Anda di halaman 1dari 32

RINGKASAN

Jonepsus Yuangga (165040200111124), Nathania Julia Avyne


(165040207111133), Bita Pitaloka (165040207111149). Laporan Praktikum
Teknologi Produksi. Pengaruh Varietas Dan Jenis Mulsa Pada Tanaman
Semangka (Citrullus lanatus) Dibawah bimbingan Aziziah Saloka sebagai
asisten kelas dan Nur Fathya Dwi P. A sebagai asisten lapang.

Semangka (Citrullus lanatus) merupakan tanaman musiman yang berasal


dari daerah kering tropis dan sub tropis Afrika yang biasa kita temui dan kita
nikmati. Tanaman semangka di Indonesia cukup di gemari di masyarakat karna
rasanya yang manis dan segar. Penanaman komoditas semangka sendiri
bertujuan untuk mengetahui hasil produksi semangka dengan penerapan
teknologi pada tanaman semangka yaitu dari jenis varietas dan penggunaan
mulsa.
Metode yang digunakan dalam budidaya tanaman semangka ini adalah
menggunakan varietas non-biji yang menjadi favorit dimasyarakat karena
dagingnya yang tidak mengandung biji serta rasa manis dan air yang tidak kalah
dengan semangka biji pada umumnya yang diberi perlakuan dengan
menggunakan mulsa, mulsa yang digunakan yaitu mulsa anorganik (MPHP).

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmatnya laporan praktikum komoditas semangka ini dapat kami kerjakan
dengan baik, kami juga berterima kasih pada Tim Asisten khususnya untuk ka
Fatya selaku asisten lapang dan ka Aziziah selaku asisten kelas yang telah
membantu kami dalam mengerjakan dan menyelesaikan Laporan besar
komoditas semangka.
Dalam laporan ini, kami selaku penulis serta penyusun membahas
teknologi yang diterapkan untuk budidaya semangka. Kami menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar penyusunan laporan
selanjutnya menjadi lebih baik.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang terlibat
dalam pembuatan laporan ini, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.

Malang, 20 Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

RINGKASAN ......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. iv
1. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum ............................................................................................. 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 3
2.1 Tanaman Semangka ....................................................................................... 3
2.2 Budidaya Tanaman Semangka ...................................................................... 5
2.3 Varietas Semangka Biji dan Non Biji ............................................................. 7
2.4 Pemulsaan Pada Tanaman Semangka ........................................................ 8
3. BAHAN DAN METODE .............................................................................................. 15
3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................................... 15
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................... 15
3.3 Cara Kerja ....................................................................................................... 16
3.4 Parameter Pengamatan ................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 20
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 21

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Semangka.................................................................................... 3


Gambar 2. Jenis-jenis Bunga Tanaman Semangka ................................................... 4
Gambar 3. Batang dan Bunga Jantan Tanaman Semangka .................................... 4
Gambar 4. Bentuk Buah, Bunga Betina dan Daun Tanaman Semangka ............... 5
Gambar 5. Bentuk Buah Semangka.............................................................................. 5
Gambar 6. Stadia Pertumbuhan Tanaman Semangka .............................................. 5
Gambar 7. Para Petani memanen buah semangka ................................................... 7
Gambar 8. Skema Pembuatan Semangka Non-Biji ................................................... 8
Gambar 9. Mulsa Vertikal ............................................................................................. 10
Gambar 10. Aplikasi Mulsa Vertikal ............................................................................ 10
Gambar 11. Mulsa Plastik Hitam Perak ...................................................................... 12

iv
DAFTAR LAMPIRAN

v
vi
1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semangka (Citrullus lanatus) merupakan tanaman buah semusim yang
tumbuh merambat dan termasuk dalam keluarga buah labu-labuan
(Cucurbitaceae). Semangka merupakan tanaman yang berasal dari daerah kering
tropis dan sub tropis Afrika. Tanaman semangka merupakan salah satu tanaman
hortikultura yang cukup tahan akan kekeringan. Curah hujan yang ideal untuk areal
penanaman semangka adalah 40-50 mm/bulan. Curah hujan yang terlalu tinggi
dapat berakibat buruk terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu mudah terserang
hama penyakit, bakal buah gugur dan pertumbuhan vegetatif panjang. Semangka
memerlukan penyinaran matahari secara penuh. Kekurangan sinar matahari
menyebabkan sulit berbunga dan bunganya banyak rontok, serta terjadi
kemunduran waktu panen. Suhu optimal yang dikehendaki tanaman berkisar 20–
30oC. Kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya jamur perusak
tanaman (Sunarjono, 2002).
Pada beberapa tahun terakhir, tingkat dan kualitas produksi semangka di
Indonesia tergolong rendah, hal ini disebabkan oleh tingkat konsumsi buah-
buahan setiap tahunnya yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk dan pola makan masyarakat, tetapi produksi tanaman semangka
tidak mengalami peningkatan atau dapat dikatakan stagnan bahkan terkadang
mengalami penurunan. Permasalahan tersebut menyebabkan permintaan akan
buah-buahan khususnya semangka juga semakin meningkat, sementara
penyediaan dari daerah sentra produksi maupun lokal belum memadai dan
membuat pemerintah mencari jalan lain untuk meningkatkan hasil produksi
semangka. Berbagai upaya untuk memenuhi permintaan semangka terus
dilakukan, antara lain melalui perluasan areal tanah dan peningkatan produksi
semangka menggunakan teknologi budidaya.
Budidaya semangka yang baik dengan memerhatikan syarat pertumbuhan
seperti iklim dan ketinggian tempat dimana semangka dibudidayakan,
perlindungan terhadap OPT serta pengolahan media tanam seperti persiapan,
pembukaan lahan, pembentukan bedengan, dan pemupukan dapat meningkatkan
hasil produksi tanaman semangka. Pada dasarnya hasil yang maksimal dihasilkan
dari proses budidaya yang optimal. Selain itu, untuk meningkatkan produksi
tanaman semangka juga dapat dilakukan dengan memakai teknologi yang dapat
menunjang budidaya semangka contohnya seperti pemakaian mulsa.
2

Dalam budidaya semangka, penggunaan mulsa (penutup permukaan


bedengan/guludan) sangat diperlukan karena memberikan keuntungan, antara
lain mengurangi laju evaporasi dari permukaan lahan sehingga menghemat
penggunaan air, memperkecil fluktuasi suhu tanah, serta mengurangi tenaga dan
biaya untuk pengendalian gulma. Fahrurrozi (2009), menyatakan bahwa salah
satu upaya untuk meningkatkan produksi semangka melalui penggunaan mulsa
yang baik untuk tanaman semangka. Mulsa dapat didefinisikan sebagai setiap
bahan yang dihamparkan untuk menutup sebagian atau seluruh permukaan tanah
dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang ditutupi tersebut. Bahan-bahan
dari mulsa dapat berupa sisa-sisa tanaman atau bagian tanaman yang lalu
dikelompokkan sebagai mulsa organik, dan bahan-bahan sintetis berupa plastik
yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa non organik.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum lapang teknologi produksi tanaman semangka adalah
untuk menerapkan ilmu yang didapat dari kegiatan kuliah dan tutorial dalam
kehidupan nyata dan untuk mengetahui pengaruh penggunaan mulsa plastik hitam
perak terhadap pertumbuhan, perkembangan, hasil, kualitas, dan kuantitas
tanaman semangka.
3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Semangka


Semangka (Citrullus vulgaris) adalah tanaman yang berasal dari Afrika.
Tanaman ini mulai dibudidayakan sekitar 4000 tahun SM sehingga tidak
mengherankan bila konsumsi buah semangka telah meluas ke semua belahan
dunia salah satunya Indonesia. Indonesia sendiri merupakan negara yang
memproduksi semangka tercatat ada beberapa daerah penghasil semangka di
Indonesia, yaitu indramayu, Banyuwangi, Yogyakarta, Lampung, Karawang, dan
juga Malang. Tanaman semangka sendiri merupakan tanaman semusim yang
hidupnya merambat dan memiliki aneka ragam jenis seperti semangka merah,
semangka kuning, semangka biji dan semangka non biji.
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Semangka
Tanaman semangka tergolong tanaman labu-labuan, seperti melon,
blewah, dan timun. Menurut Sobir dan Firmansyah (2010), tanaman semangka
diklasifikasikan ke dalam famili Cucurbitaceae, genus Citrullus, dan spesies
Citrullus lanatus.

Gambar 1. Tanaman Semangka (Doc. Kebunkita, 2015)

2.1.2 Morfologi Tanaman Semangka


Menurut Sobir dan Firmansyah (2010), tanaman semangka merupakan
tanaman semusim, tumbuh merambat hingga mencapai panjang 3-5 m.
Batangnya lunak, bersegi, berambut. Daun semangka berseling, bertangkai,
helaian daunnya lebar dan berbulu, menjari, dengan ujungnya runcing. Panjang
daun sekitar 3-25 cm dengan lebar 1,5-5 cm. Bagian tepi daun bergelombang dan
pemukaan bawahnya berambut rapat pada tulangnya. Bunga tanaman semangka
muncul pada ketiak tangkai daun, berwarna kuning cerah. Semangka memiliki tiga
jenis bunga, yaitu bunga jantan (staminate), bunga betina (pistillate), dan bunga
4

sempurna (hermaphrodite). Pada umumnya semangka memiliki bunga jantan dan


bunga betina dengan proporsi 7:1.

Gambar 2. Jenis-jenis Bunga Tanaman Semangka (Samadi, 2007)

Batang semangka berbentuk bulat lunak, berambut dan sedikit berkayu.


Batang ini merambat, panjangnya mencapai 3,5-5,6 m. Cabang-cabang lateral
mirip dengan cabang utama. Diantara ruas cabang dan daun terdapat sulur-sulur
sebagai ciri khas dari famili cucurbitaceae. Sulur-sulur ini berguna sebagai alat
pembelit atau pemanjat apabila tanaman semangka ini dibudidayakan dengan
sistem turus (Kalie, 2001).

Gambar 3. Batang dan Bunga Jantan Tanaman Semangka (BPP, 2012)


Semangka memiliki bentuk yang beragam dengan panjang 20-40 cm,
diameter 15-20 cm, dengan berat mulai dari 4 kg sampai 20 kg. Menurut bentuk
buahnya dibedakan menjadi tiga yaitu bulat, oval dan lonjong bahkan sekarang
ada yang berbentuk kotak. Semangka mempunyai kulit buah yang tebal, berdaging
dan licin. Bagian kulit semangka memiliki banyak kandungan yang bermanfaat
bagi kesehatan. Kulit semangka kaya akan zat sitrulin. Warna kulit buah
bermacam-macam, seperti hijau tua, kuning agak putih, atau hijau muda bergaris
putih. Daging buahnya renyah, mengandung banyak air dan rasanya manis dan
sebagian besar berwarna merah, walaupun ada yang berwarna jingga dan kuning.
Bentuk biji pipih memanjang berwarna hitam, putih, kuning atau cokelat
kemerahan, bahkan ada semangka tanpa biji (seedless).
5

Gambar 4. Bentuk Buah, Bunga Betina dan Daun Tanaman Semangka (BPP,
2012)

Gambar 5. Bentuk Buah Semangka (Samadi, 2007)

2.1.3 Stadia Perkembangan Tanaman Semangka

Gambar 6. Stadia Pertumbuhan Tanaman Semangka (Dosenbiologi, 2016)

