PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah
Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat
455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128
kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor
tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor
tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut.
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum
terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5
tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap
datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika
tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara
penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan
radikal diikuti kemotherapy.
1
kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan
penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis tentang Osteosarkoma.
1.3.Tujuan
1. Mengetahui definisi osteosarkoma
2. Mengetahui klasifikasi osteosarkoma
3. Mengetahui etiologi osteosarkoma
4. Mengetahui patofisiologi osteosarkoma
5. Mengetahui WOC osteosarkoma
6. Mengetahui manifestasi klinis dari osteosarkoma
7. Mengetahui pemeriksaan fisik dari osteosarkoma
8. Mengetahui penatalaksanaan osteosarkoma
9. Mengetahui asuhan keperawatan osteosarkoma
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai
kemampuan untuk membentuk osteoid atau tulang yang imatur.
B. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan
kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi
tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi), (Smeltzer,
2011).
1. Trauma
Osteosarkoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadi
injuri. Walupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab
3
utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang
menyebabkan Osteosarkoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi doses
juga diduga merupakan penyebab terjadinya Osteosarkoma ini. Salah satu
contoh adalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti
kista tulang aneurismal, fibrous dysplasia, setelah 3-40 tahun dapat
mengakibatkan Osteosarkoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tubercolosis
mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi Osteosarkoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan Osteosarkoma baru dilakukan
pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan oncogenik virus pada
Osteosarkoma manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan
adanya partikel seperti virus pada sel Osteosarkoma dalam kultur jaringan.
Bahan kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan
besarnya ukuran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya Osteosarkoma
selama masa pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormone sex penting
walaupun belum jelas bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembangan
Osteosarkoma.
5. Keturunan (genetik)
4
WOC
Peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos,
radiasi sinar radio aktif dosis tinggi,keturunan,.
Neoplasma
Osteosarkoma
Pengangkatan organ
Reaksi tulang abnormal
Penimbunan
periosteum di sekitar
lesi
Pertumbuhan tulang
yang abortif/abnormal Pembedahan
Hambatan mobilisasi
Terputusnya jaringan
5
C. Patofisiologi Penyakit
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang local. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif
Tulang ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada
ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor
terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sering
dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau
kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini
memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya: garis
epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang penyebab pastinya tidak diketahui. Ada
bebrapa factor resiko yang dapat menyebabkan Osteosarkoma. Sel berdiferensiasi dengan
pertumbuhan yang abnormal dan cepat pada tulang panjang akan menyebabkan
munculnya neoplasma (Osteosarkoma). Penampakan luar dari Osteosarkoma adalah
bervariasi. Bisa berupa:
1. Osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan lunak diinvasi oleh
tumor.
2. Osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang baru.
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada hasil
oemeriksaan radigrafi menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga.
Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai bentuk keganasan tulang yang
lain, tetapi bersifat khas untuk osteosarkoma. Tumor itu sendiri dapat menghasilkan
pertumbuhan tulang yang bersifat abortif.
Reaksi tulang normal dengan respon osteolitik dapat bermetastase ke paru-patu dan
keadaan ini diketahui ketika pasien pertama kali berobat. Jika belum terjadi penyebaran
ke par-paru maka angka harapan hidup mencapai 60 tetapi jika sudah terjadi penyebaran
ke paru-paru angka mortalitas tinggi. Tumor bisa menyebabkan tulang menjadi lemah.
Patah tulang ditempat tumbuhnya tumor disebut frapturpatologis dan sering kali terjadi
6
setelah gerakan rutin. Dapat juga terjadi pembengkakan, dimana tumor teraba hangat dan
agak memerah.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien dengan Osteosarkoma menurut Smeltzer(2001)
adalah sebagai berikut
1. Nyeri pada ekstermitas yang terkenal
2. Pembengkakan pada atau diatas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
3. Keterbatasan gerak
4. Kehilangan berat badan (Dianggap sebagai temuan yang mengerikan).
5. Masa tulang dapat diraba, nyeri tekan dan tidak bisa di gerakan, dengan peningkatan
suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
6. Kelelahan, anoreksi dan anemia
7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang paling sering adalah
distal femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus
8. Gejala penyakit metastatic meliputi nyeri dada, batuk demam, berat badan menurun
dan malaise.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan
relative daritumor tulang. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis meliputi foto sinar-x local pada lokasi lesi atau foto survey
seluruh tulang (bone survey) apabila ada gambaran klinis yang mendukung adanya
tumor ganas/metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran tentang:
a. Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis,
atau pada organ-organ tertentu.
b. Apakah tumor bersifat soliter atau multiple
c. Jenis tulang yang terkena
d. Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:
e. Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak
f. Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikan reaksi
pada periosteum, apakah jaringan lunak disekitarnya terinfiltrasi.
7
g. Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.
Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan yaitu:
a. Pemindaian radionuklida
Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti osteoma
b. CT-scan
Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumor
apakah intraoseus atau ekstraoseus.
c. MRI
MRI dapat memberikan informasi tentang apakah tumor berada dalam tulang,
apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan lunak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/penunjang dalam
membantu menegakkan diagnosis tumor.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:
a. Darah
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah, haemogoblin,
fosfatase alkali serum, elektroforesis protein serum, fosfatase asam serum yang
memberikan nilai diagnostic pada tumor ganas tulang.
b. Urine
Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein Bence-Jones.
3. Biopsi
Tujuan pengambilan biopsy adalah memperoleh material yang cukup untuk
pemeriksaan histologist, untuk membantu menetapkan diagnosis serta granding
tumor. Waktu pelaksanaan biopsy sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan radiologi yang di pergunakan pada grading. Apabila pemeriksaan CT-
scan dilakukan setelah biopsy, akan tampak perdarahan pada jaringan lunak yang
memberikan kesan gambaran suatu keganasan jaringan lunak.
Ada dua metode pemeriksaan biopsy yaitu:
a. Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus (fine needle aspiration, FNA)
dengan menggunakan sitodiagnosis, merupakan salah satu biopsy untuk
melakukan diagnosis pada tumor.
b. Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif. Keunggulan
biopsy terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat mengambil
jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan histologist dan pemeriksaan
8
ultramikroskopik, mengurangi kesalahan pengambilan jaringan, dan
mengurangi kecenderungan perbedaan diagnostic tumor jinak dan tumor ganas
(seperti antara enkondroma dan kondrosakroma, osteoblastoma dan
osteosarkoma). Biopsy terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulakan
kesulitan pada prosedur operasi berikutnya, misalnya pada reaksi end-block,
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul, antara lain gangguan produksi anti-bodi, infeksi yang
biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas dan merupakan juga efek
dari kemoterapi, raditerapi, dan steroid yang dapat menyokong terjadinya leucopenia
dan fraktur patologis, gangguan ginjal dan system hematologis, serta hilangnya
anggota esktremitas. Komplikasi lebih lanjut adalah adanya tanda-tanda apatis dan
kelemahan.
G. Penatalaksanaan
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pada tanggal 21 April 2018 Tn. B datang ke RS dengan keluhan kurang lebih 3 bulan
mengeluh ada benjolan ditungkai kanannya, terasa panas, nyeri dan bengkak. Klient
mengatakan nyeri pada kakinya dirasakan terus-menerus pada skala 6-7. Klient tampak
menggigit sarung bantal dan sesekali menangis. Tampak massa sebesar bola tenis
ditungkai kanan, kemerahan dan mengkilap.
3.2 Pengkajian
A. Identitas
1. Pasien
Nama : Tn. B
Jenis Kelamin :L
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : PNS
Alamat : Bantul
12
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. H
Umur : 45 th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bantul
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Pasien
Pasien mengeluh nyeri pada tungkai kananya sudah 3 bulan dan juga ada benjolan,
terasa panas dan nyeri skala 6. Nyeri bertambah apabila disentuh dan bergesekan
dengan kain.
Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang serupa pada masa lalu, dulu hanya
sakit flu biasa dan pasien mengatakan mempunyai sakit maag. Pasien tidak ada
riwayat asma, DM, hipertensi maupun alergi.
Keluarga pasien juga tidak ada yang mempunyai penyakit yang serupa dengan
pasien
C. Pola Kebiasaan
1. Pola Nutrisi
Sebelum sakit :
13
Pasien makan sehari 3 kali pagi siang dan sore. Pasien suka makanan yang berkuah.
Pasien tidak suka makanan asin, suka makanan yang pedas dan ada makanan
pantangan yaitu labu, karenan setiap makan labu pasien merasa mual. Pasien
biasanya minum 1 liter perhari.
Selama sakit :
Pasien makan 3 kali sesuai yang diberikan rumah sakit namun tidak habis 1 porsi.
Selama sakit pasien minum 1200 ml perhari
2. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
Pasien biasanya BAK 6 kali sehari. Untuk BAB biasanya 1 kali sehari pada pagi
hari. Pasien mengatakan tidak pernah minum obat pencahar
Selama sakit :
Pasien mengatakan sehari BAK 10 kali. Tidak ada gangguan dalam BAK. Untuk
BAB pasien mengatakan 6 hari sekali dengan konsistensi keras. Pasien juga
mengatakan bahwa dia mengejan dan nyeri.
Sebelum sakit :
Klient biasanya tidur 7 jam perhari. Klient mengatakan tidak pernah tidur siang.
Selama sakit :
Pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak selama sakit karena nyeri pada
abdomennya.
Sebelum sakit :
Pasien mandi 2kali sehari, keramas setiap 2 hari sekali dan selalu gosok gigi saat
mandi.
Selama sakit :
14
Pasien mengatakan mandi 2kali namun hanya diusap menggunakan waslap, selama
di RS pasien belum keramas namun tidak ada ganngguan pada kulit kepala.
5. Konsep Diri
6. Intelektual
Klient mengetahui bahwa dia menderita appedistis, tetapi tidak tahu persis
penyebabnya. Dulunya klient suka makan pedas, tetapi semenjak terkena penyakit
tersebut pasien menghindari makan pedas.
7. Hubungan Interpersonal
Hubungan klient dengan keluarga baik, ditandai dengan suami dan anak-anaknya
yang datang untuk menemani ke rumah sakit.
D. Pemeriksaan Fisik
2. Status Gizi
a. TB : 158 Cm
b. BB : 67 Kg
c. Antropometri : 26,83
3. Tanda-tanda Vital
b. Suhu : 370 C
c. Nadi : 90x/menit
d. RR : 25x/menit
4. Kepala
15
Rambut warna hitam tidak bercabang, tidak ada kutu, ada ketombe, tidak ada lesi,
tidak ada benjolan
5. Leher
Tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
vena jugolaris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
6. Dada
a. Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan, massa maupun bekas operasi, tidak
ada kelainan saat bernapas
7. Abdomen
8. Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak ada edema, tidak ada penyakit kulit, kuku panjang-panjang,
tidak ada cacat
Bawah : kekuatan otot berkurang, terbatas dan merasa nyeri. Teraba masa sekitar
tulang
16
Pasien mengatakan nyeri
pada tungkai kanan
Neoplasma
P : Nyeri bertamah saat
tungkai tergesek kain
atau semacamnya
Osteosarkoma
Q : Nyeri seperti linu
R : Nyeri pada tungkai
kanan atas Pembekakan local
S:6
T : Nyeri timbul setiap
saat Menekan Ujung saraf
DO :
Cedera
Pasien tampak meringis
menahan sakitnya
Pasien sering merubah
posisi untuk menghindari
nyerinya
Pasien tampak
memegangi tungkai
Pasien tampak menggigit
bantal
Tampak massa sebesar
bola tenis ditungkai
kanan, kemerahan dan
mengkilap.
TD : 140/90 mmHg
S : 370 C
N : 90x/m
RR : 25x/m
17
2 DS : Poliferase tulang Resiko Cedera
secara abnormal
Psien mengatakan nyeri
pada tungkainya hingga
tidak bisa berjalan
Neoplasma
Pasien mengatakan
dalam berjalan
menggunakan alat bant
Osteosarkoma
kruk
DO : Kerusakan struktur
tulang
Tampak massa sebesar
bola tenis ditungkai
kanan, kemerahan dan Tulang lebih rapuh
mengkilap.
TD : 140/90 mmHg
S : 37 0 C Resiko fraktur
N : 90x/m
RR : 25x/m
18
DO: Tumbuh sampai
jaringan lunak
Pasien tampak lelah
Pasien tampak pucat
Pasien dalam beraktifitas
Tumbuh kedalam
tampak dibantu keluarga
sendi
Pasien tampak
menggunkan kruk
Jaringan lunak
diinvasi tumor
Reaksi tulang
abnormal
Penimbunan
periosteum disekitar
lesi
Sulit bergerak
3.3 Diagnosa
3.4 Intervensi
19
No. DX TUJUAN INTERVENSI
Dx
4. Ukur TTV
5. Kelola pemberian
obat analgesik
20
mencegah injury/cedera pasien dan riwayat
penyakit terdahulu
3. Klien mampu
pasien
menjelaskan factor
resiko dari
lingkungan/perilaku
3. Menghindarkan
personal
lingkungan yang
4. Mampu memodifikasi berbahaya (misalnya
gaya untuk mencegah memindahkan
injury perabotan)
5. Menyediakan
tempat tidur yang
nyaman dan bersih
21
(ADLS) secara mandiri konsisten yang
sesuai dengan
3. Tanda-tanda vital normal
kemampuan fisik,
4. Energi psikomotor psikologi & social
5. Level kelemahan
4. Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
5. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda ,
krek
5.5 Implementasi
No IMPLEMENTASI TTD
Dx
1 1. Mengkaji karakteristik nyeri, skala, sifat
nyeri, lokasi dan penyebaran
2. Menganjurkan teknik relaksasi napas dalam
3. Memberikan posisi yang aman dan nyaman
4. Mengukur TTV
5. Memberikan obat analgesik
22
pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit
terdahulu pasien
1.6 Evaluasi
No EVALUASI TTD
1 S:
Pasien mengatakan nyeri masih tetap di
skala 7
Pasien mulai dapat mengontrol nyeri
23
Pasien mengatakan masih sulit berjalan
Pasien mengatakan merasal lelah ketika
setelah beraktivitas
O:
Pasien tampak masih meringis menahan
sakit
Nyeri tekan pasien masih ada
Benjolan pada tungkai masih ada dan
masih kemerahan
Dalam melakukann aktivitas pasien
masih dibantu keluarga
TD : 140/90 mmHg
S : 370 C
N : 90x/m
RR : 25x/m
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan semua intervensi dx 1 dan 3. Untuk
intervensi dx 2 lanjutkan no 3 dan 4
24