Anda di halaman 1dari 11

Zona Elektro

"Referensi Belajar Elektronika Online"


Kotak Pos Daftar Isi

GO
 Home
 Referensi Elektronika
o Elektronika Analog
o Elektronika Dasar
o Elektronika Digital
o Elektronika Robotika
 Komponen Elektronika
o Komponen Pasif
o Komponen Aktif
o Komponen Sensor / Transducer
o Komponen Aktuator
 Rangkaian ELektronika
o Rangkaian Audio
o Rangkaian Charger
o Rangkaian Driver
o Rangkaian Hobi
o Rangkaian Otomotif
o Rangkaian Power Supply
o Rangkaian Rumah Tangga
o Rangkaian Sensor/Detektor
 Perangkat Elektronika
o Audio / Video
o Tool Kit
 Info Elektronika
o Troubleshoot
 Mikrokontroler
o Aplikasi Mikrokontroler
o Teori Mikrokontroler
Main Menu

Home » Rangkaian ELektronika » Rangkaian Power Supply » Rangkaian Power Supply

Rangkaian Power Supply


Monday, October 20th, 2014 - Rangkaian Power Supply

Rangkaian power supply adalah bagian dari sistem atau perangkat elektronika yang
berfungsi untuk memberikan sumber tegangan pada sistem elektronika tersebut. Dalam suatu
perangkat elektronika rangkaian power supply ada yang menjadi satu kesatuan dengan
perangkat elektronik tersebut dan ada juga yang dibuat secara terpisah.
Jenis Rangkaian Power Supply
Rangkaian power supply dapat dibedakan menjadi 2 tipe berdasarkan sistem kerjanya, yaitu :
Stepdown Transformer Power Supply
Stepdown trasformer power supply adalah rangkaian power supply yang dibuat menggunakan
transformator step down sebagai penurun tegangannya. Contoh rangkaian power supply
sederhana jenis stepdown transformer power supply dapat dilihat pada gambar berikut :
Rangkaian Power Supply Dengan Transformer Stepdown

Stepdown Trasformer Power Supply


Dari gambar rangkaian power supply diatas komponen T1 adalah transformator jenis step
down tanpa CT. Penggunaan transformator jenis stepdown inilah yang menjadikan power
supply tersebut dinamakan stepdown transformer power supply. Sebagaimana dapat dilihat
pada gambar power supply diatas dapat kita ketahui bahwa power supply jenis stepdown
transformer power supply terdiri dari beberap bagian sebagai berikut :
1. Penurun Tegangan
Bagian ini berfungsi untuk menurunkan tegangan AC 220 volt menjadi 12 volt AC. Penurun
tegangan pada rangkaian power supply diatas menggunakan transformator tanpa CT dengan
tegangan output 12 volt.
2. Penyearah Gelombang
Bagian penyearah gelombang pada rangakian power supply diatas menggunakan dioda
bridge. Bagian ini berfungsi untukmenyerahkan tegangan AC dari output transformator.
3. Filter Pertama
Filter pertama berfungsi untuk meratakan tegangan DC hasil penyearahan gelombang yang
diproses oleh bagian penyearah gelombang. Filter yang digunakan pada rangkaian power
supply pada umumnya adalah kapasitor elektrolit (elco). Filter pertama pada rangkaian diatas
adalah kapasitor C1 degan nilai 3300 uF.
4. Regulator Tegangan
Regulator tegangan adalah bagian yang berfungsi untukmengatur teganganoutput power
supply. Pada rangkaian power supply sederhana diatas regulator tegangan yang digunakan
adalah IC 7805, sehingga output dari rangkaian power supply diatas adalah +5 volt.
5. Filter Kedua
Filter kedua pada rangkaian power supply diatas berfungsi untuk memantabkan kualitas DC
dari proses perataan tegangan yang dilakukan oleh filter pertama. Oleh karena itu nilai
kapasitas dari filter kedua ini lebih kecil dari pada filter pertama.
Rangkaian power supply diatas adalah rangkaian power supply sederhana dengan tegangan
output +5 volt yang teregulasi menggunakan chip IC 7805.
Switching Power Supply

Switching power supply merupakan rangkaian power supply yaang memeiliki efisiensi daya
yang tinggi. Rangakaian switching powes supply sederhana daat dilihat pada contoh berikut :
Rangkaian Power Supply Switching Sederhana

Rangkaian Power Supply Switching


Rangkaian power supply switching diatas cukup sederhana untuk dibuat. Rangkaian power
supply switching diatas secara prinsip bekerja dengan cara menyerahakan tegangan AC 220
volt secara langsung menggunakan dioda bridge D1 dan diratakan menggunakan filter
kapasitor C1. Kemudian tegangan DC tersebut digunakan unutk membentuk sistem regulator
PWM dengan power regulator transistor Q1 yang digunakan untuk mengandalikan
transformator. Output transformator berupa tegangan AC denga frekuensi yang tinggi
sehingga proses penyearahan tegangan cukup menggunakan sistem penyearah setengah
gelombang dan dengan filetr kapasitor dengan nilai kapasitansi yang kecil.
Kelebihan rangkaian power supply switching adalah dengan konstruksi fisik yang kecil dan
ringan dapat direproduksi power supply dengan kapasitas arus yang besar dan stabilitas
tegangan output yang lebih baik dari pada rangkaian power supply dengan transformator
stepdown.
Share "Rangkaian Power Supply" :
Twitter Facebook Google +

Title : Rangkaian Power Supply


Archive : Rangkaian Power Supply

You may also like, related Rangkaian Power Supply

 Power SupplyPower supply adalah perangkat elektronika yang berfungsi untuk memberikan sumber tegangan ke
perangkat atau rangkaian elektronika. Pada prinsipnya power supply adalah mengubah tegangan AC komersial menjadi
tegangan DC sesuai kebutuhan sutu perangkat elektronika. Power supply yang ada di sekitar kita salah satunya adalah charger
HP dan charger laptop. Jenis Power Supply Jenis Power Supply berdasar Tegangan Outputnya Power supply dilihat dari
tegangan outputnya dapat dibedakan dalam beberapa jenis. Power supply variable Power supply tegangan tetap Power supply
simetris 1. Power Supply Variable Power Supply Variabel Power supply variabel adalah power supply yang memiliki tegangan
output dapat diatur. Pada umumnya tegangan output power supply variabel ini dapat diatur dari 1,5 volt hingga 12 volt. Akan
tetapi untuk power supply keperluan khusus seperti yang sering kita pergunakan di laboratorium power supply pada umumnya
dapat diatur dari 0 volt hingga 33 volt. 2. Power Supply Tegangan Tetap Power supply tegangan tetap merupakan power
supply dengan tegangan output yang tidak dapat diatur. Salah satu contoh power suppply tegangan tetap tersebut adalah
charger HP. Pada charger HP tegangan output power supply tersebut permanen pada satu tegangan tertentu misalnya 5 volt. 3.
Power Supply Simetris Power supply simetris merupakan power supply dengan tegangan output ganda yaitu dalam sebuah
power supply memiliki tegangan output positif (+) negatif (-) dan ground. Power supply jenis ini dapat kita temui di
laboraorium elektronika atau dalam perangkat elektronika daya seperti power amplifier. Power Supply Variable Simetris
Power supply simetris terbagi dalam 2 jenis, yaitu dengan tegangan output yang dapat diatur seperti pada power supply
laboratorium. Dan power supply simetris dengan tegangan tetap seperti pada power supply sebuah power amplifier daya besar.
Power Supply Berdasarkan Sistem Kerjanya Berdasarkan sistem kerjanya power supply dapat dibedakan dalam 2 jenis yaitu
power supply step down dan power supply switching. 1. Power Supply Stepdown Power supply stepdown juga sering disebut
sebagai power supply konvensional. Power supply jenis ini menggunakan transformator stepdown sebagai penurun tegangan.
Pada power supply jenis ini power supply terdiri dari beberapa bagian utama sebagai berikut : Penurun Tegangan, berupa
transformerstepdown yang berfungsi menurunkan tegangan AC komersial (220 volt) menjadi tegangan AC (4,5-70 volt).
Penyerah Gelombang, bagian ini berfungsi mengubah tengangan AC menjadi tegangan DC. Komponen yang digunakan adalah
dioda, baik dalam bentuk penyearah gelombang penuh maupun penyearah setengah gelombang. Filter, berfungsi untuk
meratakan proses penyearahan gelombang oleh dioda sehingga diperoleh tegangan DC yang stabil dan tanpa riple. Regulator
Tegangan, berfungsi untuk mengatur tegangan output power supply, ada regulator tegangan variabel dan regulator tegangan
tetap. 2. Power Supply Switching Power Supply Switching Power supply switching merupakan sistem power supply yang
menyearahkan tegangan AC komersial secara langsung kemudian diubah menjaadi AC kembali dengan frekuensi yang tinggi
selanjutnya di turunkan tegangan tersebut dan disearahkan. Tujuan dari power supply switching ini adalah untuk mendapatkan
efisiensi energi yang maksimal. Dengan power supply switching ini dapat direproduksi power supply dengan kapasitas arus
yang besar dan dengan bentuk fisik yang lebih kecil dan ringan. Power supply untuk komputer adalah salah satu contoh
penerapan sistem power supply switching.