Stadia pertumbuhan semangka terdiri dari fase generatif dan vegetatif yang
mana fase generatif tanaman memacu pembentukan jaringan penyimpanan. Sel-
sel jaringan penyimpabab akan terbentuk lebih banyak dan besar (Wijayanto,
2012).
2.2 Budidaya Tanaman Semangka

Menurut Alridiwirsah (2010), budidaya tanaman semangka dapat


dijelaskan sebagai berikut.
2.2.1 Persiapan Lahan dan Pengolahan Tanah
Lahan yang digunakan terlebih dahulu diukur sesuai dengan luas areal
yang dibutuhkan untuk penelitian, kemudian dilakukan pengolahan tanah sedalam
6

lebih kurang 20 cm, kemudian dibersihkan dari semua kotoran. Setelah


pengolahan tanah selesai lalu dibuat plot-plot percobaan, dimana panjang plot 3
meter dan lebar 1 meter. Jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 40 cm
yang juga berfungsi sebagai parit drainase dan jalan untuk pemeliharaan.
2.2.2 Pembibitan
Benih semangka yang telah berkecambah langsung disemaikan pada
media semai di polybag. Media semainya terdiri dari topsoil dan pupuk kandang.
Media tersebut dicampur rata dan dimasukkan kedalam polybag (ukuran 7 cm x
11 cm), dan dibiarkan dahulu selama dua hari.
2.2.3 Pemupukan
Pupuk kandang diberikan sesudah tanah diolah atau 2 minggu sebelum
tanam. Dosis pupuk yang diberikan sesuai dengan perlakuan. Sedangkan untuk
pupuk anorganik, cara pemberiannya ditaburkan secara merata pada bedengan
dengan cara membuat larikan di tengah bedengan. Pupuk anorganik diberikan tiga
hari sebelum semaian ditanam dibedengan, setelah itu bedengan disiram dengan
air secukupnya barulah bedengan ditutup dengan mulsa.
2.2.4 Pemasangan Mulsa
Setelah tanah digemburkan dan dibentuk bedengan sesuai dengan ukuran
kebutuhan, lalu pupuk kandang dan pupuk anorganik diberikan dan ditutup dengan
tanah secara merata lalu disiram oleh air. Kemudian mulsa diletakkan ke
bedengan.
2.2.5 Penanaman
Penanaman bibit dilakukan pada pagi dan sore hari. Bibit ditanam pada
lubang tanam yang telah disediakan. Bibit dari semaian polybag diambil dan
dimasukkan dalam lubang tanam. Celah-celah lubang tanam ditutup dengan
tanah, kemudian disiram dengan air agar tanah dengan bibit menyatu.
2.2.6 Pemeliharaan
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan sejak tanaman dipersemaian sampai tanaman akan
dipanen. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari.
2. Penyulaman
Bila tanaman yang baru dipindahkan mengalami pertumbuhan yang abnormal,
layu atau mati maka segera dilakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan sampai
tanaman berumur dua minggu setelah tanam.
7

3. Seleksi Buah
Seleksi buah dilakukan sebelum buah menjadi besar yaitu pada saat buah
sebesar telur ayam. Buah yang dipelihara adalah buah yang pertumbuhan dan
bentuknya baik. Untuk setiap cabang dipelihara hanya satu buah.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sejak pembibitan sampai tanaman
akan dipanen. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanis,
fisik, biologi, maupun kimiawi.
5. Panen
Penentuan saat panen penting artinya sebab berpengaruh langsung terhadap
kualitas buah dan produksi. Buah yang akan dipanen mempunyai ciri-ciri tangkai
buahnya telah mengering, salur-salurnya berubah warna dari hijau menjadi
kecoklatan, kulit buah sudah tidak mengandung lapisan lilin. Bila buah ditepuk-
tepuk dengan tangan, suaranya menggema maka sudah bisa dipanen.
Pemanenan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam. Tangkai buah ikut
dipotong agak panjang.

Gambar 7. Para Petani memanen buah semangka (Sobir dan Firmansyah, 2010)

2.3 Varietas Semangka Biji dan Non Biji


2.3.1 Semangka Biji
Merupakan semangka yang biasa ditemukan di berbagai daerah,
umumnya dijual dipasar traditional. Semangka jenis ini merupakan versi normal
(2n) diploid dengan tanpa penambahan kolkisin untuk memacu pembelahan sel.
Varietas semangka unggul semangka biji di Indonesia antara lain Amor F1,
Asmara F1, Angela F1, Possa F1, Palguna F1, Punggawa F1, Anabel F1, dan
Baginda F1 (Sobir dan Firmansyah, 2010).
8

2.3.2 Semangka non Biji


Semangka non biji merupakan jenis semangka yang digemari oleh
masyarakat bukan hanya karna tidak mengandung biji namun karna mngandung
banyak air dan rasanya yang manis serta mengandung cukup gizi yang dibutuhkan
untuk tubuh. Secara genetik semangka non biji merupakan semangka (3n) atau
triploid, cara mendapatkannya dapat dilakukan dengan menyilangkan semangka
diploid (2n) dengan semangka berkromosom tetraploid (4n). Menurut Samadi
(2007), membuat semangka non biji diawali dengan memperlakukan biji tanaman
semangka biasa (2n) menjadi tetraploid (4n), yaitu dengan penambahan kolkisin
pada bagian-bagian titik tumbuh vegetatif yaitu pada benih kecambah dan ujung
batang tanaman. Selanjutnya adalah menyilangkan tanaman tetraploid tersebut
dengan tanaman semangka biasa guna mendapatkan tanaman triploid (3n) yang
tidak memiliki biji.

Gambar 8. Skema Pembuatan Semangka Non-Biji (Adi Waskito, et al, 1998)

2.4 Pemulsaan Pada Tanaman Semangka


Fahrurrozi (2009), menyatakan bahwa mulsa adalah material penutup
tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta
menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut
tumbuh dengan baik. Dalam budidaya semangka, penggunaan mulsa (penutup
permukaan bedengan) sangat diperlukan karena memberikan keuntungan, antara
lain mengurangi laju evaporasi dari permukaan lahan sehingga menghemat
penggunaan air, memperkecil fluktuasi suhu tanah, serta mengurangi tenaga dan
biaya untuk pengendalian gulma (Junaidi, et al, 2013).
Purwowidodo (2010), menyatakan pemberian mulsa dapat memperbaiki
temperatur dan kelembaban tanah serta memberikan pengaruh yang
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Manfaat lainnya dari pemberian
mulsa salah satunya adalah memperkecil evaporasi di samping memberikan
9

keuntungan tambahan dalam meningkatkan produktivitas tanah, sehingga bisa


memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman Fahrurrozi (2009). Ditegaskan pula
oleh Isbandi (2000), bahwa faktor lingkungan seperti kadar air, udara, dan unsur
hara dari tanah turut mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman termasuk
asimilasi, pembentukan protoplasma baru serta meningkatkan dalam ukuran dan
berat tanaman.
Keuntungan pemberian mulsa antara lain melindungi agregat-agregat
tahan dari daya rusak air hujan, meningkatkan penyerapan air oleh tanah,
mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan, memelihara temperatur
tanah, memelihara kandungan bahan organik tanah dan mengendalikan
pertumbuhan gulma (Purwowidodo, 2010).
Dalam budidaya semangka, penggunaan mulsa sangat diperlukan dengan
tujuan-tujuan tertentu, seperti untuk menghindari kehilangan air melalui
penguapan, menekan pertumbuhan gulma yang ada disekitar tanaman sehingga
mengurangi biaya dalam pengendalian gulma, menaikkan suhu dan menurunkan
kelembaban disekitar tanaman sehingga dapat menghambat munculnya hama
dan penyakit, melindungi tanah dari terpaan hujan, erosi, menjaga struktur serta
menambah kesuburan tanah sehingga membuat tanaman tumbuh dengan baik.
Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa
organik dan anorganik.
2.4.1 Mulsa Organik
Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti
sisa-sisa tanaman, jerami dan alang-alang. Sisa-sisa tanaman yang disebar di
permukaan tanah dapat berupa seresah tanaman, cabang, ranting, batang
maupun daun-daun bekas tanaman atau sisa tanaman hasil panen. Mulsa organik
diberikan setelah tanaman atau bibit ditanam. Keuntungan mulsa organik adalah
lebih ekonomis, mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah
kandungan bahan organik dalam tanah. Terdapat berbagai macam mulsa organik
antara lain adalah sebagai berikut.
A. Mulsa Vertikal
Mulsa umumnya disebarkan secara merata di permukaan tanah, akan
tetapi teknik mulsa vertikal dilakukan dengan memasukkan sisa tanaman kedalam
saluran atau alur yang dibuat menurut kontur pada bidang olah untuk mengurangi
kekuatan aliran permukaan dan menampung sedimen terangkut di sepanjang
saluran bidang olah. Cara lain penerapan mulsa vertikal adalah dengan
10

memasukkan sisa tanaman secara vertikal ke dalam rekahan tanah yang terjadi
pada musim kemarau.

Gambar 9. Mulsa Vertikal (Tyasningsiwi, 2012)

Dalam aplikasi mulsa vertikal harus memperhatikan hal-hal berikut:


1. Kemiringan lereng,
2. Panjang lereng,
3. Jarak antara saluran,
4. Lebar saluran, dan
5. Kedalaman saluran.

Gambar 10. Aplikasi Mulsa Vertikal (Tyasningsiwi, 2012)

Semakin besar kemiringan lereng, jarak antara saluran akan semakin


dekat, sementara ukuran dan kedalaman saluran akan menentukan banyaknya
bahan mulsa yang dapat di benamkan. Keunggulan mulsa vertikal antara lain:
1. Mampu mengurangi erosi pada dinding dan dasar saluran; Penambahan
mulsa vertikal mampu mengurangi erosi sebesar 47% dalam satu kali musim
tanam,
2. Meningkatkan peresapan air hujan; Mulsa vertikal mampu mengurangi
aliran permukaan sebesar 65.9% dalam satu kali musim tanam,
3. Meningkatkan kesuburan tanah karena menambah bahan organik
tanah. Penerapan mulsa vertikal dalam satu kali musim tanam pada
lahan pertanian kering setara dengan 1747.8 kg urea, 20.28 kg SP36
dan 6.61 kg KCl per hektar.
4. Meningkatkan kehidupan jasad mikro di dalam tanah, dan
11

5. Meningkatkan kelembaban tanah.


b. Mulsa anyaman
Anyaman mulsa yang terbuat dari alang-alang dapat dimanfaatkan untuk
mencegah erosi. Penganyaman dilakukan menggunakan tali rafia, tali ijuk atau tali
lain yang dapat bertahan lama. Cara membuatnya adalah sebagai berikut:
1. Alang-alang dipotong sama panjang sekitar 50 cm-1 m. Lebar mulsa
disesuaikan dengan lebar dan tinggi bedengan sehingga dapat
menutup seluruh bedengan. Untuk lebar bedengan sekitar 110 cm,
dengan tinggi 30 cm, maka lebar mulsa =110 + (2x30) = 170 cm.
Siapkan 4 buah balok kayu sebagai pengikat tali dengan panjang balok
sekitar 10 cm dan lebar 5 cm;
2. Siapkan tali rafia atau tali ijuk, potong-potong, sesuaikan lebar
bedengan atau sekitar 2 m untuk lebar bedengan 170 cm kemudian
belah 2 memanjang;
3. Ikatkan masing-masing ujung tali pada balok kayu, kemudian lipat dua
tali hingga bagian tengah tali dan ujung balok bertemu;
4. Ambil satu genggam bahan mulsa, selang-selingkan antara pangkal
batang dan ujung batang sehingga diperoleh mulsa yang rata
ketebalannya;
5. Mulailah menganyam dari ujung tengah tali;
6. Untuk panjang 1 digunakan 2 buah tali. Selipkan tali berselang-seling
sehingga diperoleh lembaran mulsa yang rapat namun masih
memungkinkan memasukkan tanaman dari atasnya.
Keunggulan mulsa anyaman adalah sebagai berikut:
1. Mudah dalam pemeliharaan,
2. Menekan perkembangan gulma: Penyiangan cukup dilakukan di sekitar
batang tanaman,
3. Mengurangi frekuensi penyiraman karena berkurangnya penguapan,
4. Meningkatkan kelembaban tanah.
Pemeliharaan mulsa anyaman adalah sebagai berikut:
1. Mulsa anyaman dapat digunakan 2-3 kali musim tanam tergantung
musim; Penanaman dimusim kemarau dapat menggunakan mulsa
hingga tiga kali musim tanam,
2. Pemanenan dilakukan dengan cara terlebih dahulu mencabut semua
bagian tanaman yang berada diatas mulsa,
12

3. Setelah semua dipanen mulsa digulung atau ditumpuk dengan hati-hati


untuk penggunaan berikutnya,
4. Bagian mulsa yang rusak pada penggunaan mulsa untuk musim tanam
berikutnya dapat ditutup dengan bahan mulsa yang sama.
c. Mulsa Sisa Tanaman
Mulsa ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang
jagung), pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan
tersebut disebarkan secara merata di atas permukaan tanah setebal 2-5 cm
sehingga permukaan tanah tertutup sempurna. Mulsa sisa tanaman dapat
memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah. Mulsa juga
menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak
terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapat menarik
binatang tanah (seperti cacing), karena kelembaban tanah yang tinggi dan
tersedianya bahan organik sebagai makanan cacing. Adanya cacing dan bahan
organik akan membantu memperbaiki struktur tanah. Mulsa sisa tanaman akan
melapuk dan membusuk. Karena itu perlu menambahkan mulsa setiap tahun atau
musim, tergantung kecepatan pembusukan. Sisa tanaman dari rumput-rumputan,
seperti jerami padi, lebih lama melapuk dibandingkan bahan organik dari tanaman
leguminose seperti benguk, Arachis, dan sebagainya.
2.4.2 Mulsa Anorganik
Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar atau tidak
dapat terurai. Contoh mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam
perak atau karung. Mulsa anorganik dipasang sebelum tanaman atau bibit
ditanam, lalu dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Mulsa anorganik banyak
digunakan dalam budidaya semangka, cabai, atau melon. Sejauh ini mulsa yang
biasa digunakan dalam budidaya semangka berupa bahan sintetik yaitu mulsa
hitam perak (MHP).

Gambar 11. Mulsa Plastik Hitam Perak (Tyasningsiwi, 2012)


13

Teknik budidaya dengan sistem mulsa plastik hitam perak (MPHP)


merupakan pengembangan teknologi sistem mulsa plastik untuk berbagai usaha
tani tanaman sayuran dan buah-buahan yang dirintis oleh negara Jepang dan
Taiwan. MPHP ini memiliki dua muka dan dua warna yaitu muka pertama berwana
hitam dan muka kedua berwarna perak. Warna hitam dimaksudkan untuk menutup
permukaan tanah, dimana warna ini akan menyerap panas sehingga suhu di
perakaran tanaman menjadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar akan optimal
sehingga aktivitas mikroorganisme dalam tanah bisa berkembang dengan baik
yang menyebabkan semangka dapat dipanen lebih awal. Selain itu warna hitam
juga mencegah sinar matahari menembus ke dalam tanah sehingga benih-benih
gulma tidak akan tumbuh. Sedangkan warna perak dimaksudkan sebagai
permukaan atas tempat menanam suatu tanaman budidaya dimana warna ini akan
memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi lebih optimal,
kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangi serangan penyakit, dan
mengusir atau menekan jumlah serangga penggangu tanaman seperti Thrips,
Aphids, tungau, dan ulat daun pada semangka. Selain itu, mulsa juga dapat
menjaga buah yang berada di atas permukaan tanah terhindar dari percikan air
tanah sehingga dapat mengurangi resiko berjangkitnya penyakit busuk buah.
Untuk tanaman yang berumur pendek seperti semangka ini, mulsa plastik hitam
perak dapat digunakan 2 kali masa tanam. Adapun pemasangan mulsa plastik
yang tepat dilakukan dengan cara di bawah ini:
1. Mulsa dipasang ketika matahari sedang bersinar dengan teriknya, sehingga
mulsa mudah memuai dan akan menutup rapat bedengan.
2. Mulsa dipasang dengan bagian perak menghadap ke atas,
3. Pemasangan mulsa sedikitnya dilakukan oleh empat orang. Mula-mula, mulsa
dipasang dengan cara dua orang memegang masing-masing ujung mulsa
pada masing-masing ujung bedengan. Dua orang lainnya, masing-masing
memegang mulsa pada sisi-sisi bedengan. Tarik tepi mulsa hingga mulsa
menutup seluruh bagian bedengan. Gunakan pasak dari bambu untuk
mengaitkan sisi-sisi mulsa dengan bedengan, sehingga mulsa tidak mudah
terlepas. Pemasangan pasak dilakukan di sekeliling bedengan dari ujung satu
ke ujung lainnya,
4. Setelah itu, mulsa terpasang didiamkan selama 2-3 minggu, agar proses
fermentasi atau dekomposisi tanah bisa berjalan lancar,
14

5. Kemudian, mulsa dilubangi dengan menggunakan alat pelubang mulsa berupa


kaleng berdiameter 10 cm. Lubang dibuat sesuai jarak tanam. Jarak tanam
berpengaruh terhadap tingkat kelembapan di sekitar tanaman; tingkat
perkembangan patogen; tingkat penggunaan unsur hara tanah; dan intensitas
penerimaan cahaya matahari. Jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan
peningkatan kelembapan tanah, sehingga bisa memicu tumbuhnya patogen.
Selain itu, pertumbuhan tanaman menjadi terhambat karena proses
fotosintesis tidak berjalan sempurna,
6. Setelah mulsa dilubangi, diamkan selama 3-4 hari atau seminggu, sehingga
gas di dalam tanah hilang. Selanjutnya, bibit siap ditanam ke dalam lubang
yang telah disiapkan. Disarankan, tenggat waktu antara tanah ditutup mulsa
dengan pemindahan bibit tidak terlalu cepat, sebab di dalam mulsa tengah
terjadi fermentasi atau dekomposisi gas yang bisa menghambat pertumbuhan
atau malah mematikan bibit yang ditanam (Tyasningsiwi, 2012).
Pada jurnal yang ditulis oleh Junaidi (2013), dinyatakan bahwa perlakuan
macam mulsa meningkatkan panjang tanaman, berat buah, lingkar buah, berat
segar brangkasan, dan berat kering brangkasan tanaman semangka. Hasil terbaik
dari penelitian macam mulsa adalah perlakuan mulsa plastik hitam perak.
15

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman komoditas Semangka (Citrullus


lanatus) dilaksanakan selama satu semester mulai dari 2 September 2017 sampai
Desember 2017 dan bertempat di lahan pertanian Desa Jatimulyo, Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang Jawa Timur, yang memiliki luuas lahan 966 m2 dengan
letak geografis berada pada ketinggian 480 mdpl, suhu minimum 20 oC dan
maksimum 28 oC.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul untuk pengolahan
lahan; ember digunakan untuk wadah air yang akan disiramkan pada lahan;
meteran digunakan sebagai alat pengukur lahan pada saat mengatur jarak tanam,
dan juga digunakan sebagai pengukur tinggi tanaman; alat tulis digunakan untuk
mencatat hasil pengamatan; alfa board digunakan sebagai papan keterangan;
spidol digunakan untuk memberi keterangan di papan alfa board; form
pengamatan digunakan untuk mencatat hasil pengamatan; kamera digunakan
untuk mendokumentasi hasil pengamatan; tali rafia digunakan untuk membuat
jarak tanam; gunting digunakan untuk memotong tali rafia dan melubangi mulsa
plastik; tancapan bambu digunakan untuk mempermudah pemasangan mulsa
plastik hitam perak; dan ember untuk menyirami tanaman saat pemeliharaan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah bibit tanaman semangka
yang digunakan sebagai bahan tanam; mulsa plastik hitam perak (MPHP)
digunakan sebagai tutupan bedeng lahan semangka; pupuk kandang yang
diaplikasikan saat pengolahan lahan ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik, biologi
dan kimia tanah; pupuk SP36 digunakan sebagai penambah zat Phospor yang
dibutuhkan tanaman dengan rekomendasi yaitu 150 kg/ha; pupuk Urea digunakan
sebagai penambah zat Nitrogen yang dibutuhkan tanaman dengan rekomendasi
yaitu 100 kg/ha ; pupuk KCL digunakan sebagai penambah zat Kalium dengan
rekomendasi yaitu 150 kg/ha; dan air untuk menyirami tanaman secara rutin.
16

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Persiapan Lahan dan Pengolahan Lahan
Hal pertama yang dilakukan sebelum penanaman yaitu menyiapkan alat
dan bahan yang diperlukan terlebih dahulu lalu mengukur petak lahan yang
digunakan untuk penanaman yaitu berukuran 5 x 1 m dengan jarak antar petak
lainnya yaitu 30 x 40 cm. Selanjutnya adalah mempersiapkan lahan yang akan
ditanami semangka. Lahan digemburkan terlebih dahulu karena pada saat itu
kondisi tanah sangat kering maka dari itu tanah perlu disiram dengan air dan diolah
dengan menggunakan cangkul agar kondisi tanah gembur.
3.3.2 Pemasangan Mulsa
Setelah lahan selesai diolah langkah selanjutnya yaitu memasang MPHP
pada petak lahan. MPHP ditancapkan pada permukaan tanah dengan
menggunakan bambu yang telah dipilah tipis. Dilanjutkan dengan membuat lubang
tanam pada petak lahan dengan jarak antar lubang 30 x 40 cm. Pada tiap petak
lahan terdapat 2 baris tanaman semangka dengan jumlah 8 bibit/baris dan total 16
bibit pada satu petak lahan. Lubang tersebut dibuat dengan menggunakan botol
air mineral satu liter yang telah digunting dengan kedalaman yang sesuai untuk
bibit semangka.
3.3.3 Penanaman
Penanaman bibit semangka, setelah bedengan siap dan MPHP sudah
terpasang selanjut buat lubang sedalam ±5 cm pada setiap lubang tanam
kemudian ambil bibit semangka yang sudah disiapkan. Setelah itu, membuka
pembungkus media bawaan pada bibit semangka dan masukkan pada setiap
lubang tanam lalu tutup lubang dengan tanah.
3.3.4 Pemupukan
Pupuk yang diberikan adalah pupuk SP36 yang diaplikasikan setelah bibit
ditanam yaitu dengan cara ditugal dengan jarak kurang lebih 5 cm dari bibit dengan
kedalaman yang sesuai, kemudian masukkan pupuk kedalam tanah dengan dosis
4,69 gr/tanaman. Setelah itu lubang ditutup kembali dan memasang pelepah
pisang sebagai penaung dari intensitas cahaya matahari yang tinggi lalu
menyirami tiap lubang tanam dengan air secukupnya. Pemberian pupuk Urea dan
KCl dilakukan pada 7 hst dan 28 hst dengan takaran pupuk Urea 3,13
gram/tanaman dan KCl 4,69 gram/tanaman, kedua pupuk di berikan secara
bersamaan dengan cara ditugal dengan jarak 5 cm dari tanaman dengan
17

kedalaman 5-10 cm, masukkan pupuk kedalam tanah yang telah ditugal kemudian
tutup kembali lubang.
3.3.5 Penyulaman
Pada satu minggu setelah tanam, dilakukan penyulaman pada bibit yang
mati. Dari total 16 bibit yang ditanam, terdapat 5 bibit yang mati. Setelah bibit
dipindahkan ke petak lahan, dilakukan pemupukan seperti semula.
3.3.6 Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan rutin untuk penyiangan gulma dan
penyiraman tanaman. Bersihkan gulma yang ada di sekitar tanaman, kemudian
ambil air menggunakan ember dan siramkan pada setiap tanaman secukupnya.
3.3.7 Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali dengan parameter
pengamatan yang sudah ditentukan. Setelah mengamati lalu mencatat hasil dan
mendokumentasikannya.
3.4 Parameter Pengamatan
Adapun parameter pengamatan pada praktikum Teknologi Produksi Tanaman
komoditas semangka sejak minggu ke-2 yang akan dilakukan adalah:
3.4.1 Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai pangkal batang tanaman semangka hingga
ujung daun semangka terpanjang menggunakan penggaris atau meteran kain.
Pengukuran sulur dilakukan pada minggu ke-2 sejak tanaman diletakan pada
lahan.
3.4.2 Jumlah Daun
Pengamatan penghitungan jumlah daun yang muncul pada semangka
sejak minggu ke-2 penanaman telah dilakukan. Pengamatan dan penghitungan
jumlah buah dilakukan setiap minggunya dilahan.
3.4.3 Jumlah Bunga Jantan
Penghitungan jumlah bunga jantan dilakukan pada 5 sampel tanaman yang
sudah ditentukan, kemudian dihitung jumlah bunga jantan yang mucul pada setiap
tanaman.
3.4.4 Jumlah Bunga Betina
Jumlah bunga betina dilakukan pada 5 sampel tanaman yang sudah
ditentukan, kemudian dihitung jumlah bunga betina yang mucul pada setiap
tanaman.
18

3.4.5 Bobot buah


Pengamatan bobot buah dilakukan dengan cara menimbang buah yang
telah di panen pada setiap tanaman sampel menggunakan timbangan
3.4.6 Pengamatan Intensitas Penyakit (IP/Indeks Penyakit)
Pengamatan ini dilakukan sekali seminggu pada setiap tanaman dan
hasilnya ditulis dalam bentuk persen (%), gunanya untuk mengetahui seberapa
besar intensitas penyakit yang disebabkan oleh hama, patogen, maupun defisiensi
unsur hara. Intensitas penyakit pada daun tanaman semangka diukur setiap 7 hari
sesuai dengan jadwal praktikum di lapang dengan menggunakan 5 sampel
tanaman yang sudah dipilih, kemudian hasil dari pengamatan dicatat di form
pengamatan dan di foto untuk di dokumentasikan. Adapun rumus untuk
menghitung intensitas penyakit:
n
IP Mutlak = x 100%
V
Keterangan:
IP = intensitas serangan penyakit
n = jumlah tanaman terserang
V = total populasi tanaman
Sedangkan pada metode skoring digunakan ketika penyakit menyerang
hanya sebagian bagian tanaman. dengan skala-skala sebagai berikut :
1. Skala 0 apabila luas permukaan daun tidak menunjukkan adanya gejala atau
sehat,
2. Skala 1 apabila luas permukaan daun terserang 1-25 %.
3. Skala 2 apabila luas permukaan daun terserang 26-50 %.
4. Skala 3 apabila luas permukaan daun terserang 51-75 %
5. Skala 4 apabila luas permukaan daun terserang 76-100 %.
Setelah mengetahui kategori skala penyakit kemudian dihitung menggunakan
rumus metode scoring yaitu:

(n x v)
IP skoring = x 100%
ZxN
Keterangan:
IP = Intensitas serangan penyakit
n = jumlah daun dari tiap kategori serangan
v = nilai skala dari kategori serangan
Z = nilai skala dari kategori serangan tertinggi
19

N = jumlah daun yang diamati


3.4.7 Keragaman Arthopoda
Pada pengamatan ini dilakukan sekali selama seminggu pada setiap
tanaman dengan cara mengamati berapa jumlah hama maupun musuh alami yang
terdapat pada tanaman, setelah itu mengamati pula arthropoda yang ada pada
Yellow trap yang telah diletakkan di lahan, kemudian hasil dari pengamatan dicatat
di form pengamatan dan di foto untuk di dokumentasikan.
20

DAFTAR PUSTAKA

Adi Waskito, dkk. 1998. Laporan Penelitian: Pengaruh Penggunaan Mulsa


(Jerami, Alang-alang, Plastik Hitam Perak) Terhadap Produksi Semangka
Tanpa Biji (Citrullus lanatus). FMIPA Univ.Terbuka
Alridiwirsah. 2010. Respon Pertumbuhan dan Produksi Semangka terhadap
Pupuk Kandang dan Mulsa Cangkang Telur. J. Agrium. 16(2): 1-10.
BPP. 2012. Cara Mengawinkan Bunga Semangka Dikelompok Tani “Tani Mulyo”
Desa Kromasan Kecamatan Ngunut. Diundur dari
http://bppngunuttulungagungjawatimur.blogspot.co.id/2012/12/cara-
mengawinkan-bunga-semangka.html. Diakses tanggal 17 Oktober 2017.
Dosenbiologi. 2016. Daur Hidup Semangka – Jenis, Hama dan Manfaatnya.
Diunduh dari http://dosenbiologi.com/tumbuhan/daur-hidup-semangka.
Diakses tanggal 17 Oktober 2017.
Fahrurrozi. 2009. Mulsa Plastik Hitam Perak. http://unib.ac.id. Diakses pada
tanggal 17 Oktober 2017.
Isbandi, D. 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Departemen
Agronomi Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
Junaidi, Imam, Sartono Joko Santosa, dan Endang Sri Sudalmi. 2013. Pengaruh
Macam Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Semangka
(Citrullus vulgaris schard). Jurnal Inovasi Pertanian. 12(2): 67-78.
Kalie, M. B. 2001. Bertanam Semangka. Penebar Swadaya. Jakarta.
Purwowidodo. 2010. Teknologi Mulsa. Dewaruci Press. Jakarta.
Samadi, B. 2007. Semangka Tanpa Biji. Kanisius. Yogyakarta.
Sobir dan Firmansyah D. Siregar. 2010. Budidaya Semangka Panen 60 Hari.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Sunarjono, H. 2006. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Tyasningsiwi, R. W. 2012. Mulsa Tanaman Semangka Tanpa Biji (Citrullus
vulgaris).
http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&v
iew=article&catid=20:berita-utama&id=45:mulsa-pada-tanaman-
semangka. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2017.
Wijayanto, T., Wa Ode Rahza Yani, dan Made Widana Arsana. 2012. Respon Hasil
dan Jumlah Biji Buah Semangka (Citrullus vulgaris) dengan Aplikasi
Hormon Giberelin (GA3) 2(1): 57-62.
21

LAMPIRAN

Lampiran 1. Log Book Kegiatan Praktikum Lapang TPT Kelompok Semangka


Kelas Q

No Tanggal Kegiatan Deskripsi Dokumentasi


Pembalikan
18
Pengolahan tanah dan
1 September -
lahan pemberian
2017
pupuk kandang

Persiapan
bedengan
Persiapan
dilanjutkan
lahan,
pemasangan
2 Oktober pemulsaan,
2 mulsa,
2017 penanaman
penanaman
bibit, dan
bibit dan
pemupukan
pengaplikasian
pupuk SP-36

Dilakukan
penyiraman,
Perawatan, penyiangan dan
pemupukan pemberian
9 Oktober
3 dan pupuk Urea dan
2017
pengamatan KCL, serta
parameter mengamati
parameter yang
telah ditentukan

Dilakukan
penyiraman,
Perawatan
penyiangan dan
16 Oktober dan
4 mengamati
2017 pengamatan
parameter yang
parameter
telah ditentukan

Dilakukan
penyiraman,
Perawatan
17 Oktober penyiangan dan
5 dan
2017 pemberian
pemupukan
pupuk Urea dan
KCL
22

Dilakukan
Perawatan penyiraman,
23 Oktober dan penyiangan dan
6
2017 pengamatan mengamati
parameter parameter yang
telah ditentukan

Lampiran 2. Pengamatan 1 MST


Panjang Jumlah Jumlah Jumlah
Sampel Dokumentasi
Tanaman Daun Bunga Buah

17 cm 3 0 0

2
15 cm 3 0 0

3 19,5 cm 3 0 0

4 15,8 cm 2 0 0
23

5 20 cm 2 0 0

Lampiran 3. Pengamatan 2 MST

Panjang Jumlah Jumlah Jumlah


Sampel Dokumentasi
Tanaman Daun Bunga Buah

1 22,5 cm 8 0 0

2 18,1 cm 7 0 0

3 19,5 cm 5 0 0
24

4 17,5 cm 5 0 0

5 - - - -

Lampiran 4. Pengamatan 3 MST


Panjang Jumlah Jumlah Jumlah
Sampel Dokumentasi
Tanaman Daun Bunga Buah
1 46 cm 22 1 0
2 35 cm 17 0 0
3 32.5 cm 13 0 0
4 34 cm 16 0 0
5 - - - -

Lampiran 5. Perhitungan Pupuk

a. Urea
Diketahui : Luas lahan =5x1m
Rekomendasi =100 kg/ha
Populasi =16 tanaman
Ditanya : Kebutuhan pupuk/tanaman
Jawab : Kebutuhan pupuk/petak = Luas lahan x rekomendasi
1 ha
= 5x1m x 100 kg
2
10.000 m
25

= 0,05 kg/petak
= 50 gr/petak
Kebutuhan pupuk/tanaman = Kebutuhan pupuk/petak
Populasi
= 50 gr
16 tanaman
= 3,13 gr/tanaman
b. SP36
Diketahui : Luas lahan =5x1m
Rekomendasi =150 kg/ha
Populasi =16 tanaman
Ditanya : Kebutuhan pupuk/tanaman
Jawab : Kebutuhan pupuk/petak = Luas lahan x rekomendasi
1 ha
= 5x1m x 150 kg
10.000 m2
= 0,075 kg/petak
= 75 gr/petak

Kebutuhan pupuk/tanaman = Kebutuhan pupuk/petak


Populasi
= 75 gr
16 tanaman
= 4,69 gr/tanaman

c. KCl
Diketahui : Luas lahan =5x1m
Rekomendasi =150 kg/ha
Populasi =16 tanaman
Ditanya : Kebutuhan pupuk/tanaman
Jawab : Kebutuhan pupuk/petak = Luas lahan x rekomendasi
1 ha

= 5x1m x 150 kg
10.000 m2
26

= 0,075 kg/petak
= 75 gr/petak

Kebutuhan pupuk/tanaman = Kebutuhan pupuk/petak


Populasi
= 75 gr
16 tanaman
= 4,69 gr/tanaman

Anda mungkin juga menyukai