboratorium dasar seperti lekosit dan trombosit.
Jumlah leukosit biasanya berada di sisi bawah (di bawah 5000 sel / cm).
Jika memang lebih dari 10 000 per cu mm, kemungkinan leptospirosis
harus dipertimbangkan. Jumlah trombosit yang rendah (di bawah 50
000 per cu. Mm) harus diwaspadai kemungkinan demam berdarah.
Apusan darah perifer harus diperiksa untuk malaria parasit juga dan jika
positif, pengobatan dimulai sesuai pedoman nasional. Pemberian obat
secara simtomatik dilakukan karena demam chikungunya belum ada

13
obatnya dan vaksinnya. Demam chikungunya akan sembuh sendiri
dengan meningkatkan daya tahan tubuh.
b. Chronic stage
Penatalaksanaan masalah osteoartikular yang terlihat pada demam
Chikungunya biasanya hilang dalam satu hingga dua minggu. Dalam sekitar 20%
kasus, mereka menghilang setelah jeda beberapa minggu. Dalam kurang dari 10%
kasus, mereka cenderung bertahan selama berbulan-bulan. Sekitar 10% kasus,
pembengkakan menghilang, rasa sakit reda, tetapi hanya muncul kembali dengan
setiap penyakit demam lainnya selama berbulan-bulan. Tatalaksana masalah
osteoartikular biasa menggunakan steroid. Kecacatan akibat radang sendi demam
Chikungunya dapat dinilai dan dipantau menggunakan salah satu skala standar.
fisioterapi tepat waktu akan membantu pasien dengan kontraktur dan deformitas.
Pembedahan mungkin diindikasikan pada kasus yang parah yang terjadi kontraktur
dan deformitas.

Manifestasi kulit demam Chikungunya hilang setelah fase akut berlebihan


dan jarang membutuhkan perawatan jangka panjang. Namun perburukan lesi
psoriatik dan lesi atopik mungkin memerlukan manajemen khusus oleh spesialis.
Hiperpigmentasi dan erupsi papular dapat dikelola dengan Zinc oxide krim dan /
atau lotion Calamine. Skrotum dan ulkus seperti aphthous pada kulit dan area
intertriginosa dapat dikelola dengan kompres salin, dan antibiotik topikal atau
sistemik jika terinfeksi sekunder.

14
BAB IV
ANALISA KASUS DAN DETERMINAN

 Analisis Determinan

Pada hari Senin (15 Oktober 2018) dilakukan kunjungan ke rumah pasien.
Kunjungan tersebut bermaksud untuk menggali beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan individu terkait infeksi dengue pada pasien dengan
melakukan:

- Memantau kesehatan pasien setelah perawatan di Puskesmas


- Anamnesa kondisi kesehatan pasien dan keluarga saat ini dan sebelum sakit
- Mencaritahu seberapa jauh pengetahuan pasien dan keluarga mengenai
penyakit DBD, Cikungunya, dan Campak
- Melihat langsung kondisi rumah dan lingkungan sekitar rumah pasien.
Anamnesa yang dilakukan yaitu bersifat autoanamnesa dan alloanamnesa
dengan ibu pasien. Pada kunjungan tersebut juga dilakukan pengamatan terhadap
lingkungan rumah pasien.

a. Tingkat pengetahuan terhadapat penyakit Demam Dengue, Cikungunya, dan


Campak
Keluarga pasien belum mengetahui tentang cara pencegahan DBD,
Cikungunya ataupun Campak. Ini terlihat dari cara pasien membersihkan
lingkungan rumahnya. Ibu pasien belum tau bagaimana cara membersihkan
dengan metode 3M plus. Ibu pasien juga tidak tahu bagaimana gejala-gejala
penyakit. Selain itu, di lingkungan rumah juga sudah jarang dilakukan kerja
bakti dan penyuluhan mengenai penyakit seperti DBD, Campak, dan
Cikungunya

15
b. Kondisi Pasien
Kondisi pasien saat dikunjungi sudah tidak mengeluhkan gejala apapun.
Pasien juga sudah aktif beraktifitas.
Status gizi pasien jika diamati dari postur tubuhnya dengan berat badan 15
kg dan tinggi badan 95 cm. Indeks Massa Tubuh pasien termasuk kurang dari
normal.

Dari hasil alloanamnesa dengan ibu pasien, pasien mengonsumsi makanan


seimbang lauk, sayur dan buah. Lauk yang biasa dikonsumsi berupa telur, tahu,
tempe, ikan, dan jarang-jarang daging. Sayur seperti bayam dan sop. Buah
yang sering dikonsumsi yaitu pisang.

Status gizi berpengaruh terhadap imunitas. Apabila status gizi tidak cukup
baik maka akan menurunkan kekebalan tubuh seseorang sehingga menjadi
mudah tertular penyakit atau mempengaruhi tingkat keparahan suatu penyakit.

Pasien sering bermain di lingkungan rumah bersama teman-temannya. Saat


siang hari biasanya pasien tidur siang bersama neneknya. Biasanya pasien dan
teman-temannya sering bermain di dekat sawah, pada malam hari rumah
tempat tinggal pasien juga jarang ditutup pintunya karena sirkulasi udara yang
tidak baik di dalam rumah. Hal inilah yang bisa menambah kemungkinan
penyebab sampai pasien bisa terkena Chikungunya atau penyakit lainnya.

Pasien dan keluarganya juga masih belum menerapkan semua PHBS


keluarga yaitu poin menggunakan air bersih. Hal ini menyebabkan pasien akan
lebih mudah terserang penyakit karena imunitas yang turunakibat penggunaan
air kotor yang dapat menjadi sumber penyakit.

c. Upaya pemberantasan sarang nyamuk


PHBS keluarga yang terkait dengan pencegahan chikungunya atau
penyakit dengan vektor nyamuk lainnya seperti demam berdarah, belum
dilakukan secara maksimal. Ini terlihat dari keadaan di rumah pasien, keluarga
pasien memiliki sumur yang tidak terpakai dan sudah kotor, selain itu terdapat
juga bak mandi di belakang rumah yang tidak terpakai dan tidak pernah
dikuras.

16
d. Faktor Lingkungan
Di dalam rumah pasien terdapat banyak tempat air tergenang yang tidak
ditutup seperti sumur dan bak mandi. Sumur di rumah pasien sduah tidak
pernah dikuras dan terlihat banyak sekali nyamuk. Bak mandi di belakang
rumah pasien juga terlihat kotor dan banyak jenti. Ibu pasien mengaku bahwa
bak mandi tersebut sudah jarang sekali dikuras. Selain itu tempat tinggal pasien
terletak di dekat sawah dan pepohonan depan rumah. Tetangga sebelah rumah
pasien juga mengoleksi banyak rongsokan dan botol bekas tidak terpakai yang
dibiarkan menumpuk di pekarangan rumah. Selain itu di rumah pasien juga
banyak terdapat bekas kandang hewan yang tidak terpakai dan jarang
dibersihkan. Kondisi seperti yang dijelaskan tersebut dapat dijadikan habitat
nyamuk.

Menurut segitiga epidemiologi, faktor host, agent dan environment saling berkaitan.
Tetapi ada beberapa faktor determinan yang tidak dapat dinilai misalnya faktor agent
yaitu virulensi dan jenis virus yang tidak dapat diketahui serta faktor lingkungan,
misalnya suhu udara, kelembaban, curah hujan, iklim yang dapat mempengaruhi
persebaran nyamuk sebagai vektor.

1. STRATEGI PENANGGULANGAN DI KELUARGA


Kegiatan yang dapat dilakukan dalam keluarga yaitu pemberian informasi
kepada keluarga untuk mendapatkan perubahan perilaku positif dalam rangka
pengendalian nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor maupun upaya pengendalian
faktor risiko lainnya. Pemberian informasi juga dapat dijadikan sarana untuk
mengenalkan tentang penyakit Chikungunya, meliputi tanda gejala dan penanganan
awal Chikungunya.

17
Pengendalian nyamuk dapat berupa pengoptimalan kegiatan PSN yang dapat
dilakukan sebagai penanggulanan Demam Chikungunya di keluarga yaitu dengan
3M Plus:

1) Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi /


WC, drum, dan lain-lain seminggu sekali.
2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan,
dan lain-lain.
3) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung
air hujan.
Plusnya adalah tindakan memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk
dengan cara:
a. Abatisasi selektif dilakukan pada bak yang sulit dikuras 1 minggu sekali
b. Ikanisasi yaitu penanaman ikan pemakan jentik
c. Menggunakan alat/bahan untuk mencegah gigitan nyamuk seperti kelambu,
kawat kassa penutup lobang angin rumah dan obat nyamuk
d. PHBS(Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat) tidak membuang sampah
sembarangan terutama yang digunakan untuk berkembang biak nyamuk.
e. Tidak menggantung baju/pakaian
f. Pemanfaatan pekarangan dengan tanaman anti nyamuk.
g. Melakukan fogging atau pengasapan bila dilokasi ditemukan 3 kasus positif
DBD dengan radius 100 m (20 rumah)
Anggota keluarga juga dapat aktif dalam kegiatan pengamatan vektor di
lapangan juga dapat dilakukan sebagai upaya penanggulangan Demam Dengue
dengan cara:

a. Aktif berperan dan berfungsi sebagai Juru Pemantau Jentik (Jumantik)


b. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) setiap 3 bulan sekali
Anggota keluarga dapat aktif dalam Program Upaya Kesehatan Masyarakat di

18
Puskesmas Bambanglipuro yang dilaksanakan di daerah tempat tinggal pasien,
seperti :
1. Penyuluhan
2. Gertak PSN
3. Fogging
4. DB4MK

19
REFLEKSI

Setelah berkunjung ke rumah pasien dan menggali informasi yang berkaitan


dengan penyakit dan melihat kondisi lingkungan tempat tinggal pasien, kami
menemukan hal-hal yang bisa menjadi evaluasi dan pelajaran untuk kami ke depannya.
Pasien merupakan anak berumur 4 tahun, dan belum memasuki bangku sekolah.
Faktor ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan pasien. karena masih berumur 4 tahun,
biasanya anak-anak cenderung tidak terlalu memperhatikan apa yang dipegang, apa
yang dimakan, dan bagaimana menjaga diri dari lingkungan kotor. Pasien biasanya
memegang apapun benda yang ada disekitarnya saat bermain. Selain itu, karena pasien
masih kecil, pasien belum menyadari pentingnya cuci tangan setelah bermain, sebelum
dan setelah makan ataupun setelah buang air kecil. Hal ini dsebabkan karena pasien
belum memasuki bangku sekolah, sehingga pengetahuan tentang kebersihan belum
didapatkan. Pengetahuan kebersihan hanya didapatkan dari orang tua saja.
Orang tua pasien memiliki tingkat pendidikan SMA dan SMK. Tingkat
pendidikan SMA biasanya sudah mendapatkan edukasi tentang menjaga kebersihan.
Namun, orang tua pasien mengaku belum terlalu mengajarkan tentang kebersihan
kepada anaknya karena dinilai belum terlalu mengerti. Padahal kebersihan merupakan
hal penting yang seharusnya ditanamkan sejak dini. Ibu pasien juga kurang sadar akan
kebersihan, hal ini terlihat dari kondisi rumahnya. Ada beberapa kandang hewan yang
tidak terpakai, ada sumur yang tidak pernah dipakai dan sudah menjadi sarang nyamuk,
terlihat juga adanya bak mandi yang penuh dan air dan jentik yang sudah lama tidak
dibersihkan. Selain itu di sisi halaman rumah pasien banyak tanaman-tanaman buah
namun tidak terawat.
Di sisi lain, di lingkungan pasien akhir-akhir ini jarang diadakan kerja bakti dan
penyuluhan kesehatan. Hal ini disebabkan karena kurangnya inisiatif dari kepala dukuh.
Ibu pasien mengaku dulu pak dukuh dan bu dukuh sering mengadakan kerja bakti dan
penyuluhan, namun semenjak bu dukuh meninggal, hal tersebut sudah jarang dilakukan.
Karena hal ini, pengetahuan dan kesadaran akan kebersihan warga menjadi menurun
dan bisa menjadi faktor tingginya angka penyakit di suatu daerah.
Disini bisa diambil pelajaran bahwa pengetahuan seorang (pasien) terhadap
penyakit adalah hal paling penting dalam mencegah morbiditas dan mortalitas suatu

20
penyakit. Sebab dengan membekali masyarakat dengan pengetahuan, akan membantu
mereka membentengi diri agar tidak terkena penyakit/supaya tetap sehat, atau apabila
sudah terlanjur sakit supaya tidak lebih sakit dan menjadi sehat kembali. Pengetahuan
yang perlu dibagi untuk masyarakat mengenai suatu penyakit mencakup : pengertian,
penyebab, tanda-gejala, bagaimana penyakit dapat terjadi, cara penularan, pengobatan,
prognosis, cara mencegah, dan hal-hal apa saja yang patut diwaspadai.
Banyak hal dari kesadaran akan kebersihan yang dinilai kurang, namun
kesadaran pasien akan kesehatan termasuk baik. Ini dapat dilihat dari cara pasien
merespon ketika anak sakit. Saat demam, ibu pasien langsung membelikan obat demam
dari apotik, dan setelah 3 hari tidak membaik, pasien langsung dibawa ke puskesmas.
Selain itu, pasien juga mengonsumsi banyak air putih.

21
LAMPIRAN

22
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai