DISUSUN OLEH :
Rahayu Wulandari Wenno
P07120316 064
a. Defenisi
Gizi buruk adalah Keadaan kurang zat gizi tingkat berat yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai
dengan berat badan menurut umur (BB/U) yang berada pada <-3SD tabel baku
WHO-NCHS.Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energi. Tanpa adanya gizi yang adekuat, maka kualitas hidup tidak akan optimal dan
tentunya akan mempenagruhi proses tumbuh kembang.
Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang
disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan
dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi,
atau kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan
gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien
spesifik secara berlebihan ke dalam tubuh.
Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas
nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama.
Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan
infeksi.Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi
dihabiskan dan nutrisi serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari atau tidak memenuhi tanbahan metabolic yang meningkat.
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan
dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan
masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan
istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP
yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi
badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan
pemeriksaan laboratorium
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu
ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor
Menurutnya selama ini tidak ada informasi yang masuk dari Dinkes Malteng
terkait gizi buruk di Piliana. Padahal pelatihan dan pendampingan bagi tenaga
kesehatan (Nakes) kader kesehatan pun orang tua dalam mengolah makanan
sehat bagi anak sudah diberikan. “Ya memang lamban sekali di sana (Dinkes
Kabupaten Malteng) padahal sudah pernah katong beri tahu mereka untuk tangani bayi
Flafianus itu saat masih gizi kurang,” imbuhnya.
Pada awal Maret lalu Dinkes Provinsi Maluku sempat menyambangi Desa Piliana.
Status bayi Flafianus kala itu termasuk gizi kurang. Sejak lahir beratnya kurang
dan sempat alami penurunan perkembangan. Bahkan mereka juga menemukan
kondisi kakak bayi Flafianus mengalami stunting. Hal tersebut langsung
disampaikan ke Dinkes Kabupaten Malteng untuk segera ditangani agar tidak
berujung pada kasus gizi buruk.
Sayangnya, hingga peristiwa itu dimuat pada dua media local iNewstv
dan Terasmaluku.com, pihak Dinkes Malteng belum pernah menyambangi Desa
Piliana .Saat ini Dinkes Kabupaten Malteng telah membawa bayi gizi buruk ke
Puskesmas Kecamatan Tehoru pada Jumat Agustus 2018. Flafianus Ilelapotoa dan
Welsamina Ilelapotoa sudah dirawat di Puskesmas. Keduanya dipastikan berstatus
gizi buruk dan masuk peristiwa KLB di Maluku.
Kedua bayi telah ditangani dengan prosedur terpadu. Yakni pemberian formula F
75 untuk mengembalikan kondisi bayi stabil kemudian pengobatan dengan formula
F 100 serta suplemen. Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku dr
Meikyal Pontoh enggan berkomentar bahkan terkesan menghindar saat ditanyai
terkait kasus gizi buruk di kantornya, Kawasan Karang Panjang Ambon. (BIR)
C. analisa kasus KLB
Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa
(KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan
perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB tersebut
dengan langkah-langkah yang terprogram dan akurat, sehingga proses
penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat pula. Untuk dapat mewujudkan
respon KLB yang cepat, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup
dari para petugas yang diterjunkan ke lapangan. Kenyataan tersebut mendorong
kebutuhan para petugas di lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan
penanggulangan KLB yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para petugas
mengambil langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB.