Anda di halaman 1dari 60

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 1

SelamaT
MENYONGSONG

2 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


Susunan Redaksi
S a l a m R e da k s i
Pelindung
Mgr Paskalis Bruno Syukur

Penanggung Jawab
RD David Lerebulan
(Ketua Komisi Komsos Menyongsong
Keuskupan Bogor)

Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi


RD Jeremias Uskono
Sinode II
Redaktur
Aurelia Rani
keuskupan Bogor
Maria Dwi Anggraeni

S
Kontributor inode II Keuskupan Bogor akan dilaksanakan
Paroki-paroki mulai 22 Februari 2019 sampai dengan 9
Desember 2019. Syn-hodos yang berarti berjalan
Desain dan Tata Letak bersama adalah etimologis dr sinode yg merupakan
Mentari Puteri Muliawan pertemuan uskup diosesan, para imam, biarawan-
Hari Sisworo biarawati dan umat awam untuk merayakan dan
merefleksikan perjalanan bersama hidup berimannya.
Pemasaran & Penjualan Sinode diadakan dengan maksud bersyukur atas
Komisi Komsos Keuskupan Bogor perjalanan bersama, mengatasi permasalahan pastoral
di tingkat paroki, dekanat dan keuskupan serta
Keuangan menemukan cara-cara baru dalam berpastoral.
Isabella Jany Dengan semangat Sukacita sebagai Communio
yg Injili, Peduli, Cinta Alam dan Misioner, dan
Sirkulasi & Distribusi dilandaskan dari dasar biblis tentang perjalanan dari
Komsos se-Keuskupan Bogor Yerusalem ke Emaus (Luk 24:13-35), maka Keuskupan
Sekretaris Paroki se-Keuskupan Bogor Sufragan Bogor bersiap menyambut Sinode untuk yg
kedua kalinya.
Alamat Redaksi & Usaha Majalah Mekar edisi kali ini pun menjadi edisi
Gedung Pusat Pastoral ‘perkenalan’ dengan Sinode. Kita akan dibawa masuk
Keuskupan Bogor ke dalam penghayatan semangat dalam Sinode
Jl. Kapten Muslihat No. 22 Bogor II, kilas balik dari sinode perana pada tahun 2002,
16122 serta harapan-harapan umat untuk sinode ini. Pada
Telp: (0251) 8313997 khususnya, majalah Mekar ini juga berfokus pada
Fax: (0251) 8359102 semangat peduli dan cinta alam. Bersama-sama,
E-mail: kita meninjau bagaimana Gereja mewujudnyatakan
mekarkeuskupanbogor@gmail.com kepeduliannya kepada sesama yang membutuhkan.
Selamat membaca dan menyongsong sinode.
Rekening BCA Welcome Sinode II Keuskupan Bogor 2019!
No. Rek: 166.035.2348
a.n. David Lerebulan &
Hartati Hambalie

Percetakan 2019 © MAJALAH MEKAR


MAJALAH MEKAR menerima tulisan, artikel, reportase, foto, dan karikatur dari
PT Grafika Mardi Yuana
umat. Syarat tidak mengandung SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan)
Jl. Siliwangi No. 50 Bogor 16131 dan bermanfaat bagi umat (menambah pengetahuan wawasan, menginspirasi
iman, keterampilan memecahkan masalah, menggugah emosi, menghibur,
menyentuh kepekaan etis dan estetis, dan lain-lain). Redaksi menunggu kiriman
Anda via e-mail mekarkeuskupanbogor@gmail.com.
Isi di luar tanggung jawab percetakan.
DAFTAR ISI
4 Gembala Menyapa 38 Suara Tanah Misi
5 Surat Pemakluman Sinode II 40 Kesehatan
6 Surat Yesus 41 Komik Katolik

Opini Jejak Iman


15 Kilas Balik SInode 2002 42 Holy Land:
Tremendum et Fascinosum
Laporan Khusus
20 Caritas Indonesia Destinasi
22 Bencana Alam 44 Buen Camino
dan Peranan Manusia
24 Berbela Rasa Membantu 46 Internasional
Penyintas Bencana 48 Nasional
26 Progress Pembangunan 50 Lintas Iman
Proyek Keuskupan Bogor
51 Tunas
Renungan
52 Ragam
28 Spiritualitas Kompas

Geliat Paroki
55 Lensa Mekar
29 St Franciskus Asisi 56 Wajah
Palabuhan Ratu
31 St Andreas Sukaraja
Desain Sampul
Hari Sisworo
32 Geliat Komisi
34 Liturgi

Sosok
36 Hari Sisworo

FOKUS

13 Konsep Logo
8 #Sinode2019 Sinode II Keuskupan Bogor
Berjalan Bersama dalam
Sukacita Injil 14 Doa dan Lagu Tema
Sinode II Keuskupan Bogor

2 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


MEK A R I A

R A L AT
Dalam tulisan berjudul Reverendus Dominus atau
Reverendus Pater di Majalah MEKAR Edisi 06 Tahun
XXXVI halaman 24 , tertulis:

Nome nest omen, seharusnya adalah nomen est omen.

Inspirasi iman
dan informasi
Rek. BCA 166.035.2348 keuskupan,
a.n. David Lerebulan & Hartati Hambalie
diantar langsung ke
mekarkeuskupanbogor@gmail.com pintu Anda.
Hubungi distributor kami
dan jadilah yang pertama
mendapatkan edisi-edisi
Hari Sisworo
terbaru Mekar.
0856-2131-883
G e m B a l a me NYa Pa

SINODE II:
Membangun Gereja
yang Berkobar-kobar Hatinya
oleh Kristus (bdk. Luk 24:32)

Mgr Paskalis Bruno Syukur

Bapak Ibu serta orang muda, anak-anak terkasih, serta para romo, bruder, suster!
Salam sukacita “Magnificat Anima Mea Dominum”.

M “Mari bersukacita bersama Bunda Maria dan gunung


gemunung di usia keuskupan Bogor yang ke 70 tahun”.
Sinode I pernah diadakan pada tahun 2002. Sinode itu
menelurkan rumusan Visi dan Misi Keuskupan. Perjalanan
Ajakan yang diramu dari motto “Magnificat Anima penggembalaan Uskup dan para pastor sejak 2002 itu
Mea Dominum” (Mgr Paskalis Bruno Syukur) dan motto diwarnai oleh usaha-usaha pastoral untuk mewujudkan
“Laudate Montes” (Hai gunung gemunung, Pujilah Tuhan! visi dan misi Keuskupan kita. Antara lain dapat disebutkan
- Mgr Nikolaus N Geise) mengawali pemakluman kami Tepas 2007 dan panduan penggembalaan kami yang
perihal Sinode II Keuskupan Bogor. Sinode itu akan dimulai dituangkan dalam “Road Map: Prioritas Kebijakan Pastoral
pada tanggal 22 Februari 2019 dan ditutup pada tanggal 9 Keuskupan Bogor 2015-2020”.
Desember 2019. Tema Sinode 2019: “Sukacita sebagai Communio yang
Dalam konteks hidup menggereja, Sinode Keuskupan Injili, Peduli (Murah Hati), Cinta Alam dan Misioner”. Teks
berarti sidang atau pertemuan antara uskup diosesan, para inspiratif sebagai landasan biblis Sinode ialah peristiwa
imam, biarawan-biarawati beserta umat awam, dalam perjalanan dua murid Yesus ke Emaus dalam injil Lukas 24:
rangka merayakan, merefleksikan perjalanan bersama 13-35.
hidup berimannya untuk bersyukur atas karya-karya agung Adapun semangat Sinode yang perlu dihayati oleh
Allah, serta mengatasi kesulitan-kesulitan pastoral dan peserta Sinode ialah semangat injili (In Verbo Tuo),
menemukan jalan-jalan baru mengekspresikan imannya sukacita dan sederhana demi keutuhan (Omnes in
akan Allah. Perayaan perjumpaan itu diwujudkan dalam Unitatem). Semangat injili berarti pertemuan-pertemuan
pertemuan-pertemuan yang direncanakan di tingkat itu dilaksanakan atas dasar Injil dan selaras dengan
paroki, dekanat dan keuskupan. kehendak Tuhan. Sedangkan semangat sukacita
Berkat kemurahan hati Tuhan, kita memasuki usia 70 berarti warna pertemuan-pertemuan dan hidup seluruh
tahun Keuskupan kita. 70 tahun lalu, tepatnya tanggal umat keuskupan Bogor diusahakan bercorak sukacita
9 Desember 1948, Kongregasi Suci Propaganda Fide bersaudara, hati riang gembira karena berjalan bersama
menaikkan status Sukabumi menjadi Prefektur Apostolik, Kristus (Bdk. EG 1), serta bersama umat lainnya.
yang menjadi cikal bakal Keuskupan Bogor. Dalam Kesulitan duniawi tidak menghilangkan roh sukacita, roh
alur rentang usia itu, kamipun memasuki tahun ke-5 kegembiraan yang tulus. Bersemangat sederhana dipadu-
penggembalaan kami sebagai Uskup. Penyelenggaraan eratkan dengan kerendahan hati. Artinya, Sinode ini tidak
Allah yang maharahim telah memberikan kesempatan menyita biaya besar secara ekonomis, tetapi menciptakan
indah bagi kita untuk berjumpa, hidup bersama dan rasa persaudaraan yang menyenangkan hati karena
berjalan bersama di tataran Sunda ini. Yesus Kristus dan dihayati dalam semangat kesederhanaan dan kerendahan
Gereja-Nya telah mempersatukan kita dalam Keuskupan hati. Kesombongan pribadi serta pembenaran diri yang
Bogor ini. Maka, tidak berlebihanlah bila dikatakan bahwa disertai sikap menghakimi orang lain bukanlah jiwa Sinode
sejarah keuskupan kita adalah bagian integral dari sejarah ini (Bdk. EG 100).
Allah Bapa melalui diri Yesus Kristus dalam persekutuan Maka dengan wewenang saya sebagai Uskup, saya
Roh Kudus menyelamatkan seluruh umat manusia, dunia mengumumkan dimulainya Sinode II Keuskupan Bogor.
dan alam ciptaan-Nya. Cinta kita akan Gereja Lokal Keuskupan Bogor perlu diberi
Menandai perayaan HUT ini, kami mengajak seluruh potret konkrit dengan partisipasi aktif dalam ber-Sinode.
umat untuk meneguhkan perjalanan bersama kita dan Semoga Bunda Maria, Bunda Penolong Abadi, melindungi
memperkuat komitmen cinta kita akan Gereja Katolik kita semua dan menghantar seluruh proses Sinode ke
dengan mengadakan Sinode II Keuskupan Bogor. haribaan kasih Sang Putra Allah, Tuhan kita Yesus Kristus.

4 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


G e m B a l a me NYa Pa

S U R AT P E M AK L U M AN
tentang
S i node I I Ke u s ku pa n Bog or

Kita sedang memasuki masa indah dalam Liturgi Gereja kita ialah Masa Adven. Artinya kita sedang
mempersiapkan segala yang indah berupa memperkuat harapan kita, memperdalam cinta kita serta
meneguhkan iman berupa pertobatan kita dalam menyongsong peristiwa Natal, kelahiran Tuhan Kita Yesus
Kristus.
Diterangi oleh Maklumat kelahiran Tuhan Yesus Kristus yang dibacakan pada pembukaan Liturgi Malam
Natal, maka saya sebagai Uskup Diosesan Gereja Lokal Keuskupan Bogor memaklumkan bahwa:

1. Kita (Uskup, para imam, suster-bruder, awam) sebagai Gereja Keuskupan akan mengadakan SINODE
II Keuskupan Bogor. Sinode itu dilaksanakan di tingkat paroki, dekanat, Keuskupan sebagai suatu
perjalanan bersama selama 1 tahun.

2. Sinode akan dibuka pada Pesta Tahta Suci Santo Petrus, Jumat, 22 Februari 2019, saat kita bersamaan
merayakan syukur genap 5 tahun Penggembalaan kami sebagai Uskup Diosesan Bogor.

3. Tema Sinode: “SUKACITA SEBAGAI COMMUNIO YANG INJILI, PEDULI, CINTA ALAM DAN
MISIONER”. Pokok bahasan sebagai titik-masuk dalam tuturan bersama kita ialah “Gereja dan Keluarga
serta Pendidikan Katolik”, “Gereja dan Orang Muda Katolik” dan “Misi Gereja dalam kehidupan Sosial
Kemasyarakatan”.

4. Semangat Sinode: Injili, Sukacita, dan Sederhana demi Keutuhan.

5. Kuasa doa (Bdk EG 262): kita diminta untuk Adorasi dan berdoa mohon perlindungan Bunda Maria,
Bunda Penolong Abadi serta mendaraskan doa Sinode pada setiap Perayaan Ekaristi yang diadakan sejak
tanggal 9 Desember 2018 sampai 9 Desember 2019.

Maklumat ini disiarkan di paroki-paroki, biara-biara, pertapaan, sekolah-sekolah dalam Perayaan Ekaristi
Hari Minggu Adven II, tanggal 9 Desember 2018. Isi maklumat ini wajib dilaksanakan oleh semua imam,
bruder, suster, serta awam Katolik di Keuskupan Bogor.

