Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit kusta tersebar diseluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda.


Diantara 122 negara yang endemis pada tahun 1985, 98 negara telah mencapai
eliminasi kusta yaitu prevalensi rate < 1/10.000 penduduk. Pada tahun 1991 World
Health Assembly telah mengeluarkan suatu resolusi yaitu eliminasi kusta tahun 2000.
Pada 1999, insidensi penyakit kusta di dunia diperkirakan 640.000 dan 108 kasus
terjadi di Amerika Serikat. Pada 2000, Word Health Organisation membuat daftar 91
negara yang endemik kusta. 70% kasus dunia terdapat di India, Myanmar, dan Nepal
(Depkes RI, 2005).
Pada tahun 2000 Indonesia menempati urutan ke tiga setelah India dan Brazil
dalam hal penyumbang jumlah penderita kusta di dunia. Walaupun ada penurunan
yang cukup drastis dari jumlah kasus terdaftar, namun sesungguhnya jumlah
penemuan kasus baru tidak berkurang sama sekali. Oleh karena itu, selain angka
prevalensi rate, angka penemuan kasus baru juga merupakan indikator yang harus
diperhatikan (Depkes RI, 2005).
Pada 2002, 763.917 kasus ditemukan di seluruh dunia, dan menurut WHO pada
tahun itu, 90% kasus kusta dunia terdapat di Brasil, Madagaskar, Mozambik,
Tanzania dan Nepal. Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan
menderita kusta. Distribusi penyakit kusta dunia pada 2003 menunjukkan India
sebagai negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan Myanmar
(Depkes RI, 2005).
Di Indonesia, jumlah penderita kusta dengan frekuensi tertinggi di provinsi Jawa
Timur yaitu mencapai 4 per 10.000 penduduk.selanjutnya provinsi Jawa Barat
mencapai 3 per 10.000 penduduk dan provinsi Sulawesi Selatan yaitu 2 per 10.000
penduduk (Depkes RI, 2002).

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Definisi dari kusta ?
2. Bagaimana Klasifikasi dari kusta ?
3. Bagaimana Etiologi dari dari kusta ?
4. Bagaimana Patofisiologi dari kusta ?
5. Bagaimana WOC dari Kusta ?
6. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Kusta ?
7. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik dari Kusta ?
8. Bagiamana Penatalaksanaan dari Kusta ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien Kusta ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui Definisi dari kusta ?
2. Untuk mengetahui Klasifikasi dari kusta ?
3. Untuk mengetahui Etiologi dari dari kusta ?
4. Untuk mengetahui Patofisiologi dari kusta ?
5. Untuk mengetahui WOC dari Kusta ?
6. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari Kusta ?
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostik dari Kusta ?
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Kusta ?
9. Untuk mengetahui Komplikasi dari Kusta ?
10. Untuk mengetahui Pencegahan dari Kusta ?
11. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien Kusta ?

1.4 MANFAAT PENULISAN


A Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat memahami dan mengerti masalah
keperawatan dan menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan kasus
kusta.
B Bagi Keluarga Menambah pengetahuan dan informasi keluarga tentang
penyakit kusta sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesehatan untuk
memantau dan memeriksa dan memelihara kesehatannya.
C Bagi Puskesmas Menjadi bahan informasi bagi wilayah kerja Puskesmas
dalam meningkatkan promosi kesehatan Keluarga mengenai penyakit kusta.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
(mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya
(Kemenkes RI, 2017).
Morbus Hansen adalah penyakit infeksi yang kronis, disebabkan oleh M. leprae
yang obligat intra seluler yang menyerang syaraf perifer, kulit, mukosa traktus
respiratorik bagian Atas kemudian menyerang organ-organ lain kecuali susunan saraf
pusat (Arif, 2000).
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra
yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat
menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial, mata,
otot, tulang, dan testis (Djuanda, 2010 ).
Kusta adalah penykit menular pada umunya mempengaruhi kulit dan saraf
perifer,tetapi mempunyai cakupan manifestasi klinis yang luas ( COC, 2008).

2.2 KLASIFIKASI
Menurut (Kunboyono,2011) dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
1. Pausibacillery (PB) : memiliki tanda yaitu bercak mati rasa 1-5, kerusakan
saraf tepi hanya 1, pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kuman (BTA
negatif).
2. Multibacillery (MB) : memiliki tanda yaitu bercak mati rasa lebih dari 5,
kerusakan saraf tepi lebih dari 1, pemeriksaan laboratorium ditemukan kuman
(BTA positif).
Menurut (WHO,1999) kusta dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Pause Basiler (PB) : I, TT, BT
2. Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL
Perbedaan antara kusta Pause Basiler (PB) dengan Multi Basiler (MB) menurut
WHO.

3
No. Kelainan kulit & Pause Basiler Multiple Basiler
hasil pemeriksaan

1. Bercak (makula) a. 1-5 a. Banyak


a. Jumlah b. Kecil dan besar b. Kecil-kecil
b. Ukuran c. Unilateral atau bilateral c. Bilateral, simetris
c. Distribusi asimetris
d. Kering dan kasar d. Halus, berkilat
d. Konsistensi e. Tegas e. Kurang tegas
e. Batas f. Selalu ada dan jelas f. Biasanya tidak jelas,
f. Kehilangan rasa jika ada terjadi pada
pada bercak g. Bercak tidak yang sudah lanjut
berkeringat, ada bulu g. Bercak masih
g. Kehilangan rontok pada bercak berkeringat, bulu tidak
berkemampuan rontok
berkeringat, berbulu
rontok pada bercak

2. Infiltrat a. Tidak ada a. Ada, kadang-kadang


a. Kulit b. Tidak pernah ada tidak ada
b. Membrana mukosa b. Ada, kadang-kadang
tersumbat perdarahan tidak ada
dihidung.

3. Ciri hidung ”central healing” a. Punched out lessi


penyembuhan ditengah b. Medarosis
c. Ginecomastia
d. Hidung pelana
e. Suara sengau

4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang


5. Penebalan saraf tepi Lebih sering terjadi Terjadi pada yang lanjut
dini, asimetris biasanya lebih dari 1 dan

4
simetris
6. Deformitas cacat Biasanya asimetris Terjadi pada stadium
terjadi dini lanjut

7. Apusan BTA Negatif BTA Positif

2.3 ETIOLOGI
Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Myobacterium leprae yang ditemukan
pada tahun 1874, oleh GA Hansen . Kuman ini berbentuk batang, gram positip,
berukuran 0.34 x 2 mikron dan berkelompok membentuk globus. Kuman
Myohacterium leprae hidup pada sel Schwann dan sistim retikuloendotelial, dengan
masa generasi 1224 hari, dan termasuk kuman yang tidak ganas serta lambat
berkembangnya.
Kuman-kuman kusta berbentuk batang, biasanya berkelompok dan ada yang
tersebar satu-satu dengan ukuran panjang 1-8 mic, lebar 0,2-0,5 mic yang bersifat
tahan asam. Sampai saat ini kuman tersebut belum dapat dibiakkan dalam medium
buatan, dan manusia merupakan satu-satunya sumber penularan. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk membiakkan kuman tersebut yaitu melalui: telapak kaki tikus, tikus
yang diradiasi, armadillo, kultur jaringan syaraf manusia dan pada media buatan.
Diagnosis penyakit lepra melalui usapan sekret hidung dan melalui kerokan kulit
penderita. Kuman yang berada di sekret hidung yang kering, dapat bertahan hidup
sampai 9 hari di luar tubuh, sedangkan di tanah yang lembab dan suhu kamar, kuman
ini dapat bertahan sampai 46 hari (Amiruddin, M.D, 2012).

