TINJAUAN PUSTAKA
Abdominal Discomfort
2.1.1. Pengertian
Abdominal discomfort (Ketidak nyamanan perut) adalah sensasi tidak menyenangkan
atau menyakitkan di perut. Saluran pencernaan menempati sebagian besar perut dan sering
disebabkan oleh kondisi dinding tubuh, kulit, pembuluh darah, atau saluran kemih. Kadang-
kadang, kondisi organ reproduksi atau dada dapat membuat perut tidak nyaman.
Ketidak nyamanan umum mungkin karena gas, gangguan pencernaan, atau infeksi.
Ketika lebih parah, terutama jika sembelit juga terjadi, obstruksi usus dapat hadir. Penyakit
atau kerusakan organ seperti usus buntu, kandung empedu, limpa, atau perut mungkin sumber
ketika rasa sakit lebih lokal. Daerah mungkin lembut untuk disentuh atau, dalam kasus usus
buntu yang pecah atau masalah yang sama, rasa sakit bisa berat dan seluruh perut mungkin
kaku.
2.1.2. Etiologi
Abdominal discomfort Sebagai suatu gejala atau sindrom, abdominal discomfort
dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan
abdominal discomfort.
Penyebab :
- Tukak peptik
- Gastritis
- Keganasan
2. Gastroparesis
3. Obat-obatan
- Teofilin
- Digitalis
- Antibiotik
4. Hepato - bilier
- Hepatitis
- Kolesistisis
- Kolelitiasis
- Keganasan
5. Pankreas
- Pankreatitis
- Keganasan
6. Keadaan sistemik
- Diabetes melitus
- Penyakit tiroid
- Gagal ginjal
- Kehamilan
7. Gangguan fungsional
- Dispepsia fungsional
6. Perut kembung
2.1.4. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam
pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga
2.1.5. DIAGNOSIS
A. ANAMNESIS
Berapa sering terjadi keluhan abdominal discomfort?, sejak kapan terjadi keluhan?,
adakah berkaitan dengan konsumsi makanan? Adakah pengambilan obat tertentu dan
aktivitas tertentu dapat menghilangkan keluhan atau memperberat keluhan? Adakah pasien
mengalami nafsu makan menghilang?, muntah?, muntah darah?, BAB berdarah?, batuk atau
nyeri dada? Pasien juga ditanya, adakah ada konsumsi obat-obat tertentu? Atau adakah dalam
masa terdekat pernah operasi? Adakah ada riwayat penyakit ginjal, jantung atau paru?
B. PEMERIKSAAN FISIK
yang padat misalnya tumor, organomegali, atau nyeri tekan sesuai dengan adanya ransang
peritoneal/ peritonitis. Tumpukan pemeriksaan fisik pada bagian abdomen. Inspeksi akan
distensi,asites, parut, hernia yang jelas, ikterus, dan lebam. Auskultasi akan bunyi usus dan
karekteristik motilitasnya. Palpasi dan perkusi abdomen, perhatikan akan tenderness, nyeri,
pembesaran organ dan timpani. Pemeriksaan tanda vital bisa ditemukan takikardi atau nadi
yang tidak regular. Kemudian, lakukan pemeriksaan sistem tubuh badan lainnya. Perlu
ditanyakan perubahan tertentu yang dirasai pasien, keadaan umum dan kesadaran pasien
diperhatikan. Auskultasi bunyi gallop atau murmur di jantung. Perkusi paru untuk
mengetahui konsolidasi.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja,
dan urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda
infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak
tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung. Pada karsinoma saluran pencernaan perlu
diperiksa petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan
2. Barium enema untuk memeriksa esofagus, lambung atau usus halus dapat dilakukan pada
orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau
mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan. Pemeriksaan ini dapat
mengidentifikasi kelainan struktural dinding/mukosa saluran cerna bagian atas seperti adanya
3. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa esofagus, lambung atau usushalus dan untuk
mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung.Contoh tersebut kemudian
Helicobacter pylori
terapeutik.
Pemeriksaan ini sangat dianjurkan untuk dikerjakan bila disertai oleh keadaan yang disebut
alarm symptoms yaitu adanya penurunan berat badan, anemia, muntah hebat dengan dugaan
adanya obstruksi, muntah darah, melena, atau keluhan sudah berlangsung lama, dan terjadi
serologi. Helicobacter pylori, dan urea breath test (belumtersedia di Indonesia). Pemeriksaan
radiologis dilakukan terhadap saluran makan bagian atas dan sebaiknya dengan kontras
Ulkus peptikum.