Bogor, 9 Desember 2018

Mgr Paskalis Bruno Syukur

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 5


S U R aT Y e S U S

Surat kepada Bunda Maria


setelah Kehadiran di Nazareth yang Kurang Sukses
Oleh: Mgr Paskalis Bruno Syukur

Penginjil Markus menuturkan sebagai berikut:

“Kemudian Yesus berangkat dari situ dan


tiba di tempat asalNya, sedang murid-muridNya
mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar
di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub
ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari
mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa
pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mukjizat-
mukjizat yang demikian bagaimanakah dapat
diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang
kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas
dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya
yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka
kecewa dan menolak Dia.
Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang
nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat
asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan
di rumahnya.” Ia tidak dapat mengadakan satu
mukjizat pun di sana, kecuali menyembuhkan
beberapa orang sakit dengan meletakkan
tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas
ketidakpercayaan mereka.”
(Markus 6:1-16)

Ilustrasi: patheos.com

P
erasaan yang amat manusiawi kita anggap menerima pewartaan Kita juga dapat belajar lebih berbelas
yang dialami Yesus ini banyak kita, justru malah menolak. Kendati kasih, sabar, dan memaafkan. Kalau
kita alami dalam karya pelayanan. demikian, kita harus memilih untuk kita belajar dari penolakan dan
Pengalaman penolakan itu bisa melanjutkan karya kita. Masih kurangnya pengakuan, kita dapat
membawa luka batin, tetapi hal itu ada banyak orang lain yang akan menjadi pembawa dan pewarta kabar
sesungguhnya tidak berpengaruh menerima, mendengarkan, dan baik dengan lebih baik. Cara kita
banyak. Memang kebutuhan akan menghargai kita. menangani kegagalan dan penolakan
penerimaan diri adalah sesuatu Barangkali dalam setiap peristiwa seringkali menjadi khotbah yang lebih
yang wajar bagi kita semua, tetapi penolakan itu, kita dapat menemukan baik daripada kita selalu berkhotbah
ketika kita menyadari bahwa hal ini kesempatan untuk belajar kerendahan dengan banyak kata-kata. Kesaksian
tidak selalu diperoleh dalam karya hati dan semakin menyadari bahwa hidup seseorang merupakan sebuah
pewartaan Kabar Gembira, maka kita kita hanyalah alat, hamba-hamba homili yang kuat.
dapat bersikap seperti Yesus. Dapat yang tak berguna, yang melakukan
terjadi bahwa orang-orang yang tawaran dan kehendak Guru kita.

6 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


S U R AT Y E S U S

Ibu-Ku yang terkasih,

Salam damai.

Selalu merupakan kegembiraan bagi-Ku untuk kembali ke Nazareth dan mengunjungi sanak
keluarga serta tempat-tempat yang Aku kenal sejak masa kecil-Ku. Aku selalu mendapat penerimaan
yang menyenangkan hati. Tetapi, ketika Aku mulai berbicara kepada mereka tentang hal yang sudah
Aku wartakan kepada banyak orang di tempat-tempat lain, Aku merasa orang menanggapinya secara
skeptis. Aku bisa melihat raut wajah mereka dan gerak-gerik mereka, Ibu! Aku tidak menduga bahwa
orang di sana menerima Aku seperti itu. Mereka tidak percaya bahwa Akulah anak Yosep tukang
kayu, dan dengan saudara-saudara kita yang mereka kenal. Mereka mempertanyakan bagaimana Aku
menjadi seperti itu.
Aku merasa terluka hati-Ku, tetapi Aku tidak dapat memaksakan mereka atau siapapun untuk
menerima visi, interpretasi-Ku terhadap hal-hal yang ada dan akan ada. Aku merasa terluka hati-Ku
sebab Aku menghendaki mereka untuk menerima rahmat yang Aku wartakan di tempat-tempat lain.
Namun Aku berpikir hal itu tidaklah mudah. Aku ingat apa yang dikatakan dalam Kitab Suci yang
menegaskan bahwa tidak ada seorangpun nabi yang diterima di kampung halamannya dan oleh
orang-orangnya sendiri.
Aku tidak mengharapkan bahwa nas Kitab Suci itu terjadi pada orang-orang sekota kita. Tetapi
sayangnya, itu terjadi. Sebegitu kenalnya mereka akan diri-Ku dan engkau serta bapa asuh-Ku Yosep
serta saudara-saudara lain menjadi penghalang bagi mereka untuk menerima Kabar Baik. Tetapi,
Ibu, tidak seluruhnya jelek. Aku masih bisa memberkati beberapa anak dan menggembirakan mereka.
Barangkali suatu hari nanti, mereka akan mengakui dan menerima bahwa Allah telah mengunjungi
umat-Nya.
Aku akan segera mengunjungi engkau lagi sejauh karya pewartaan-Ku memungkinkan.

Salam kasih-Ku

Yesus
P.S. Tolong jangan sampaikan hal ini kepada orang-orang sekota dan saudara-saudara kita.
Aku tidak menyalahkan mereka. Aku yakin selalu akan tiba saatnya yang tepat bagi mereka untuk
menerimanya. Ketika saat itu tiba, Ibu, mereka akan merasa bahagia bahwa seorang yang hebat datang
dari Nazareth.

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 7


FOkUS

#Sinode2019
Berjalan Bersama
dalam Sukacita Injil
Oleh: RD Habel Jadera *)

*) Penulis adalah imam Keuskupan Bogor dan anggota steering committee Sinode II Keuskupan Bogor.

8 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


S i NO de 2 0 1 9 k e U S k U Pa N B O G O R

M Memasuki usianya yang ke-70,


Keuskupan Bogor, melalui arahan Mgr

σύνοδος
Paskalis Bruno Syukur memaklumkan
diadakannya Sinode Keuskupan Bogor yang
akan diadakan sepanjang tahun 2019.
Sinode ini dibuka pada tanggal 22 K EUS KUPAN BO GOR
Februari 2019, pada perayaan Pesta Takhta
Perjalanan bersama
Santo Petrus yang juga bertepatan dengan
para pelayan tertahbis
perayaan syukur 5 tahun penggembalaan
dan umat beriman
Mgr Paskalis sebagai Uskup Keuskupan
Bogor.
#Sinode2019 merupakan Sinode II
Keuskupan Bogor. Sinode pertama diadakan
pada tanggal 21-25 Oktober 2002. Berbeda
dengan Sinode 2002, yang bertujuan
untuk merumuskan visi dan misi serta arah
dasar keuskupan, #Sinode2019 ini lebih
merupakan suatu perayaan perjumpaan
umat se-keuskupan, untuk bersama-sama
merefleksikan dan mengevaluasi berbagai
Kata ‘sinode’, (Yunani: σύνοδος; Latin:
karya pastoral baik di tingkat paroki,
Councilium), terdiri dari dua kata: σύν (sµn =
dekanat maupun keuskupan. Tema
bersama; bersama dengan) dan ὁδός (hodós
#Sinode2019 adalah “Sukacita sebagai
= jalan, berjalan). Secara harafiah dapat
Communio yang Injili, Peduli, Cinta Alam
diartikan sebagai suatu upaya atau bentuk
dan Misioner.”
‘berjalan bersama’.
Dalam konteks ini, Sinode Keuskupan
Bogor dapat diartikan sebagai sebuah
perjalanan bersama yang dilakukan
para pelayan tertahbis (Uskup, Pastor
dan Diakon) dan umat beriman untuk
merefleksikan, mengevaluasi, menajamkan,

Sukacita serta membaharui reksa pastoral Keuskupan


Bogor.

Communio
Untuk mewujudkan sinode sebagai suatu
perjalanan bersama yang dinamis, hidup,
dan berdaya transformatif, #Sinode2019
Injili dijiwai oleh Yesus Kristus yang kita temukan
dalam Injil, bersama dengan Bunda Maria

Peduli yang menerima Kabar Sukacita dengan


tulus; suatu bentuk kesederhanaan dalam
menanggapi panggilan Tuhan.
Cinta Alam
Misioner

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 9


w

FOkUS

Semangat
Injili
Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Yesus sendiri “bergembira dalam Roh Kudus”
Evangelii Gaudium mengatakan bahwa “sukacita (Luk 10:21). Pesan-Nya membawa sukacita bagi
Injil memenuhi hati dan hidup setiap orang kita, “semuanya itu Kukatakan kepadamu supaya
yang berjumpa dengan Yesus. Mereka yang sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu
menerima tawaran-Nya dibebaskan dari dosa, menjadi penuh” (Yoh 15:11). Janji Yesus kepada
penderitaan, kehampaan batin dan kesepian” (EG murid-Nya, “Kamu akan berdukacita, tetapi
1). #Sinode2019 hendaknya menjadi perjumpaan dukacitamu akan berubah menjadi sukacita” (Yoh
pribadi dengan Yesus Kristus, atau setidaknya 16:22). Para murid “bersukacita” melihat Yesus yang
terbuka untuk membiarkan Kristus menjumpai kita. bangkit (Yoh 20:20).
Lewat #Sinode2019, Gereja Keuskupan Bogor #Sinode2019 harus dilakukan dalam
ingin mengajak kita semua menyadari bahwa “tak pimpinan Tuhan dan terang Injil. Karena “hanya
seorang pun dikecualikan dari sukacita yang dibawa berkat perjumpaan – atau perjumpaan yang
oleh Allah” (EG 3). dibarui – dengan kasih Allah ini, yang berkembang
#Sinode2019 merupakan sebuah pertemuan dalam suatu persahabatan yang memperkaya, kita
yang dilakukan karena kesadaran bersama betapa dibebaskan dari kesempitan dan keterkungkungan
Tuhan sungguh mencintai Gereja Keuskupan Bogor; diri” (EG 8).
bahwa Allah tidak pernah lelah mengampuni Pada akhirnya, semangat Injil ini memampukan
kita; kitalah orang-orang yang lelah mencari belas kita untuk semakin menyadari diri sebagai pewarta
kasihannya. Kristus yang mengajarkan kepada kita kabar sukacita Kristus itu, seorang misionaris Kristus.
untuk mengampuni “tujuh puluh kali tujuh kali” Santo Paulus menyadarkan pentingnya pewartaan
(Mat 18:22). Injil karena penyertaan kasih Kristus (bdk. 2 Kor
Injil yang adalah kabar sukacita itu terus menerus 5:14) dan dengan penuh keyakinan berseru
mengajak kita untuk bersukacita: Ketika Yesus “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil”
memulai pelayanannya, Yohanes berseru “Itulah (1 Kor 9:16).
sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh”
(Yoh 3:29).

Evangelii Gaudium 1
“Sukacita Injil memenuhi hati dan hidup
setiap orang yang berjumpa dengan Yesus.

10 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019
S i NO de 2 0 1 9 k e U S k U Pa N B O G O R

Penuh
Sukacita
Semangat ini diinspirasi oleh teladan
dari Bunda Maria yang selalu bersukacita
dalam menjalankan perutusan dari Tuhan.
“Bersukacitalah!” adalah salam malaikat
kepada Maria (Luk 1:28); kunjungan Maria

Jiwaku

kepada Elisabet membuat Yohanes melonjak
kegirangan di dalam rahim ibunya (bdk. Luk
1:41).

memuliakan
Dalam nyanyian pujiannya, Maria
menyatakan “Jiwaku memuliakan Tuhan
dan hatiku bergembira karena Allah,

Tuhan, dan hatiku


Juruselamatku” (Luk 1:46-47). Magnificat
Anima Mea Dominum.
Perjumpaan dalam Sinode 2019 harus

bergembira
dilakukan dalam suasana hati yang penuh
sukacita dan cinta - sama dengan sukacita
dan cinta Bunda Maria menanggapi panggilan

karena Allah,
Tuhan Allah. Seluruh umat beriman diharapkan
dapat memancarkan semangat ini sepanjang
perjumpaan dan kemudian diharapkan

Juruselamatku.

berlanjut seterusnya.
Dengan semangat Bunda Maria,
#Sinode2019 mengajak kita untuk
senantiasa bersukacita menanggapi
panggilan Tuhan dalam setiap perjumpaan
Lukas 1:46-47 dengan sesama.
Sukacita itu semakin jelas ketika kita
dengan penuh iman berseru;
“Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku
menurut perkataan-Mu” (Luk 1:38).

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 11


FOkUS

Tetap
ed e r h a na
S
Sebagai sebuah perjumpaan, Dialog yang hidup dan
#Sinode2019 hendaknya dilakukan transformatif dalam sinode
dalam kesederhanaan. Sinode, sebagai semakin menyadari bahwa “Tuhan
wujud ‘berjalan bersama’, hendaknya memelihara orang-orang yang
tidak dibiaskan dengan berbagai hal sederhana” (Mzm 116:6). Karena
teknis. Bentuk acara, penyediaan itu hendaknya kita “sehati sepikir
sarana dan prasarana hendaknya dalam hidupmu bersama; janganlah
tidak menjadi kendala dalam proses kamu memikirkan perkara-perkara
perjumpaan yang otentik, spontan yang tinggi, tetapi arahkanlah
dan tidak terkesan dibuat-buat. dirimu kepada perkara-perkara yang
Pentingnya persiapan secara teknis sederhana. Janganlah menganggap
itu hendaknya tidak mengganggu dirimu pandai!” (Roma 12:16).
pentingnya perjumpaan, dialog dan
pertukaran pendapat dan pengalaman
berpastoral.

Sebagai sebuah perjalanan bersama, #Sinode2019 ini membutuhkan kerja sama


antara seluruh elemen keuskupan. Baik kaum tertahbis, kaum hidup bakti, maupun
awam, mari kita semua terlibat aktif dan bahu-membahu untuk mengusahakan
perjumpaan yang penuh sukacita ini. Hingga akhirnya, sinode ini pun tidak hanya
menjadi suatu peristiwa kronologis, melainkan peziarahan yang menggembirakan
dan menyuburkan buah-buah Roh dalam diri kita.

Selamat berjalan bersama dalam

#Sinode2019!

12 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


S i NO de 2 0 1 9 k e U S k U Pa N B O G O R

Konsep
Logo
Sinode

Warna-warna sukacita: merah (berani), oranye


(optimis), hijau (baru), biru (damai).
Sinode kedua Keuskupan
Bogor ini mengangkat tema
Sukacita sebagai Communio
yang Injili, Peduli, Cinta
Stilasi gambar orang dengan gestur yang saling
Alam, dan Misioner.
mendukung dan menyokong, membentuk satu
Semangat tersebut kelompok. Mengutip Matius 18:20 (Sebab di mana
divisualisasikan melalui dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku,
logo yang tiap elemennya di situ Aku ada di tengah-tengah mereka),
mencerminkan semangat dan merepresentasikan “Communio yang Injili,
nilai-nilai utama dalam sinode Peduli” .
ini.

Burung merpati dengan kepakan sayap berbentuk


daun, merepresentasikan “Cinta Alam” dan siap
mewartakan Kabar Gembira (misioner).

Salib melambangkan identitas kita sebagai umat


Kristiani.