2.4 PATOFISIOLOGI
Setelah M. leprae masuk ke dalam tubuh, perkembangan penyakit kusta
bergantung pada kerentanan seseorang. Respon tubuh setelah masa tunas dilampaui
tergantung pada derajat sistem imunitas selular (cellular mediated immune) pasien.
Kalau sistem imunitas selular tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkuloid dan
bila rendah, berkembang kearah lepromatosa. M. leprae berpredileksi di daerah-
daerah yang relatif lebih dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang
sedikit.Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi karena respon

5
imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding dengan 8 tingkat reaksi
selular daripada intensitas infeksi. Oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut
sebagai penyakit imunologik (Gustina, 2011)

2.5 WOC

Bakteri M. Leprae

Masuk tubuh

Tubuh bereaksi dan


memheluarkan sel makrofag

System imun rendah

Kegagalan fagosotosi

KUSTA

Gangguan saraf tepi

Peradangan batang saraf

Penebalan saraf tepi

Hilangnya fungsi otot Gannguan kelenjar Mati rasa


minyak dan darah

Kelemahan MK : Gangguan
antihidrosis Fungsi Sensori

MK : Intoleransi
Aktifitas Muncul
epitel/lesi/kulit kering

MK : Gangguan
Sekresi histamin
Integritas Kulit
MK : Gangguan
citra tubuh Respon gatal

6
digaruk

MK : Resiko Infeksi
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Menurut WHO (1995), diagnosis kusta ditegakkan bila terdapat satu dari tanda
kardinal berikut:
1. Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas.
Lesi kulit dapat tunggal atau multipel, biasanya hipopigmentasi tetapi kadang-
kadang lesi kemerahan atau berwarna tembaga. Lesi dapat bervariasi tetapi
umumnya berupa makula, papul, atau nodul. Kehilangan sensibilitas pada lesi
kulit merupakan gambaran khas. Kerusakan saraf terutama saraf tepi,
bermanifestasi sebagai kehilangan sensibilitas kulit dan kelemahan otot.
Penebalan saraf tepi saja tanpa disertai kehilangan sensibilitas dan/atau
kelemahan otot juga merupakan tanda kusta.
2. BTA positif
Pada beberapa kasus ditemukan basil tahan asam dari kerokan jaringan kulit.
Bila ragu-ragu maka dianggap sebagai kasus dicurigai dan diperiksa ulang
setiap 3 bulan sampai ditegakkan diagnosis kusta atau penyakit lain.

Menurut (Gustiana D,2011) Tanda-tanda utama atau Cardinal Sign penyakit kusta,
yaitu:

1. Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa


Kelainan kulit/lesi dapat berbentuk bercak keputih-putihan (hypopigmentasi)
atau kemerah-merahan (erithematous) yang mati rasa (anaesthesi).
2. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf. Gangguan
fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis
perifer). Gangguan fungsi saraf ini bisa berupa :
a Gangguan fungsi sensori seperti mati rasa.
b Gangguan fungsi motoris seperti kelemahan otot (parese) atau
kelumpuhan (paralise).
c Gangguan fungsi otonom seperti kulit kering dan retak-retak.
3. Adanya bakteri tahan asam (BTA) didalam kerokan jaringan kulit (BTA+)

7
Seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta apabila di temukan satu atau
lebih dari tanda-tanda utama diatas. Pada dasarnya sebagian besar penderita
dapat didiagnosis dengan pemeriksaan klinis. Namun demikian pada penderita
yang meragukan dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kulit. Apabila hanya
ditemukan cardinal sign kedua perlu dirujuk kepada wasor atau ahli kusta, jika
masih ragu orang tersebut dianggap sebagai penderita yang dicurigai.

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Pemeriksaan Bakteriologis
Ketentuan pengambilan sediaan adalah sebagai berikut :
a Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif.
b Kulit muka sebaiknya dihindari karena alasan kosmetik kecuali tidak
ditemukan lesi ditempat lain.
c Pemeriksaan ulangan dilakukan pada lesi kulit yang sama dan bila
perlu ditambah dengan lesi kulit yang baru timbul.
d Lokasi pengambilan sediaan apus untuk pemeriksaan mikobakterium
leprae ialah:
 Cuping telinga kiri atau kanan
 Dua sampai empat lesi kulit yang aktif ditempat lain
e Indikasi pengambilan sediaan apus kulit :
 Semua orang yang dicurigai menderita kusta.
 Semua pasien baru yang didiagnosis secara klinis sebagai
pasien kusta.
 Semua pasien kusta yang diduga kambuh (relaps) atau karena
tersangka kuman resisten terhadap obat.
 Semua pasien MB setiap 1 tahun sekali.
f Pemerikaan bakteriologis dilakukan dengan pewarnaan tahan asam,
yaitu ziehl neelsen atau kinyoun gabett.
g Cara menghitung BTA dalam lapangan mikroskop ada 3 metode yaitu
cara zig zag, huruf z, dan setengah atau seperempat lingkaran. Bentuk
kuman yang mungkin ditemukan adalah bentuk utuh (solid), pecah-
pecah (fragmented), granula (granulates), globus dan clumps.

8
2. Indeks Bakteri (IB):
Merupakan ukuran semikuantitatif kepadatan BTA dalam sediaan hapus. IB
digunakan untuk menentukan tipe kusta dan mengevaluasi hasil pengobatan.
Penilaian dilakukan menurut skala logaritma RIDLEY sebagai berikut :

0 : Bila tidak ada BTA dalam 100 lapangan pandang


1 : Bila 1-10 BTA dalam 100 lapangan pandang
2 : Bila 1-10 BTA dalam 10 lapangan pandang
3 : Bila 1-10 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang
4 : Bila 11-100 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang
5 : Bila 101-1000 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang
6 : Bila >1000 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang
3. Indeks Morfologi (IM)
Merupakan persentase BTA bentuk utuh terhadap seluruh BTA. IM digunakan
untuk mengetahui daya penularan kuman, mengevaluasi hasil pengobatan, dan
membantu menentukan resistensi terhadap obat (Fidelis T I ,2010).

