Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer


yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. (Price,
1962:1213) Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap
tahun jumlah penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat
100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk
220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di
Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat
650 anak yang menderita kanker per tahun.

Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah
Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat
455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128
kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor
tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor
tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut.

Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum
terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5
tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap
datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika
tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara
penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan
radikal diikuti kemotherapy.

Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25


tahun ( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini
terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan
anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan
pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui. Melihat jumlah

1
kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan
penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis tentang Osteosarkoma.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi osteosarkoma?
2. Apasaja klasifikasi osteosarkoma?
3. Apa etiologi osteosarkoma?
4. Bagaimana patofisiologi osteosarkoma ?
5. Bagaimana WOC osteosarkoma?
6. Apasaja manifestasi klinis dari osteosarkoma ?
7. Apa saja pemeriksaan fisik dari osteosarkoma?
8. Bagaimana penatalaksanaan osteosarkoma?
9. Bagaimana asuhan keperawatan osteosarkoma?

1.3.Tujuan
1. Mengetahui definisi osteosarkoma
2. Mengetahui klasifikasi osteosarkoma
3. Mengetahui etiologi osteosarkoma
4. Mengetahui patofisiologi osteosarkoma
5. Mengetahui WOC osteosarkoma
6. Mengetahui manifestasi klinis dari osteosarkoma
7. Mengetahui pemeriksaan fisik dari osteosarkoma
8. Mengetahui penatalaksanaan osteosarkoma
9. Mengetahui asuhan keperawatan osteosarkoma

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang


sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut (Price, 1998).

Osteosaarkoma (Sarkoma osteogenik) adalah tumor yang muncul dari mesenkim


pembentuk tulang. (Wong, 2003).

Osteosarkoma (Sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang paling


sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke pare.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak.
Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-
laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih
banyak ditemukan pada anak laki-laki (Smeltzer, 2011).

Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai
kemampuan untuk membentuk osteoid atau tulang yang imatur.

B. Etiologi

Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan
kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi
tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi), (Smeltzer,
2011).

Adapun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain:

1. Trauma
Osteosarkoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadi
injuri. Walupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab

3
utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang
menyebabkan Osteosarkoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi doses
juga diduga merupakan penyebab terjadinya Osteosarkoma ini. Salah satu
contoh adalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti
kista tulang aneurismal, fibrous dysplasia, setelah 3-40 tahun dapat
mengakibatkan Osteosarkoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tubercolosis
mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi Osteosarkoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan Osteosarkoma baru dilakukan
pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan oncogenik virus pada
Osteosarkoma manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan
adanya partikel seperti virus pada sel Osteosarkoma dalam kultur jaringan.
Bahan kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan
besarnya ukuran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya Osteosarkoma
selama masa pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormone sex penting
walaupun belum jelas bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembangan
Osteosarkoma.
5. Keturunan (genetik)

4
WOC
Peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos,
radiasi sinar radio aktif dosis tinggi,keturunan,.

Poliferasi sel tulang secara abnormal

Neoplasma

Osteosarkoma

Pembengkakan lokal Di dalam tulang Dipermukaan tulang Kerusakan struktur


tulang

Tumbuh sampai jaringan Tulang lebih rapuh


Menekan ujung
lunak di sekitar tulang epifisis
syaraf dan tulang rawan sendi
Resiko fraktur

Nyeri Neoplasma tumuh ke


dalam sendi Resiko tinggi cedera

Jaringan lunak di invasi


Gangguan citra tubuh
oleh sel tumor

Pengangkatan organ
Reaksi tulang abnormal

Respon osteolitik &


respon osteobastik

Penimbunan
periosteum di sekitar
lesi

Pertumbuhan tulang
yang abortif/abnormal Pembedahan

Hambatan mobilisasi
Terputusnya jaringan

5
C. Patofisiologi Penyakit

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang local. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif
Tulang ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada
ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor
terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sering
dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau
kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini
memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya: garis
epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang penyebab pastinya tidak diketahui. Ada
bebrapa factor resiko yang dapat menyebabkan Osteosarkoma. Sel berdiferensiasi dengan
pertumbuhan yang abnormal dan cepat pada tulang panjang akan menyebabkan
munculnya neoplasma (Osteosarkoma). Penampakan luar dari Osteosarkoma adalah
bervariasi. Bisa berupa:
1. Osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan lunak diinvasi oleh
tumor.
2. Osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang baru.
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada hasil
oemeriksaan radigrafi menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga.
Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai bentuk keganasan tulang yang
lain, tetapi bersifat khas untuk osteosarkoma. Tumor itu sendiri dapat menghasilkan
pertumbuhan tulang yang bersifat abortif.
Reaksi tulang normal dengan respon osteolitik dapat bermetastase ke paru-patu dan
keadaan ini diketahui ketika pasien pertama kali berobat. Jika belum terjadi penyebaran
ke par-paru maka angka harapan hidup mencapai 60 tetapi jika sudah terjadi penyebaran
ke paru-paru angka mortalitas tinggi. Tumor bisa menyebabkan tulang menjadi lemah.
Patah tulang ditempat tumbuhnya tumor disebut frapturpatologis dan sering kali terjadi

6
setelah gerakan rutin. Dapat juga terjadi pembengkakan, dimana tumor teraba hangat dan
agak memerah.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien dengan Osteosarkoma menurut Smeltzer(2001)
adalah sebagai berikut
1. Nyeri pada ekstermitas yang terkenal
2. Pembengkakan pada atau diatas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
3. Keterbatasan gerak
4. Kehilangan berat badan (Dianggap sebagai temuan yang mengerikan).
5. Masa tulang dapat diraba, nyeri tekan dan tidak bisa di gerakan, dengan peningkatan
suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
6. Kelelahan, anoreksi dan anemia
7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang paling sering adalah
distal femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus
8. Gejala penyakit metastatic meliputi nyeri dada, batuk demam, berat badan menurun
dan malaise.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Radiologi
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan
relative daritumor tulang. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis meliputi foto sinar-x local pada lokasi lesi atau foto survey
seluruh tulang (bone survey) apabila ada gambaran klinis yang mendukung adanya
tumor ganas/metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran tentang:
a. Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis,
atau pada organ-organ tertentu.
b. Apakah tumor bersifat soliter atau multiple
c. Jenis tulang yang terkena
d. Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:
e. Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak
f. Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikan reaksi
pada periosteum, apakah jaringan lunak disekitarnya terinfiltrasi.
7
g. Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.
Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan yaitu:
a. Pemindaian radionuklida
Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti osteoma
b. CT-scan
Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumor
apakah intraoseus atau ekstraoseus.
c. MRI
MRI dapat memberikan informasi tentang apakah tumor berada dalam tulang,
apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan lunak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/penunjang dalam
membantu menegakkan diagnosis tumor.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:
a. Darah
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah, haemogoblin,
fosfatase alkali serum, elektroforesis protein serum, fosfatase asam serum yang
memberikan nilai diagnostic pada tumor ganas tulang.
b. Urine
Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein Bence-Jones.
3. Biopsi
Tujuan pengambilan biopsy adalah memperoleh material yang cukup untuk
pemeriksaan histologist, untuk membantu menetapkan diagnosis serta granding
tumor. Waktu pelaksanaan biopsy sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan radiologi yang di pergunakan pada grading. Apabila pemeriksaan CT-
scan dilakukan setelah biopsy, akan tampak perdarahan pada jaringan lunak yang
memberikan kesan gambaran suatu keganasan jaringan lunak.
Ada dua metode pemeriksaan biopsy yaitu:
a. Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus (fine needle aspiration, FNA)
dengan menggunakan sitodiagnosis, merupakan salah satu biopsy untuk
melakukan diagnosis pada tumor.
b. Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif. Keunggulan
biopsy terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat mengambil
jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan histologist dan pemeriksaan
8
ultramikroskopik, mengurangi kesalahan pengambilan jaringan, dan
mengurangi kecenderungan perbedaan diagnostic tumor jinak dan tumor ganas
(seperti antara enkondroma dan kondrosakroma, osteoblastoma dan
osteosarkoma). Biopsy terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulakan
kesulitan pada prosedur operasi berikutnya, misalnya pada reaksi end-block,

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul, antara lain gangguan produksi anti-bodi, infeksi yang
biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas dan merupakan juga efek
dari kemoterapi, raditerapi, dan steroid yang dapat menyokong terjadinya leucopenia
dan fraktur patologis, gangguan ginjal dan system hematologis, serta hilangnya
anggota esktremitas. Komplikasi lebih lanjut adalah adanya tanda-tanda apatis dan
kelemahan.

G. Penatalaksanaan

Pengobatan bertujuan untuk menghancurkan atau mengangkat jaringan maligna


dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.
Penatalaksanaan yang bisa diberikan :
1. Tindakan medis
a. Pembedahan secara menyeluruh atau amputasi. Amputasi dapat dilakukan
melalui tulang daerah proksimal tumor atau sendi proksimal dari pada tumor.
b. Kemoterapi
Merupakan senyawa kimia untuk membunuh sel kanker. Efektif pada kanker
yang sudah metastase. Dapat merusak sel normal.
Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan
osteosarkoma adalah kemoterapi preoperative (preoperative chemotherapy)
yang disebut juga dengan induction chemotheraphy atau neoadjuvant
chemotheraphy dan kemoterapi postoperative (preoperative chemotherapy)
yang disebut juga dengan adjuvant chemotheraphy.
Kemoterapi preoperative merangsang terjadinya nekrosis pada tumor
primernya, sehingga tumor akan mengecil. Selain itu akan memeberikan
pengobatan secara dini terhadap terjadinya mikro-metastase. Keadaan ini akan
membantu mempermudah melakukan operasi reaksi secara luas dari tumor dan
9
sekaligus masih dapat mempertahankan ekstrimnya. Pemberian kemoterapi
posperatif paling baik dilakukan secepat mungkin sebelum 3 minggu setelah
operasi.
Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk
osteosarkooma adalah : doxorubicin (Andriamycin), cisplatin (Platinol),
ifosfamide (Ifex), mesna(Rheumatrex). Protocol standar yang digunakan adalah
doxorubicin dan cisplatin dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik
sebagai terapi induksi (neoadjuvant) atau terai adjuvant. Kadang-kadang dapat
ditambah dengan ifosfamide. Dengan menggunakan pengobatan multi-agent
ini, dengan dosis yang intensif, terbukti memberikan perbaikan terhadap
survival rate 60-80%.
c. Radiasi
Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis. Apabila
fibrosisini timbul disekitar pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di daerah yang
di persarafinya. Nyeri disini sering disertai parestesia. Kadang-kadang akibat
fibrosis ini terjadi pula lomfedema di daerah distal dari proses fibrosis tersebut.
Misalnya fibrosis dari pleksus lumbosakral akan menghasilkan nyeri disertai
perubahan motorik dan sensorik serta limfedema dikedua tungkai.
d. Analgesik atau tranquiser
Analgesik non narkotik, sedative, psikoterapi serta bila perlu nerkotika.
e. Diet tinggi protein tinggi kalori.
2. Tindakam keperawatan
a) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam
visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian anakgetika).
b) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan
berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke
ahli psikologi atau rohaniawan.
c) Mmberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.
Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.
Pemberian nutrisi parental dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
10
d) Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehtan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi program terapi, dan tekhnik perawatan luka dirumah.

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Ilustrasi Kasus

Pada tanggal 21 April 2018 Tn. B datang ke RS dengan keluhan kurang lebih 3 bulan
mengeluh ada benjolan ditungkai kanannya, terasa panas, nyeri dan bengkak. Klient
mengatakan nyeri pada kakinya dirasakan terus-menerus pada skala 6-7. Klient tampak
menggigit sarung bantal dan sesekali menangis. Tampak massa sebesar bola tenis
ditungkai kanan, kemerahan dan mengkilap.

3.2 Pengkajian

A. Identitas

1. Pasien

Nama : Tn. B

Tempat / Tanggal Lahir : Demak, 12 Januari 1974

Jenis Kelamin :L

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : PNS

Suku / Kebangsaan : Jawa / Indonesia

Alamat : Bantul

Diagnosa Medis : Osteosarkoma

Nomor Reg : 332161

Tanggal Masuk RS : 21 April 2018

12
2. Penanggung Jawab

Nama : Ny. H

Umur : 45 th

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Bantul

Hubungan dengan pasien : Istri

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Pasien

Pasien mengeluh nyeri pada tungkai kanan sudah sejak 3 bulan

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengeluh nyeri pada tungkai kananya sudah 3 bulan dan juga ada benjolan,
terasa panas dan nyeri skala 6. Nyeri bertambah apabila disentuh dan bergesekan
dengan kain.

3. Riwayat Kesehatan Lalu

Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang serupa pada masa lalu, dulu hanya
sakit flu biasa dan pasien mengatakan mempunyai sakit maag. Pasien tidak ada
riwayat asma, DM, hipertensi maupun alergi.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien juga tidak ada yang mempunyai penyakit yang serupa dengan
pasien

C. Pola Kebiasaan

1. Pola Nutrisi

Sebelum sakit :

13
Pasien makan sehari 3 kali pagi siang dan sore. Pasien suka makanan yang berkuah.
Pasien tidak suka makanan asin, suka makanan yang pedas dan ada makanan
pantangan yaitu labu, karenan setiap makan labu pasien merasa mual. Pasien
biasanya minum 1 liter perhari.

Selama sakit :

Pasien makan 3 kali sesuai yang diberikan rumah sakit namun tidak habis 1 porsi.
Selama sakit pasien minum 1200 ml perhari

2. Pola Eliminasi

Sebelum sakit :

Pasien biasanya BAK 6 kali sehari. Untuk BAB biasanya 1 kali sehari pada pagi
hari. Pasien mengatakan tidak pernah minum obat pencahar

Selama sakit :

Pasien mengatakan sehari BAK 10 kali. Tidak ada gangguan dalam BAK. Untuk
BAB pasien mengatakan 6 hari sekali dengan konsistensi keras. Pasien juga
mengatakan bahwa dia mengejan dan nyeri.

3. Pola Istirahat Tidur

Sebelum sakit :

Klient biasanya tidur 7 jam perhari. Klient mengatakan tidak pernah tidur siang.

Selama sakit :

Pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak selama sakit karena nyeri pada
abdomennya.

4. Pola Kebersihan Diri

Sebelum sakit :

Pasien mandi 2kali sehari, keramas setiap 2 hari sekali dan selalu gosok gigi saat
mandi.

Selama sakit :

14
Pasien mengatakan mandi 2kali namun hanya diusap menggunakan waslap, selama
di RS pasien belum keramas namun tidak ada ganngguan pada kulit kepala.

5. Konsep Diri

Peran klient untuk menjadi sosok ibu bagi anak-anaknya

6. Intelektual

Klient mengetahui bahwa dia menderita appedistis, tetapi tidak tahu persis
penyebabnya. Dulunya klient suka makan pedas, tetapi semenjak terkena penyakit
tersebut pasien menghindari makan pedas.

7. Hubungan Interpersonal

Hubungan klient dengan keluarga baik, ditandai dengan suami dan anak-anaknya
yang datang untuk menemani ke rumah sakit.

D. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Compos Metis

2. Status Gizi

a. TB : 158 Cm

b. BB : 67 Kg

c. Antropometri : 26,83

3. Tanda-tanda Vital

a. Tekanan Darah : 140/90 mmHg

b. Suhu : 370 C

c. Nadi : 90x/menit

d. RR : 25x/menit

4. Kepala

15
Rambut warna hitam tidak bercabang, tidak ada kutu, ada ketombe, tidak ada lesi,
tidak ada benjolan

5. Leher

Tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
vena jugolaris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

6. Dada

a. Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan, massa maupun bekas operasi, tidak
ada kelainan saat bernapas

b. Palpasi : Tidak ada benjolan, massa maupun nyeri tekan.

c. Perkusi : Tidak terkaji

d. Auskultasi : Bunyi jantung normal, pernapasan teratur

7. Abdomen

a. Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan sedikit,

b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen

c. Perkusi : Suara timpani

d. Auskultasi : Terdengar bising usus

8. Ekstremitas

Atas : Simetris, tidak ada edema, tidak ada penyakit kulit, kuku panjang-panjang,
tidak ada cacat

Bawah : kekuatan otot berkurang, terbatas dan merasa nyeri. Teraba masa sekitar
tulang

3.2 Analisa Data

No DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : Poliferase tulang Nyeri Akut


secara abnormal

16
 Pasien mengatakan nyeri
pada tungkai kanan
Neoplasma
 P : Nyeri bertamah saat
tungkai tergesek kain
atau semacamnya
Osteosarkoma
 Q : Nyeri seperti linu
 R : Nyeri pada tungkai
kanan atas Pembekakan local
 S:6
 T : Nyeri timbul setiap
saat Menekan Ujung saraf

DO :
Cedera
 Pasien tampak meringis
menahan sakitnya
 Pasien sering merubah
posisi untuk menghindari
nyerinya
 Pasien tampak
memegangi tungkai
 Pasien tampak menggigit
bantal
 Tampak massa sebesar
bola tenis ditungkai
kanan, kemerahan dan
mengkilap.
 TD : 140/90 mmHg
 S : 370 C
 N : 90x/m
 RR : 25x/m

17
2 DS : Poliferase tulang Resiko Cedera
secara abnormal
 Psien mengatakan nyeri
pada tungkainya hingga
tidak bisa berjalan
Neoplasma
 Pasien mengatakan
dalam berjalan
menggunakan alat bant
Osteosarkoma
kruk

DO : Kerusakan struktur
tulang
 Tampak massa sebesar
bola tenis ditungkai
kanan, kemerahan dan Tulang lebih rapuh
mengkilap.
 TD : 140/90 mmHg
 S : 37 0 C Resiko fraktur
 N : 90x/m
 RR : 25x/m

3 DS : Poliferase tulang Intoleransi Aktivitas


secara abnormal
 Pasien mengatakan
merasa lemah
 Pasien mengatakan ngos-
Neoplasma
ngosan setelah
beraktivitas
 Pasien mengatakan
Osteosarkoma
lemas
 Pasien mengatakan tidak
dapat beraktivitas Dipermukaan tulang
dengan normal

18
DO: Tumbuh sampai
jaringan lunak
 Pasien tampak lelah
 Pasien tampak pucat
 Pasien dalam beraktifitas
Tumbuh kedalam
tampak dibantu keluarga
sendi
 Pasien tampak
menggunkan kruk

Jaringan lunak
diinvasi tumor

Reaksi tulang
abnormal

Penimbunan
periosteum disekitar
lesi

Sulit bergerak

3.3 Diagnosa

a. Nyeri Akut b.d Cedera Fisik

b. Resiko Cedera b.d Disfungsi Fisik

c. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan

3.4 Intervensi

19
No. DX TUJUAN INTERVENSI
Dx

1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji karakteristik


berhubungan keperawatan selama 2 x 24 nyeri, skala, sifat
dengan Cedera jam pasien tidak mengalami nyeri, lokasi dan
nyeri dengan kriteria hasil : penyebaran

1. Mampu mengontrol nyeri


2. Melaporkan bahwa nyeri 2. Anjurkan teknik
berkurang relaksasi napas
3. Menyatakan rasa dalam
nyaman setelah nyeri
berkurang
3. Beri posisi yang
Ttv dalam rentang
aman dan nyaman
normal

4. Ukur TTV

5. Kelola pemberian
obat analgesik

2 Resiko Cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan lingkungan


b.d keperawatan selama 2 x 24 yang aman untuk
jam konstipasi pasien pasien
teratasi dengan kriteria hasil
:
2. Identifikasi
1. Klien terbebas dari
kebutuhan
cedera
keamanan pasien,
2. Klien mampu sesuai dengan
menjelaskan kondisi fisik dan
cara/metode untuk fungsi kognitif

20
mencegah injury/cedera pasien dan riwayat
penyakit terdahulu
3. Klien mampu
pasien
menjelaskan factor
resiko dari
lingkungan/perilaku
3. Menghindarkan
personal
lingkungan yang
4. Mampu memodifikasi berbahaya (misalnya
gaya untuk mencegah memindahkan
injury perabotan)

4. Memasang side rail


tempat tidur

5. Menyediakan
tempat tidur yang
nyaman dan bersih

3 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Kolaborasikan


Aktivitas keperawatan selama 3 x 24 dengan tenaga
jam resiko infeksi pasien rehabilitasi medik
menurun dengan kriteria dalam menjalankan
hasil : program terapi yang
tepat
1. Beradaptasi dalam
aktivitas fisik tanpa
2. Banti klien untuk
disertai peningkatan
mengidentifikasi
tekanan darah, nadi dan
aktivitas yang
RR
mampu dilakukan
2. Mampu melakukan
aktivitas sehari-hari 3. Bantu untuk
memilih aktivitas

21
(ADLS) secara mandiri konsisten yang
sesuai dengan
3. Tanda-tanda vital normal
kemampuan fisik,
4. Energi psikomotor psikologi & social

5. Level kelemahan
4. Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan

5. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda ,
krek

5.5 Implementasi
No IMPLEMENTASI TTD
Dx
1 1. Mengkaji karakteristik nyeri, skala, sifat
nyeri, lokasi dan penyebaran
2. Menganjurkan teknik relaksasi napas dalam
3. Memberikan posisi yang aman dan nyaman
4. Mengukur TTV
5. Memberikan obat analgesik

2 1. Menyediakan lingkungan yang aman untuk


pasien

2. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan

22
pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit
terdahulu pasien

3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya


(misalnya memindahkan perabotan)

4. Memasang side rail tempat tidur

5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan


bersih

3 1. Berkolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi


medik dalam menjalankan program terapi
yang tepat
2. Membantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
3. Membantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi & social
4. Membantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
5. Membantu untuk mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda , krek

1.6 Evaluasi
No EVALUASI TTD

1 S:
 Pasien mengatakan nyeri masih tetap di
skala 7
 Pasien mulai dapat mengontrol nyeri

23
 Pasien mengatakan masih sulit berjalan
 Pasien mengatakan merasal lelah ketika
setelah beraktivitas
O:
 Pasien tampak masih meringis menahan
sakit
 Nyeri tekan pasien masih ada
 Benjolan pada tungkai masih ada dan
masih kemerahan
 Dalam melakukann aktivitas pasien
masih dibantu keluarga
 TD : 140/90 mmHg
 S : 370 C
 N : 90x/m
 RR : 25x/m
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan semua intervensi dx 1 dan 3. Untuk
intervensi dx 2 lanjutkan no 3 dan 4

24

Anda mungkin juga menyukai

  • Vertigo Gadar Fiks
    Vertigo Gadar Fiks
    Dokumen13 halaman
    Vertigo Gadar Fiks
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen28 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Askep Okedeh
    Askep Okedeh
    Dokumen28 halaman
    Askep Okedeh
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Makalah Askep Abdominal Pain Fiks
    Makalah Askep Abdominal Pain Fiks
    Dokumen28 halaman
    Makalah Askep Abdominal Pain Fiks
    cornelius dedi
    100% (1)
  • ASKEP Komunitas DHF Sudah Revisi Kelompok 4 (Amalia Dimas Heru Laily Murniningty
    ASKEP Komunitas DHF Sudah Revisi Kelompok 4 (Amalia Dimas Heru Laily Murniningty
    Dokumen36 halaman
    ASKEP Komunitas DHF Sudah Revisi Kelompok 4 (Amalia Dimas Heru Laily Murniningty
    Vivi Putri
    Belum ada peringkat
  • Vertigo Gadar Fiks
    Vertigo Gadar Fiks
    Dokumen13 halaman
    Vertigo Gadar Fiks
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Sudah
    Sudah
    Dokumen3 halaman
    Sudah
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen20 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen23 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen1 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen26 halaman
    Tugas
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen2 halaman
    Laporan
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen1 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen1 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen30 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Hiv Print
    Hiv Print
    Dokumen34 halaman
    Hiv Print
    Nanda Putri
    Belum ada peringkat
  • Entrepeneur I II III IV Done
    Entrepeneur I II III IV Done
    Dokumen13 halaman
    Entrepeneur I II III IV Done
    Vivi Putri
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen30 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen45 halaman
    Askep
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Perkemihan 2
    Perkemihan 2
    Dokumen6 halaman
    Perkemihan 2
    Nanda Putri
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen26 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen21 halaman
    Askep
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen25 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen21 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Revisi Paliatif Fiks
    Revisi Paliatif Fiks
    Dokumen24 halaman
    Revisi Paliatif Fiks
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen33 halaman
    Makalah
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen25 halaman
    Tugas
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat
  • Askep CA Otak
    Askep CA Otak
    Dokumen34 halaman
    Askep CA Otak
    gunawan
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen27 halaman
    Askep
    cornelius dedi
    Belum ada peringkat