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 13


FOkUS

DOA
SINODE 2019 KEUSKUPAN BOGOR
Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang terkasih. Terangilah Melalui karya mereka, semoga kami, umat-Mu, disucikan
Gereja-Mu, khususnya Gereja Keuskupan Bogor agar dan dikuatkan dalam roh,
senantiasa mendengarkan dan mengikuti kehendak-Mu dan semakin menghidupi Injil, Kabar Sukacita Penebusan
yang suci. sehingga kami
semakin menjadi persembahan hidup bagi-Mu Allah yang
Engkaulah Gembala Utama dan penuntun langkah kami. maha kuasa.
Sertailah para gembala dan umat pilihan-Mu: Orang Tua
dan Orang Muda Katolik yang berkumpul bersama dalam Semoga,
Sinode ini. Kami mohon, kuduskanlah mereka semua Bunda Maria, Bunda Allah yang kudus dan Bunda Gereja,
dalam kebenaran dan kuatkanlah mendampingi kami semua, seperti ia menyertai para rasul
mereka dalam iman dan kasih. dengan kasih keibuannya dalam menciptakan persauda-
raan, sukacita dan kedamaian dalam tahun sinode ini,
Tuhan Yesus Kristus, dan dalam membaca tanda-tanda zaman,
Utuslah Roh Cinta kasih dan kebenaran kepada Uskup, khususnya kebutuhan-kebutuhan
para imam dan semua yang ikut serta dalam Sinode ini dan pastoral Keuskupan Bogor,
atas semua tugas dan tanggung jawab mereka. agar senantiasa memuliakan Allah yang agung dan
Buatlah mereka semakin terbuka atas Sabda-Mu; tuntunlah berbelas kasih,
jiwa-jiwa mereka Allah yang menyejarah.
dan ajarlah mereka kebenaran dari Roh Kudus.
Kemuliaan kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus. Seperti
pada permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang segala
abad. Amin

Verse 1
Hei kawan
Jangan ragu, jangan takut
Bersuka kar’na berjumpa
Foto: Aloisius Johnsis Kau saudara seiman

Verse 2
LAGU TEMA Bukalah mata, hati, dan pikiran
SINODE 2019 KEUSKUPAN BOGOR Maju dan melangkah pasti
Kita jalan bersama

Reff

Walking Together
Bersama Kristus Sang Sahabat
Engkau teman dan saudaraku
Dan alam pun bersorak sorai
Kar’na kita jalan bersama

Cipt. RDHJ Coda


Hei kawan
Kau saudara seiman
Kita jalan bersama...

14 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


OPiNi

Kilas Balik Sinode 2002 Keuskupan Bogor

Kenangan
yang Menguatkan
Oleh: RD Yohanes Driyanto*)

Ada ujaran yang berbunyi, “Seandainya masa lalu itu suatu


tempat, maka sekalipun sangat indah dan nyaman sebaiknya
hanya sesekali dikunjungi dan jangan lagi ditinggali”. Masa lalu
itu kenangan. Sudah tidak nyata. Sesekali boleh diingat dan
diceritakan kembali, tetapi tidak seseorang pun boleh kembali
dan tinggal menetap di sana. Sesekali bertandang ke sana hanya
untuk mendapatkan kekuatannya bagi kehidupan yang sekarang.
Begitulah saya mendapat alasan untuk mengingat Sinode
2002 dan berupaya untuk menceriterakan beberapa hal
yang mengesankan. Peristiwa mengesankan tidak berarti
menyenangkan tetapi sekurang-kurangnya meninggalkan
bekas. Bekas juga tidak selalu harus mendalam tetapi sekurang-
kurangnya memiliki kekuatan, daya, atau pengaruh pada
kehidupan, kekudusan, dan misi Gereja sekarang.

1. Tidak sekedar berjalan ditetapkan juga alasan keberadaannya, pemberdayaan sarana-prasarana


Ibarat pertumbuhan atau the reason of exsistence. pastoral.
perkembangan pribadi, ada tahap atau Sejak saat itu Gereja Keuskupan
suatu titik seseorang pasti menyadari Sufragan Bogor hidup tetapi 2. Belajar kepada Gereja Awal
dirinya di tengah kehidupan umum tidak sekedar hidup. Juga, Gereja Sinode 2002 merupakan cara
secara sengaja atau tidak sengaja. berkegiatan tetapi tidak sekedar awal Gereja Keuskupan Sufragan
Tidak akan ia membiarkan dirinya berkegiatan. Ada bentuknya yang Bogor belajar kepada Gereja Pertama
terus-menerus anonim atau sekedar jelas, arahnya yang tegas, serta (Kis 15). Saat itu Gereja mengalami
hidup dan berkegiatan. Artinya, ia maksud dan tujuannya yang pasti. permasalahan mengenai ajaran. Hal
tidak akan membiarkan diri tidak tahu Gereja Keuskupan Sufragan Bogor itu meliputi atau menyangkut ajaran
siapa dirinya dan harus berbuat apa. Ia ingin tumbuh dan berkembang hingga iman, moral, dan sosial. Rumusan
tidak atau sekurang-kurangnya belum semakin menjadi communio. Gereja masalahnya adalah: Haruskah pengikut
mempunyai cita-cita, tujuan, atau Keuskupan Sufragan Bogor ingin Kristus yang bukan Yahudi mengikuti
arah yang cukup jelas, relatif mantap, memperjuangkan terjadinya Kerajaan adat-istiadat atau tradisi Yahudi?
dan lumayan pasti. Pada saat itulah Allah di tempat ia berada. Satu masalahnya yang khusus adalah:
ia merasa harus mulai menegaskan Untuk mewujudkan visi dan Haruskah pengikut Kristus yang bukan
identitas dan misi pribadinya. misi itu ditetapkan juga dalam dan Yahudi bersunat?
Keadaan dan suasana seperti melalui Sinode itu suatu kebijakan. Untuk mengatasi masalah itu
itulah yang dialami Gereja Keuskupan Ada 5 Kebijakan yang pengertiannya ditetapkanlah beberapa hal yang mesti
Sufragan Bogor waktu itu. Tentu saja jelas, mantap, dan pasti sehingga segera dilakukan. Pertama, dipilih
saat itu Gereja sudah jelas hidup. dapat langsung dan dengan mudah dari umat beberapa orang sebagai
Juga saat itu Gereja sudah tampak dapat diwujudkan. Lima kebijakan wakil. Kedua, bersama wakil-wakil
jelas terus berkegiatan. Tetapi saat itu itu adalah: pembaharuan key actors umat itu Paulus dan Barnabas pergi
Gereja menyadari bahwa hidup dan atau key workers, peninjauan ke Yerusalem. Ketiga, mereka diantar
berkegiatan saja belum cukup. Gereja kembali karya yang ada, pengenalan oleh umat sampai luar kota. Keempat,
menghendaki untuk menegaskan visi dan pemahaman adat kebudayaan di Yerusalem mereka menemui
dan misinya. Melalui sinode Gereja setempat dan Agama lain, penataan penatua-penatua dan rasul-rasul.
menegaskan diri yang dicita-citakan, keorganisasian dan manajemen Keenam, mereka bersama-sama
the ideal self. Melalui sinode pastoral, serta penyiapan dan melakukan pertemuan.

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 15


OPINI

Setelah bersama Umat Yerusalem, 3. Menegaskan prinsip Terhadap iman dan moral yang
penatua-penatuanya, dan rasul-rasul Hal lain yang sangat mengesan ditetapkan dan disampaikan pemimpin
lain menyambut kedatangan Paulus, dan bagi saya perlu ditandaskan legitim, hendaknya berdasarkan
Barnabas, dan wakil-wakil umat secara khusus adalah dua pokok pertimbangan akal-budi dan didukung
yang datang bersama mereka, penting berkenaan dengan keputusan. kehendaknya umat melakukan apa
Petrus tampak secara tidak langsung Para wakil umat berkesempatan untuk yang diperintahkan. Dua hal terakhir
menegaskan diri sebagai pemimpin dengan bebas menyatakan pemikiran, ini dirumuskan dengan jelas dalam
(primus inter pares = yang pertama pendapat, dan pengalamannya. Kan. 752 Kitab Hukum Kanonik 1983.
dari yang sama). Mula-mula setiap Begitu juga para penatua atau Dengan prinsip itulah Gereja Katolik
orang dibiarkan untuk bebas berbicara pemimpin yang umumnya tetap terjaga keutuhan, kesatuan, dan
mengungkapkan pengalaman mempunyai keunggulan yang berupa tujuannya.
hidup dan imannya. Mereka diberi pengetahuan, kedudukan, atau
kesempatan untuk bertukar-pikiran.
Setelah waktu tertentu habis,
Petrus memberikan kesaksiannya.
Selanjutnya, Yakobus memberikan
pendapatnya. Akhirnya, oleh
pemimpin diambillah keputusan yang
tegas dengan mengatakan, “Sebab
adalah keputusan Roh Kudus dan
keputusan kami, supaya .... (Kis 15,
28).
Sebagai tindak lanjut dari
sidang itu, ditetapkanlah Yudas
dan Silas sebagai utusan yang
harus menyampaikan keputusan
kepada umat. Isi dari keputusan
itu adalah: Salam, ketidakharusan
bersunat (secara implisit), keharusan
menjauhkan diri dari makanan yang
dipersembahkan kepada berhala, dari
darah, dari daging binatang yang mati
dicekik, serta dari percabulan, dan RD Yohanes Driyanto (berjubah hitam) dalam Sinode Keuskupan Bogor 2002. (Foto: Panitia Sinode Keuskupan Bogor 2002)
akhirnya ucapan selamat dan penutup
(Kis 15, 23-29). pelayanan tertentu. Masing-masing 4. Upaya untuk semakin menjadi
Dari peristiwa itu Gereja diberi kesempatan untuk menyatakan yang seharusnya (Gereja)
Keuskupan mendapatkan contoh suaranya. Setelah semua itu terjadi Berbicara mengenai Gereja tidak
konkrit bagaimana sinode dijalankan. (dengan cara semestinya semua telah mungkin tidak berbicara mengenai
Secara umum sinode dapat dipahami didengarkan), keputusan akhir diambil proprietas-nya, yaitu: kehidupan,
sebagai pertemuan pemimpin dan atau ditetapkan oleh pemimpin yang kekudusan, dan misinya. Kehidupan
wakil-wakil umat untuk membahas berwenang. yang dimaksud adalah serangkaian
permasalahan dan menemukan bentuk Dua pokok penting yang saya kegiatan yang meliputi atau memuat
atau cara mengatasinya. Secara maksudkan berkaitan dengan itu hal-hal spiritual atau religius. Kegiatan
khusus dapat dengan mudah dipahami adalah sebagai berikut. Pertama, itu merupakan ungkapan, wujud,
bahwa dalam sinode ditegaskan: (1) terhadap keputusan yang secara atau bentuk pemahaman, perayaan,
penetapan permasalahan, (2) suasana legitim diambil itu umat Allah tidak dan penghayatan iman. Orang tidak
kegembiraan atau perayaan sinode, dituntut kesepakatan iman. Mengenai beriman umumnya hanya mengisi
(3) siapa yang diundang ke sinode, (4) iman dan moral, tidak harus umat hidupnya dengan makan-minum,
kebebasan peserta mengungkapkan menyetujui atau menerima ajaran bekerja, beristirahat, dan berekreasi.
pengalaman dan pengetahuan iman, yang ditetapkan dan disampaikan Orang beriman katolik akan
(5) setelah mendengarkan semua, oleh magisterium Gereja. Alasannya, menjelujuri kehidupannya dengan
keputusan diambil oleh pemimpin, iman adalah anugerah Tuhan. Tidak liturgi, perayaan sakramen, praktik
(6) penetapan beberapa orang mungkin orang memaksa atau dipaksa kesalehan, perbuatan tobat, dan
yang secara formal menyampaikan untuk mengimani ajaran tertentu. doa-doa lain.
keputusan, dan akhirnya (7) sukacita Kedua, terhadap keputusan Kekudusan menunjuk pada
umat beriman menerima hasil sidang. itu umat Allah dituntut ketaatan pengetahuan, pengalaman, dan
religius dari budi dan kehendaknya. keyakinan diri sebagai Gereja. Lebih

16 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


OPiNi

Dokumentasi beragam aktivitas


dalam Sinode perdana Keuskupan
Bogor yang diselenggarakan pada
tahun 2002.

(Foto: Panitia Sinode Keuskupan


Bogor 2002)

sebagai terang, masing-masing harus Perlu penegasan kembali


menerangi. Umat harus membuat Sejak 2002 Gereja mulai berjalan
Misi semakin semuanya jelas, tegas, dan pasti bersama. Sekarang hampir menapak
disadari bukan sehingga kehidupan menjadi lebih
nyaman, aman, tenang, tentram, dan
pada tahun yang ke-17. Lamanya
waktu serta banyak dan besarnya
sebagai pilihan, damai. tantangan membuat perjalanan
Dalam dan melalui Sinode 2002 melambat dan kurang fokus. Arah
tetapi keharusan saat itu, kehidupan dipertegas, dan orientasi menjadi kabur dan bias.
dimantapkan, dan digiatkan. Sungguh Sejumlah umat tertinggal. Ada yang
untuk dilaksanakan. dibangun kemampuan kognitif, lain terlalu cepat dan di depan. Ada
deliberatif, dan volitional serta pula sejumlah umat yang kembali lagi
disiapkan dan dicari saat atau peluang seperti semula, yaitu sekedar bergerak
tepatnya, perasaan gembira, bangga, bagi kegiatan spiritual. Kekudusan atau sekedar berjalan.
dan syukur sebagai yang dipilih Tuhan semakin dijelaskan, dipahami, Keadaan itu menunjukkan adanya
(ekklesia) dan milik Allah (kyriake). dihayati, dan diperjuangkan. Sungguh kebutuhan untuk mengadakan
Ibarat roti di tangan Yesus, umat dipahami kenyataan bahwa kita sinode lagi. Saatnya untuk sejenak
mengerti, mengalami, dan meyakini memang oleh Tuhan dibuat berbeda berhenti dari perjalanan. Saatnya
bahwa dirinya diambil atau dipilih, dan dipersiapkan secara khusus demi untuk beristirahat. Saatnya untuk
diberkati, dipecah-pecahkan, dan kepentinganNya. Misi semakin disadari melakukan refleksi atas perjalanan
akhirnya dibagikan kepada yang lain. bukan sebagai pilihan tetapi keharusan yang telah dilalui. Saatnya
Yang dimaksud dengan misi untuk dilaksanakan. Benar-benar membangun lagi persepsi bersama.
adalah sesuatu yang dapat dan harus diupayakan adanya pembekalan dan Saatnya menyamakan langkah.
dilakukan. Karena umat Allah itu pelengkapan diri berupa pengetahuan, Saatnya menyamakan tujuan.
dinyatakan oleh Yesus sebagai garam, keterampilan, dan sikap sehingga di Saatnya menyatukan tujuan. Saatnya
masing-masing harus mengasini. Umat mana pun, kapan pun, dan dalam menyamakan langkah. Saat melakukan
harus membuat kehidupan menjadi keadaan apa pun misi dilaksanakan. sinode.
enak dengan kesediaan diri untuk larut
atau melebur. Karena juga dinyatakan
*) Penulis adalah Vikaris Judisial Keuskupan Bogor.

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 17


OPiNi

Kilas Balik Sinode 2002 Keuskupan Bogor

Landasan Menuju
Masa Depan Cerah
Oleh: RD Paulus Haruna*)

Hasil maha penting dan sangat fenomenal Sinode Keuskupan Bogor 2002
ialah terciptanya rumusan final Visi dan Misi Keuskupan Bogor. Berlandaskan
pada Visi dan Misi inilah Keuskupan Bogor melangkah Ianjut secara pasti
menuju masa depan yang cerah.

M
ulai dari awal Januari 1975 saya menetap di Bogor. Banyak hikmah yang dapat dipetik dari pelaksanaan
Tanggal 25 November 1985 saya ditahbiskan Sinode 2002, antara lain:
sebagai seorang imam diosesan Bogor. Tahun 2002 1. Dengan telah dimilikinya rumusan Visi dan Misi yang
saya bertugas sebagai rektor di seminari menengah Stella handal dan final, maka Keuskupan Bogor pun telah memiliki
Maris Bogor. Sejak dari awal menetap di Bogor, saya tidak acuan dan pedoman yang terang benderang, kokoh dan
pernah absen untuk menghadiri acara-acara pertemuan pasti dalam melaksanakan berbagai macam kegiatan
penting yang diselenggarakan oleh Keuskupan Bogor, dan kegerejaan demi menuju masa depan Keuskupan Bogor yang
saya menjadi seorang peserta Sinode 2002 itu. cerah dan bergairah.
Sejauh perjalanan hidup saya dan sejauh pengalaman 2. Bahwa melaksanakan hajatan yang sangat penting,
hidup saya di Keuskupan Bogor, berlangsungnya Sinode fundamental, dan akbar setingkat Sinode di Keuskupan
2002 merupakan salah satu acara pertemuan akbar dan Bogor itu bukanlah suatu yang mustahil. Di masa depan,
terbesar yang pernah terjadi di Keuskupan Bogor. Sinode Keuskupan Bogor pasti mampu dan senantiasa siap untuk
2002 yang diselenggarakan di Hotel Setia-Pacet, Cipanas itu menyelenggarakan sinode-sinode lain, sejauh sinode itu
dipimpin langsung oleh uskup Bogor Mgr Michael Cosmas memang benar-benar mendesak perlu dan memang harus
Angkur dan tim dengan melibatkan para narasumber, dilaksanakan demi yang terbaik bagi Keuskupan Bogor.
wakil umat dari seluruh paroki di Keuskupan Bogor, wakil 3. Pelaksanaan Sinode 2002 yang melibatkan berbagai
dari komisi-komisi di Keuskupan Bogor, wakil dari berbaga pihak dan berbagai potensi dari berbagai lapisan di
komunitas hidup bakti yang berkarya di Keuskupan Bogor, Keuskupan Bogor dapat menjadi gambaran atau potret
wakil dari kelompok-kelompok kategorial di Keuskupan atau tolak ukur untuk membuat suatu peta yang riil tentang
Bogor, pengamat, dan undangan lainnya. sejauh mana daya atau animo atau kekuatan Keuskupan
Selama berlangsungnya Sinode 2002 ini pemimpin Bogor sebagai suatu keuskupan yang mandiri dan misioner.
sidang, narasumber, dan seluruh peserta dilibatkan ke 4. Sinode 2002 telah melahirkan satu buku penting
dalam rangkaian pembicaraan yang serius dan mendalam, yang diberi nama "Keuskupan Bogor Menatap Masa Depan,
antara lain pembicaraan tentang Membangun persaudaraan Sinode 2002 dan Sewindu Uskup”. Dalam buku ini kita
Sejati di Tatar Sunda, Gambaran Situasi Keuskupan Bogor temukan dokumen-dokumen penting atau catatan-catatan
Sampai dengan Tahun 2002, Mendirikan Sebuah Gereja penting yang dapat menjadi acuan bagi siapa pun yang
Lokal, Membangun Sebuah Keuskupan Mandiri, Menatap hendak melaksanakan pembangunan dan pengembangan
Masa Depan, dan Menjadi Gereja yang Misioner. Akhirnya Keuskupan Bogor.
dari pembicaraan-pembicaraan dalam kelompok diskusi Membangun dan mengembangkan Keuskupan Bogor
dan sidang-sidang pleno, lahirlah rumusan final Visi dan harus dilaksanakan secara bijak dan cermat. Artinya, dalam
Misi Keuskupan Bogor sebagai salah satu hasil yang maha membangun dan mengembangkan Keuskupan Bogor, kita
penting dan sangat fenomenal dari Sinode Keuskupan Bogor harus berpijak juga pada keputusan-keputusan final Sinode
2002 itu. 2002, sehingga apa pun yang ditempuh mampu tepat
Visi : Keuskupan Bogor menjadi 'communio' dari aneka sasaran dan memberikan banyak manfaat bagi seluruh umat
komunitas basis yang beriman mendalam, sollder dan Keuskupan Bogor.
dialogal, memasyarakat dan misioner. Demikianlah tulisan serba singkat tentang Sinode 2002.
Misi : Keuskupan Bogor menghadirkan Kerajaan Mari kita bangun dan kita kembangkan Keuskupan Bogor
Allah, dengan mengabdikan diri secara aktif dalam berlandaskan pada Visi dan Misi Keuskupan Bogor yang telah
meningkatkan keimanan dan martabat manusia melalui digariskan secara final pada penyelenggaraan Sinode 2002
pemberdayaan semua potensi. Keuskupan Bogor. Syalom.

*) Penulis adalah Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor.

18 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


TUNaS

Iklan RP

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 19


LAPORAN KHUSUS

Caritas Indonesia,
Wujud Nyata Bela Rasa Gereja
Gereja Katolik dikenal secara konsisten melakukan kegiatan-kegiatan karitatif yang dilandasi oleh kasih kepada
mereka yang membutuhkan. Tidak jarang Gereja Katolik senantiasa hadir dalam memberikan bantuan-bantuan
kemanusiaan. Namun apakah bantuan Gereja Katolik hanya terbatas dengan mengumpulkan dana bantuan dan
sekedar mengirimkan bantuan tersebut kepada yang membutuhkan?

R
ealitanya, Gereja Katolik terus daerah terdampak bencana. pembentukan hati. (Deus Caritas Est,
melakukan pengabdiannya Seperti yang tertera dalam 31 a), Benedict XVI, 2015. Hal. 35. Seri
terhadap orang-orang yang Dokumen Gerejawi, ensiklik Deus Dokumen Gerejawi No. 83, 2007)
membutuhkan. Tidak hanya sekedar Caritas Est, Paus Emeritus Benedictus Kata “Caritas” berasal dari Bahasa
memberikan materi dan bantuan secara XVI menyatakan bahwa Caritas harus Latin yang berarti Cinta Kasih. Dari
fisik, namun juga menjangkau orang- profesional dalam setiap karyanya. penjabaran diatas dapat kita ketahui,
orang yang membutuhkan dengan ‘Mereka yang melakukan pengabdian Gereja Katolik begitu memberikan
perhatian dan tindakan nyata dalam terhadap orang-orang yang menderita perhatiannya dalam mewujudkan cinta
mendampingi serta ikut ambil bagian membutuhkan kompetensi professional: kasih dengan maksimal dan nyata.
untuk berbela rasa dan mengabdi mereka harus dididik sedemikian rupa, Gereja Katolik sungguh-sungguh hadir
kepada mereka yang membutuhkan agar dapat melaksanakan apa yang dan tidak hanya sekedar memberikan
kasih dan uluran tangan. tepat dengan cara yang tepat dan bantuan tetapi juga memberikan
Contohnya saja ketika terjadi dapat mengupayakan pemeliharaan pengabdian yang maksimal dalam
bencana alam, Gereja Katolik dengan berkelanjutan’ melayani sesama.
konsisten hadir. Tidak hanya sekedar Kemudian ia juga menambahkan, Caritas sebagai organisasi yang
berempati dengan mengucurkan dana ‘Kompetensi profesional adalah syarat bergerak dalam karya pelayanan
bantuan. Tetapi juga memaksimalkan pertama, yang mendasar, tetapi itu saja sosial memiliki mandat untuk menjadi
pelayanan yang terwujud dari bela tidak cukup. Caritas melayani manusia, lembaga yang profesional, namun
rasa sebagai sesama manusia. dan manusia selalu membutuhkan tetap memegang teguh prinsip-prinsip
Namun, mereka yang mengabdi lebih daripada penanganan yang dasar kemanusiaan. Profesionalisme
dalam pelayanan tersebut tidak melulu bersifat teknis. Mereka karya pelayanan Caritas ini dapat dilihat
hanya bermodalkan niat namun juga membutuhkan rasa kemanusiaan. pada Standar Manajemen dari Caritas
memaksimalkan diri dengan pendidikan Mereka membutuhkan perhatian. Maka International (Caritas Internationalis-
secara profesional. Mereka terlebih dari itu, para pengemban pelayanan Management Standard/CI-MS). Maksud
dahulu diberikan pelatihan dalam kasih tersebut membutuhkan selain dari Standar Manajemen ini adalah
menangani dan mengemban misi di pendidikan profesional, terutama untuk membantu anggota Konfederasi

20 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


LAPORAN KHUSUS

menderita, merupakan keprihatinan payung Pengembangan Sosial Ekonomi


KARINA. Melalui KARINA, umat dapat (PSE) Keuskupan Bogor. RD Ridwan
menyampaikan belarasa kepada Amo yang merupakan Ketua PSE
siapa saja yang sedang mengalami Keuskupan Bogor menunjuk RD Yulius
penderitaan, terutama dalam bencana Eko Priyambodo sebagai direktur Biro
dan musibah. KARINA hadir untuk Karitas Keuskupan Bogor. Semenjak
membantu dan menemani para korban itu Karior menjadi bagian dari anggota
bencana melalui upaya-upaya yang KARINA KWI dan anggota dari Jaringan
integratif dan berkelanjutan. Karitas Keuskupan Regio Jawa.
Banyak program jaringan KARINA Organisasi yang bergerak dalam
yang membantu masyarakat, baik karya pelayanan sosial ini didasari
dalam pengurangan risiko bencana dengan semangat dari Gereja Perdana
alam, penanggulangan bencana yang hidup dalam persekutuan erat
Logo Biro Caritas Keuskupan Bogor. alam, revitalisasi daerah terdampak dan cinta kasih. Kegiatan rohani dan
bencana, pengembangan ekonomi, sosial yang dilakukan Karior berkaitan
Caritas agar menjadi lebih kuat secara
dan pembinaan desa-desa menuju dengan membantu masyarakat yang
kelembagaan dan pada akhirnya
kemandirian untuk meningkatkan terkena dampak bencana alam, serta
juga akan membuat konfederasi
taraf kehidupan masyarakatnya. Sudah membangun komunikasi dengan
menjadi lebih kuat dan efektif. Standar
banyak desa-desa yang terbantu berbagai lapisan masyarakat sesuai
Manajemen ini berasal dari praktik
dengan program-program yang dengan 5 Pilar Karya Gereja Katolik
baik dan prinsip-prinsip global yang
dilaksanakan dan dikembangkan. yaitu Liturgia, Koinonia, Kerygma,
sudah dilakukan dan diterima oleh
Dilansir dari laman karina.or.id, Diakonia, dan Martyria.
komunitas lembaga kemanusiaan dan
KARINA yang bervisi kemanusiaan Perlu kita ketahui, ada 4 siklus
pemberdayaan internasional.
dengan jiwa “Bela Rasa” sebagai penanganan bencana, yakni kesiap-
organisasi sosio-pastoral membantu siagaan, tanggap darurat, pemulihan
Asal-usul KARINA
meningkatkan pembangunan dan pengurangan risiko. Masa tanggap
Keprihatinan Gereja Katolik di
kapasitas di seluruh 37 keuskupan darurat dialokasikan hanya seperempat
Indonesia terhadap berbagai bencana
di Indonesia. Di tingkat internasional dari siklus penanggulangan bencana,
melahirkan sebuah yayasan bernama
pendirian KARINA didukung karena selanjutnya diharapkan
KARINA. KARINA merupakan akronim
dari Caritas Indonesia, yang berdiri
tanggal 17 Mei 2016 dan merupakan
yayasan kemanusiaan milik Konferensi
Waligereja Indonesia (KWI).
Sejak saat itu pula KWI menyiapkan
pembentukan Yayasan KARINA
yang ditujukan untuk menjadi badan
koordinator, fasiliator, dan animator
dari Gereja Katolik di Indonesia dalam
merespon bencana, kemiskinan dan
masalah kemanusiaan lainnya.
Kegiatan utama KARINA adalah
mengembangkan pelayanan
kemanusiaan tanpa membedakan
agama, suku, ras, golongan dan
sebagainya. Sebuah implementasi
dari ayat yang ada dalam Injil Matius Pertemuan pembentukan Biro Caritas Keuskupan Bogor. (Foto: RD Yulius Eko Priambodo)
25:40, “Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang
sepenuhnya oleh Caritas International masyarakat dapat kembali mandiri
kamu lakukan untuk salah seorang dari
yang berkedudukan di Roma, dan untuk melanjutkan hidupnya. Bantuan
saudara-Ku yang paling hina ini, kamu
beranggotakan lebih dari 160 yang akan diberikan harus selalu
telah melakukannya untuk Aku.”
organisasi Caritas di dunia. dikoordinasikan terlebih dahulu dengan
KARINA mengembangkan
pemerintah setempat, pemangku adat,
pelayanan kemanusiaan tanpa
Karitas Keuskupan Bogor dan masyarakat supaya tepat sasaran
membedakan agama, suku, ras,
Keuskupan Bogor mulai merintis dan tepat guna, jangan sampai malah
golongan dan sebagainya. Semua
pendirian Karitas Keuskupan Bogor menimbulkan masalah lain.
manusia, terutama yang miskin dan
(Karior) pada tahun 2016 di bawah (Maria Nathanael/MEKAR)