 Amplifier Ruangan 150 WattAmplifier adalah perangkat penguat sinyal, dalam hal ini amplifier yang akan
dibuat adalah amplifier ruangan dengan daya 150 watt. Amplifier untuk ruangan yang sederhana pada umumnya dilengkapi
dengan pengatur nada (tone control) dalam 1 box. Kapasitas daya untuk amplifier ruangan tidak perlu terlalu besar, karena
digunakan untuk menguatkan sinyal dalam suatu ruangan (rumah) saja. Berikut adalah tahapan dalam membuat amplifier.
Bagian Amplifier Untuk membuat sebuah amplifier ruangan diperlukan beberapa kit atau rangkaian sebagai berikut : Power
Amplifier Tone control SpeakerProtektor Power Supply Box Amplifier 1. Power Amplifier Power amplifier yang dipilih
adalah power amplifier OCL 150 watt. Kit power amplifier 150 watt terdapat banyak jenis di toko elektronika, oleh karena itu
perlu dipilih yang baik. Power amplifier OCL 150 watt memiliki daya atau power yang lebih dari cukup untuk menguatkan
sinyal audio dalam sebuah ruangan. Berikut adalah contoh kit power amplifier OCL 150 Watt. Kit Power Amplifier OCL 150
Watt Skema rangkaian power OCL 150 watt diatas menggunakan transistor power TIP3055 dan TIP2955, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada skema rankaian power amplifier OCL 150 watt berikut : Rangkaian Power OCL 150 Watt Rangkaian power
amplifier OCL 150 watt diatas adalah skema untuk 1 sisi atau chanel, dalam kit power OCL 150 watt diatas merupakan
gabungan 2 buah rangkaian power OCL 150 watt tersebut karena kit tersebut stereo. 2. Tone Control Tone control yang dapat
dipasangkan dengan power amplifier OCL 150 watt ada banyak jenis, yang paling sederhana dan memiliki kualitas yang bagus
salah satunya tone control 4 transistor. Tone control 4 transistor ini dipilih karena sistem pengatur nadanya baxandall dan
tegangan kerja tone control sama dengan tegangan power amplifier, sehingga tidak perlu power supply tambahan,selain itu
tone control ini murah. Berikut kit tone control 4 transistor tersebut. Tone Control 4 Transistor Skema rangkaian tone control 4
transistor diatas adalah sebagai berikut. Rangkaian Tone Control 4 Transistor 3. Speaker Protektor Speaker protektor adalah
rangkaian yang berfungsi untuk melindungi load speaker dari lonjakan tegangan pada output power amplifier. Pada prinsipnya
speaker protektor bekerja dengan menunda waktu interkoneksi antara speaker dengan power amplifier, sehingga lonjakan
tegangan power OCL pada saat pertama kali dihidupkan tidak tersalurkan ke speaker. Speaker protektor yang baik selain dapat
menunda waktu terhubungnya speaker juga harus dapat memutus dengan cepat apa bila terdapat sinyal DC pada output power
amplifier. Berikut kit speaker protektor yang dapat digunakan. Kit Speaker Protektor Kit speaker protektor diatas adalah
stereo,sehingga jalur output dari power ampliifer OCL 150 watt diatas langsung dihubungkan ke input speaker protektor.
Berikut adalah skema rangkaan speaker protektor diatas. Skema Rangkaian Speaker Protektor 4. Power Supply Power supply
yang diperlukan untuk membuat amplifier ini adalah power supply simetris dengan kapasitas arus minimal 5 Ampere dan
tegangan output simetris 25 - 32 volt. Untuk transformator sebaiknya dipilih yang berkualitas karena transformator yang tidak
bagus pada umumnya dapat menyebabkan noise (dengung) dari gelombang elektromagnetik transformotor tersebut. Selain itu
sebaiknya dipilih transformator yang menyediakan terminal extra 500 mA atau 1 A untuk memberikan supply tegangan ke
speaker protektor dan kipas. Kit Power Supply Amplifier Untuk bagian kit power supply yang perlu diperhatikan adalah
kapasitas kapasitor (elco) dan kapasitas arus dioda bridge. Hal ini karena apabila kurang besar maka akan terjadi drop tegangan
pada saat amplifier mereproduksi nada bass. Rangkaian Power Supply Amplifier Cara Merakit Amplifier Cara merakit
amplifier dalam sebuah box yang perlu diperhatikan adalah tata letak kit power amplifier terhadap transformator power
supply,kipas dan kit yang lain karena menentukan jalur kabel dan sirkulasi udara dalam box. Posisi transformator perlu
diperhatikan karena memancarkan gelombang elektromagnetik disekitar trsformer, selain itu berat. Posisi kit power amplifier
terhadap kipas, hal ini penting karena kipas berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara, sehingga komponen yang menimbulkan
panas seperti transisto power amplifier dan transformator sebisa mungkin mendapat prioritas mendapat sirkulasi udara yang
lancar. Posisi tone control sebaiknya terlindung dari pengaruh elektromagnetik dari transformator (terutama bagian input), hal
ini bertujuan agar tidak terjadi dengung karena efek elektromagnetik. Jalur kabel input sebisa mungkin dijauhkan dari
transformer dan menggunakan kabel coaxial aar gelombang elektromagnetik dari luar tidak mengenai sinyal input amplifier.
Sistem grounding dalam rangkaian sebaiknya dihubungkan ke box, kecuali ground untu speaker protektor jangan sampai
terhubung dengan ground rangkaian power amplifier, hal ini bertjuan agar speaker protektor dapat mendeteksi sinya DC dari
output power amplifier dengan baik. Setelah proses perakitan selesai, sebaiknya amplifier ruangan tersebut di test dengan
dinyalakan tanpa terhubung dengan speaker dan sinyal input, pastikan semua temperatur komponen normal dan jangan lupa
mengukur jalur output speaker amplifier dengan mutlimeter VAC (harus 0 volt) pada saat tanpa sinyal dan tidak ada tegangan
DC pada terminal output. Setelah semua normal silahkan sihubungkan ke loaud speker dan diberikan sinyal audio pada
amplifier yang baru kita buat.

