Disusun Oleh :
Eva Oktavianti
112017011
Pembimbing :
dr. Budi Suanto, Sp.B
Electrical injury atau luka akibat arus listrik adalah kerusakan jaringan tubuh yang
disebabkan oleh arus listrik yang melintasi tubuh. Dapat berupa kulit yang terbakar,
kerusakan organ internal dan jaringan. Mempengaruhi jantung berupa arhythmias, dan
berhentinya pernapasan. Luka elektrik ringan dapat ditimbulkan peralatan dirumah misalnya
menyentuh peralatan yang dialiri arus listrik sering dialami secara kebetulan dalam
rumah. Paparan yang lebih berat sering menimbulkan kematian bahkan di AS sebagai
penyebab 400 kematian dalam setahun.1
Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya bersifat kecelakaan,
dimana jenis arus listrik bolak-balik (AC) lebih sering sebagai penyebab kecelakaan,
sedangkan kecelakaan karena arus listrik searah (DC), lebih jarang dan pada umumnya terjadi
di pabrik-pabrik, seperti pabrik pemurnian logam dan penyepuhan. 2
Manusia lebih sensitif, yaitu sekitar 4-6 kali terhadap arus listrik bolak-balik bila
dibandingkan dengan arus listrik yang searah. Bila seseorang terkena arus listrik bolak-balik
dengan intensitas 80 mA, ia dapat mati akan tetapi dengan arus listrik searah yang
intensitasnya 250 mA tidak akan berakibat kematian. Pada eksperimen manusia yang terkena
arus listrik (AC) dengan intensitas dibawah 25 mA atau arus listrik (DC) sekitar 25 – 80 mA,
tidak akan menimbulkan efek apa-apa. Bila terkena arus listrik (AC) dengan intensitas 25 –
80 mA atau arus listrik (DC) sekitar 80 – 300 mA akan terjadi gangguan keasadaran dan
gangguan denyut jantung (fibrilasi ventrikel). Bila kekuatan arus listrik melebihi 3 ampere,
maka akan terjadi penghentian denyut jantung (cardiac arrest).3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Electric Mark
Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat dimana arus listrik
masuk kedalam tubuh, dengan tegangan listriknya rendah sampai sedang.
Electric mark berbentuk bundar atau oval, dengan bagian yang datar dan rendah ditengah,
yang dikelilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian tengah tersebut biasanya pucat dan kulit
diluar electric mark akan menunjukkan pelebaran pembuluh darah / hiperemis bentuk serta
ukuran electric mark tergantung bentuk dan ukuran benda berarus listrik yang mengenai
tubuh.
Joule Burn
Joule burn atau endogenous burn dapat terjadi bilamana kontak antara tubuh dengan
benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan demikian bagian tengah yang
dangkal dan pucat pada electric mark dapat menjadi hitam hangus terbakar.
Extragenous Burn
Luka akibat arus listrik yang disebut exogenous burn dapat terjadi bila tubuh manusia
terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang memang sudah mengandung
panas; misalnya diatas 330 Volt. Tubuh korban akan hangus terbakar dengan kerusakan yang
sangat berat, yang tidak jarang disertai dengan patahnya tulang-tulang.7
ETIOLOGI
Panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis bahan
kimia dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar.8
Pada luka bakar listrik harus dibedakan :
- Akibat ledakan
- Akibat arus listrik, disini ada luka masuk dan luka keluar yang kecil tetapi dalam.
Aliran listrik akan merangsang jaringan atau organ yang dilalui, misalnya:
- Otot
Otot yang teraliri listrik akan kontraksi : telapak tangan tidak melepaskan kabel,
diafragma akan lumpuh sehingga penderita berhenti bernafas bila berkepanjangan
akan terjadi hipoksia.
- Jantung
Terjadi fibrilasi sampai “cardiac arrest” dan asidosis. Pada resusitasi harus diberi
Bikarbonas Natricus.
- Tulang
Akibat tulang yang dialiri menjadi panas, otot disekitarnya akan ‘terbakar”.
Mioglobin akan keluar melalui urin dan urin berwarna coklat hitam.
PATOGENESIS
Derajat keparahan yang disebabkan oleh luka bakar listrik tergantung kepada
tegangan, arus, jenis arus, aliran arus listrik, lamanya kontak, tahanan pada titik kontak dan
tahanan pada tubuh setiap individu. Luka bakar listrik dikelompokkan menjadi luka bakar
listrik tegangan rendah (<1000 V), luka bakar listrik tegangan tinggi (≥1000 V) dan luka
bakar listrik karena petir yang memiliki tegangan sangat tinggi dengan durasi yang singkat
serta menimbulkan bentuk luka yang khas. Tegangan rendah biasanya menyebabkan luka
bakar pada area yang mengalami kontak langsung dengan sumber listrik tapi tidak
menimbulkan kerusakan yang terlalu dalam pada lapisan kulit dan beresiko terjadinya henti
jantung. Tegangan tinggi berhubungan dengan luka yang lebih dalam dengan kerusakan
jaringan yang lebih dalam, fasciotomi mungkin diperlukan serta terdapat kemungkinan
terjadinya gagal ginjal. 9
Alternating Current (AC) menyebabkan kontraksi otot seperti tetanus, dimana hal ini
mungkin menjauhkan korban dari kontak listrik atau menjadikan mereka tetap menempel
pada sumber listrik (not let go phenomenon). Menciptakan efek yang menjadi semakin parah
seiring dengan berjalannya waktu. Fenomena ini muncul karena kedua otot fleksor dan
ekstensor pada lengan atas dirangsang oleh aliran listrik.
Luka bakar memiliki potensi untuk 3 komponen berbeda yaitu: luka bakar listrik asli
disebabkan oleh arus listrik, luka lengkung yang berasal dari arus listrik dan luka bakar
karena api. Lengkung listrik pada suhu lebih dari 40000 C menimbulkan cedera tipe flash,
paling sering terlihat pada tukang listrik yang bekerja dengan alat-alat yang terbuat dari
bahan metal dan sangat dekat dengan sumber listrik. Korban akan terlempar akibat energi
yang sangat besar dan mengalami ruptur gendang telinga dan kontusio organ dalam. Luka
bakar listrik muncul tanpa arus listrik langsung yang mengenai korban dapat ditangani dan
dikelompokkan pada luka bakar biasa.
Resistensi jaringan dari yang paling rendah ke yang paling tinggi yaitu saraf,
pembuluh darah, otot, kulit, tendon, lemak dan tulang. Secara teori jaringan yang memiliki
resistensi tertinggi akan menghasilkan panas paling banyak. Pada cedera yang berat lokasinya
lebih sering terlihat pada area lengan dan tungkai dengan bagian terparah adalah bagian
proksimal. Jaringan dalam dan perioseus akan menahan panas terutama yang terletak di
antara dua tulang. Jaringan tersebut mendapat cedera yang lebih banyak dan berat dari pada
jaringan superfisial.
Hubungan antara cedera vaskuler mikro dan makroskopik muncul segera dan tidak
dapat kembali seperti semula. Pada hewan percobaan, terjadi nekrosis pada dinding
pembuluh darah dan trombosis dengan destruksi dari endotel arteri, pyknosis dari otot polos
pembuluh darah dan eksudat dari fibrin yang menyertai perubahan trombotik. Penelitian ini
juga menemukan nekrosis otot yang progresif selama 72 jam pertama setelah cedera dan
berhubungan dengan kerusakan vaskuler.10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Terutama untuk luka bakar yang berat Lab darah Hitung jenis Kimia darah Analisa
gas darah dengan carboxyhemoglobin
Analisis urin Creatinin Phosphokinase dan myoglobin urin ( Luka bakar akibat listrik)
Pemeriksaan factor pembekuan darah ( BT, CT)
Radiologi ,Foto thoraks : untuk mengetahui apakah ada kerusakan akibat luka bakar
inhalasi atau adanya trauma dan indikasi pemasangan intubasi
CT scan : mengetahui adanya trauma
Tes lain : dengan fiberoptic bronchoscopy untuk pasien dengan luka bakar inhalasi.
KLASIFIKASI
Penilaian derajat luka bakar dibagi menjadi 4 derajat :11,12
a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hiperemik berupa eritem, tidak
dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan
terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses
eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Dibedakan atas 2 (dua) bagian :
Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis. Organ – organ
kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak. Semua ini merupakan benih-
benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk
sikatrik.
Derajat II dalam / deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringanepitel tinggal
sedikit. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal
sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan
terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai
jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa
elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat
sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang
dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung – ujung
sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.
Penilaian luas luka bakar
Beberapa cara penentuan derajat luka bakar:
1. Palmar surface
Luas permukaan pada telapak tangan pasien (termasuk jari-jari)secara kasar adalah
0,8% dari seluruh luas permukaan tubuh. Permukaan telapak tangan dapat digunakan untuk
mengukur luka bakar yang kecil (<15%>85% luas permukaan tubuh). Untuk luka bakar
dengan ukuran sedang, pengukuran dengan cara ini tidak akurat.
2. Wallace rule of nines
Merupakan cara yang baik dan cepat untuk mengukur luas luka bakar pada orang
dewasa. Tubuh dibagi menjadi area 9%, dan total daerah yang terkena luka bakar dapat
dihitung. Tetapi cara ini tidak akurat pada anak-anak. Pada anak dan bayi digunakan rumus
lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan
kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda,
dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk anak, kepala dan leher
15 %, badan depan dan belakang masing-masing 20 %, ekstremitas atas kanan dan kiri
masing-masing 10 %, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15 %
Perawatan luka:
o Dimandikan/ cuci dengan menggunakan air steril yang dicampur antiseptik
o Jika bula berukuran kecil (± 2-3 cm), biarkan saja
o Jika bula berukuran besar (> 3 cm), lakukan bulektomi (dipecah)]
o Berikan obat-obat lokal (topikal) untuk luka, yaitu Silver sulfadiazine
(SSD) seperti Silvaden, Burnazine, Dermazine, dan lain-lain
o Pemberian antibiotik bersifat profilaksis jenis spektrum luas, namun tidak
perlu diberikan jika penderita datang < 6 jam dari kejadian
o Pemberian analgetik
o Pemberian ATS/ toxoid
o Pasang kateter untuk memantau produksi urin
o Pemasangan NGT (Nasogastric Tube), namun tidak dilakukan jika terdapat
ileus paralitik
Monitoring EKG
Terdapat ketidaknormalan pada jantung termasuk disaritmia dan kerusakan
miokardium yang muncul setelah kontak dengan listrik tegangan tinggi maupun rendah
sehingga dibutuhkan monitoring dengan menggunakan EKG. Gambaran disaritmia yang
paling sering muncul adalah perubahan ST-T yang tidak spesifik dan fibrilasi atrium.
Penanganan disaritmia seperti yang ditunjukkan oleh ACLS.
Kerusakan miokardium langsung juga dapat terjadi. Cedera ini lebih terlihat sebagai
kontusio miokardium akibat trauma daripada infark miokard. Perubahan pada nilai kreatinin
kinase (CK) dan MB kreatinin kinase (CKMB) menjadi indikator infark miokard yang telah
memburuk apabila EKG tidak memberikan gambaran kerusakan miokardium, khususnya
pada kerusakan parah otot rangka.
Indikasi monitoring jantung lainnya yaitu:
1 Kehilangan kesadaran
2 Abnormal EKG dengan atau tanpa iskemia
3 Terekam gambaran disaritma sebelum dan sesudah pemindahan ke ruang gawat
darurat
4 CPR di tempat kejadian.
Mioglobinuria
Munculnya pigmentasi urin (warna keunguan) pada pasien luka bakar listrik
mengindikasikan kerusakan otot yang signifikan dengan resiko iskemia. Mioglobin dan
hemoglobin muncul pada keadaan yang beresiko terjadinya gagal ginjal akut dan harus segera
di tatalaksana. Gejala klinis pada mioglobinuria hanya muncul sedikit seperti pigmentasi urin
yang terlihat nyata dan memenuhi persyaratan penanganan segera untuk meminimalisir
obstruksi tubulus ginjal. Urin yang berwarna keunguan harus diterapi dengan resusuitasi
cairan yang dititrasi (Ringer Laktat/ RL) untuk mengontrol pengeluaran urin dua kali dari
tujuan utama atau mencapai 100 mL/ jam pada dewasa. Terapi diteruskan hingga warna urin
berubah menjadi jernih secara klinis. Terapi lainnya termasuk alkalisasi urin dengan Sodium
bikarbonat yang diboluskan atau infus lanjutan seperti administrasi dari manitol untuk
diuretik osmotik. Apabila pada pasien luka bakar listrik tidak terdapat mioglobinuria atau
hemoglobinuria tujuan terapi hanya sebagai maintenance yaitu untuk mengontrol vital sign
dan urin output sebesar 30-50 mL/ jam dengan RL terutama pada satu jam pertama.
Compartment syndrome
Pasien dengan luka bakar listrik tegangan tinggi pada ekstremitas memiliki resiko
terjadinya compartment syndrome dalam 48 jam pertama setelah cedera. Kerusakan otot dan
pembengkakan pada facia di ekstremitas akan meningkatkan tekanan pada aliran pembuluh
darah otot. Hilangnya pulsasi merupakan salah satu tanda terjadinya compartment syndrome.
Compartment syndrome harus segera didiagnosis dan ditatalaksana yaitu dengan cara
fasciotomi untuk mencegah terjadinya iskemia otot.
Pengobatan
Penanganan luka bakar listrik yaitu dengan menggunakan 11,1% Mafenide acetat
krim (Sulfamylon) pada eskar yang tipis didekat titik kontak, karena memiliki daya penetrasi
yang bagus. Silver sulfadiazine digunakan sebagai kontrol bakteri pada luka bakar yang
dalam dan sebagai biological dressing pada area superfisial serta pada luka bakar yang
pengirimannya membutuhkan waktu lebih dari 12 jam. Eksisi dilakukan setelah 2-3 hari
kejadian hingga semua jaringan yang mati di buang. Tatalaksana konservatif dari
pembuangan jaringan yang rusak dan penutupan luka menggunakan skin graft dengan atau
tanpa flaps untuk menutup jaringan lunak memberikan hasil yang baik
Penanganan untuk rasa nyeri tidak memiliki standar khusus. Terapi yang digunakan
pada fase akut adalah sama untuk semua pasien luka bakar termasuk didalamnya opioid,
NSAID dan benzodiazepine untuk nyeri yang menimbulkan ansietas. Pada penelitian lainnya
juga menggunakan opioid dan asetaminofen serta penggunaan antidepresan dan NSAID.
Berikut alur tatalaksana luka bakar listrik seperti yang ditunjukkan di halaman
berikut:
Lepaskan semua pakaian yang Kesampingkan terlebih dahulu patah
terkena panas. tulang/ dislokasi sendi (meskipun
Lepaskan perhiasan yang bisa terdapat riwayat nyeri yang datang
bersamaan)
menghantarkan panas.
Primary survey standar untuk
pasien trauma Monitor tungkai per jam,
perhatikan pengisian kapiler,
Periksa pada daerah yang warna kulit dan sensorisnya.
mengalami kontak dengan sumber Perhatikan tanda-tanda
listrik (terutama kepala,tangan dan compartment syndrome (
kaki) peningkatan tekanan darah, nyeri
atau peregangan pasif,
penurunan sensasi di perifer,
pemanjangan pengisian kapiler).
Fase Rehabilitasi
Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari perawatan
luka bakar.Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar adalah untuk
peningkatan kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi yang maksimal. Tindakan-
tindakan untuk meningkatkan penyembuhan luka, pencegahan atau meminimalkan
deformitas dan hipertropi scar, meningkatkan kekuatan dan fungsi dan memberikan support
emosional serta pendidikan merupakan bagian dari proses rehabilitasi.12,13
KOMPLIKASI
Jaringan yang terbakar bisa mati. jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka
bakar, maka cairan akan merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan
pembengkakan. Pada luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar cairan karena
perembesan tersebut bisa menyebabkan terjadinya syok. tekanan darah sangat rendah
sehingga darah yang mengalir ke otak dan organ lainnya sangat sedikit.13
PENCEGAHAN: 14,15
Utamakan Keselamatan Anak dengan menghindarkan dari arus listrik dengan
meletakkan tali listrik di luar jangkauan anak-anak.
Ajar anak-anak tentang bahaya listrik.
Hindari resiko elektrik di rumah dan di tempat kerja.Selalu mengikuti instruksi
keselamatan pabrik ketika penggunaan peralatan elektrik.
Orang tua harus menjaga anak-anak dengan selalu mengutamakan keselamatan
terhadap semua alat-alat listrik yang digunakan dan menggunakan dengan benar.
Hindari penggunaan alat listrik pada kondisi basah.
Jangan pernah menyentuh peralatan elektrik saat menyentuh kran atau pipa air
dingin.
PROGNOSIS
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan
yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan pengobatan
medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka
bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka
bakar mayor membutuhkan lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan
parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus,
pembedahan diperlukan untuk membuang jaringan parut.
KESIMPULAN
Listrik berasal dari muatan elektron yang melewati potensial gradien dari gradien
tinggi ke gradien rendah melewati suatu penghantar atau konduktor. Luka bakar listrik dapat
disebabkan oleh listrik tegangan tinggi, tegangan rendah dan petir. Luka bakar listrik dapat
menghasilkan luka yang sedikit tetapi mengenai lapisan kulit yang dalam. Primary survey
luka bakar listrik sama dengan luka bakar pada umumnya kemudian perhatikan juga
kemungkinan terjadinya henti jantung, mioglobinuria karena gagal ginjal dan gejala
compartment syndrome. Komplikasi luka bakar listrik dapat mengenai ginjal, septik, jantung,
saraf dan manisfestasi okuler.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC. Jakarta
5. Arwaniku. Staf Ilmu Bedah Plastik FK. Unair - RSU Dr. Soetomo. Luka Bakar
dalam Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka last up date Sunday, May 11,
2008 (on line) available at http://Surabaya_Plastic_Surgery.htm, diakses tanggal 18
juni 2015
12. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGraw-
Hill Companies. New York. p 245-259
13. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus. Januari
2008, diakses tanggal 18 juni 2015
15. Sjamsuhidajat R. Luka, trauma, syok dan bencana. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong W,
ed. Buku Ajar ilmu Bedah. Edisi 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC 1997.