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 21


laPORaN kHUSUS

Bencana Alam
dan Peranan Manusia
Foto: Celestien Palembangan

Oleh: Celestien Palembangan

B
encana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Palu, yang selamat juga punya masalah lain: kekurangan
Sigi dan Donggala cukup mengejutkan saya. Saya pasokan makanan, air, bensin, dan listrik. Antrian mengular
tumbuh besar di Palu, dan banyak keluarga serta di setiap pom bensin yang tersebar di kota tersebut.
teman-teman saya yang masih tinggal di sana. Selama saya Seminggu sebelum bencana terjadi, saya masih
tumbuh besar di Palu, gempa bumi memang sering terjadi, sempat berkunjung ke beberapa tempat wisata di Palu,
namun saya tidak pernah melihat dampak bencana gempa kebanyakan dari tempat wisata itu ada di pesisir pantai.
di Palu yang sebesar ini. Seperti yang sudah diberitakan Suasananya tentu berbeda saat sebelum dan sesudah
di media, gempa bumi di Palu dan Donggala memberikan gempa. Palu, memiliki pesona alamnya tersendiri, kota
dampak kerusakan yang sangat besar, karena efek dari ini mulai bersolek dan berdandan, membuka diri untuk
gempa ini menyebabkan terjadinya tsunami dan likuifaki wisatawan asing dan lokal. Namun kini semua usaha
yang menelan banyak sekali korban jiwa. pembangunan itu terlihat sia-sia akibat bencana alam yang
Perjalanan untuk pulang kembali ke Palu bukan hal meluluhlantakkan Palu dan sekitarnya hanya dalam waktu
yang mudah. Dari Makassar, saya menempuh jalur darat satu malam.
untuk dapat memasuki Palu. Dengan menempuh jalur Saya mengunjungi beberapa tempat yang mengalami
darat, itu berarti saya harus melewati Donggala, daerah dampak yang cukup parah akibat bencana ini, salah
yang terletak di pinggir pantai dan mengalami kerusakan satunya adalah area Petobo yang terkena bencana
cukup parah akibat gempa dan tsunami. Pemukiman likuifaksi. Beberapa teman saya tinggal di area ini, dan
penduduk yang terletak di pesisir pantai sebagian besar sampai saat ini kabarnya pun belum diketahui. Akibat
hancur, tenda-tenda darurat berdiri dalam radius beberapa likuifaksi, tanah yang sebelumnya rata dan datar terlihat
meter saja antara satu dengan yang lainnya. Papan-papan bergelombang tidak beraturan dan membentuk seperti
bertulisakan “Di sini juga butuh bantuan logistik” atau bukit-bukit. Berdasarkan cerita dari masyarakat sekitar, saat
“Kami juga butuh bantuan” seakan menyinggung tindak likuifaksi terjadi, lumpur keluar dari dalam tanah kemudian
tanduk pemerintah dalam menghadapi persoalan pasokan rumah-rumah seperti tertelan masuk kedalam tanah.
logistic yang tidak merata di daerah-daerah yang terkena Kondisinya seakan tanah sedang mengaduk-aduk semua
dampak bencana. yang berada di atasnya. Aparat keamanan dan relawan-
Memasuki kota Palu, kondisinya tidak lebih baik. relawan membantu sekuat tenaga dengan perlengkapan
Bangunan runtuh di mana-mana, orang-orang sibuk lalu- evakuasi yang saat itu masih minim untuk mengevakuasi
lalang di sekitar reruntuhan. Relawan, aparat keamanan korban.
dan warga setempat sering kali terlihat berkumpul di Sebagai seorang beriman, saya kemudian sejenak
beberapa titik untuk melakukan proses evakuasi. Mereka berdoa bagi mereka yang menjadi korban dan keluarga

22 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


LAPORAN KHUSUS

yang ditinggalkan, sambil kemudian terbersit dalam pikiran


saya “Jika Tuhan berkehendak, maka terjadilah.” Namun
sungguh salah rasanya jika bencana alam terus menerus
dikaitkan dengan kehendak Tuhan. Sebagian besar bencana
alam justru diakibatkan oleh kelalaian dan kerusakan yang
dibuat oleh manusia. Hutan-hutan digunduli, sampah sudah
memenuhi sungai dan laut, pohon-pohon mulai digantikan
dengan bangunan-bangunan. Area-area yang tidak seharusnya
menjadi pemukiman penduduk dipaksa untuk untuk
memenuhi kebutuhan manusia akan tempat tinggal, tanpa
memperhitungkan apakah tanah di daerah tersebut cukup
layak untuk ditinggali. Gempa bumi tidak pernah membunuh,
tetapi korban jiwa muncul karena struktur bangunan yang
buruk atau lokasinya di zona likuifaksi dan longsor.

Manusia penguasa bumi


Setiap kali bencana terjadi, kita sebagai manusia hanya
dapat memasrahkan segalanya pada kehendak Tuhan.
Namun alangkah lebih baik jika kita sendiri berpikir lebih
bijak terhadap segala situasi yang terjadi di bumi tempat kita
tinggal ini. Bukankah kita diberikan kuasa oleh Tuhan untuk
memiliki segala yang ada di laut, di bumi dan di udara? Tuhan
memberikan kita kesempatan untuk mengatur dan mengelola
ciptaannya yang ada di Bumi, namun kita sebagai manusia
terlihat begitu jumawa akan kuasa itu.
Saat kita masih kecil, tentu orang tua tidak henti-hentinya
mengajarkan dan memperingatkan sikap kita sebagai anak.
Seorang ibu memperingatkan anaknya untuk tidak berlari-lari di
area jalan yang berbatu, karena dia bisa saja jatuh tersandung.
Jika si anak tidak mengindahkan peringatan itu, sang Ibu
akhirnya terpaksa harus sedikit “kasar” kepada si anak dengan
mencengkeram erat tangannya agar ia tidak berlari-lari dan
terjatuh, namun si anak berontak meminta dilepaskan dan
dibiarkan untuk bermain berlari-lari. Karena anak tersebut tidak
mau mendengarkan peringatan orang tuanya, akhirnya dia
benar-benar jatuh tersungkur, berdarah, kemudian menangis
dan kembali ke pelukan ibunya. Saat itu si Ibu menegaskan
kembali kepada anak nya akan peringatan yang sebelumnya
sudah ia berikan, “Tuh kan sudah Ibu bilang, gak mau denger
sih.”
Inilah menurut saya peran Tuhan dalam bencana yang
terjadi di sekitar kita. Sudah berulang kali kita diperingatkan
akan dampak dari perbuatan kita terhadap bumi kita saat
ini. Manusia dengan pengetahuannya mampu menciptakan
teknologi yang semakin maju, bahkan mampu memprediksi
bencana dan usaha-usaha pencegahannya. Namun sering kali
manusia tidak mengindahkan peringatan itu, sama seperti si
anak yang tidak akan berhenti hingga ia benar-benar jatuh.
Hingga saat bencana tersebut menimpa manusia, maka secara
tidak langsung, Tuhan menegaskan peringatannya lewat
bencana alam yang terjadi, lalu kita serta merta baru kemudian
sadar akan kesalahan kita.
Mari kita lebih bijak ketika berhadapan dengan alam. Ketika
dia sudah membuat batas, janganlah melawan. Janganlah
memaksa alam dengan “kehendak ke-aku-an”. Mari bertindak
sebagai pemelihara bumi, sesuai dengan hakikat yang
dipercayakan Allah kepada kita.
Potret kondisi kota Palu pascabencana. (Foto: Celestien Palembangan)

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 23


Foto: ANTARA

laPORaN kHUSUS

Berbela Rasa Membantu


Penyintas Bencana
Oleh: Ditto Santoso *)
Foto: Dok. Pribadi

I
ndonesia merupakan daerah yang rawan bencana (disaster prone area). Kesadaran ini telah menyeruak manakala
berbagai kejadian bencana terjadi sambung-menyambung di Indonesia. Terakhir dengan gempa besar di Lombok serta
tsunami di Palu. Di antara komunitas pekerja kemanusiaan bahkan muncul gurauan menyayat hati yang mengatakan
bahwa Indonesia ini adalah “supermarket”-nya bencana. Untuk mengantisipasi dan merespons bencana-bencana ini, telah
dipahami secara jamak bahwa ini merupakan kerja besar semua elemen bangsa untuk bahu-membahu karena sama-sama
hidup di daerah yang rawan bencana.
Sebagai warga Gereja dan bangsa yang tergerak oleh semangat berbela rasa untuk membantu para penyintas
(survivors) bencana, umumnya orang akan berupaya membantu. Coba tebak, apa yang terlintas pertama kali dalam
benak orang-orang umumnya. Intensi baik untuk membantu perlu diiringi dengan pemahaman yang lebih luas mengenai
konteks bencana, siapa yang terdampak, apa yang menjadi kebutuhan, dan bagaimana menyalurkannya. Berikut
beberapa tips praktis bagi mereka yang tergerak hatinya untuk membantu.

Menjadi relawan. Menjadi relawan saat bencana bantuan darurat yang sebenarnya dibutuhkan oleh para
memerlukan energi yang besar. Kondisi fisik, waktu, penyintas di lokasi bencana? Jangan sampai bantuan
dan semangat dibutuhkan. Namun menjadi relawan, yang dikirimkan justru menjadi tidak bermanfaat dan
tidak berarti harus turun ke lokasi bencana. Kita bisa terbuang percuma. Kita harus mendapatkan informasi valid
saja menjadi penggalang dana (fundraiser) atau mengenai jenis kebutuhan di lapangan dan bagaimana
menghubungkan dengan sumber daya yang dibutuhkan. menyalurkannya. Kita harus memperhatikan pedoman-
Menjadi relawan yang terjun ke lapangan juga merupakan pedoman penanganan bencana karena didalamnya
opsi mulia untuk mewujudkan semangat berbela rasa juga menyebutkan bantuan darurat apa yang potensial
bagi para penyintas yang membutuhkan bantuan kita. dibutuhkan dalam tahap tertentu.
Namun demikian, menjadi relawan tidak cukup bermodal Menyalurkan dana lewat lembaga kemanusiaan.
hanya semangat dan niat baik saja. Perlu dipastikan bahwa Pilihan menyalurkan bantuan dalam bentuk uang melalui
relawan memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai lembaga kemanusiaan yang kompeten, terpercaya,
dengan yang dibutuhkan di lapangan. Jangan sampai dan transparan melalui pelaporannya, merupakan cara
relawan yang terjun ke lapangan malah menjadi beban yang sangat direkomendasikan. Mengapa? Karena ada
bagi orang lain. tenaga-tenaga pekerja kemanusiaan yang kompeten dan
Mengirimkan bantuan darurat. Mengirimkan akan menyalurkan bantuan dengan berdasarkan data
bantuan darurat sangat mungkin menemukan banyak yang sudah dicari di lapangan. Lembaga-lembaga tersebut
tantangan di hari-hari awal bencana. Apalagi jika juga secara transparan melaporkan dana yang terkumpul
dilakukan secara parsial tanpa berhubungan dengan dan sudah dimanfaatkan dalam bentuk apa serta siapa
pihak-pihak yang bisa memfasilitasi akses untuk penerima bantuannya.
pengiriman. Satu hal yang penting diperhatikan, apakah

24 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


laPORaN kHUSUS

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) memiliki sayap


pelayanan kemanusiaan yang bergerak dalam bidang
tanggap darurat (emergency response) dan pengurangan
risiko bencana (disaster risk reduction). Namanya “Karitas
Indonesia” yang disingkat “Karina” atau “Karina KWI”.
Meski berpusat di Jakarta, Karina KWI bergerak bersama
organisasi dan relawan yang tergabung dalam karitas-
karitas dan organisasi sosial kemanusiaan lainnya yang
ditunjuk di tingkat keuskupan. Dalam ranah internasional,
Karina KWI merupakan salah satu anggota Konfederasi
Caritas Internationalis yang bermarkas di Roma sebagai
jejaring pelayanan Gereja Katolik dalam tanggap darurat
dan pengurangan risiko bencana.
Berkontribusi membangun masyarakat yang tangguh
bencana. Dampak bencana tidak hanya direspons pada
masa tanggap darurat saja. Kita pun bisa berpartisipasi kesadaran, pengetahuan, dan ketrampilan masyarakat
dalam tahap-tahap lain dalam siklus tanggap bencana yang tinggal di area rawan bencana agar menjadi lebih
sesuai dengan kemampuan (sumber daya, pengetahuan, tangguh dalam memitigasi dan merespons bencana.
ketrampilan, dan lain-lain) yang kita miliki. Ada aktivitas- Bekerja samalah dengan lembaga-lembaga kemanusiaan
aktivitas yang bersifat pemulihan dan rekonstruksi yang yang kompeten dalam melaksanakannya.
membutuhkan sumberdaya yang sangat besar untuk Akhirnya, terdapat banyak cara untuk mewujudkan
pelaksanaannya. Kemudian pada tahap prabencana, kepedulian Anda. Lakukan secara bijak dan tepat. Selamat
banyak aktivitas yang perlu dilakukan untuk membangun berbela rasa.

*) Penulis pernah bergabung sebagai staf Karina KWI, sekarang bergiat dalam bidang tanggung jawab sosial perusahaan.

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 25


laPORaN kHUSUS

PROGRESS PEMBANGUNAN
SEMINARI Sejak 2016 hingga saat ini, Keuskupan
Bogor tengah mengelola sebuah proyek
besar yang meliputi pembangunan
Seminari Menengah Stella Maris,

RUMAH KASIH UNIO


Rumah UNIO, dan rumah retret di
Telaga Kahuripan, Parung.

Berkat partisipasi seluruh umat


Keuskupan Bogor, kini pembangunan

RUMAH RETRET
ketiga gedung tersebut semakin
terlihat hasilnya. Berikut adalah galeri
dokumentasi proses dan perkembangan
terbaru dari proyek ini.

Penyerahan IMB
3 November 2016 Rapat para imam
14 Februari 2017

SEMINARI MENENGAH STELLA MARIS


Desain Seminari 1 November 2017

26 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


laPORaN kHUSUS

25 November 2017 21 Januari 2018 6 April 2018

10 Juni 2018 15 September 2018 2 Oktober 2018

RUMAH KASIH UNIO


Desain Rumah Kasih UNIO 1 Mei 2018

10 Juni 2018 13 Agustus 2018


Mari
berpartisipasi!
Uluran kasih Anda sangat berarti
bagi pembangunan Keuskupan
Bogor. Donasi Anda dapat
disalurkan melalui:

Rek. Mandiri
133 00 4555 4557

RUMAH Pembangunan dimulai


Januari 2019
a.n. Keuskupan Bogor

Rek. BCA

RETRET 174 300 7003


a.n. PGPM Keuskupan Bogor

Narahubung:
Indrawati (0813-8608-5675)
Erly (0877-7029-6888)

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 27


R E NUNG A N

Spiritualitas Kompas
Oleh: RP Epiphanius Maria, CSE
Foto: Aureliarani

K
ompas merupakan sebuah alat navigasi untuk Kiranya kata-kata rasul Yakobus dapat menjadi
menentukan arah. Kompas memberikan pegangan bagi kita dalam hal ini, yaitu untuk
rujukan arah tertentu sehingga sangat menyerahkan semua rencana kita ke dalam
membantu dalam bidang navigasi. Dengan bantuan Penyelenggaraan Tuhan. Jika Tuhan menghendaki
kompas, pengguna mempunyai akurasi kepastian hal itu terjadi, maka hal itu pun akan terjadi
yang lebih baik. Dalam menghadapi tahun baru (bdk. Yak 4:15). Sebab sesungguhnya kita tidak
2019 yang akan datang, tentunya kita mempunyai mengetahui apa yang terjadi esok hari. Kita hanya
impian dan harapan-harapan yang mengarah dapat menyandarkan seluruh pengharapaan kita
kepada sebuah perubahan besar dalam hidup. Ada kepada Tuhan. Itulah yang ingin disampaikan oleh
target tertentu yang ingin dicapai. Untuk mencapai rasul Yakobus.
impian dan tujuan tersebut, kita membutuhkan Kita sebagai manusia boleh saja merencanakan,
sebuah arah yang pasti. Dengan adanya arah yang tetapi semuanya harus diserahkan kepada
pasti, kita juga dapat menatap masa depan dengan penyelenggaraan Tuhan. Inilah arti hidup di dalam
keyakinan penuh. Lalu, apakah artinya spritualitas iman. Dalam iman, kita dapat melangkahkan kaki
arah yang dimaksud? menuju tahun baru dengan segala harapan yang
Tahun 2018 baru saja kita lewati, dan kita pun kita miliki. Iman menjadi kompas dengan arah
mulai mengarahkan pandangan menuju tahun yang pasti, bahwa bersama Tuhan kita dapat
yang akan datang, yaitu tahun 2019. Ada begitu mencapai tujuan dan menghadapi semua tantangan
banyak pengalaman-pengalaman yang telah dialami: yang ada selama tahun 2019. Iman itu pula yang
kesusksesan dan kegagalan dalam pekerjaan, memampukan kita untuk terus melangkah manakala
persahabatan, relasi atau dalam hal apa pun. Sudah kita menghadapi kesulitan-kesulitan yang tidak
menjadi hal yang lazim bahwa setiap tahun baru pernah kita pikirkan sebelumnya. Dengan iman, kita
kita selalu membuat rencana-rencana yang akan akan selalu bersyukur untuk segala sesuatu, baik
kita lakukan di tahun yang baru. Selain itu, kita juga yang menyenangkan maupun yang menyedihkan.
berniat untuk memerbaiki apa yang belum tercapai Oleh karena itu, mari kita jalani hari-hari kita di
atau pun belum memuaskan di tahun yang telah tahun baru ini dengan penuh iman. Kita serahkan
lewat. semua rencana kita kepada Tuhan, termasuk
Di sinilah makna spiritualitas arah seperti fungsi kegagalan-kegagalan yang akan terjadi. Dengan
pada sebuah kompas. Kita belajar untuk hidup memasuki lembaran tahun yang baru, kita pun
dalam keterarahan yang pasti. Artinya, tahun baru belajar untuk memulai lembaran baru dalam iman
2019 menjadi tahun yang dilalui dalam kepastian. unuk belajar mengandalkan Tuhan dalam segalanya.
Sebagai orang beriman, kita mempunyai landasan Semoga tahun baru ini menjadi tahun yang
dasar yang mengarahkan semua pengharapan membawa berkat dan rahmat yang melimpah bagi
kita pada Tuhan, yaitu iman. Dengan iman, kita kita semua.
mempunyai arah dan tujuan yang pasti dalam
menatap masa depan di tahun yang baru ini. Iman
inilah yang menjadi kompas yang menentukan arah
dan tujuan kita. Segala rencana dan niat baik yang
ingin kita raih hendaknya diserahkan sepenuhnya
dalam kerangka rencana Tuhan.

28 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


G e l i aT P a R O k i

Stasi St Franciskus Asisi - Palabuhan Ratu

Memberi dari Kekurangan


Foto: Maria

Seringkali kedamaian hadir di tempat yang sederhana. Saat itu


cuaca tengah mendung dan rintikan hujan membasahi sela-sela
pelataran Gereja Stasi St Franciskus Asisi Palabuhan Ratu. Tidak
ada kesan mewah, namun siapapun yang hadir di tempat itu
pasti akan merasakan ketenangan dan kedamaian.

S
aat itu, tepat di Minggu Adven pertama, Palabuhan Ratu.
sekitar kurang lebih 40 jemaat yang Ketika ditanya
berkumpul untuk mengikuti Misa Ekaristi yang bagaimana
dipersembahkan oleh RD Christophorus Lamen Sani. pengalaman suka
Suara ramai kendaraan yang lalu lalang sama sekali dukanya selama
tidak mengurangi kekhusyukan ibadat di gereja kurang lebih 8
yang terletak di Jalan Kidang Kencana, Palabuhan bulan dipercaya
Ratu ini. menjadi Ketua Stasi,
Berada di bagian selatan Kota Sukabumi, Tugiyono awalnya
gereja yang masih berstatus stasi ini didirikan pada merasa ragu karena tidak
Lusia Sri Harjani & Tugiyono. (Foto: Maria)
tahun 1977 dan direnovasi pada 5 Oktober 2002 memiliki latar belakang
dan diberkati oleh Mgr Emeritus Michael Cosmas sebagai seorang pemimpin. Namun dukungan
Angkur, dan semenjak direnovasi belum ada orang-orang terdekatlah yang membuatnya yang
perubahan signifikan di gereja yang memiliki umat semula tidak bisa menjadi bisa dan menjalankan
sekitar 33 Kepala Keluarga (KK). amanatnya untuk mengelola stasi.
“Beberapa tahun lalu, Perayaan Ekaristi diadakan Pengabdian Tugiyono pun didukung oleh sang
2 kali dalam sebulan, ketika tidak ada Romo yang istri, Lusia Sri Harjani. Pasangan suami istri ini
datang untuk mempersembahkan Perayaan Ekaristi, tinggal cukup jauh dari gereja, namun semangat
katekis disinilah yang memberikan ibadat sabda. mereka dalam mengabdi dan melayani membuat
Namun beberapa bulan belakangan Perayaan jarak bukanlah suatu hambatan.
Ekaristi diadakan setiap minggu.” Tutur Agustinus Ketika MEKAR berkunjung ke stasi yang pernah
Paulus Tugiyono, Ketua Stasi St Franciskus Asisi menjadi salah satu destinasi pertemuan frater inter-

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 29


G E L I AT P A R O K I

diosesan pada tahun 2013 ini, ada grup paduan kesederhanaan. Atas pengabdiannya tersebut, Mgr
suara yang beranggotakan Orang Muda Katolik Paskalis Bruno Syukur, Uskup Keuskupan Bogor,
(OMK) yang tengah berlatih ditemani oleh Bapak “menghadiahinya” sebuah rumah sederhana tepat
Tugiyono dan Bu Lusia. Meskipun saat itu malam di samping bangunan gereja yang kini ia tempati
sudah cukup larut, mereka tetap bersemangat bersama keluarganya guna menghabiskan masa
dalam berlatih olah vokal. tua.
“Mereka ini tinggalnya cukup jauh dari gereja, Regenerasi katekis di stasi memiliki
sekitar 7 kilometer. Namun, setiap Sabtu malam perkembangan cukup baik. Ia menyiapkan generasi
mereka berkumpul di gereja dan berlatih paduan muda untuk dapat meneruskan pengabdiannya.
suara.” Tutur Ibu Lusia. Ia juga berpesan agar para generasi muda tidak
Kesederhanaan dan keterbatasan tidak menjadi menjadikan hambatan dan kendala sebagai alasan
suatu kendala dalam semangat pelayanan mereka. dalam menyurutkan langkah dalam pelayanan.
Betapa banyak pengorbanan yang pastinya Baginya, apalah arti jabatan apabila tidak diimbangi
mereka berikan demi meraih sukacita melayani dengan semangat pelayanan.
Tuhan. Pada titik ini, pemberian diri secara utuh, Kehadiran dan pelatihan katekis yang memiliki
meskipun dari kekurangan sekalipun, menjadi suatu jiwa pelayanan tinggi kadang tidak diimbangi
pengingat bahwa Tuhan memilih orang-orang dengan perhatian khusus. Padahal kehadiran
yang mau menyerahkan dirinya secara total untuk katekis memiliki peranan penting dalam mencetak
mewartakankarya-Nya di bumi. generasi-generasi Gereja masa depan.

Saya Berdosa Jika Tidak Melayani Stasi Ini Harapan Menjadi Sebuah Paroki
Rambut yang memutih dan tubuh tua yang Harapan akan perubahan status dari stasi
semakin ringkih tidak menghalangi pengabdian menjadi paroki pastilah menjadi harapan, namun
seorang Natalis Yosep di Stasi St Franciskus Asisi hal ini kontradiktif dengan ketersediaan Sumber
sebagai seorang katekis. Ada semangat yang Daya Manusia (SDM) yang ada.
terpancar dari binar matanya ketika membicarakan Bapak Tugiyono berharap Keuskupan Bogor
mengenai pengalamannya menjadi seorang katekis dapat memberikan pelatihan dan dukungan
selama lebih kurang 45 tahun. secara moral bagi umat di stasi yang terletak di
Hampir separuh hidupnya, Ia mengabdi di kawasan wisata Palabuhan Ratu ini. Apalagi jika
Keuskupan Bogor khususnya di stasi kecil ini untuk harapan menjadi sebuah paroki dapat terwujud,
mengajar dan membina umat. Perkembangan Ia sangat berharap agar ada pelatihan khususnya
zaman dan perubahan di setiap lini kehidupan tidak dalam bidang pastoral bagi SDM yang ada di stasi
menyurutkan semangatnya melayani umat di stasi. tersebut.
“Saya akan berdosa kepada Tuhan jika tidak Di usia Keuskupan Bogor yang menginjak
melayani umat stasi ini.”ucapnya umur ke-70, Bapak Natalis sebagai saksi hidup
Semenjak tahun 1983 lika-liku perkembangan Stasi St Franciskus Asisi
hingga kini, Natalis juga berharap adanya perhatian khusus bagi
memberikan perkembangan stasi dan umat di Sukabumi
pelayanannya bagian selatan. Baginya, Keuskupan Bogor sudah
secara utuh berkembang begitu pesat namun Ia juga ingin
sebagai seorang agar daerah Palabuhan Ratu dijangkau juga
katekis. perkembangannya.
Perjuangannya Palabuhan Ratu memiliki tantangan sekaligus
bukanlah tanpa potensi tersendiri yang menjadi sebuah daya
hambatan, tarik dari Keuskupan Bogor. Perkembangan umat
bertahun- yang berada disana perlu didukung dengan
tahun ia dan pembinaan dan pendampingan secara konstan
keluarganya serta kepedulian dari pihak-pihak terkait. (Maria
hidup dalam Nathanael/MEKAR)

Natalis Yosep. (Foto: Maria)

30 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


G E L I AT P A R O K I

Paroki St Andreas Sukaraja

Respect to Others
Rekoleksi SD Mardi Waluya Bogor
di Bumi Maria Sareng Para Rasul

B
umi Maria Sareng Para Rasul di Paroki St Andreas “apakah dari keempat anak ini ada yang sama satu
Sukaraja, pada Senin pagi kedatangan 108 murid dengan yang lain, dilihat dari rambut, mata, hidung,
kelas 5 SD Mardi Waluya Bogor. Murid- murid ini mulut, telinga dan wajah secara keseluruhan?” Kemudi-
datang bersama wali kelas, guru dan beberapa staf an anak-anak dengan serentak menjawab “tidak sama!”
karyawan menggunakan angkot. Kedatangan para Anak-anak itu pun diminta duduk kembali dan
murid ke tempat ziarah dan jalan salib ini dalam rangka diberikan hadiah berupa biskuit. Romo Pera memberi
rekoleksi bersama RD Paulus Pera. Tema yang diangkat penjelasan bahwa semua anak itu unik karena berbeda
dalam rekoleksi ini adalah “Respect to Others”. Tema satu dengan yang lain. Kalian diciptakan hanya satu,
ini diangkat untuk menekankan pentingnya menghargai tidak ada duanya, bukan fotokopi, saling berbeda satu
dan menghormati perbedaan di antara mereka, serta sama lain.
mencintai keunikan diri mereka masing-masing. Maka dari perbedaan itu, anak-anak diminta untuk
Rekoleksi diawali dengan Jalan Salib, khususnya bagi bersyukur karena Tuhan Allah menciptakan manusia itu
anak-anak yang beragama Katolik dan Kristen Protestan. menurut gambar Allah, serupa atau secitra dengan Allah
Sebelum Jalan Salib dimulai, para murid dibagi menjadi itu sendiri. Perbedaan itu bukan berarti harus dipaksakan
tiga kelompok. Setiap kelompok didampingi oleh wali untuk menjadi sama satu dengan yang lain. Akan tetapi,
kelas dan guru. Sementara itu, anak-anak non-Kristen dari keunikan dan ketidaksamaan yang kita miliki ini, kita
menuju ruang aula yang ada di pastoran St Andreas diajak untuk menghargai dan menghormati hal tersebut.
untuk menonton film. Romo Pera menambahkan, bahwa kita punya tugas
Setelah para murid selesai melaksanakan Jalan Salib untuk menjaga bumi yang sudah Tuhan Allah berikan
serta berdoa kepada Bunda Maria, mereka dikumpulkan kepada kita dengan merawat dan mengurangi penggu-
untuk mengikuti rekoleksi bersama Romo Pera. Nampak naan plastik. Oleh sebab itu, Romo Pera berterima kasih
raut wajah gembira dan senang ketika mereka bernyanyi kepada anak-anak yang sudah membawa botol minum
bersama sebelum mendengarkan sharing dari Romo sendiri, serta galon air untuk isi ulang air minum yang
Pera. Kendati cuaca panas dan terik matahari mengenai telah disediakan oleh bapak dan ibu guru.
tubuh anak-anak ini, semangat mereka untuk mengikuti Rekoleksi ditutup dengan Perayaan Ekaristi yang
kegiatan rekoleksi di alam terbuka tetap tidak terpadam- dipersembahkan oleh Romo Pera. Dalam homilinya,
kan. Romo Pera mengatakan bahwa anak-anak belajar di
sekolah bertujuan untuk mewujudkan cita-cita dan
Menghargai perbedaan dan keunikan impian mereka sendiri. Maka, pergunakanlah apa yang
Sebelum sharing dimulai, Romo Pera meminta empat Tuhan Allah sudah berikan yaitu akal budi, pengetahuan
murid untuk tampil di depan. Anak-anak enggan untuk dari bapak dan ibu guru, serta bersyukur atas keunikan
maju ke depan karena mereka takut diberi tugas atau dan perbedaan yang kita miliki. Setelah perayaan Ekaristi
akan dikerjain oleh romo. Namun, setelah dijelaskan selesai, para murid foto bersama dengan Romo dan
bahwa mereka tampil di depan untuk mewakili dari bapak, ibu wali kelas serta para pengajar yang hadir.
teman-temannya di kelas 5 tersebut, barulah mereka Pak Ignas mewakili SD Mardi Waluya Bogor memberikan
berani maju dan berdiri di hadapan teman-temannya. ucapan terima kasih dan kenang-kenangan kepada
Selanjutnya, Romo bertanya kepada anak-anak semua, Romo Pera. (RD. Paulus Pera)

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 31


G E L I AT K O M I S I

Panitia Lomba Kor OMK Keuskupan Bogor. (Foto: Komkep Keuskupan Bogor)

OMK A
wal Desember 2018 silam, Komisi
Kepemudaan (Komkep) Keuskupan Bogor
menyelenggarakan Lomba Paduan Suara

‘Alergi’ Liturgi? OMK se-Keuskupan Bogor bertema Berpadu dalam


Harmoni Menyambut Kelahiran Kristus di Sekolah
Marsudirini, Telaga Kahuripan Parung. Kompetisi ini
Tidak Lagi! merupakan lomba kor perdana yang digagas oleh
Komkep Keuskupan Bogor. Sebanyak 488 peserta
dari 19 paroki di Keuskupan Bogor tampil bersama
kelompoknya masing-masing, membawakan Adeste
Liturgi dan OMK kerap dipandang Fideles sebagai lagu wajib dan satu lagu pilihan.
sebagai dua kutub yang berseberangan; Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur turut hadir
liturgi bersifat mengatur dan tetap, untuk memberikan dukungan bagi seluruh OMK yang
sementara OMK penuh semangat dan akan berkompetisi.
dinamis. Tapi melalui lomba kor OMK Paduan suara OMK Paroki BMV Katedral Bogor
yang diadakan untuk menyambut Natal yang dikenal dengan nama BMV Youth Choir
2018, Komisi Kepemudaan Keuskupan (BMVYC) menyabet gelar sebagai Juara 1 dalam
Bogor menawarkan warna baru untuk lomba ini, diikuti oleh OMK St Paulus Depok sebagai
menanggapi fenomena ini. Juara 2, OMK St Matias Cinere sebagai Juara 3, OMK
PKKC Juara Harapan 1, dan OMK St Herkulanus Juara
Harapan 2. Selain itu, Charel Prayogi Tirtowijoyo dari
kelompok paduan suara OMK Maria Bunda Segala
Bangsa Kota Wisata memenangkan penghargaan
sebagai dirigen terbaik.

32 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


G E L I AT K O M I S I

ATAS: Penampilan kelompok paduan suara OMK St Joseph Sukabumi. (Foto: OMK St Joseph)
KIRI: Keceriaan tim kor OMK St Matias Cinere usai pengumuman pemenang. (Foto: OMK St Matias)

suara perdana yang diselenggarakan oleh Komkep, banyak


persiapan yang harus mereka lakukan, salah satunya
adalah berkonsultasi dengan para ahli di bidang paduan
suara dan musik Gereja.
“Banyak hal yang saya dapatkan dalam persiapan
lomba ini. Memancing antusiasme dari para SKP (Seksi
Kepemudaan Paroki) dan Ketua OMK untuk mengikuti
lomba ini adalah bagian yang tidak mudah. Puji Tuhan,
saya memiliki tim solid yang selalu siap membantu saya,”
ujar Cheryll.

Menepis stereotip Berani menjadi fondasi


Kadangkala, liturgi dicap kaku dan tidak sesuai dengan Meski dalam persiapan lomba ia menemui berbagai
semangat kaum muda yang dinamis. Stereotip inilah tantangan, keyakinan Cheryll akan potensi OMK
yang membatasi keinginan OMK untuk memperdalam Keuskupan Bogor membuatnya terus melangkah maju.
pengetahuan mengenai liturgi dan menggunakannya Ia percaya bahwa OMK sebagai bagian dari persekutuan
dalam kegiatan pelayanan mereka. Melalui lomba ini, umat beriman, sudah seharusnya melibatkan diri dalam
Komkep ingin membuktikan hal sebaliknya: bahwa doa, karya, dan pelayanan Gereja, termasuk dalam bidang
liturgi tidak berseberangan dengan sukacita kaum muda, liturgi. Oleh karena itu, momentum Natal yang penuh
melainkan sebuah sarana yang sangat baik bagi OMK kegembiraan, sukacita, dan rahmat ia rasa begitu pas
untuk semakin menghayati iman mereka. untuk menggali kembali kesadaran dan kepekaan OMK
“Sebagian paroki di Keuskupan Bogor telah memiliki akan musik liturgi.
kelompok kor OMK yang giat, namun banyak juga paroki Cheryll juga mengungkapkan bahwa pemenang
lain yang masih harus dibantu untuk mengembangkannya. kompetisi ini akan menjadi duta musik liturgi untuk
OMK perlu mengenal, mencintai, dan menggunakan dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan lingkup keuskupan.
kekayaan musik Gereja dalam pelayanan liturgis, sehingga Melalui lomba ini, ia berharap agar OMK semakin berani
melalui kegiatan-kegiatan itu OMK dapat meningkatkan berperan dalam tugas pelayanan liturgi di Gereja, seperti
kualitas hidup rohani mereka,” ujar Catarina Cheryll kor, petugas tata tertib, dan sebagainya. “Semoga
Claudia selaku Ketua Acara. OMK semakin menyadari bahwa mereka adalah fondasi
Cheryll yang bergabung dalam Komkep sejak 2016 Gereja masa kini dan masa depan, sehingga mereka
telah mempersiapkan acara ini sejak Juni 2018. Ia dibantu bisa mengekspresikan diri sesuai dengan minat bakatnya
oleh tim panitia inti yang terdiri dari 18 orang dan 35 masing-masing sambil berperan aktif dalam pelayanan di
orang volunteer dari berbagai paroki di Dekanat Tengah lingkungan, wilayah, paroki, dekanat, maupun keuskupan,”
dan Dekanat Selatan. Karena ini merupakan lomba paduan tukasnya. (Mentari/MEKAR)

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 33


liTURGi

Jubah Imam Umat Bertanya,


& Puasa
Katolik KomLit Menjawab
Saya sering melihat imam yang menggunakan pakaian sehari-hari/jubah religius di bawah kasula saat
merayakan Misa. Apakah jubah imam merupakan pakaian liturgi yang boleh digunakan saat perayaan Ekaristi?

KomLit Keuskupan Bogor:

Imam harus menggunakan pakaian khusus liturgi saat Kita berpuasa ketika...
memimpin Ekaristi. Mengacu pada Firman Tuhan dalam
Kel. 28:2-3, pakaian liturgi merupakan perhiasan kemuliaan
untuk menguduskan pemegang jabatan imam. Pakaian
liturgi imam terdiri dari alba, amik, singel, stola, kasula, Rabu Jumat
vellum, dan pluviale. Yang tidak disebutkan, termasuk Abu Agung
jubah warna apapun, bukanlah busana liturgi. Jubah
adalah pakaian sehari-hari para imam, seperti para
biarawan/biarawati yang memakainya dalam hidup Kita berpantang ketika...
sehari-hari.
Contohnya, pastor Fransiskan dalam kesehariannya
menggunakan jubah cokelat. Kalau pastor tersebut hendak
mempersembahkan Misa, maka ia boleh saja memakai Jumat
jubahnya, TETAPI harus mengenakan alba di atas
Rabu Jumat lainnya
Abu Agung pada masa
jubahnya. Alba (bahasa Latin dari ‘putih’) mengingatkan Prapaskah
kita akan komimten baptis dan kebangkitan; simbol
kesucian dan kemurnian yang menaungi jiwa imam yang
merayakan liturgi. Bagaimanakah aturan puasa dalam tradisi Gereja
Katolik? Apakah boleh berpuasa seperti tradisi
Muslim?

RD Yohanes Driyanto
KomLit Keuskupan Bogor:

Hakikat puasa sudah jelas; puasa ialah menahan lapar


dan haus dalam durasi waktu tertentu. Dalam tradisi
Katolik yang ekstrem, puasa ini berarti hanya makan satu
kali saja sepanjang hari. Kebiasaan ini sedikit diperlunak
dengan istilah makan kenyang satu kali, yang artinya
sebelum dan sesudah makan kenyang itu tetap boleh
makan, tapi tidak terlalu kenyang.
Bila menjalani puasa dengan durasi yang sama dengan
Ilustrasi imam yang sedang memakai busana sehari-hari (kiri). Jika imam tersebut hendak
merayakan Misa, ia harus menggunakan alba di atas pakaian sehari-harinya (kanan). versi Muslim, atau malah ikut juga berpuasa ketika
(Foto: Aureliarani/Mekar) umat Muslim berpuasa, menurut saya boleh saja... Asal
motivasinya sesuai dengan penghayatan iman Katolik dan
Komisi Liturgi (Komlit) Keuskupan Bogor mengasuh rubrik bukan sekedar ikut-ikutan saja. Maksudnya, kalau pada
Liturgi dengan metode tanya jawab. Bagi pembaca yang ingin bulan puasa Katolik memakai versi Muslim yang sahur
bertanya berbagai hal praktis tentang pelaksanaan liturgi, mulai jam 4 lalu buka puasa jam 6, boleh-boleh saja.
silakan mengirimkan email ke mekarkeuskupanbogor@ Kebanyakan umat Katolik hanya menjalani pantang
gmail.com. Tim Komisi Liturgi (Komlit) Keuskupan Bogor atau puasa, bukan pantang dan puasa. Idealnya,
yang diketuai oleh RD Fabianus Heatubun akan menjawabnya keduanya harus dijalani.
melalui Mekar edisi berikutnya.

34 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


S U A R A TA N A H M I S I

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 35


SOSOk

HARI SISWORO
Menerjemahkan Sukacita
Lewat Bentuk dan Warna

Foto: Mentari

Sinode II Keuskupan Bogor yang dimulai pada Februari 2019 melibatkan seluruh elemen
keuskupan. Di tingkat paroki, dekanat, dan keuskupan, rangkaian pertemuan digagas untuk
mengupayakan perjumpaan yang penuh sukacita. Kegiatan terbesar keuskupan ini pun
memungkinkan umat awam untuk berkontribusi melalui talenta dan tugasnya masing-masing.
Hari Sisworo adalah salah satunya.