 Switching Power SupplySwitching power suplly merupakan sebuah disain power supply dengan efisiensi daya
yang baik. Saat ini perlatan elektronika yang menggunakan adaptor semakin banyak dan semakin beraneka ragam. Mulai dari
peralatan elektronik yang murah seperti radio sampai dengan handphone. Kebutuhan adaptor sebagai sebuah alternatif sebagai
pengganti batterai lebih disukai karena baterai tidak dapat tahan lama dan secara otomatis membuat biaya operasional sebuah
alat elektronik tersebut menjadi lebih besar. Dengan sebuah adaptor tidak lagi dibutuhkan baterai tetapi kelemahannya tidak
dapat dibawa-bawa dengan mudah karena adapator harus selalu tersambung ke jaringan listrik PLN. Tetapi walaupun
demikian adaptor tetap digunakan. Dari berbagai macam adaptor yang terdapat dipasaran, adaptor konvensional dengan
transformator penurun tegangan serta regulator tegangan sederhana lebih banyak ditemukan daripada adaptor dengan teknologi
switching. Adaptor juga dikenal dengan nama power supplai. Power suplai yang baik harus mampu memberikan tegangan
regulasi yang baik serta mampu memberikan arus yang cukup kepada beban. Tegangan yang tidak terregulasi pada output
power supplai dapat menyebabkan perlatan elektronika yang menggunakan power supplai tersebut akan rusak terutama bagian
regulasi tegangan (jika ada) tetapi jika peralatan tersebut tidak membunyai rangkaian regulasi tegangan internal maka dapat
dipastikan perlatan elektronik tersebut akan rusak. Switching Power Supply Rangkaian regulasi tegangan yang baik tidaklah
sederhana dan pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai power supplai dengan rangkaian regulasi switching. Power
supplai dengan regulasi switching ini lebih dikenal sebagai power supplai switching. Kelebihan power supplai switching
adalah efisiensi daya yang besar sampai sekitar 83% jika dibandingkan dengan power supplai dengan regulasi biasa yang
menggunakan LM78xx. Efisiensi yang rendah pada regulator LM78xx dikarenakan kelebihan tegangan input regulator akan
dirubah menjadi panas sehingga sebagian besar daya input akan hilang karena dirubah menjadi panas tersebut. Bagaimanapun
juga semua regulator harus mendapatkan tegangan input yang lebih tinggi daripada tegangan regulasi output untuk
mendapatkan tegangan yang teregulasi. Blok Diagram Switching Regulator Tegangan regulasi dihasilkan dengan cara men-
switching transistor seri ‘on’ atau ‘off’. Dengan demikian duty cycle-nya menentukan tegangan DC rata-rata. Duty cycle dapat
diatur melalui feedback negatif. Feedback ini dihasilkan dari suatu komparator tegangan yang membandingkan tegangan DC
rata-rata dengan tegangan referensi. Regulator switching pada dasarnya mempunyai frekuensi yang konstan untuk men-
switching transistor seri. Besarnya frekuensi switching tersebut harus lebih besar dari 20KHz agar frekuensi switching tersebut
tidak dapat didengar oleh manusia. Frekuensi switching yang terlalu tinggi menyebabkan operasi switching transistor tidak
efisien dan juga dibutuhkan inti ferrit yang besar atau yang mempunyai permeabilitas tinggi. Untuk regulator switching dengan
transistor seri dapat digunakan frekuensi switching (unibase frequncy) pada 200KHz. Pada frekuensi ini masih dapat
digunakan transistor darlington biasa dengan bandwidth minimum pada 1MHz seperti 2N6836 dengan maksimum frekunsi
switching pada 10MHz atau BDW42 dengan maksimum frekuensi 4MHz. Besarnya bandwidth ini sangat berpengaruh pada
efisiensi kerja switching regulator tersebut. Untuk dioda clamp harus digunakan dioda dengan karakteristik fast recovery
rectifier atau dikenal dengan dioda schottky. Dioda ini berguna untuk mempertahankan titik kerja dari switching transistor
dengan melakukan ‘clamp’ (memotong) tegangan spike yang dihasilkan oleh transistor switching tersebut. Salah satu dioda
schottky adalah 1N5819 dengan tegangan breakdown pada 40V. Kelebihan dari dioda schottky adalah kecepatan responnya
terhadap penyerahkan tegangan. Rangkaian Regulator Switching Pada Switching Power Supply Terdapat berbagai macam
rangkaian regulator switching tetapi semua rangkaian regulator tersebut selalu mempunyai 4 elemen dasar : Switching
Transistor Dioda Clamp LC Filter Rangkaian kontrol Ada beberapa variasi dari rangkaian regulator switching. Perbedaaanya
adalah pada posisi transistor switchingnya. Variasi regulator switching tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah. Transistor
seri merupakan transistor yang diseri antara tegangan sumber (+DC Unregulated) dan tegangan output regulasi (+Vo). Untuk
rangkaian pada gambar c dan d dibawah cocok untuk rangkaian kontrol tegangan teregulasi pada industri karena rangkaian
kontrolnya terpisah/terisolasi dengan transistor serinya. Biasanya antara rangkaian kontrol dengan transistor serinya dipisahkan
dengan menggunakan optoisolator (MOCxx atau 4N3x). Pada rangkaian pada gambar a dan b dibawah, rangkaian kontrolnya
mendapatkan tegangan dari output tegangan teregulasi sehingga rangkaian tidak akan ‘start’ jika tidak diberi tegangan awal.
Sedangkan pada rangkaian 2c dan 2d rangkaian kontrolnya mendapatkan tegangan dari +DC Unregulated sehingga akan tetap
bekerja walaupun terjadi kerusakan/kesalahan pada Remote Sense atau Induktor yang menyebabkan tegangan output regulasi
menjadi nol. Variasi Switching Regulator Pada Switching Power Supply Filter Input dan Penyearah Input Switching Power
Supply Penyearah input dan filter input terdiri dari penyearah bridge (full wave rectifier) dan sebuah filter kapasitor. Untuk
meningkatkan efisiensi dari regulasi maka resistor seri tidak digunakan. Perlu diperhatikan dalam memilih dioda bridge yang
digunakan karena terdapat arus ‘surge’ yang besarnya sampai kira-kira 12A. Arus ‘surge’ merupakan arus pengisian kapasitor
pada saat rangkaian regulator ini dihidupkan pertama kali. Arus ‘surge’ ini menjadi besar karena tidak terdapat resistor
seri. Rangkaian penyearah dan filter input ini akan menghasilkan tegangan DC yang tidak teregulasi. Output Filter Switching
Power Supply Rangkaian filter output tidak terlalu rumit. Rangkaian filter output hanya terdiri dari induktor (L) dan kapasitor
(C). Nilai induktor dan nilai kapasitor yang digunakan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan : Dimana : vo =
tegangan ripple yang diinginkan. Vo = tegangan regulasi output. Vin = tegangan DC tak teregulasi. f = frekuensi switching.
Sebuah rangkaian regulator yang baik harus mempunyai tegangan ripple harus sekecil mungkin. Tegangan ripple harus dalam
level puluhan mV bahkan lebih kecil. Untuk nilai kapasitor yang digunakan biasanya menggunakan 2 kali nilai yang
didapatkan dari persamaan di atas karena Faktor disipasi dari kapasitor elektrolit untuk frekuensi tinggi tidak terlalu
baik Dapat juga digunakan kapasitor tantalum dengan nilai sedikit di atas nilai yang dihasilkan oleh persamaan di atas. Selain
itu filter output juga berfungsi sebagai filter adanya tegangan spike yang ditimbulkan oleh switching transistor (kondisi
terburuk) agar tidak sampai ke perlatan elektronik (beban). Sehingga di dalam mendisain sebuah regulator switching
diperlukan parameter-parameter : Tegangan input tak teregulasi Tegangan output teregulasi yang diinginkan Frekuensi kerja
dari switching transistor Arus output dari regulator switching Tegangan ripple output teregulasi. Selain bandwidth dari
transistor switching, arus kolektor (Ic) dan tegangan kolektor-emitor (VCE) juga perlu diperhatikan dalam proses disain
regulator switching ini. Arus kolektor (Ic) akan mempengaruhi besarnya arus output yang dapat disupplai oleh regulator
switching dalam kondisi normal. Sedangkan tegangan kolektor-emitor (VCE) akan mempengarui tegangan input (tegangan DC
tak teregulasi) yang dapat diterima oleh transistor switching tersebut. Ide Dasar Prinsip Kerja Switching Regulator Tingginya
efisiensi dari regulator switching ini dipengaruhi oleh efisiensi kerja dari switching transistor seri. Pada saat transistor
switching ‘ON’ maka semua tegangan input akan dilewatkan filter LC. Pada saat transistor switching ‘OFF’ maka tegangan
input tidak akan melewati transistor switching sehingga tegangan yang masuk ke filter LC adalah nol. Sehingga dengan duty
cycle 50% maka transistor switching akan ‘ON’ atau ‘OFF’ dalam selang waktu yang sama dan tegangan rata-rata yang
dihasilkan dari kondisi ini dapat ditentukan dengan persamaan : Dimana D = Duty Cycle dari transistor switching. Perubahan
dari duty cycle ini akan mempengaruhi besarnya tegangan output teregulasi. Sehingga untuk mengkompensasi penurunan/
kenaikan tegangan input tidak teregulasi dapat diatur dengan merubah duty cycle dari transistor switching ini. Kondisi ‘ON’-
‘OFF’ dari transistor switching ini terjadi berulang-ulang sehingga dengan duty cycle yang tetap akan menghasilkan
gelombang kotak yang periodik. Dasar Prinsip Kerja Switching Regulator Pada saat switch tertutup maka IL akan mengalir
dari Vin ke beban. Karena terdapat perbedaan tegangan antara tegangan output dan tegangan input maka IL akan naik. Pada
saat switch terbuka maka energi yang tersimpan di dalam induktor akan memaksa agar IL tetap mengalir ke beban, IL akan
turun. Arus rata-rata yang melewati induktor sama dengan arus beban. Karena tegangan Vo dijaga konstan oleh kapasitor maka
Io akan konstant. Ketika IL naik di atas Io maka kapasitor akan diisi dan pada saat IL turun di bawah Io maka kapasitor akan
discharge. Kondisi ini akan terus berulang sehingga akan menghasilkan suatu gelombang yang periodik dan operasi kerja
regulator dalam kondisi steady state. Operasi dalam kondisi steady state ini akan menghasilkan : Tegangan rata-rata pada
induktor akan = 0 sampai Vo. Arus DC yang mengalir dari induktor akan sama dengan arus yang mengalir ke beban. Akan
muncul tegangan ripple yang kecil. Tegangan DC pada kapasitor sama dengan tegangan beban dengan tegangan ripple yang
kecil. Perubahan pada arus beban (Io) sangat sukar dikompensasi dan respon transien dari beban pada umumnya tidak baik.
Jadi perubahan pada arus beban akan menyebabkan perubahan duty cycle sementara. Ada beberapa kasus yang terjadi jika arus
beban berubah : Duty cycle akan naik sampai maksimal (100%) sehingga transistor switching akan selalu ‘ON”. Induktor
memerlukan beberapa waktu untuk menaikan level tegangan DC yang baru. Kondisi ini diperngaruhi oleh permeabilitas dari
inti ferrit yang digunakan. Duty cycle kembali pada nilai semula. Untuk contoh rangkaian lengkap switching power supply
akan diberikan pada artikel yang lain.

 Prinsip Kerja Catu Daya…Prinsip kerja catu daya (power supply) dapat dipelajari sesuai bagiannya masing-
masing. Pada dasarnya perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat
dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu
daya lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating
current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi
DC. Pada tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian catu daya (power supply) linier mulai dari rangkaian penyearah yang
paling sederhana sampai pada catu daya yang ter-regulasi. Prinsip Kerja Catu Daya (Power Supply) Tiap Bagian Penyearah
(Rectifier) Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar-1 berikut ini. Transformator
diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih
kecil pada kumparan sekundernya. Pada rangkaian ini, dioda berperan untuk hanya meneruskan tegangan positif ke beban RL.
Ini yang disebut dengan penyearah setengah gelombang (half wave). Untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh (full
wave) diperlukan transformator dengan center tap (CT) seperti pada gambar-2. Tegangan positif phasa yang pertama
diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai
common ground.. Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang penuh seperti gambar di atas. Untuk
beberapa aplikasi seperti misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah
cukup memadai. Walaupun terlihat di sini tegangan ripple dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar. Gambar 3 adalah
rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini
bentuk gelombang tegangan keluarnya bisa menjadi rata. Gambar-4 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari
rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan
tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis
lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor. Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus I yang
mengalir ke beban R. Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban
arus semakin besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi gergaji dengan
tegangan ripple yang besarnya adalah : Vr = VM -VL ...... (1) dan tegangan dc ke beban adalah Vdc = VM + Vr/2 ...... (2)
Rangkaian penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple paling kecil. VL adalah tegangan discharge
atau pengosongan kapasitor C, sehingga dapat ditulis : L = VM e –T/R ...... (3) Jika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1),
maka diperoleh : Vr = VM (1 – e –T/RC) ...... (4) Jika T << RC, dapat ditulis : e –T/RC » 1 – T/RC ..... (5) sehingga jika ini
disubsitusi ke rumus (4) dapat diperoleh persamaan yang lebih sederhana : Vr = VM(T/RC) .... (6) VM/R tidak lain adalah
beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan antara beban arus I dan nilai kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr.
Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan nilai tengangan ripple yang diinginkan. Vr = I T/C ... (7) Rumus ini mengatakan,
jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple akan semakin besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar,
tegangan ripple akan semakin kecil. Untuk penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari
jala-jala listrik yang frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02 det.
Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk penyearah gelombang penuh, tentu saja fekuensi gelombangnya dua
kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp = 0.01 det. Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan
kapasitor pada rangkaian gambar 2. Bisa juga dengan menggunakan transformator yang tanpa CT, tetapi dengan merangkai 4
dioda seperti pada gambar-5 berikut ini. Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu jala-
jala listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang diperlukan sehingga rangkaian ini
memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp. Jika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh. C = I.T/Vr = (0.5)
(0.01)/0.75 = 6600 uF. Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco yang memiliki polaritas dan tegangan kerja
maksimum tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan harus lebih besar dari tegangan keluaran catu daya. Anda
barangkalai sekarang paham mengapa rangkaian audio yang anda buat mendengung, coba periksa kembali rangkaian
penyearah catu daya yang anda buat, apakah tegangan ripple ini cukup mengganggu. Jika dipasaran tidak tersedia kapasitor
yang demikian besar, tentu bisa dengan memparalel dua atau tiga buah kapasitor. Regulator Rangkaian penyearah sudah cukup
bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya
juga akan naik/turun. Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan dc keluarnya juga ikut
turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu, sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat
meregulasi tegangan keluaran ini menjadi stabil. Rangkaian regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar 6. Pada
rangkaian ini, zener bekerja pada daerah breakdown, sehingga menghasilkan tegangan output yang sama dengan tegangan
zener atau Vout = Vz. Namun rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus beban tidak lebih dari 50mA. Prinsip rangkaian catu
daya yang seperti ini disebut shunt regulator, salah satu ciri khasnya adalah komponen regulator yang paralel dengan
beban. Ciri lain dari shunt regulator adalah, rentan terhadap short-circuit. Perhatikan jika Vout terhubung singkat (short-
circuit) maka arusnya tetap I = Vin/R1. Disamping regulator shunt, ada juga yang disebut dengan regulator seri. Prinsip utama
regulator seri seperti rangkaian pada gambar 7 berikut ini. Pada rangkaian ini tegangan keluarannya adalah : Vout = VZ +
VBE ........... (8) VBE adalah tegangan base-emitor dari transistor Q1 yang besarnya antara 0.2 - 0.7 volt tergantung dari jenis
transistor yang digunakan. Dengan mengabaikan arus IB yang mengalir pada base transistor, dapat dihitung besar tahanan R2
yang diperlukan adalah : R2 = (Vin – Vz)/Iz .........(9) Iz adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda zener untuk
mencapai tegangan breakdown zener tersebut. Besar arus ini dapat diketahui dari datasheet yang besarnya lebih kurang 20 mA.
Jika diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu perhitungan arus base IB pada rangkaian di atas tidak bisa diabaikan lagi.
Dimana seperti yang diketahui, besar arus IC akan berbanding lurus terhadap arus IB atau dirumskan dengan IC = bIB. Untuk
keperluan itu, transistor Q1 yang dipakai bisa diganti dengan tansistor darlington yang biasanya memiliki nilai b yang cukup
besar. Dengan transistor darlington, arus base yang kecil bisa menghasilkan arus IC yang lebih besar. Teknik regulasi yang
lebih baik lagi adalah dengan menggunakan Op-Amp untuk men-drive transistor Q, seperti pada rangkaian gambar 8. Dioda
zener disini tidak langsung memberi umpan ke transistor Q, melainkan sebagai tegangan referensi bagi Op-Amp IC1. Umpan
balik pada pin negatif Op-amp adalah cuplikan dari tegangan keluar regulator, yaitu : Vin(-) = (R2/(R1+R2)) Vout ....... (10)
Jika tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-) juga akan menaik sampai tegangan ini sama dengan tegangan
referensi Vz. Demikian sebaliknya jika tegangan keluar Vout menurun, misalnya karena suplai arus ke beban meningkat, Op-
amp akan menjaga kestabilan di titik referensi Vz dengan memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada setiap saat Op-amp
menjaga kestabilan : Vin(-) = Vz ......... (11) Dengan mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi rumus (11)
ke dalam rumus (10) maka diperoleh hubungan matematis : Vout = ( (R1+R2)/R2) Vz........... (12) Pada rangkaian ini tegangan
output dapat diatur dengan mengatur besar R1 dan R2. Sekarang mestinya tidak perlu susah payah lagi mencari op-amp,
transistor dan komponen lainnya untuk merealisasikan rangkaian regulator seperti di atas. Karena rangkaian semacam ini
sudah dikemas menjadi satu IC regulator tegangan tetap. Saat ini sudah banyak dikenal komponen seri 78XX sebagai regulator
tegangan tetap positif dan seri 79XX yang merupakan regulator untuk tegangan tetap negatif. Bahkan komponen ini biasanya
sudah dilengkapi dengan pembatas arus (current limiter) dan juga pembatas suhu (thermal shutdown). Komponen ini hanya
tiga pin dan dengan menambah beberapa komponen saja sudah dapat menjadi rangkaian catu daya yang ter-regulasi dengan
baik. Misalnya 7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan 5 volt, 7812 regulator tegangan 12 volt dan seterusnya.
Sedangkan seri 79XX misalnya adalah 7905 dan 7912 yang berturut-turut adalah regulator tegangan negatif 5 dan 12 volt.
Selain dari regulator tegangan tetap ada juga IC regulator yang tegangannya dapat diatur. Prinsipnya sama dengan regulator
OP-amp yang dikemas dalam satu IC misalnya LM317 untuk regulator variable positif dan LM337 untuk regulator variable
negatif. Bedanya resistor R1 dan R2 ada di luar IC, sehingga tegangan keluaran dapat diatur melalui resistor eksternal tersebut.
Hanya saja perlu diketahui supaya rangkaian regulator dengan IC tersebut bisa bekerja, tengangan input harus lebih besar dari
tegangan output regulatornya. Biasanya perbedaan tegangan Vin terhadap Vout yang direkomendasikan ada di dalam datasheet
komponen tersebut. Pemakaian heatshink (aluminium pendingin) dianjurkan jika komponen ini dipakai untuk men-catu arus
yang besar. Di dalam datasheet, komponen seperti ini maksimum bisa dilewati arus mencapai 1 A. Selamat belajar, semoga
uraian singkat "Prinsip Kerja Catu Daya (Power Supply)" diatas mudah dipahami.

 Resistor Tetap (Fix…Resistor tetap (Fix Resistor) adalah resistor yang nilai hambatannya tidak dapat diatur
(tetap), sedangkan resistor variabel adalah resistor yang nilai resistansinya dapat diatur. Dari kedua jenis resistor ini memiliki
beberapa varian lagi yang disesuaikan dengan tujuan atau fungsi penggunaannya. Resistor Tetap (Fix Resistor) Resistor Tetap
(Fix Resistor) Resistor tetap merupakan jenis resistor dengan nilai resistansi tetap. Resistor tetap banyak digunakan pada
rangkaian elektronika dan berfungsi sebagai pembatas arus dan pembagi tegangan. Resistor tetap ini memiliki beberapa ukuran
atau batas maksimum daya yang bisa dilewatkan. Berdasarkan batas kemampuan melewatkan daya tersebut resistor tetap
dibagi dalam beberapa ukuran kapasitas daya sebagai berikut. Ukuran Daya Resistor Tetap (Fix Resistor) 1/16 Watt 1/8 Watt
1/4 Watt 1/2 Watt 1 Watt 2 Watt 3 Watt 5 Watt 10 Watt 20 Watt Aplikasi resistor tetap dengan daya dibawah 1/2 watt dapat
kita temuai pada rangkaian pemroses sinyal audio dan digital. Penggunaan resistor daya rendah dalam rangkaian tersebut
bertujuan sebagai bentuk efisiensi tempat dan biaya. Resistor tetap dengan daya 5 - 20 watt dapat kita temui pada power
amplifier OCL.Kemudian untuk resistor tetap dengan daya diatas 10 watt dapat kita temui pada bagian power supply tipe
switching powers supply pada televisi. Jenis Resistor Tetap (Fix Resistor) Berdasarkan Material Bahan Wirewound Resistor
Selain berdasarkan ukuran daya resistor tetap (fix resistor) dibuat dengan beberapa jenis bahan. Metal Film Resistor Metal
Oxide Resistor Carbon Film Resistor Wirewound Resistor Bahan material pembuat resistor tersebut menentukan kualitas dan
pengguanaannya dalam rangkaian atau sistem elektronika. Berdasarkan bahan material resistor tetap diatas, resistor yang
dibuat dengan bahan metal film memiliki kualitas yang paling baik dan akurat nilai resistansinya. Resistor metal film memiliki
toleransi kesalahan yang kecil 1%. Kemasn resistor metal film mirip dengan resistor carbon, di pasaran dapat kita
jumpairesistor metal film dengan 5 cincin warna dan kebanyakan berwarna biru bodi resistor metal film tersebut. Aplikasi atau
penggunaan resistor tetap dengan bahan meterial khusus tersebut bertujuan untuk memperolehkualitas atau toleransi kesalahan
terkecil, misalnya pada alat ukur elektronik selalu menggunakan resistor metal film pada bagian skala ukurnya. Jenis Resistor
Tetap Berdasarkan Aplikasi Penggunaanya SMD Resistor Zero Ohm Jumper Wire S I P Resistor Network SMD Resistor
Ceramic Encased Wirewound Resistor Economy Wirewound Resistor Dari jenis resistor diatas yang paling umum untuk
dijumpai adalah jenis SMD resistor dan SIP resistor network yang dapat kita jumpai pada sistem digital seperti komputer.
Kemudian jenis Zero Ohm Jumper wire yang dapat kita jumpai pada perangkat power supply daya tinggi seperti power supply
komputer server atau inverter. Nilai Resistor Tetap Nilai resistor tetap ditulis dalam 2 model penulisan, yaitu menggunakan
kode warna resistor dan menggunakan kode text secara langsung pada bodi resistor tetap tersebut. Resistor tetap dengan
penulisan nilai resistansi menggunakan kode warna dapat kita temui pada resistor dengan kapasitas daya dibawah 5 watt,
sedangkan untuk resistor dengan nilai 5 watt keatas pada umumnya nilai resistansi resistor tetap tersebut ditulis dengan kode
text. Selain nilai resistansi resistor tetap juga memiliki nilai faktor kesalahan dari 10%, 5%, 2% dan 1%. Nilai faktor kesalahan
pada resistor tetap ini menunjukan kondisi resistor tersebut masih dalam kondisi baik. Apabila nilai resistor tetap benilai pada
range dalam batas toleransinya maka resistor tetap tersebut dalam kondisi baik.

 Uninterruptable Power SupplyUninterruptable Power Supply (UPS) untuk peralatan listrik yang kritis seperti
komputer memang diperlukan. Namun pemilihan UPS harus sesuai dengan kondisi jaringan listrik dan peralatan listrik yang
menggunakan sistem UPS. Seperti dibahas pada artikel terdahulu, sistem kerja UPS pada dasarnya dibedakan pada 3 sistem
tetapi semuanya mempunyai elemen-elemen pendukung yang fungsinya hampir sama. Yang membedakan tiap-tiap tipe UPS
adalah cara kerja untuk mem-backup sistem tenaga listrik. Elemen Sistem Uninterruptable Power Supply (UPS) Karakteristik
elemen yang mendukung sebuah sistem UPS ini sangat memegang peranan penting dalam performa UPS secara keseluruhan.
Sehingga pada proses disain sebuah sistem UPS harus benar-benar diperhitungkan karakteristik masing-masing elemen
tersebut. Elemen utama pendukung sebuah sistem UPS dibagi menjadi 3 bagian. 1. Rectifier-Charger Pada bagian ini
merupakan rangkaian yang umum dipakai dalam penyerahan dan pengisian baterai. Namun rangkaian inilah yang menjadi titik
berat sistem UPS. Pada prinsipnya blok rectifier-charger ini akan mensuplai daya yang dibutuhkan oleh inverter dalam kondisi
terbeban penuh dan pada saat itu juga dapat mempertahankan muatan di dalam baterai backup. Selain itu blok ini harus
mempunyai batasan yang cukup tinggi dalam hal kemampuan mengalirkan daya ke output yaitu sebeasr 125-130%. Jadi
seandainya beban meningkat sampai 125% dari batas daya yang diijinkan maka blok ini harus masih bisa memberikan daya ke
bagian inverter tanpa ada penurunan performa. Karakteristik baterai juga perlu diperhitungkan dalam disain rangkaian charger-
nya karena jika sebuah baterai diisi ulang dengan arus yang melebihi batasan kemampuan sebuah baterai dapat memperpendek
umur baterai tersebut. Biasanya untuk arus pengisian sebuah baterai backup UPS ini adalah 80% dari kondisi arus yang
dikeluarkan oleh baterai backup pada saat beban penuh (pada kondisi emergency-kondisi dimana suplai tenaga konvensional
terganggu). Batasan sebuah sistem UPS yang baik (menurut standar NEMA-National Electical Manufacturer Association)
adalah dapat memberikan daya 100% terus-menerus (continous load) dan 2 jam pada beban 125% tanpa terjadi penurunan
performa (kerusakan). Dalam hal baterai, baterai masih dapat dikategorikan sebagai kondisi layak pakai adalah baterai yang
masih mampu memberikan daya 100% selama 1 jam jika lama pengisiannya selama 8 jam (ditentukan oleh manufaktur
baterai). 2. Inverter Kualitas inverter merupakan penentu dari kualitas daya yang dihasilkan oleh suatu sistem UPS. Sistem
inverter yang membangun sebuah sistem UPS biasanya disesuiakan dengan beban kritis yang akan diaplikasikan. Pada
dasarnya sistem inverter yang digunakan tidaklah menjadi masalah yang serius jika beban kritisnya masih berupa komputer
saja tetapi ketidak sesuaian karakteristik inverter pada beban tertentu dapat menyebabkan sebuah sistem UPS berhenti bekerja.
Tugas utama dari sebuah inverter adalah merubah tegangan DC dari rangkaian rectifier-charger menjadi tegangan AC yang
berupa sinyal sinus setelah melalui pembentukan gelombang dan rangkaian filter. Tegangan output yang dihasilkan harus
stabil baik amplitudo tegangan maupun frekuensi tegangan yang dihasilkan, distorsi yang rendah, tidak terdapat tegangan
transien serta tidak dapat diinterupsi oleh suatu keadaan. Sistem inverter yang biasa digunakan adalah sistem Quasi-Square
Wave inverter. Sistem ini dapat menghasilkan sinyal dengan duty cycle yang bervariasi yang mana harus dilakukan
pemfilteran baik dengan menggunakan rangkaian ser/paralel LC. Dengan adanya filter ini maka sistem inverter akan lambat
dalam merespon adanya tegangan transien dan frekunsinya pun akan tetap. Dengan adanya rangkaian ini maka effisiensi
inverter biasanya mencapai 75%. Selain itu perlu adanya feedback yang menjaga agar didapatkan tegangan konstan, sehingga
perlu adanya rangkaian regulator tegangan dengan feedback baik feedback berupa tegangan maupun berupa arus output. Pada
bagian inilah yang menjadikan sebuauh sistem UPS menjadi rumit. Inverter dengan tipe Quasi-Square Wave Tipe inverter
quasi square wave ini hanya mempunyai effisiensi yang tidak terlalu tinggi yaitu 75% sehingga daya sebesar 25% terbuang
untuk regulasi dan pengubahan tegangan DC menjadi tegangan AC. Dan di dalam blok osilator dan kontrol tidaklah sederhana
sehingga membutuhkan komponen yang banyak dan biaya pembuatannya menjadi mahal. Tipe inverter yang lain adalah tipe
pulse width modulation. Tipe inverter ini menghasilkan deretan pulsa-pulsa yang dutycyclenya bervariasi. Pulsa-pulsa ini
setelah melalui filter akan dihasilkan sebuah sinyal sinusoidal yang cukup baik. Tipe inverter pulse with modulation ini akan
meningkatkan respon regulasi dan respon terhadap tegangan transien yang cukup baik. Walapun demikian tipe inverter seperti
ini masih kompleks namun jumlah penggunaan komponen untuk kontrol tidak terlalu banyak. Tipe inverter semacam ini
biasanya digunakan pada inverter dengan daya yang besar, sekitar 50KVA. Pulse Width Modulation Inverter Sistem UPS
dengan inverter PWM ini dapat menghasilkan tegangan output yang baik dengan pengurangan komponen filter sehingga
rangkaian filter menjadi lebih sederhana dan penurunan biaya pembuatan. Namun tipe inverter ini digunakan pada inverter
dengan kapasitas daya yang besar. Pulsa PWM membentuk Sinusoidal Tipe inverter yang lain adalah tipe inverter Step wave
Inverter. Pada rangkaian step wave inverter ini menggunakan inverter yang banyak untuk mendapatkan sinyal sinusoidal yang
baik dan pengurangan komponen filter. Jumlah inverter yang digunakan di dalam sebuah sistem UPS biasanya 3 buah tetapi
dapat pula berjumlah 6 bahkan 12 (kelipatan 3). Pada tipe regulator ini tegangan DC harus sudah teregulasi sebelum masuk
pada bagian inverter agar tidak terjadi pergeseran tegangan kotak yang dihasilkan. Sistem UPS dengan inverter ini mempunyai
effisiensi sampai 85% pada beban penuh. Step Wave Inverter Dengan banyaknya inverter akan menghasilkan step yang lebih
halus sehingga fungsi filter dapat diminimisasi. Penggunaan inverter dengan tipe ini jarang dipakai untuk aplikasi komputer
tetapi biasanya digunakan untuk aplikasi 3 fasa dengan kapasitas daya yang besar. Walaupun demikian kelemahan sistem
inverter ini adalah dengan banyaknya inverter yang digunakan akan menghasilkan sinyal sinus yang baik namun biaya yang
dibutuhkan untuk membuat invertet ini menjadi berlipat-lipat tergantung dari jumlah inverter yang digunakan. Yang menjadi
titik berat pada tipe inverter ini adalah pada bagian osilator dan kontrolnya karena pada bagian ini akan menghasilkan trigger-
trigger bagi SCR-SCR yang berfungsi sebagai inverter tersebut dengan perioda yang disesuaikan antara yang satu dengan yang
lainnya sehingga dapat membentuk sinyal stair case up/down dengan frekuensi yang sesuai dengan frekuensi yang dinginkan.
3. Transfer Switches Pada umumnya saklar pemindah dibagi menjadi 2 bagian yaitu ; Electromekanikal Static Pada saklar
elektromekanikal dibangun dari relay-relay yang salah satu terminal mendapatkan suplai tegangan dari suplai konvensional
dan yang lain dari sistem UPS. Saklar Elektromekanikal Pada sistem saklar statis digunakan komponen semikonduktpr seperti
SCR. Pada dasarnya penggunaan SCR akan lebih baik karena kecepatan peralihan pada saklar elektromekanikal terlalu lama
yaitu sekitar 50 sampai 100 ms jika dibandingkan dengan operasi pemindahan yang dilakukan dengan SCR yang hanya
membutuhkan waktu 3 sampai 4 ms. Saklar Statis Dari ketiga bagian utama sebuah sistem UPS, bagian rectifier-charger dan
bagian inverter sangat memegang peranan penting bagi sebuah UPS.

 Mengenal Fungsi Dan Bagian…Rangkaian elektronika dapat diartikan sebagai gabungan 2 atau lebih
komponen elektronika baik kompoonen pasif maupun aktif yang membentuk suatu sistem atau fungsi pemroses sinyal
sederhana maupun komplek. Rangkaian elektronika dapat dibangun dengan atau tanpa sumber tegangangan atau sumber arus
untuk pengoperasiannya. Untuk membuat rangkaian elektronika diperlukan beberapa bagian sebagai berikut : Skema
Rangkaian Elektronika Skema rangkaian elektronika diperlukan sebagai panduan dalam pembuatan rangkaian elektronika.
Skema rangkaian elektronika sebaiknya didesain atau dirancang dahulu pertama kali sebelum melakukan proses pembuatan
rangkaian elektronika. Proses pembuatan skema rangkaian elektronika dapat dilakukan dengan cara manual dan dengan
aplikasi komputer. Layout PCB Layout PCB adalah bagian yang berfungsi untuk merakit komponen-komponen elektronika
menjadi rangkaian elektronika. Layout PCB atau dengan bahasa lain Papan Rangkaian Tercetak adalah hasil penerapan skema
rangkaian elektronika yang telah disesuaikan dengan bentuk fisik komponen dan tata letak komponen elektronika untuk
membuat suatu sistem atau fungsi pemroses sinyal. Komponen elektronika Komponen elektronika merupakan salah satu bahan
utama dalam mebuat rangkaian elektronika. Komponen elektronika yang digunakan untuk membangun suatu rangkaian
elektronika ditentukan sesuai dengan skema rangkaian elektronika yang dibuat. Peralatan Elektronika Peralatan untuk
membuat suatu rangkaian elektronika pada umumnya adalah solder, tang potong, tang lancip, obeng dan timah solder.
Penggunaan peralatan elektronika tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dalam perakitan rangkaian elektronika. Pada
dasarnya setiap rangkaian elektronika dibangun dengan tujuan untuk melakukan pemrosesan sinyal, baik itu sinyal analog
maupun sinyal digital. Berdasarkan pemrosesan sinyal yang dilakukan rangkaian elektronika tersebut, maka rangkaian
elektronika dapat dibedakan menjadi beberapa kategori sebagai berikut. Rangkaian Elektronika Analog Rangkaian elektronika
analog adalah, rangkaian elektronika yang dibangun dengan tujuan untuk memproses sinyal analog, rangkaian analog ini dapat
dibangun dengan 2 atau lebih komponen pasif maupun komponen aktif. Pada rangkaian elektronika analog sinyal yang
diberikan sebagai input rangkaian adalah sinyal kontinyu (analog) yang pada umumnya sinyal DC ataupun AC sinusoidal dan
rangkaian elektronika analog akan memberikan output sinyal kontinyu (analog) baik DC maupun AC sinusoidal yang telah
terproses sinyalnya berupa level tegangan, arus maupun frekuensinya. Rangkaian Elektronika Digital Rangkaian elektronika
digital adalah, rangkaian elektronika yang dibangun dengan tujuan untuk melakukan pemrosesasan sinyal diskrit (digital).
Pada rangkaian elektronika digital sinyal yang diproses selalu dalam 2 logika dasar High (1) dan Low (0). Untuk membuat
rangkaian digital selalu diperlukan sumber tegangan dari luar untuk mensuplay rangkaian digital agar dapat beroperasi. Pada
rangkaian elektronika digital sinyal yang diberikan atau sebagai input adalah sinyal digital dan rangkaian akan memberikan
output berupa sinyal digital juga. Rangkaian Elektronika Kombinasi Rangkaian elektronika kombinasi adalah, rangkaian
elektronika yang dibangun dengan tujuan untuk melakukan pemrosesan sinyal analog dan digital baik secara bersamaan
maupun bertahap. Rangkaian elektronika kombinasi dapat melakukan pemrosesan sinyal kontinyu (analog) dan menghasilkan
sinyal diskrit( digital) atau sebaliknya. Contoh rangkaian elektronika kombinasi yang dapat memproses sinyal analog menjadi
sinyal digital adalah rangkaian ADC (Analog to Digital Converter) dan rangkaian elektronika yang dapat memproses sinyal
digital menjadi sinyal analog adalah rangkaian DAC (Digital to Analog Converter). Aplikasi rangkaian elektronika kombinsai
dapat ditemui pada rangkaian interface (antarmuka) antara rangkaian digital atau komputer ke rangkaian analog dan
sebaliknya. Kemudian berdasarkan prinsip kerjanya, rangkaian elektronika dapat dibedakan menjadi beberapa kategori sebagai
berikut. Rangkaian Elektronika Dasar Rangkaian elektronika dasar merupakan gabungan 2 atau lebih komponen elektronika
pasif yang telah membentuk suatu sistem pemroses sinyal. Sebagai contoh rangkaian elektronika dasar yang paling sederhana
adalah pembagi tegangan,pembagi arus, filter RC, filter LC dan filter RLC. Contoh rangkaian elektronika dasar tersebutdapat
dikatakan sebagai rangkaian elektronika sederhana karena hanya dibangun oleh 2 atau 3 komponen elektronika pasif yang
dirangkai seri maupun parallel. Rangkaian Elektronika Bertingkat Rangkaian elektronika bertingkat adalah pengembangan
rangkaian elektronika dasar agar dapat memberikan performa yang lebih baik dari rangkaian elektronika dasar. Pada rangkaian
elektronika bertingkat pada umumnya dibangun dari rangkaian elektronika dasar yang ditambah suatu rangkaian penguat
sederhana yang disusun 1 tingkat maupun beberapa tingkat. Rangkaian Elektronika Komplek Rangkaian elektronika komplek
adalah rangkaian elektronika yang dibentuk dari beberapa rangkaian elektronika dasar dan bertingkat dengan beberapa fungsi
pemroses sinyal yang berbeda yang di susun untuk membentuk suatu sistem pemroses sinyal terpadu. Sebagai contoh
rangkaian elektronika komplek adalah power supply dengan regulator arus dan tegangan, rangkaian mixer audio, rangkaian
transmitter atau pemancar radio,rangkaian amplifier dan rangkaian elektronika yang lain. Rangkaian elektronika yang telah
membentuk suatu sistem pemroses sinyal yang diperjual belikan di toko elektronika sering disebut sebagai kit elektronik. Hal
ini dikarenakan produk elektronik tersebut merupakan atau membentuk suatu bagian-bagian rangkaian elektronika yang
apabila digabungkan akan membentuk suatu sistem atau perangkat elektronika yang lengkap. Sebagai contoh untuk membuat
suatu amplifier yang lengkap maka kita dapat membeli kit Power Amplifier, Kit Tone Control, Kit Power Supply, Travo Dan
Box Amplifier kemudian kita rakit beberapa kit dan komponen tersebut sehingga terbentuk suatu Power Amplifier yang
lengkap dari beberapa rangkaian elektronika tersebut.

 Fungsi Dan Tipe…Uninterruptible Power Supply (UPS) banyak digunakan oleh masyarakat untuk
mengamankan perangkat komputer pada saat listrik padam,sehingga energi listrik untuk perangkat komputer untuk sementara
dapat disupply dari Uninterruptible Power Supply (UPS). Penggunaan UPS saat ini sudah mulai memasyarakat terutama pada
perkantoran. Para pengguna kini sudah mulai menyadari bahwa keuntungan yang sudah seharusnya dapat diraih hilang begitu
saja karena pada saat bertransaksi di internet suplai tenaga listrik di komputer tersebut hilang. Dari ilustrasi tadi dapat
dirasakan bahwa UPS sangat penting namun banyak pula orang awam yang belum menyadari pentingnya UPS tersebut. Fungsi
Uninterruptible Power Supply (UPS) Pada dasarnya UPS merupakan sumber tenaga alternatif sementara yang menggantikan
suplai tenaga listrik utama dalam hal ini sumber listrik PLN. Namun UPS yang baik mampu menangani permasalahan
gangguan listrik yang lain seperti tegangan transien, tegangan spike, atau distorsi harmonisa/noise. UPS sendiri merupakan
sebuah sistem yang berdiri sendiri terhadap sistem suplai tenaga listrik PLN. UPS diharapkan mampu melindungi peralatan
listrik yang kritis terhadap gangguan suplai tegangan listrik seperti komputer, jaringan komouter, bahkan perlatan industri agar
terhindar dari kerusakan yang fatal. Penggunaan UPS tidaklah menjadi suatu keharusan, namun yang menjadi acuan penentuan
penggunaan UPS adalah terganggu/tidaknya peralatan listrik ketika terjadi gangguan suplai tenaga listrik yang terjadinya tidak
dapat diprediksikan. Selain itu dasar pertimbangan yang lain adalah berapa besar kapasitas UPS yang akan digunakan. Untuk
pertimbangan yang kedua ini sebagai pengguna perlatan listrik harus dapat mengetahui peralatan listrik mana saja yang
terganggu karena gangguan listrik dan jumlah daya yang dibutuhkan oleh perlatan listrik tersebut. Pertimbangan kedua
merupakan pertimbangan yang sedikit menjadi maslah bagi orang yang awam terhadap dunia elektronika. Pemilihan kapasitas
yang terlalu kecil terhadap kebutuhan daya yang harus disuplai pada saat terjadi gangguan tenaga listrik dapat berakibat
pendeknya waktu pelayanan UPS. Tetapi pemilihan kapasitas UPS yang terlalu besar tentunya tidak efektif jika biaya juga
menjadi dasar pertimbangan penggunaan UPS. Penggunaan UPS penting/harus diaplikasi pada suatu kondisi : Ketika
gangguan suplai tenaga listrik menyebabkan bahaya pada kehidupan dan kepemilikan seperti pada rumah sakit pada bagian
intesive care unit-nya, monitor keamanan industrial, proses sistem kontrol, dan sistem alarm. Ketika gangguan listrik ini
menyebabkan kerugian waktu, kerugian biaya. Ketika gangguan listirk ini dapat menyebabkan gangguan/kerusakan data pada
jaringan komputer, jaringan ATM, atau data-data militer yang sangat penting dan rahasia. Tipe Sistem Uninterruptible Power
Supply (UPS) Sistem UPS mulai dibangun ketika sering terjadinya gangguan pada jalur listrik pada saat perang dunia ke-2
dimana saat itu penggunaanya masih pada instansi-instansi penting seperti rumah sakit, intansi pelayanan masyarakat dan
instansi komunikasi yang penting. Rotary Power Source. Sistem UPS ini masih menggunakan mesin diesel yang berfungsi
sebagai pembangkit tenaga listriknya. Apabila terjadi gangguan listrik maka secara otomatis akan menyalakan mesin diesel
tersebut kira-kira 15 detik setelah terjadi gangguang listrik pertama kali. Dengan sistem seperti ini maka penggunaan listrik
hanya terganggu dalam beberapa detik saja. Static Power Source. Sistem UPS ini dikembangkan pada sekitar 1960 ketika
mulai dikembangkannya rangkan dengan menggunakan ‘solid state’. Sistem UPS ini menggunakan sumber tenaga DC sebagai
sumber tenaga pengganti sementaranya melalui rangkaian-rangkaian inverter. Rangkaian-rangkaian inverter ini berfungsi
untuk merubah tegangan DC ini menjadi tegangan AC dengan amplitudo dan frekuensi yang sama dengan suplai tenaga listrik
yang sesungguhnya. 1. Rotary Power Source UPS Sistem ini ternyata pada waktu itu masih belum mempunyai kinerja yang
baik sehingga dikembangkan lagi sehingga muncul istilah ‘no-break flywheel’. Pada sistem ini, sebuah flywheel ini
dihubungkan pada sebuah motor listrik dan dihubungkan secara mekanikal dengan generator beban, dalam hal ini adalah mesin
diesel. Ketika terjadi gangguan listrik maka inersia yang tersimpan pada flywheel akan menyebabkan flywheel ini tetap
berputar dan otomatis menyalakan mesin diesel sampai suplai listriknya kembali normal. Dengan sistem seperti ini maka tidak
perlu waktu tenggang selama 15 detik untuk menunggu suplai tenaga kembali normal karena suplai tenaga dijaga konstan oleh
roda flywheel ini. Walaupun demikian sistem seperti ini masih ada kekurangannya yaitu pada sistem pelumasan pada sistem
bearing roda flywheel. Untuk mengatur agar kecepatan putar flywheel kontan pada saat terjadinya gangguan listrik maka
sebuah rangkaian yang dinamakan eddy current coupling dipasangkan antara generator dan flywheel. Dengan adanya
rangkaian ini maka ketika kecepatan angular flywheel menurun maka nilai kopel yang ditimbulkan oleh eddy current coupling
ini akan meningkat sehingga menyebabkan keceptan putar menyebabkan keceptan putar flywheel tetap konstan. Sehingga
dengan kata lain dengan adanya eddy current coupling ini menyebabkan tidak adanya pergeseran frekuensi pada saat transisi
ketika terjadi gangguan listrik. Rangkaian Eddy Current-Loop 2. Static Power Source UPS Sistem UPS seperti ini mulai
dikembangkan pada awal tahun 1960 dengan menggunakan sumber tenaga tidak bergerak, dalam hal ini adalah beterai. Sistem
UPS Statis Pertama Sistem UPS pada gambar diatas merupakan sistem UPS yang dibangun dengan menggunakan 6 sampai 24
inverter yang tiap-tiap inverter menghasilkan gelombang kotak dengan perioda yang berbeda-beda. Kemudian gelombang
kotak ini dijumlahkan sehingga menghasilkan gelombang staircase yang sudah menyerupai gelombang sinus. Agar didapatkan
gelombang sinus yang mulus maka gelombang staricase ini dilewatkan pada sebuah filter yang memfilter kompnen gelombang
dengan frekuensi lebih tinggi daripada frekuensi gelombang sinus yang diinginkan. Sistem ini ternyata membutuhkan biaya
yang semakin besar sejalan dengan penambahan jumlah inverter yang digunakan. Penambahan inverter ini akan menyebabkan
gelombang sinus yang dihasilkan akan semakin baik, semakin halus. Pada sistem UPS ini dibangun dengan menggunakan tiga
bagian utama yaitu : Rangkaian Charger dan Penyearah Rangkaian Inverter Baterai Berdasarkan operasi kerjanya sistem UPS
dibedakan menjadi tiga golongan dimana masing-masing sistem mempunyai teknik yang berbeda-beda, yaitu : Continous UPS
systems. Sistem UPS ini selalu bekerja mem-‘backup’ suplai tenaga listrik sehingga pada sistem ini suplai tenaga listrik selalu
dirubah ke suplai DC kemudian diubah kembali menjadi suplai tenaga AC melalui sebuah innverter. Continous UPS Systems
Forward transfer UPS Systems. Sistem ini akan bekerja menyuplai tenaga listrik ke beban ketika sensornya mendeteksi adanya
gangguan suplai tenaga listrik. Forward UPS Systems Reverse transfer UPS systems. Pada sistem ini output sistem UPS
langsung terhubung dengan beban kritis namun pada kondisi gangguan tertentu maka beban kritis dapat dialihkan pada sumber
tenaga lain selain UPS. Reverse UPS Systems Keuntungan dengan menggunakan sistem UPS continous dan reverse adalah
selain dapat melakukan back up supali tenaga listrik, UPS-UPS dengan sistem tersebtu juga dapat berfungsi sebagai supresor
tegangan transien dan fluktuasi tegangan listrik. Kemampuan sebuah UPS dapat menyuplai tenaga listrik semuanya tergantung
dari besarnya kemampuan baterai dan jumlah beban yang menggunakan daya tersebut. Semakin besar kapasitas baterai dalam
sebuah UPS maka UPS tersebut (dengan beban yang sama besar) akan mampu mensuplai tenaga lebih lama dari pada UPS
dengan kapasitas baterai yang lebih kecil

◄ Previous Post
Home
Next Post ►

Advertisement
Artikel Elektronika
 Berbahasa C Dengan MCS51
 Inkubator Dengan Fuzzy Logic
 Remote Sensor Untuk PLC
 LCD Epson SED1200
 Klasifikasi Robot Industri
 LCD Display Module M1632
 Interface Mikrokontroler Dengan DTMF
 Universal Asynchronous Transmitter/Receiver (UART)
Advertisement
Query Elektronika
 Belajar Mengenal Alat Elektronic
 Cara Membuat Mainan Mobil Mobilan Berjalan Maju Mundur
 Cara Memasang Resistor Sesuai Trasistor
 Fisik Sensor Gerak
 Merakit Ocl 150 Watt Mono
 Modif Relay Dengan H Bridge Transistor
 Cara Memasang Wire Less Remote Control Pada Lampu
 Mengenal Simbol Kit Elektronik
Advertisement
 Home
 Tentang Kami
 Privacy Policy
 Disclaimer
Copyright © 2013 Zona Elektro All Rights Reserved.
Rangkaian Power Supply

Anda mungkin juga menyukai