2.8 PENATALAKSANAAN
1. Terapi Medik
Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah penyembuhan pasien
kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan
dari pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk
menurunkan insiden penyakit.Program Multi Drug Therapy (MDT) dengan
kombinasi rifampisin, klofazimin, dan dimulai tahun 1981. Program ini
bertujuan untuk mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat,
mengurangi ketidaktaatan pasien, menurunkan angka putus obat, dan
mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan.
Rejimen pengobatan MDT di Indonesia sesuai rekomendasi WHO 1995
sebagai berikut:
A Tipe PB (Pause Basiler)
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa :
a Rifampisin 600mg/bln diminum didepan petugas.
b DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah

9
Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan dan setelah selesai
minum 6 dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih
aktif. Menurut WHO (1995) tidak lagi dinyatakan RFT tetapi
menggunakan istilah Completion Of Treatment Cure dan pasien tidak
lagi dalam pengawasan.
B Tipe MB (Multi Basiler)
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa:
a Rifampisin 600mg/bln diminum didepan petugas.
b Klofazimin 300mg/bln diminum didepan petugas dilanjutkan
dengan klofazimin 50 mg /hari diminum dirumah
c DDS 100 mg/hari diminum dirumah
Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan
sesudah selesai minum 24 dosis dinyatakan RFT meskipun secara
klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri positif. Menurut
WHO (1998) pengobatan MB diberikan untuk 12 dosis yang
diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien langsung dinyatakan RFT.
2. Perawatan Umum
Perawatan pada morbus hansen umumnya untuk mencegah kecacatan.
Terjadinya cacat pada kusta disebabkan oleh kerusakan fungsi saraf tepi, baik
karena kuman kusta maupun karena peradangan sewaktu keadaan reaksi
netral.
A Perawatan mata dengan lagophthalmos
a Penderita memeriksa mata setiap hari apakah ada kemerahan
atau kotoran.
b Penderita harus ingat sering kedip dengan kuat.
c Mata perlu dilindungi dari kekeringan dan debu.
B Perawatan tangan yang mati rasa
a Penderita memeriksa tangannya tiap hari untuk mencari tanda-
tanda luka, melepuh.
b Perlu direndam setiap hari dengan air dingin selama lebih
kurang setengah jam.
c Keadaan basah diolesi minyak
d Kulit yang tebal digosok agar tipis dan halus.
e Jari bengkok diurut agar lurus dan sendi-sendi tidak kaku.

10
f Tangan mati rasa dilindungi dari panas, benda tajam, luka.
C Perawatan kaki yang mati rasa
a Penderita memeriksa kaki tiap hari.
b Kaki direndam dalam air dingin lebih kurang ½ jam.
c Masih basah diolesi minyak
d Kulit yang keras digosok agar tipis dan halus.
e Jari-jari bengkok diurut lurus.
f Kaki mati rasa dilindungi.
D Perawatan luka
a Luka dibersihkan dengan sabun pada waktu direndam.
b Luka dibalut agar bersih
c Bagian luka diistirahatkan dari tekanan
d Bila bengkak, panas, bau bawa ke puskesmas

2.1 KOMPLIKASI
Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kusta akibat
kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis sewaktu terjadi reaksi kusta.
Reaksi kusta atau reaksi lepra adalah suatu episode akut dalam perjalanan kronis
penyakit kusta yang merupakan reaksi kekebalan (respon seluler) atau reaksi antigen-
antibodi (respon humoral) dengan akibat merugikan pasien. Reaksi ini dapat terjadi
pada pasien sebelum mendapat pengobatan, selama pengobatan dan sesudah
pengobatan. Namun sering terjadi pada 6 bulan sampai setahun sesudah mulai
pengobatan (Kumboyono,2011).

2.10 PENCEGAHAN
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan :
a Penyuluhan kesehatan
Pencegahan primer dilakukan pada kelompok orang sehat yang belum
terkena penyakit kusta dan memiliki resiko tertular karena berada
disekitar atau dekat dengan penderita seperti keluarga penderita dan
tetangga penderita, yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang
kusta. Penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan tentang penyakit
kusta adalah proses peningkatan pengetahuan, kemauan dan

11
kemampuan masyarakat yang belum menderita sakit sehingga dapat
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya dari penyakit
kusta. Sasaran penyuluhan penyakit kusta adalah keluarga penderita,
tetangga penderita dan masyarakat (Kemenkes RI, 2010).
b Pemberian imunisasi
Sampai saat ini belum ditemukan upaya pencegahan primer penyakit
kusta seperti pemberian imunisasi (Saisohar,1994). Dari hasil
penelitian di Malawi tahun 1996 didapatkan bahwa pemberian
vaksinasi BCG satu kali dapat memberikan perlindungan terhadap
kusta sebesar 50%, sedangkan pemberian dua kali dapat memberikan
perlindungan terhadap kusta sebanyak 80%, namun demikian
penemuan ini belum menjadi kebijakan program di Indonesia karena
penelitian beberapa negara memberikan hasil berbeda pemberian
vaksinasi BCG tersebut (Kemenkes RI, 2010).

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan :
a Pengobatan pada penderita kusta
Pengobatan pada penderita kusta untuk memutuskan mata rantai
penularan, menyembuhkan penyakit penderita, mencegah terjadinya
cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum
pengobatan. Pemberian Multi drug therapy pada penderita kusta
terutama pada tipe Multibaciler karena tipe tersebut merupakan sumber
kuman menularkan kepada orang lain (Kemenkes RI, 2010).

3. Pencegahan Tersier
a Pencegahan cacat kusta
Pencegahan tersier dilakukan untuk pencegahan cacat kusta pada
penderita. Upaya pencegahan cacat terdiri atas (Kemenkes RI, 2010):
Upaya pencegahan cacat primer meliputi penemuan dini penderita
sebelum cacat, pengobatan secara teratur dan penangan reaksi untuk
mencegah terjadinya kerusakan fungsi saraf.

12
Upaya pencegahan cacat sekunder meliputi perawatan diri sendiri
untuk mencegah luka dan perawatan mata, tangan, atau kaki yang
sudah mengalami gangguan fungsi saraf.

4. Rehabilitasi kusta
Rehabilitasi merupakan proses pemulihan untuk memperoleh fungsi
penyesuaian diri secara maksimal atas usaha untuk mempersiapkan penderita
cacat secara fisik, mental, sosial dan kekaryaan untuk suatu kehidupan yang
penuh sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Tujuan rehabilitasi
adalah penyandang cacat secara umum dapat dikondisikan sehingga
memperoleh kesetaraan, kesempatan dan integrasi sosial dalam masyarakat
yang akhirnya mempunyai kualitas hidup yang lebih baik (Kemenkes RI,
2009). Kegiatan rehabilitasi meliputi :
 Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk
mencegah terjadinya kontraktur.
 Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar
tidak mendapat tekanan yang berlebihan.
 Bedah plastik untuk mengurangi perluasan infeksi.
 Terapi okupsi (kegiatan hidup sehari-hari) dilakukan bila gerakan normal
terbatas pada tangan.
 Konseling dilakukan untuk mengurangi depresi pada penderita cacat.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan komunitas dilakukan di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota
Kediri. Hasil pengkajian keperawatan komunitas tersebut yaitu:

Data Demografi:
1) Jumlah Kepala Keluarga : 5 KK
2) Jumlah Penduduk : 18 orang
3) Jenis Kelamin :
Distribusi jenis kelamin di RT 05/RW 01 Desa Pakelan, Kota Kediri, yaitu
a) Perempuan : 10 orang
b) Laki-laki : 8 orang
4) Agama
Dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk menganut agama Islam.
5) Suku Bangsa
Dapat diketahui bahwa semua penduduk merupakan suku Jawa.

Data Subsistem
1) Lingkungan Fisik
Distribusi status pemilikan rumah di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri,
yaitu:
a) Sewa : 0 KK
b) Numpang : 0 KK
c) Milik Sendiri : 5 KK
Distribusi tipe rumah di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
a) Permanen : 5 KK
b) Semi Permanen : 0 KK
c) Tidak Permanen : 0 KK
Distribusi lantai rumah di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri i, yaitu:
a) Tanah : 0 KK

14
b) Papan : 0 KK
c) Tegel : 4 KK
d) Semen : 1 KK
Distribusi ada tidaknya jendela di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri,
yaitu:
a) Ada : 1 KK
b) Tidak : 4 KK
Distribusi jendela buka setiap hari di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri,
yaitu:
a) Buka : 1 KK
b) Tidak Buka : 0 KK
Distribusi pencahayaan RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
a) Terang : 1 KK
b) Remang-remang : 4 KK
c) Gelap` : 0KK
Distribusi sumber air minum di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri,
yaitu:
a) Masak : 0 KK
b) Mineral : 5 KK
c) Msak dan mineral : 0 KK
Distribusi pembuangan limbah di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri,
yaitu:
a) Resapan : 0 KK
b) Got : 0 KK
c) Sembarangan : 5 KK
2) Politik dan Pemerintahan
Distribusi bentuk warga menyalurkan pendapat terhadap kebijakan setempat di
RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
a) Demonstrasi : 0 KK
b) Musyawarah : 5 KK
c) Lain-lain : 0 KK
3) Komunikasi
Distribusi fasilitas komunikasi yang sering digunakandi RT 05/RW 01 Desa
Pakelan,Kota Kediri, yaitu:

15
a) Radio : 0 KK
b) TV : 5 KK
c) Majalah/Koran : 0 KK
4) Ekonomi
Distribusi pendapatan di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri, yaitu
a) < 2.000.000 : 0 KK
b) 2.000.000 – 3.000.000 : 1 KK
c) > 3.000.000 : 4 KK
Distribusi pekerjaan di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri, yaitu
a) Swasta : 4 orang
b) Wiraswasta : 2 orang
c) PNS : 0 orang
d) Lain-lain : 0 orang
e) Tidak bekerja : 12 orang
5) Keamanan dan Transportasi
Distribusi poskamling di RT 05/RW 01 desa pakelan,kota kediri, yaitu:
a) Ada : 1 RT
b) Tidak ada : 0 RT
Distribusi penggunaan sarana transportasi di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota
Kediri, yaitu:
a) Pribadi : 5 KK
b) Umum : 0 KK
Distribusi alat transportasi yang dimiliki di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota
Kediri, yaitu:
a) Sepeda Motor : 4 KK
b) Sepeda : 0 KK
c) Mobil : 1 KK
d) Lain-lain : 0 KK
6) Rekreasi
Distribusi sarana rekreasi terdekat di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri,
yaitu:
a) Mall : 1 KK
b) Kolam renang/Taman : 3 KK
c) Lain-lain : 1 KK

16
Distribusi akses menuju sarana rekreasi di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota
Kediri, yaitu:
a) Jauh ( > 5 km) : 0 KK
b) Dekat (< 5 km) : 5 KK
Distribusi biaya untuk rekreasi di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri,
yaitu:
a) Terjangkau : 5 KK
b) Tidak terjangkau : 0 KK
7) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Distribusi pemilihan sarana kesehatan di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota
Kediri, yaitu:
a) RS : 0 KK
b) Klinik : 5 KK
c) Puskesmas : 0 KK
d) Lain-lain : 0 KK
8) Pendidikan
Distribusi pendidikan di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri, yaitu
a) Tidak sekolah : 0 orang
b) Tamat TK : 6 orang
c) Tamat SD : 2 orang
d) Tamat SMP : 1 orang
e) Tamat SMA : 6 orang
f) Perguruan Tinggi : 3 orang
Distribusi keberadaan sekolah di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri,
yaitu:
a) TK : 1 buah
b) SD : 1 buah
c) SMP : 0 buah
d) SMA : 0 buah
e) PT : 0 buah

Data Kesehatan
1) Pasangan Usia Subur
Distribusi jumlah PUS di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri, yaitu:

17
a) Ya : 5 KK
b) Tidak : KK
Distribusi jumlah akseptor KB di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri,
yaitu:
a) Ya : 4 KK
b) Tidak : 1 KK
Alasan tidak menjadi akseptor KB di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri,
yaitu:
a) Dilarang suami : 1 KK
b) Agama : 0 KK
c) Tidak tahu : 0 KK
d) Lain-lain : 0 KK
2) Ibu Hamil
Distribusi jumlah ibu hamil di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
a) Ya : 0 KK
b) Tidak : 0 KK
3) Ibu Nifas dan Menyusui
Distribusi jumlah keluarga dengan ibu menyusui di RT 05/RW 01 Desa
Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
a) Ya : 0 KK
b) Tidak : 0 KK
4) Bayi dan Balita
Distribusi jumlah keluarga dengan balita di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota
Kediri, yaitu:
a) Ya : 0 KK
b) Tidak : 0 KK
Distribusi jumlah balita yang mengikuti posyandu di RT 05/RW 01 Desa
Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
a) Ya : 0 balita
b) Tidak : 0 balita
Distribusi alasan balita tidak ke posyandu di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota
Kediri, yaitu:
a) Jauh : 0 balita
b) Tidak ada waktu : 0 balita

18
c) Lain-lain : 0balita
Distribusi jumlah balita yang melakukan imunisasi di RT 05/RW 01 Desa
Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
a) Ya : 0 balita
b) Tidak : 0 balita
Distribusi hasil KMS balita di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
a) Di daerah garis hijau : 0 balita
b) Di atas garis hijau sampai kuning : 0 balita
c) Dibawah garis titik titik : 0 balita
d) Dibawah garis merah : 0 balita
5) Anak Usia Sekolah
Distribusi jumlah keluarga dengan anak usia sekolah di RT 05/RW 01 Desa
Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
a) Ya : 5 KK (7 anak)
b) Tidak : 0 KK
Distribusi kegiatan anak sekolah di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri,
yaitu:
a) Keagamaan : 5 anak
b) Karang Taruna : 1 anak
c) Olahraga : 1 anak
d) Lain-lain : 0 anak
Distribusi anak sekolah yang menderita penyakit di RT 05/RW 01 Desa
Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
a) Ya :0 anak
b) Tidak :6 anak
6) Remaja
Distribusi jumlah keluarga dengan remaja di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota
Kediri, yaitu:
a) Ya : 1 KK (1 remaja)
b) Tidak : 0 KK
Distribusi kegiatan remaja di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
a) Keagamaan :0 remaja
b) Karang Taruna : 0 remaja
c) Olahraga :0 remaja

19
d) Lain-lain : 1 remaja
Distribusi remaja yang menderita penyakit di RT 05/RW 01 Desa
Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
a) Ya : 0 remaja
b) Tidak : 1 remaja
7) Dewasa
Distribusi jumlah keluarga dengan usia dewasa di RT 05/RW 01 Desa
Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
a) Ya : 5 KK (10 orang)
b) Tidak : 0 KK
Distribusi ada tidaknya keluhan penyakit pada dewasa di RT 05/RW 01 Desa
Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
a) Ada : 5 KK(7 orang)
b) Tidak ada : 0 KK

8) Lansia
Distribusi jumlah keluarga dengan lansia di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota
Kediri, yaitu:
a) Ya : 0 KK
b) Tidak : 0 KK
Distribusi ada tidaknya keluhan penyakit pada lansia di RT 05/RW 01 Desa
Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
c) Ada :0 lansia
d) Tidak ada :0 lansia
Distribusi penyakit yang sering dikeluhkan lansia di RT 05/RW 01 Desa
Pakelan,Kota Kediri, yaitu:
a) Asma : 0 KK
b) TBC : 0 KK
c) Hipertensi : 0 KK
d) DM : 0 KK
e) Reumatik : 0 KK
f) Katarak : 0 KK
g) Penyakit Jantung : 0 KK
h) Lain-lain : 0 KK

20
Distribusi keikutsertaan posyandu lansia di RT 05/RW 01 Desa Pakelan,Kota
Kediri, yaitu:
a) Ikut : 0 lansia
b) Tidak ikut : 0 lansia
Dari hasil wawancara di dapatkan bahwa:
1. Lansia tidak tahu tanda hipertensi dan cara pencegahannya.

B. ANALISA DATA DAN PERUMUSAN DIAGNOSA


NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Rendah nya Defisiensi kesehatan
 50%(5 0rang) orang dewasa di RT kesadaran menjaga komunitas pada
05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri kesehatan agregat dewasa di
mengatakan alis dan rambutnya RT 05/RW 01 Desa
rontok dan sering mengalami Pakelan,Kota Kediri
demam.
 80%(8 0rang) orang dewasa di RT
05/RW 01 Desa Pakelan,Kota Kediri
mengatakan tidak mempunyai
jendela di rumah nya
DO:
 70% (7 orang) orang dewasa
mengeluh adanya penyakit yang
menyerang kulit
 50% (5 orang) orang dewasa
menderita penyakit kusta dan
sisanya menderita diare dan juga
rematik
 hanya 10% (1 orang) orang dewasa
yang berobat ke rumah sakit
2. DS: berdekatan dengan Perilaku kesehatan
 60%(4 anak) anak di RT 05/RW 01 agen penyakit cenderung beresiko
Desa Pakelan,Kota Kediri pada agregat anak di
mengatakan sering tidur RT 05/RW 01 Desa

21
bersebelahan dengan orang tua nya Pakelan,Kota Kediri
yang menderita kusta
 70% (5 anak) anak di RT 05/RW 01
Desa Pakelan,Kota Kediri
menggunakan handuk yang sama
dengan orang tua nya
DO:
 100% (7 anak) masih tinggal
serumah dengan orang tua yang
menderita kusta
 70%(5 anak) tidak terbiasa mencuci
tangan

22
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Tujuan Khusus dan Kriteria Hasil
NIC
Keperawatan Umum (NOC)
Defisiensi Setelah Setelah dilakukan tindakan
kesehatan dilakukan keperawatan komunitas diharapkan 1) Pencegahan
komunitas tindakan masyarakat : Primer :
pada agregat keperawatan  Mengerti dan paham untuk Peningkatan
dewasa di RT komunitas mengetahui tanda hipertensi kesadaran kesehatan
05/RW 01 masyarakat  Mengetahui bagaimana cara (5515)
Desa (dewasa) menghindari dan mencegah Definisi : membantu
Pakelan,Kota dapat hipertensi, nyeri sendi, dll individu yang memiliki
Kediri mengetahui  Terjadi peningkatan upaya kemampuan terbatas
berhubungan dan kesehatan masyarakat untuk memperoleh,
dengan memahami mengolah, dan
Rendah nya tentang Dengan indikator : memahami informasi
kesadaran penyakit 1) Pencegahan Primer yang berkaitan dengan
menjaga kusta yang a. 1602 perilaku promosi kesehatan dan penyakit
kesehatan ada dewasa kesehatan Domain : 3 (Perilaku)
di RT Skala outcome: Kelas : S (Pendidikan
05/RW 01 160201 menggunakan perilaku Pasien)
Desa menghindari risiko 1 2 3 4 5 Aktifitas :
Pakelan,Kota 160207 melakukan perilaku 1. Gunakan
Kediri kesehatan secara rutin 1 2 3 4 komunikasi yang
5 sesuai dengan jelas
160209 menggunakan sumber- 2. Gunakan bahasa
sumber financial untuk sederhana
meningkatkan kesehatan 1 2 3 3. Hindai penggunaan
45 akronim/singkatan
160210 menggunakan dan jargon medis
dukungan sosial untuk 4. Berkomunikasi
meningkatkan kesehatan 1 2 3 dengan
45 mempertimbangkan
160213 mendapatkan skrining kesesuaian

23
kesehatan yang budaya,kesesuaian
direkomendasikan 1 2 3 4 5 usia, dan kesesuaian
jenis kelamin
b. 2701 status kesehatan 5. Berikan informasi
komunitas penting secara
Skala outcome: tertulis maupun
270102 prevalensi program lisan pada pasien
peningkatan kesehatan 1 2 3 4 sesuai dengan
5 bahasa utamanya
270107 tingkat partisipasi 6. Berikan pendidikan
dalam program kesehatan kesehatan satu per
komunitas satu atau konseling
270119 angka morbiditas1 2 3 jika memungkinkan
45 7. Pertimbangankan
pengaaman pasien
terkait dengan
sistem perawatan
kesehatan, termasuk
promosi kesehatan,
perlindungan
kesehatan,
pencegahan
penyakit, perawatan
kesehatan, dan
pemeliharaan serta
sistem navigasi
perawatan
kesehatan
8. Sediakan materi
informasi kesehatan
tertulis yang mudah
dipahami (yaitu,
menggunakan

24
kalimat - kalimat
pendek dan kata -
kata yang umum
dengan sedikit suku
kata, menyorot poin
- poin penting,
menggunakan
kalimat aktif,
menggunakan huruf
cetak besar,
menggunakan
desain dan tata letak
yang mudah
dipahami,
mengelompokkan
konten sesuai
segmen,
menekankan
perilaku dan
tindakan yang harus
dilakukan,
menggunakan
gambar atau
diagram untuk
memperjelas dan
mengurangi beban
membaca)
9. Gunakan beberapa
alat komunikasi
(misalnya, kaset
audio, kaset video,
perangkat video
digital, komputer,

25
piktogram, model,
diagram)
10. Evalusi pemahaman
pasien dengan
meminnta pasien
mengulangi
kembali
menggunakan kata -
kata sendiri atau
memperagakan
keterampilan

2) Pencegahan Sekunder 2) Pencegahan


1. 1805 pengetahuan perilaku sekunder
kesehatan  Pendidikan
Skala outcome: kesehatan S (5510)
180518 layanan peningkatan Defnisi :
kesehatan 1 2 3 4 5 mengembangkan dan
180516 teknik skrining sendiri 1 menyediakan instruksi
2345 dan pengalaman belajar
untuk memfasilitasi
2. 1854 pengetahuan diet yang sehat perilaku adaptasi yang
Skala outcome: disengaja yang kondusif
185401 tujuan diet yang bisa bagi kesehatan pada
dicapai 1 2 3 4 5 individu, keluarga,

26
185402 kisaran berat badan kelompok, atau
personal yang optimal 1 2 3 4 5 komunitas
185407 pedoman gizi yang Domain : 3 (Perilaku)
direkomendasikan 1 2 3 4 5 Kelas : S (Pendidikan
185408 makanan sesuai dengan Kesehatan)
pedoman gizi 1 2 3 4 5 Aktifitas :
185422 strategi untuk 1. Targetkan sasaran
meningkatkan kepatuhan diet 1 2 pada kelompok
345 risiko tinggi dan
185424 strategi untuk rentang usia yang
menghindari makanan dengan akan mendapatkan
nilai kalori tinggi dan gizi sedikit manfaat besar dari
12345 pendidikan
kesehatan
3. 1855 pengetahuan gaya hidup 2. Sasar kebutuhan -
sehat kebutuhan yang
Skala outcome: teridentifikasi
185501 kisaran berat badan dalam healthy
personal yang optimal 1 2 3 4 5 people 2010:
185504 strategi untuk Promosi Kesehatan
mempertahankan diet yang sehat Nasional dan
12345 Tujuan Pencegahan
185505 pentingnya air untuk Penyakit, atau
hidrasi yang memadai 1 2 3 4 5 kebutuhan lokal,
185506 porsi buah harian yang negara bagian, dan
direkomendasikan 1 2 3 4 5 kepentingan
185507 porsi sayuran harian yang nasional lainnya.
direkomendasikan 1 2 3 4 5 3. Identifikasi faktor
185519 faktor personal yang internal atau
mempengaruhi perilaku eksternal yang
kesehatan 1 2 3 4 5 dapat meningkatkan
185520 faktor lingkungan yang atau mengurangi
mempengaruhi perilaku motivasi untuk

27
kesehatan 1 2 3 4 5 [ber]perilaku sehat
185527 pentingnya skrining 4. Pertimbangkan
pencegahan 1 2 3 4 5 riwayat individu
dalam konteks
4. 2807 keefektifan skrining personal dan
kesehatan komunitas riwayat sosial
Skala outcome: budaya individu,
280701 identifikasi kondisi yang keluarga dan
berisiko tinggi yang umum di masyarakat
komunitas 1 2 3 4 5 5. Tentukan
280725 tingkat partisipasi pengetahuan
populasi target saat skrining 1 2 3 kesehatan dan gaya
45 hidup perilaku saat
ini pada individu,
keluarga, atau
kelompok sasaran
6. Bantu individu,
keluarga, dan
masyarakat untuk
memperjelas
keyakinan dan nilai
- nilai kesehatan
7. Identifikasi
karakteristik
populasi target yang
mempengaruhi
pemilihan strategi
belajar
8. Prioritaskan
kebutuhan orang
yang belajar dengan
mengidentifikasi
kebutuhan

28
berdasarkan apa
yang disukai klien,
keterampilan
perawat, sumber
yang tersedia, dan
kemungkinan
keberhasilan
pencapaian tujuan
9. Rumuskan tujuan
dalam program
pendidikan
kesehatan [tersebut]
10. Identifikasi sumber
daya (misalnya,
tenaga, ruang,
peralatan, uang, dan
lain - lain) yang
diperlukan untuk
melaksanakan
program
11. Pertimbangkan
kemudahan akses,
hal - hal yang
disukai konsumen,
dan biaya dalam
perencanaan
program
12. Letakkan iklan yang
menarik ditempat
strategis untuk
mendapatkan
perhatian audiens
[yang menjadi]

29
sasaran
13. Hindari penggunaan
tehnik dengan
menakut - nakuti
sebagai strategi
untuk memotivasi
orang agar
mengubah perilaku
kesehatan atau gaya
hidup
14. Tekankan manfaat
kesehatan positif
yang langsung atau
[manfaat] jangka
pendek yang bisa
diterima oleh
perilaku gaya hidup
positif daripada
[menekankan pada]
manfaat pada
jangka panjang atau
efek negatif dari
ketidakpatuhan
15. Kembangkan materi
pendidikan tertulis
yang tersedia dan
sesuai dengan
audiens [yang
menjadi] sasaran
16. Gunakan presentasi
kelompok untuk
memberikan
dukungan dan

30
mengurangi
ancaman bagi
pembelajar yang
mengalami masalah
atau keprihatinan
yang sama, yang
[memang] sesuai
[dengan kebutuhan]
17. Gunakan peer
leaders [pemimpin
kelompok], guru,
dan kelompok
pendukung dalam
mengimplementasik
an program bagi
kelompok yang
kecil
kemungkinannya
untuk mau
mendengarkan
profesional
kesehatan atau
orang dewasa
(misalnya, remaja)
18. Berikan ceramah
untuk
menyampaikan
informasi dalam
jumlah besar,
[pada] saat yang
tepat
19. Berikan diskusi
kelompok dan

31
bermain peran
untuk untuk
mempengaruhi
keyakinan terhadap
kesehatan, sikap,
dan nilai - nilai
20. Lakukan
demonstrasi/demon
strasi ulang,
partisipasi
pembelajaran dan
manipulasi bahan
[pembelajaran]
ketika mengajarkan
keterampilan
psikomotorik
21. Libatkan individu,
keluarga dan
kelompok dalam
perencanaan dan
rencana
implementasi gaya
hidup atau
modifikasi perilaku
kesehatan
22. Gunakan berbagai
strategi dan
intervensi utama
dalam program
pendidikan
23. Rencanakan tindak
lanjut jangka
panjang untuk

32
memperkuat
perilaku kesehatan
atau adaptasi
terhadap gaya hidup
24. Rancang dan
imlementasikan
strategi untuk
mengukur outcome
klien secara berkala
selama dan setelah
berakhirnya
program

 Skrining kesehatan
V (6520)
Definisi : mendeteksi
risiko atau masalah
kesehatan melalui
anamnesis, pemeriksaan
dan prosedur lainnya
Domain : 7
(Komunitas)
Kelas : C (Peningkatan
Kesehatan Komunitas)
Aktifitas :
1. Tentukan populasi
target untuk
[dilakukannya]
pemeriksaan
kesehatan
2. Iklankan layanan

33
skrining kesehatan
untuk meninkatkan
kesadaran
masyarakat
3. Sediakan akses
yang mudah bagi
layanan skrining
(misalkan waktu
dan tempat)
4. Jadwalkan
pertemuan untuk
meningkatkan
efisiensi dan
perawatan
individual
5. Gunakan instrumen
yang valid dan
terpercaya
6. Instruksikan akan
rasionalisasi dan
tujuan pemeriksaan
kesehatan serta
pemantauan diri
7. Dapatkan persejuan
untuk
[dilakukannya]
prosedur skrining
kesehatan, yag
sesuai
8. Berikan privasi dan
kerahasiaan
9. Berikan
kenyamanan selama

34
prosedur skrining
10. Dapatkan riwayat
kesehatan yang
sesuai, termasuk
deskripsi kebiasaan
kesehatan, faktor
resiko, dan obat -
obatan
11. Lakukan pengkajian
fisik yang sesuai
12. Ukur tekanan darah,
tinggi badan, berat
badan, presentase
lemak tubuh,
kolesterol dan kadar
gula darah dan
pemeriksaan urine,
yang sesuai
13. Berikan informasi
pemeriksaan diri
yang tepat selama
skrining
14. Berikan hasil
skrining kepada
pasien
15. Informasikan [pada]
pasien [mengenai]
keterbatasan dan
nilai [dari]
kesalahan pada tes
skrining tertentu

 Manajemen

35
lingkungan
komunitas (6484)
Definisi:
Domain : 7
(Komunitas)
Kelas : ……
Aktifitas:
1. Insiasi skrining
risiko kesehatan
yang berasal dari
lingkungan
2. Monitor status risiko
kesehatan yang
sudah diketahui
3. Berpartisipasi dalam
program di
komunitas untuk
mengatasi risiko
yang sudah
diketahui
4. Berkolaborasi
dengan
mengembangkan
program aksi di
komunitas
5. Dorong lingkungan
untuk berpartisipasi
aktif dalam
keselamatan
komunitas
6. Lakukan progra,
edukasi untuk
kelompok beerisiko

36
3) Pencegahan Tersier 3) Pencegahan
7. 2700 kompetensi komunitas Tersier
Skala outcome:  Pengembangan
270001 tingkt partisipasi kesehatan
dalam kegiatan komunitas 1 2 komunitas (8500)
345
270004 perwakilan dari Definisi : membantu
semua segmen komunitas anggota masyarakat
dalam pemecahan masalah 1 untuk mengidentifikasi
2345 masalah - masalah
270021 kolaborasi antar kesehatan komunitas,
kelompok komunitas untuk memobilisasi sumber
menyelesaikan masalah 1 2 3 daya, dan menetapkan
45 solusi
270012 penggunan strategi Domain:…
manajemen konflik yang Kelas:…
strategis 1 2 3 4 5 Aktifitas :
270019 pencapaian tujuan 1. Mengidetifikasi
komunitas 1 2 3 4 5 bersama komunitas
mengenai masalah,
kekuatan, dan
prioritas kesehatan
8. 1621 Perilaku patuh: diet 2. Berikan
yang sehat kesempatan
Skala outcome: berpartisipasi bagi

37
162101 menyusun target semua segmen
capaian diet 1 2 3 4 5 komunitas
162102 menyeimbangkan 3. Bantu anggota
intake kalori dan kebutuhan komunitas untuk
kalori 1 2 3 4 5 meningkatkan
162105 memilih makanan kesadaran dan
sesuai dengan panduan nutrisi memberikan
yang direkomendasikan 1 2 3 perhatian mengenai
45 masalah - masalah
162106 memilih porsi sesuai kesehatan
dengan panduan nutrisi yang 4. Lakukan dialog
direkomendasikan 1 2 3 4 5 untuk menentukan
masalah - masalah
9. 1622 perilaku patuh: diet kesehatan
yang disarankan komunitas dan
Skala outcome: mengembangkan
162201 berpartisipasi dalam rencana tindakan
menetapkan tujuan diet yang 5. Fasilitasi
bisa dicapai dengan implementasi dan
professional kesehatan 1 2 3 4 revisi dari rencana
5 komunitas
162201 memilih makanan dan 6. Bantu anggota
cairan sesuai dengan diet komunitas terkait
yang disarankan 1 2 3 4 5 dengan
162207 menghindari makanan pengembangan dan
dan minuman yang tidak pengadaan sumber
diperbolehkan dalam diet 1 2 daya
345 7. Tingkatkan jaringan
162214 mengikuti mengenai dukungan
rekomendasi dalam diet 1 2 3 komunitas
45 8. Kembangkan
162216 menyelerasakan diet strategi untuk
dengan keyakinan budaya 1 2 mengelolah konflik

38
345 9. Kembangkan
mekanisme untuk
dapat melibatkan
anggota dalam
kegiatan lokal,
negara bagian, dan
kegiatan nasional
yang berkaitan
dengan masalah -
masalah kesehatan
komunitas.

 Pengembangan
program (8700)
Definisi:
Domain:
Kelas:
Aktifitas:
1. Bantu kelompok
atau masyarakat
dalam
mengidentifikasi
kebutuhan atau
masalah kesehatan
yang signifikan
2. Prioritaskan
kebutuhan kesehatan
terhadap masalah
yang telah
diidentifikasi
3. Bentuk satuan
petugas/satgas,

39
termasuk anggota
masyarakat yang
tepat, untu
memeriksa
kebutuhan prioritas
atau masalah
4. Edukasi anggota
kelompok
perencanaan
mengenai proses
perencanaan yang
sesuai
5. Identifikasi alternatif
pendekatan untuk
mengatasi
kebutuhan atau
masalah
6. Evaluasi alternatif
pendekatan terkait
dengan rincian
biaya, kebutuhan
sumberdaya,
kelayakan dan
kegiatan yang
dibutuhkan
7. Kembangkan tujuan
dan sasaran uhntuk
mengatasi
kebutuhan atau
masalah
8. Jelaskan metode,
kegiatan dan
kerangka waktu

40
untuk dilakukannya
implementasi
9. Identifikasi
sumberdaya dan
kendala
10. Rencanakan evaluasi
program
11. Siapkan peralatan
dan perlengkapan
12. Fasilitasi penerapan
program oleh
kelompok atau
komunitas
13. Pantau kemajuan
program
14. Evaluasi program
terkait relevansi,
efisiensi, dan
efektifitas biaya
Perilaku Setelah 1. Pencegahan primer 1. Pencegahan primer
kesehatan dilakukan Domain IV; Pengetahuan kesehatan Domain 3: Perilaku
cenderung tindakan dan perilaku. Kelas S; Pengetahuan
beresiko pada keperawatan kesehatan Kelas S; Edukasi klien
agregat anak komunitas 1805:Pengetahuan; perilaku sehat 1. Pendidikan kesehatan
di RT 05/RW masyarakat .1832:Pengetahuan; promosi 2. Memfasilitasi
01 Desa (dewasa) kesehatan. pembelajaran
Pakelan,Kota dapat 1854:Pengetahuan; diet sehat 3. Pengajaran kelompok
Kediri mengetahui 1855:Pengetahuan; gaya hidup sehat . 4. Pengajaran
berhubungan dan prosedur/tindakan
dengan memahami Kelas Q;
berdekatan tentang Perilaku sehat
dengan agen pemeliharaan 1600: Kepatuhan perilaku (1600). Domain 7;
penyakit kesehatan di 1621: Kepatuhan perilaku; diet sehat Komunitas Kelas C;

41
RT 05/RW 1602 Perilaku promosi kesehatan . 1. Promosi kesehatan
01 Desa 1603: Pencarian perilaku sehat . komunitas
Pakelan,Kota 1606 Partisipasi dalam pengambilan 2. Pemasaran sosial di
Kediri keputusan perawatan kesehatan. masyarakat

Kelas R; Health Beliefs


1704:Health beliefs; perceived threat
2. Pencegahan sekunder Domain 3; Perilaku
Kelas T; Kontrol resiko dan Kelas O; Terapi perilaku
keamanan Level 3; Intervensi
1. Terapi aktifitas
Level 3: 2. Manajemen perilaku
1902: Kontrol resiko. 3. Modifikasi perilaku
1934: Keamanan dan kesehatan serta
perawatan lingkungan . Domain 4; Keamanan

Domain V;Kesehatan yang dirasakan. Kelas V; Manajemen


resiko
Kelas U;Kesehatan dan Kualitas 1. Manajemen
Hidup lingkungan
2.Manajemen
2008:Status kenyamanan . lingkungan; keamanan
2009:Status kenyamanan; lingkungan Surveilance
Domain 6; Sistem
kesehatan

Kelas Y; Mediasi
terhadap sistem

42
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra
yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat
menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial, mata,
otot, tulang, dan testis (Djuanda, 2010 ).
Kusta adalah penykit menular pada umunya mempengaruhi kulit dan saraf
perifer,tetapi mempunyai cakupan manifestasi klinis yang luas ( COC, 2008).

4.2 SARAN

1. Saran untuk Dosen Pembimbing kami menharapkan dosen pembimbing agar


bisa membimbing kami dalam pembuatan Asuhan Keperawatan Komunitas “
Kusta “ serta tindakan-tindakan yang akan diambil dalam membuat Asuhan
Keperawatan yang bermutu dan bermanfaat bagi Mahasiswa.
2. Saran bagi pembaca Kami mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.Dan
bermanfaat dalam pembuatan Asuhan Keperawatan Komunitas “ Kusta “
kelak.Kami menyadari bahwa makalah Asuhan Keperawatan Komunitas “
Kusta “ini masih belum sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan.

43
PERTANYAAN :

1. Apa komplikasi yang paling sering muncul pada penderita penyakit kusta ?
2. Jelaskan kembali pemeriksaan diagnostik untuk penderita penyakit Kusta ?

JAWABAN :

1. Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kusta akibat kerusakan
fungsi saraf tepi maupun karena neuritis sewaktu terjadi reaksi kusta. Reaksi kusta
atau reaksi lepra adalah suatu episode akut dalam perjalanan kronis penyakit kusta
yang merupakan reaksi kekebalan (respon seluler) atau reaksi antigen-antibodi
(respon humoral) dengan akibat merugikan pasien.
2. Pemeriksaan Bakteriologis
Ketentuan pengambilan sediaan adalah sebagai berikut :
a. Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif.
b. Kulit muka sebaiknya dihindari karena alasan kosmetik kecuali tidak
ditemukan lesi ditempat lain.
c. Pemeriksaan ulangan dilakukan pada lesi kulit yang sama dan bila perlu
ditambah dengan lesi kulit yang baru timbul.
d. Lokasi pengambilan sediaan apus untuk pemeriksaan mikobakterium leprae
ialah:
 Cuping telinga kiri atau kanan
 Dua sampai empat lesi kulit yang aktif ditempat lain

Indeks Bakteri (IB):

Merupakan ukuran semikuantitatif kepadatan BTA dalam sediaan hapus. IB


digunakan untuk menentukan tipe kusta dan mengevaluasi hasil pengobatan.
Penilaian dilakukan menurut skala logaritma RIDLEY sebagai berikut :

0 : Bila tidak ada BTA dalam 100 lapangan pandang


1 : Bila 1-10 BTA dalam 100 lapangan pandang
2 : Bila 1-10 BTA dalam 10 lapangan pandang
3 : Bila 1-10 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang
4 : Bila 11-100 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang
5 : Bila 101-1000 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang

44
6 : Bila >1000 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang
4. Indeks Morfologi (IM)
Merupakan persentase BTA bentuk utuh terhadap seluruh BTA. IM digunakan
untuk mengetahui daya penularan kuman, mengevaluasi hasil pengobatan, dan
membantu menentukan resistensi terhadap obat (Fidelis T I ,2010).

ASUHAN KEPERAWATAN KUSTA :

1. Cindy Nilasari (10216005)


2. Erry Arisma (10216009)
3. Gunawan Sudarmono (10216012)
4. Mariatul Qiptiyah (10216019)
5. Theresia Ayu Juwita (10216032)
6. Vivi Alvionita (10216035)
7. Vivi Putri Yuliantin (10216036)
8. Widy Sebri (10216037)
9. Yoga Adi Pratama (10216039)

45

Anda mungkin juga menyukai

  • Vertigo Gadar Fiks
    Vertigo Gadar Fiks
    Dokumen13 halaman
    Vertigo Gadar Fiks
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen28 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Askep Okedeh
    Askep Okedeh
    Dokumen28 halaman
    Askep Okedeh
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Makalah Askep Abdominal Pain Fiks
    Makalah Askep Abdominal Pain Fiks
    Dokumen28 halaman
    Makalah Askep Abdominal Pain Fiks
    cornelius dedi
    100% (1)
  • ASKEP Komunitas DHF Sudah Revisi Kelompok 4 (Amalia Dimas Heru Laily Murniningty
    ASKEP Komunitas DHF Sudah Revisi Kelompok 4 (Amalia Dimas Heru Laily Murniningty
    Dokumen36 halaman
    ASKEP Komunitas DHF Sudah Revisi Kelompok 4 (Amalia Dimas Heru Laily Murniningty
    Vivi Putri
    Belum ada peringkat
  • Vertigo Gadar Fiks
    Vertigo Gadar Fiks
    Dokumen13 halaman
    Vertigo Gadar Fiks
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Sudah
    Sudah
    Dokumen3 halaman
    Sudah
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen20 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen23 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen1 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen26 halaman
    Tugas
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen2 halaman
    Laporan
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen1 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen1 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen30 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Hiv Print
    Hiv Print
    Dokumen34 halaman
    Hiv Print
    Nanda Putri
    Belum ada peringkat
  • Entrepeneur I II III IV Done
    Entrepeneur I II III IV Done
    Dokumen13 halaman
    Entrepeneur I II III IV Done
    Vivi Putri
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen30 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen24 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Perkemihan 2
    Perkemihan 2
    Dokumen6 halaman
    Perkemihan 2
    Nanda Putri
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen26 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen21 halaman
    Askep
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen25 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen21 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Revisi Paliatif Fiks
    Revisi Paliatif Fiks
    Dokumen24 halaman
    Revisi Paliatif Fiks
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen33 halaman
    Makalah
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen25 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Askep CA Otak
    Askep CA Otak
    Dokumen34 halaman
    Askep CA Otak
    gunawan
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen27 halaman
    Askep
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat