Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU GADAR

“KASUS GIZI BURUK DI DESA PELIANA KEC TEHORU”


“PADA TGL 7 AGUSTUS 2018”

DISUSUN OLEH :
Rahayu Wulandari Wenno
P07120316 064

POLTEKKES KEMENKES MALUKU


PRODI KEPERAWATAN MASOHI
T.A 2018/2019
Kasus gizi buruk di desa peliana kec tehoru

a. Defenisi

Gizi buruk adalah Keadaan kurang zat gizi tingkat berat yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai
dengan berat badan menurut umur (BB/U) yang berada pada <-3SD tabel baku
WHO-NCHS.Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energi. Tanpa adanya gizi yang adekuat, maka kualitas hidup tidak akan optimal dan
tentunya akan mempenagruhi proses tumbuh kembang.
Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang
disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan
dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi,
atau kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan
gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien
spesifik secara berlebihan ke dalam tubuh.
Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas
nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama.
Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan
infeksi.Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi
dihabiskan dan nutrisi serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari atau tidak memenuhi tanbahan metabolic yang meningkat.

Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan
dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan
masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan
istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP
yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi
badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan
pemeriksaan laboratorium

Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu
ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor

b. pengumpulan data dan informasi secara seksama langsung


di lapangan tempat kejadian

Kasus Gizi buruk di Desa Piliana Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku


Tengah (Malteng) merupakan KLB atau Kejadian Luar Biasa. Hal itu diungkapkan
petugas bagian gizi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Maluku, Selasa (7/8/2018)
siang. Sebelumnya bayi Flafianus Ilelapotoa yang berusia 9 bulan memiliki berat
badan hanya 3 kilogram. Bahkan sejak lahir beratnya sudah tak mencukupi berat
lahir bayi normal. Kondisinya pun memprihatinkan. Martjie Lekatompessy, petugas
Bagian Pengelola Kesehatan Gizi Dinkes Maluku membenarkan hal itu. Kasus yang
terjadi di wilayah kerja Dinkes Kabupaten Malteng ini dipastikan sebagai kejadian
luar biasa. “Satu anak gizi buruk saja itu sudah KLB. Apalagi tiga. Masuk KLB ini,”
tegas Martjie Saat ditemui Terasmaluku.com di Dinkes Provinsi Maluku. Dia
menjelaskan satu kejadian anak alami gizi buruk saja merupakan peristiwa luar
biasa yang perlu mendapat penanganan segera. Pasalnya Kementerian Kesehatan
dan Dinkes Maluku telah menjalankan berbagai program dan pelatihan bagi tenaga
kesehatan (Nakes), kader kesehatan maupun para ibu agar bisa meresponi bila ada
peristiwa Sayangnya, hal itu luput dari pantauan Dinkes Provinsi Maluku maupun
Kabupaten Malteng. Pihaknya baru saja mengetahui perihal kasus gizi buruk di
Desa Piliana saat acara pelantikan tenaga kesehatan gizi di Gedung Wanita,
Senin (6/8/2018). Itupun diperoleh melalui media. Staf Gizi Dinkes itu mengatakan
informasi didapat oleh seorang dokter di RSUD dr. Umarella Tulehu usai
menyaksikan berita gizi buruk di Desa Piliana yang ditayang iNewstv Ambon
kemarin.

Menurutnya selama ini tidak ada informasi yang masuk dari Dinkes Malteng
terkait gizi buruk di Piliana. Padahal pelatihan dan pendampingan bagi tenaga
kesehatan (Nakes) kader kesehatan pun orang tua dalam mengolah makanan
sehat bagi anak sudah diberikan. “Ya memang lamban sekali di sana (Dinkes
Kabupaten Malteng) padahal sudah pernah katong beri tahu mereka untuk tangani bayi
Flafianus itu saat masih gizi kurang,” imbuhnya.

Pada awal Maret lalu Dinkes Provinsi Maluku sempat menyambangi Desa Piliana.
Status bayi Flafianus kala itu termasuk gizi kurang. Sejak lahir beratnya kurang
dan sempat alami penurunan perkembangan. Bahkan mereka juga menemukan
kondisi kakak bayi Flafianus mengalami stunting. Hal tersebut langsung
disampaikan ke Dinkes Kabupaten Malteng untuk segera ditangani agar tidak
berujung pada kasus gizi buruk.

Sayangnya, hingga peristiwa itu dimuat pada dua media local iNewstv
dan Terasmaluku.com, pihak Dinkes Malteng belum pernah menyambangi Desa
Piliana .Saat ini Dinkes Kabupaten Malteng telah membawa bayi gizi buruk ke
Puskesmas Kecamatan Tehoru pada Jumat Agustus 2018. Flafianus Ilelapotoa dan
Welsamina Ilelapotoa sudah dirawat di Puskesmas. Keduanya dipastikan berstatus
gizi buruk dan masuk peristiwa KLB di Maluku.

Kedua bayi telah ditangani dengan prosedur terpadu. Yakni pemberian formula F
75 untuk mengembalikan kondisi bayi stabil kemudian pengobatan dengan formula
F 100 serta suplemen. Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku dr
Meikyal Pontoh enggan berkomentar bahkan terkesan menghindar saat ditanyai
terkait kasus gizi buruk di kantornya, Kawasan Karang Panjang Ambon. (BIR)
C. analisa kasus KLB

Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa
(KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan
perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB tersebut
dengan langkah-langkah yang terprogram dan akurat, sehingga proses
penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat pula. Untuk dapat mewujudkan
respon KLB yang cepat, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup
dari para petugas yang diterjunkan ke lapangan. Kenyataan tersebut mendorong
kebutuhan para petugas di lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan
penanggulangan KLB yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para petugas
mengambil langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB.

Dewasa ini kejadian wabah penyakit sudah merupakan masalah global,


sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan
masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (foodborne disease) dan kejadian
wabah penyakit lainnya terjadi tidak hanya di berbagai negara berkembang dimana
kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga di negara-negara maju. Oleh
karena itu disiplin ilmu epidemiologi berupaya menganalisis sifat dan penyebaran
berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab
timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan
maupun penanggulangannya.

Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu


penyakit di wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang
mengejutkan dan membuat panik masyarakat di wilayah itu. Secara umum kejadian ini
kita sebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), sedangkan yang dimaksud dengan
penyakit adalah semua penyakit menular yang dapat menimbulkan KLB, penyakit yang
disebabkan oleh keracunan makanan dan keracunan lainnya. Penderita atau yang
beresiko penyakit dapat menimbulkan KLB dapat diketahui jika dilakukan pengamatan
yang merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara teratur, teliti dan terus-
menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa/interpretasi, penyajian data dan
pelaporan. Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya tersangka KLB, maka perlu
dilakukan penyelidikan epidemiologis yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengenal sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
dan penyebarluasan KLB tersebut di samping tindakan penanggulangan seperlunya.
Hasil penyelidikan epidemiologis mengarahkan langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam upaya penanggulangan KLB. Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan
penyebaran KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan
pemberantasan penyakitnya. Upaya penanggulangan KLB yang direncanakan dengan
cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait secara terkoordinasi dapat
menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB sehingga tidak berkembang
menjadi suatu wabah .

Anda mungkin juga menyukai