Obat-obatan:
Cholelithiasis or choledocholithiasis.
Pankreatitis Kronik.
disease).
Parasit intestinal.
2.1.7. Penatalaksanaan
ditetapkan skema, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog
1. Antasida
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi
mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat
sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan
magnesium hidroksida bisa menyebabkan BAB encer. Antacid yang sering digunakan adalah
hidroksida. Magnesium kontraindikasi kepada pasien gagal ginjal kronik karena bisa
pasien tersebut.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu
pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asam
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atauesensial seperti
tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2 antara lain simetidin,
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi
asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan
pantoprazol. Waktu paruh PPI adalah 18jam jadi bisa dimakan antara 2 dan 5 hari supaya
sekresi asid gastrik kembali kepada ukuran normal. Supaya terjadi penghasilan maksimal,
Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat
sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas. Toksik daripada obat ini jarang, bisa
menyebabkan konstipasi(2 –3%). Kontra indikasi pada pasien gagal ginjal kronik. Dosis
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid. Golongan
ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan
Helicobacter pylori, Eradikasi bakteri membantu mengurangi simptom pada sebagian pasien
depresidan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan
yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi
2.2.1. Post Partum
Pengertian Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-
organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan
Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian yang penting, Mulai dari
perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis menghadapi keluarga baru
dengan kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Namun
kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbul
masalah atau penyulit, yang bila tidak ditangani segera dengan efektif akan dapat
membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu, sehingga masa postpartum
ini sangat penting dipantau oleh bidan (Syafrudin & Fratidhini, 2009).
Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam masa postpartum Mengidentifikasi dan merespon
terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2
minggu dan 6 minggu, dan Mengadakan kolaborasi antara orang tua dan keluarga.
(1). Puerperium dini : Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
(3). Remot puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Suherni, 2009).
Kebijakan Program Nasional Nifas Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit
4 kali bidan harus melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi
baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa nifas, ada beberapa
hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada ibu masa nifas
Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan) Mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri; Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk bila perdarahan
berlanjut; Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; Pemberian ASI awal;
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir; Menjaga bayi tetap sehatdengan cara
mencegah hipotermi; Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan sehat.
normal; uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal,
tidak ada bau; Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal;
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat; Memastikan ibu
konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
Kunjunan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), sama seperti kunjungan hari keenam.
Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan) Menanyakan pada ibu tentang
penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami; Memberikan konseling untuk KB secara dini
(Suherni, 2011).
Nutrisi dan cairan Pada masa postpartum masalah diet perlu mendapat perhatian yang
serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup
kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus
memenuhi kebutuhan akan gizi seperti mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari,
makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan
membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat
mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum telentang
ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah
Eliminasi Dalam 6 jam ibu post partum harus sudah bisa BAK spontan. Jika dalam 8
jam postpartum belum dapat berkemih tau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka
dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu 8 jam
untuk kateterisasi.
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar setelah hari kedua postpartum. Bila
lebih dari tiga hari belum BAB bisaa diberikan obat laksantia. Ambulasi secara dini dan
teratur akan membantu dalam regulasi BAB. Asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi
Personal higiene sangat penting dilakukan Pada masa post partum, seorang ibu sangat
rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting
kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu
untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk menyusui bayinya nanti (Jannah,
2011).
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
Banyaknya budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai
masa waktu 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tersebut tergantung pada
Senam nifas dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari
kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat
memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperkuat otot panggul dan
membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca melahirkan (Suherni, 2009).
2.2.3. Perubahan Fisiologis Masa Postpartum
meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan
plasenta (plasental site) sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus,
mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca
Perubahan vagina dan perineum Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul
hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Bila
ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan
untuk mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik
(Suherni, 2009).
2. Perubahan pada Sistem Pencernaan Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah
melahirkan.Hal ini umumnya karena makan padat dan kurangnya berserat selama
persalinan. Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua
jam setelah persalinan. Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa
nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena
meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya
untuk proses pertumbuhan juga pada ibu dalam masa laktasi (Saleha, 2009).
3. Perubahan Perkemihan Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,
tergantung pada
(3) besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. Disamping itu, dari
edema dan hyperemia diding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi
4. Perubahan dalam Sistem Endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam
proses tersebut. Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak bagian belakang. Selama
tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali
ke bentuk normal. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan
Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam
14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjer bawah depan otak yang
mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang
normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi. Selama hamil volume darah
samping itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus,
5. Perubahan Tanda- tanda Vital Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat
menjadi 38ºC, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan
hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam
melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi
Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya
bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat
berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Takhikardia kurang sering terjadi,
bila terjadi berhubungan dengan peningkatan kehilangan darah dan proses persalinan
yang lama. Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi
orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera setelah
disertai dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu
mengalami preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut. Fungsi pernafasan ibu
kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke enam setelah melahirkan
(Maryunani, 2009).
Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu, masa nifas
juga merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan antara ibu dan
bayi yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk
menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in pada ibu nifas
agar ibu dapat leluasa menumbuhkan rasa kasih sayang kepada bayinya tidak hanya dari segi
fisik seperti menyusui, mengganti popok saja tapi juga dari segi psikologis seperti menatap,
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai
berikut :
(1). Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama
pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya
(2). Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu.
Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas
kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai
(3). Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga
untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah
meningkat bpada fase ini. Ibu akan percaya diri dalam menjalani peran barunya.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan.
Oleh karena itu, penting bagi bidan/perawat untuk memberikan informasi dan bimbingan
pada ibu untuk dapat mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas yang harus diperhatikan.
Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas ini adalah :
2. Perdarahan Vagina
Komplikasi Yang Mungkin Terjadi Pada Masa Postpartum, Infeksi postpartum adalah
semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman kedalam alat genetalia pada
waktu persalinan dan nifas. Sementara itu yang dimaksud dengan Febris Puerperalis adalah
demam sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, kecuali
pada hari pertama. Tempat-tempat umum terjadinya infeksi yaitu rongga pelvic daerah asal
yang paling umum terjadi infeksi, Payudara, Saluran kemih, Sistem vena. Perdarahan
(1).Perdarahan dini, yaitu perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dan dalam 24 jam
1. Konsep Budaya Budaya berasal dari bahasa sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan
dengan akal. Ada juga ahli yang mengatakan bahwa budaya berasal dari kata budi-daya yang
berarti daya dari budi. Jadi, kata budaya atau daya dari budi itu berarti cipta, karsa, dan rasa
Sedangkan manusia sebagai mahkluk Bio-Psiko-Sosial-Spritual yang utuh dan unik. Teori
karena pengetahuan sosial budaya penting sekali dikuasai oleh profesi bidan dalam
menjalankan tugasnya karena bidan dalam menjalankan tugasnya katena bidan akan
berhadapan dengan berbagai macam kelompok sosial dengan beragam latar belakang agama,
Sosial budaya sangat berkaitan dengan cara pendekatan dalam melakukan perubahan
proses perkawinan dapat mengakibatkan kelahiran dan kelahiran itu merupakan resiko yang
tinggi bagi ibu-ibu di seluruh dunia (Syafrudin, 2009). Penyebaran orang minangkabau jauh
dari daerah asalnya ini disebabkan oleh adanya dorongan pada diri mereka yang merantau,
tanah-tanah yang telah ada. Ini dapat dihubungkan sebenarnya dengan keadaan bahwa
seorang laki-laki tidak mempunyai hak menggunakan tanah warisan bagi kepentingan diri
sendiri.
Kedua, ialah perselisihan-perselisihan yang menyebabkan bahwa orang yang merasa
dikalahkan akan meninggalkan kampung dan keluarga untuk menetap di tempat lain.
Keadaan ini kemudian ditambah dengan keadaan yang diciptakan oleh perkembangan yang
berlaku pada masa akhir-akhir ini. Pendukung kebudayaan Minangkabau dianggap sebagai
suatu masyarakat dengan sistem kekeluargaan yang ganjil di antara suku-suku bangsa yang
lebih dahulu maju di Indonesia, yaitu sistem kekeluargaan yang matrilineal. Inilah biasanya
dianggap sebagai salah satu unsur yang memberi identitas kepada kebudayaan Minangkabau,
yang terutama dipopulerkan oleh roman-roman Balai Pustaka, pada bagian pertama dari abad
2. Konsep Budaya Minang Tentang Perawatan Postpartum Terbentuknya janin dan kelahiran
bayi merupakan suatu fenomena yang wajar dalam kelangsungan hidup manusia, namun
implikasinya terhadap kesehatan. Fisiologis kelahiran secara universal adalah sama, namun
proses kelahiran ditanggapi dengan cara-cara yang berbeda oleh aneka kelompok masyarakat,
karena itu hal-hal yang bekenaan dengan proses pembentukan janin hingga kelahiran bayi
serta pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan ibunya perlu dilihat dari aspek
kelahiran bukan hanya dilihat semata-mata dari aspek biologis dan fisiologisnya saja. Lebih
dari itu, fenomena ini juga harus dilihat sebagai suatu proses yang mencakup pemahaman dan
pengaturan hal-hal, seperti pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan
kelahiran, para pelaku dalam pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran berlangsung,
Manusia hidup bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Masing-masing suku dan bangsa itu
memiliki lingkungan sosial budayanya sendiri, yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu
ada yang amat besar, cukup besar, ada yang tidak begitu besar, ada yang agak kecil, dan ada
Salah satu contoh pengaruh sosial budaya yang masih melekat adalah enggannya ibu
hamil untuk memeriksakan kesehatan ke sarana kesehatan yg sudah tersedia. Mereka masih
ada yang lebih memilih melahirkan di rumah yg di tolong oleh dukun, ada pula yang percaya
saat melahirkan bayinya lebih senang pergi ke ladang untuk melahirkan disana, serta
pantangan-pantangan makanan bagi ibu hamil dan bayinya. Hal kepercayaan mereka
terhadap budaya yang seperti ini mengakibatkan tingginya angka kematian ibu saat
melahirkan karena komplikasi serta angka kematian bayi dan balita akibat kurangnya asupan
giji melalui ibu dikarenakan banyaknya pantangan-pantangan makanan yang tidak boleh
Orang Minangkabau merupakan suatu contoh dari masyarakat yang mementingkan aspek
sosial dari kelahiran. Bayi perempuan dianggap sebagai pelanjut dari parurik atau kaum.
(klen matrilineal) sedangkan bayi laki-laki kelak diharapkan untuk menjadi penjujung nama
kerabat separuiknya, dan menjadi pembela kaum wanita dan klennya. Masayarakat Minang
juga percaya bahwa ketika seorang wanita sedang hamil 7 bulan, keluarga suaminya (bako
sang calon bayi) datang berkunjung sambil membawa berbagai macam makanan berupa nasi
lengkap dengan lauk-pauk, ditambah dengan beberapa jenis kue. Tujuannya adalah untuk
kedua orangtua sang bayi diperkuat melalui kebersamaan mereka dalam upacara menyambut
kelahirannya, masing-masing dalam porsi kewajibannya sendiri terhadap si bayi. Selain itu
pada suku Minang sekitar seminggu menjelang bayi lahir, para bako kembali datang
membawa beras segantang dan dua butir kelapa. Dimana, sebutir kelapa diserahkan untuk
menambah bahan pembuat lauk rendang daging, sedangkan yang lainnya ditujukan untuk di
tanam di kebun sang ibu. Hal ini melambangkan harapan para bako anak yang lahir nanti,
yang mereka sebut sebagai anak pisang, akan menjadi seorang yang muka dan hatinya bagai
air kelapa itu. Singkatnya, ia di harapkan akan berguna bagai masyarakat, seperti pohon
kelapa yang dari akarnya hingga pucuk daunnya bermanfaat bagi kehidupan manusia
(Swasono, 2011).
2.2.7. Fenomenologi
Penelitian fenomenologi bersifat induktif, pendekatan yang dipakai adalah deskriptif yang
tentang respons kehadiran atau keberadaan manusia, bukan sekedar pemahaman bagian-
bagian yang spesifik atau perilaku khusus. Tujuan penelitian fenomenologi adalah
menjelaskan pengalaman apa yang dialami oleh orang dalam kehidupan ini, termasuk
interaksi dengan orang lain. Contoh penelitian fenomenologi adalah studi mengenai daur
hidup masyarakat tradisional dilihat dari perspektif kebiasaan hidup sehat, misalnya
menggunakan air bersih, menu makanan, kepedulian terhadap usaha pengobatan anggota
keluarga yang sakit, dan lain-lain. Penelahaan masalah dilakukan dengan multiperspektif atau
3.1. Kesimpulan
atau menyakitkan di bagian perut. Saluran pencernaan menempati sebagian besar perut dan
sering menjadi sumber ketidaknyamanan perut, meskipun ketidaknyamanan perut juga dapat
disebabkan oleh kondisi dinding tubuh, kulit, pembuluh darah, atau saluran kemih. Pada
kasus diatas, Abdominal Discomfort yang dialami pasien sebagai salah satu faktor
predisposis.
3.2. Saran
1. Memberikan edukasi kepada ibu tentang hygine setelah persalinan dan asupan makanan
yang bergizi.
2. Alat –alat harus sudah steril sebelum melakukan tindakan menghindari terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FK UI.
Price, S. A., Wilson, L.M, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Vol. 2.