B
agi sebagian besar kaum muda Paroki BMV Dalam banyak kesempatan, Hari membantu
Katedral Bogor, sosok Hari Sisworo mungkin dalam pembuatan desain komunikasi visual untuk
sudah tidak asing lagi. Pasalnya, Hari telah kepanitiaan atau acara intragereja. Baru-baru ini,
cukup lama berkecimpung dalam pelayanan di Hari juga didaulat oleh organizing committee (OC)
paroki dan keuskupan. Sejak ia masih melajang dari Sinode II Keuskupan Bogor untuk menjadi
hingga kini telah membangun keluarga kecil, Hari desainer logo, flyer, spanduk, dan media komunikasi
yang berprofesi sebagai creativepreneur telah lainnya.
banyak membantu di Seksi Kepemudaan Paroki dan
Komisi Komsos Keuskupan Bogor. Sederhana, namun penuh sukacita
Ia mengawali pelayanannya dengan membuat Keterlibatan Hari dalam Sinode II Keuskupan
desain logo untuk Komisi Komsos Keuskupan Bogor Bogor bermula dari ajakan Agus Muhardi,
atas permintaan RD Yustinus Joned. Setelah itu, ia koordinator OC dalam sinode ini. Sama-sama berasal
pun bergabung dengan bagian litbang (penelitian dari Paroki BMV Katedral Bogor, keduanya telah
dan pengembangan) di Seksi Kepemudaan Paroki saling mengenal cukup lama dan bekerja sama
BMV Katedral Bogor untuk membantu Fabianus dalam beberapa acara.
Eko Eriyanto, ketua SKP saat itu. Dari sana, Hari pun “Sebagai umat awam, awalnya saya juga
terlibat dalam lebih banyak kegiatan, baik dalam tidak terlalu paham mengenai makna dan teknis
lingkup paroki maupun keuskupan. Sampai saat pelaksanaan sinode itu seperti apa. Namun setelah
ini pun, Hari terdaftar sebagai staf aktif di Komisi diajak untuk ikut rapat perdana dengan tim OC dan
Komsos Keuskupan Bogor. Romo David (Ketua Komsos Keuskupan Bogor saat

36 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


SOSOk

ini), saya baru mendapat gambaran mengenai arah


dan tujuan sinode itu seperti apa,” ujarnya.
Setelah mengikuti rapat perdana dengan

a
tim OC, Hari memiliki waktu empat hari untuk
merampungkan kreasi desain logonya. Selama
periode itu, Hari berusaha menggali ide untuk

a
desain logo dari tema-tema utama sinode yang
telah ditentukan oleh steering committee (SC).
Terlebih, saat itu ia juga sedang terlibat dalam
beberapa proyek lain, termasuk desain untuk
Lomba Kor OMK yang diselenggarakan oleh Komisi
Kepemudaan Keuskupan Bogor, serta layout cover
untuk majalah Mekar edisi berikutnya.
“Saya berusaha untuk membuat logo yang
sederhana, mudah diingat, tapi juga bisa betul-betul
merepresentasikan semangat-semangat yang Hari Sisworo (paling kiri) bersama tim SC dan OC Sinode II Keuskupan Bogor. (Foto: Mentari)

diusung dalam sinode ini. Saya memulai proses


desain dari membuat sketsa di kertas, sambil Inspirasi Roh Kudus
berdiskusi juga dengan Romo David,” jelasnya. Kendati telah lama berkecimpung di dunia desain, pria
Di sela-sela kesibukannya menggarap proyek yang hobi travelling ini mengaku bahwa tugas mendesain logo
desain lain sambil membantu istrinya mengelola Sinode II Keuskupan Bogor terasa berbeda dari tugas-tugas
usaha pengolahan bandeng, Hari membuat lainnya. Bagi Hari, ada tanggung jawab moral dalam tingkat
beberapa sketsa untuk alternatif desain logo. Ke yang lebih berat, karena logo ini akan digunakan untuk
dalam beberapa desain berbeda, Hari mencoba merepresentasikan acara besar di tingkat keuskupan. Apalagi,
menuangkan sukacita lewat warna-warna yang hingga H-1 presentasi desain logo di hadapan SC dan OC, ia
menggambarkan kegembiraan seperti merah, hijau, masih mengalami kebuntuan ide.
biru, dan oranye. Usahanya pun berbuah manis, Menurut Hari, sebenarnya teknis pembuatan logonya
sebab tim steering committee langsung menyetujui hanya memakan waktu efektif sekitar tiga jam. Ia telah
desain logo dan pilihan warnanya, termasuk Mgr memiliki gambaran mengenai elemen-elemen apa saja yang
Paskalis Bruno Syukur yang sangat mendukung akan menjadi basis desain logonya, namun masih memiliki
ide-ide logo dari Hari. kesulitan untuk menggabungkannya. Tapi di masa-masa sulit
itulah Hari merasakan bahwa Roh Kudus turut bekerja.
“Meski konsepnya sudah terbayang, proses menyatukan
semua elemennya agar menjadi sebuah logo yang sederhana
dan seimbang sangatlah tidak mudah. Tapi saya percaya
bahwa kuasa Roh Kudus bekerja. Kalau saya nggak berdoa
untuk minta inspirasi, mungkin nggak jadi juga logonya,”
kenang Hari.
Tak sembarang memilih elemen, Hari juga terinspirasi dari
Firman Tuhan dalam Matius 18:20, yakni “Sebab di mana dua
atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada
di tengah-tengah mereka.” Berbekal landasan biblis inilah,
Hari membuat stilasi gambar dua orang dan salib sebagai
komponen utama dalam rancangan logonya.
Untuk pelaksanaan Sinode II Keuskupan Bogor yang akan
berlangsung selama setahun, Hari berharap agar semua
visi misi dan rencana dari SC dapat dilaksanakan dengan
baik. Dengan adanya doa, lagu tema, dan buku panduan
pelaksanaan, ia berharap, “Sinode ini akan menjadi bentuk
communio yang besar. Dengan demikian, semoga dampaknya
pun menjadi besar; menjadi awal bagi kita sebagai umat
Katolik untuk mewartakan perdamaian di tengah bangsa
Indonesia yang penuh keragaman,” tukasnya.
Foto: Mentari
(Mentari/MEKAR)

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 37


S U a R a Ta N a H m i S i

K E U S K U PA N A G AT S

Misi di Tanah Lumpur


Oleh: RD Lucius Joko

Foto-foto: Dok. RD Lucius Joko

J
uli 2018 menjadi pengalaman kering di tanah Asmat. Semua adalah stasi yang jauh jarak dan lokasinya dari
bersejarah dan pertama kali bagi rawa dan berlumpur. Sungai dan laut pusat keuskupan. Perjalanan pastoral
saya menginjakkan kaki di tanah menjadi medan pelayanan sehari-hari. pertama saya adalah ke paroki Bayun
Papua. Tepatnya tanah Agats-Asmat Jumlah umat Keuskupan Agats per dan Paroki Pirimapun. Dua Paroki
Papua. Perjalanan ditempuh dari Desember 2017 sekitar 58.781 jiwa yang ada di Wilayah Dekanat Pantai
Jakarta menuju Timika, Papua sekitar tersebar di 14 Paroki, 3 Kuasi Paroki dan Kasuari. Perjalanan menyusuri sungai
6 jam, dilanjutkan dengan pesawat sekitar 80 stasi. Sebagian besar umat dan melwati laut. Perjalanan menuju
jenis Caravan menuju Bandara Ewer, adalah masyarakat Asmat sendiri juga Paroki Bayun di tempuh dalam estimasi
Agats. Dari bandara Ewer masih harus beberapa masyarakat pendatang seperti waktu kurang lebih 4 jam, tetapi semua
melakukan perjalanan menggunakan Tual, Key, Tanimbar, NTT, Toraja dan tergantung cuaca, tergantung pasang
speedboat melwati sungai dan laut Makasar, juga pendatang dari jawa. surutnya air, tergantung tinggi rendahn-
dengan kecepatan 40 pk kurang lebih Dengan luas wilayah sekitar 37.000 km2 ya gelombang. Saat paling berat dan
50 menit untuk sampai di kota Agats. dan topografi alam yang begitu luas, sulit adalah saat mulai memasuki dan
Pengalaman yang begitu berkesan dan berat dan menantang bisa dibayangkan melewati muara-muara. Muara adalah
mengagumkan. Banyak hal baru dan bagaimana keras dan sulitnya medan pertemuan arus sungai dan arus laut
unik yang dijumpai dan dialami. pelayanan yang harus melalui sungai yang biasanya menimbulkan gelombang
Tanpa terasa sudah hampir 6 dan laut juga dengan jarak tempuh besar dan sulit dikendalikan.
bulan saya berada di tanah Asmat. paling jauh sekitar 6-7 jam perjalanan. Di rute perjalanan ini, pernah terjadi
Oleh Bapa Uskup Agats, Mgr Aloysius Keadaan umat dan masyarakat sendiri musibah, perahu yang dinaiki oleh
Murwito OFM, saya mendapat tugas masih banyak yang juga hidup dalam salah seorang pastor dan dua orang
menjadi Ketua Komisi Komunikasi Sosial situasi pra sejahtera dan beberapa suster dihantam ombak, mesin mati dan
Keuskupan Agats. Banyak peristiwa masih terbelakang dalam berbagai akhirnya terombang-ambing selama dua
dan pengalaman yang bisa menjadi aspek. Injil mulai dikenal di tanah Asmat hari sebelum akhirnya perahu terbalik
cerita untuk saya bagikan. Cerita yang oleh para misionaris MSC awalnya, dan seorang suster akhirnya meninggal
mungkin juga bisa semakin memurnikan dilanjutkan para misionaris OSC sejak dunia karena kelelahan untuk bertahan.
dan menguatkan setiap panggilan 60 tahun yang lalu. Keuskupan Agats Semoga Suster hidup damai abadi di
dan pelayanan pastoral bagi siapapun, sendiri sudah berusia 50 tahun. surga. Perjalanan kami sendiri saat
kapanpun dan dimanapun. Meskipun baru sekitar 6 bulan itu sangat diberkati meskipun hujan
Keuskupan Agats-Asmat tempat di tanah misi, saya cukup beruntung lebat sempat mewarnai. Sorenya kami
saya menjalani tugas misi sebagai karena telah melakukan “tourney” yaitu langsung melanjutkan perjalanan
Misionaris Domestik dari Keuskupan istilah visitasi atau kunjungan ke paroki menuju Paroki Pirimapun. Lokasi tidak
Bogor memang sangat unik. Hampir dan stasi. Beberapa paroki dan stasi terlalu jauh dan hanya kami tempuh
90 persen tidak ada daratan yang yang saya kunjungi termasuk paroki dan dalam waktu kurang lebih satu jam

38 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


S U A R A TA N A H M I S I

nah melakukan perjalanan ke Paroki


Kappi, paroki termuda di Keuskupan
agats karena baru saja diresmikan
pada bulan September yang lalu.
Kunjungan ke stasi Mumugu atau
Batas Batu, perbatasan Kabupaten
Asmat dan Kabupaten Nduga (yang
baru-baru ini salah satu Distrik terjadi
perjalanan. Uniknya, sampai di Paroki penembakan oleh KKB), tempat pusat banyak berbuat sesuatu, melakukan
Pirimapun ternyata kami disambut pelayanan kusta. Kunjungan ke stasi sesuatu, mengembangkan sesuatu,
dengan acara adat. Saya diangkat Mumugu atau Batas Batu ini menjadi memperlihatkan sesuatu, ternyata
dari perahu oleh para mama dan perjalanan yang cukup berkesan sekali lagi belum dan bukan apa-apa.
para gadis asmat, digendong dan karena dilakukan dalam rangka Dalam kehidupan misi ini saya
diarak sampai depan pastoran Paroki kunjungan pastoral Uskup Agung semakin diperlihatkan sekaligus
Pirimapun. “Malu-malu enak” istilah Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo, dan dikuatkan betapa berat dan sulitnya
saya saat digendong dan diarak. Di Uskup Bandung, Mgr Antonius Sub- pelayanan pastoral seorang Bapa
pirimapun kami bermalam, sebelum ianto ke Keuskupan Agats ke Paroki Uskup, para pastor dan para
esok hari kami kembali ke kota Agats. Sawa Erma, paroki yang memiliki pekerja pastoral di tempat ini. Betapa
Disini belum ada aliran listrik, jadi Gereja unik penuh dengan arsitektur kesulitan, kesusahan, kekurangan
penerangan menggunakan Generator budaya lokal, stasi Damen dari Paroki dan keterbatasan selalu mewarnai
yang biasanya dinyalakan dengan Yaosakor, dan juga Paroki Warse. pelayanan mereka. Hebatnya, mereka
bahan bakar solar mulai dari jam Kurang lebih gambaran perjalanan tidak mengeluh dan putus asa, tetapi
18.00 sampai pagi. tidak jauh berbeda dengan perjala- tetap menjalaninya dengan penuh
Perjalanan yang lain adalah nan-perjalanan tersebut di atas. Yang semangat dan sukacita. Semua demi
kunjungan menuju paroki Suator jelas, perjalanan pelayanan pastoral tetap tertanamnya dan tersebarnya
dan stasi Karbis. Paroki terujung dari di Keuskupan Agats ini tidak murah. nilai-nilai Injil yang sudah dirintis para
Wilayah Dekanat Atjs. Perjalanan Biaya bahan bakar, bahan makanan, misionaris awal.
menyusuri sungai-sungai yang luas dan biaya lain bisa mencapai minimal Pelayanan mereka tidak hanya
dan lebarnya sangat mengagumkan. sekitar 7-8 juta sekali perjalanan. Ya, mempertaruhkan ide, waktu, tenaga,
Bagaikan Amazon-nya Indonesia. mahal, sulit, berat, dan terbatas itulah dan juga materi, tetapi juga nyawa.
Yang dicemaskan dalam perjalanan memang situasi dan keadaan yang Tidak ada yang pernah menduga
ini adalah perhitungan yang salah terjadi. kapan datangnya keganasan
untuk melewati kali potong (jalan gelombang air sungai dan laut yang
pintas untuk istilah lalu lintas sungai), Refleksi menghiasi perjalanan pelayanan
karena disini bisa saja perahu tidak Mengalami dan menjalani hidup mereka. Setiap saat bisa saja terjadi
bisa lewat karena air surut, dan lebih misi di tanah Papua ini membuat saya bahaya. Maka, lewat peristiwa ini
mengerikan lagi jika perahu kandas merasa kecil, merasa belum apa-apa, saya diingatkan kembali. Pertama,
bisa bertemu buaya yang dikenal merasa bukan apa-apa. Ternyata saya dikuatkan untuk semakin men-
besar dan panjang. Namun, semua pelayanan yang saya lakukan selama jadi imam yang rendah hati. Jangan
kecemasan dan ketakutan itu hilang kurang lebih 5 tahun menjadi imam merasa menjadi yang paling hebat,
ketika mampu menikmati alam sekitar Keuskupan Bogor, menjadi Dekan paling mampu, paling memahami dan
sungai yang indah dengan langit sebuah dekanat dan juga Ketua paling benar.
cerah sebagai atapnya. Perjalanan ke Komisi, bertugas di sebuah paroki Kedua, melalui kehidupan misi
Paroki Suator ditempuh sekitar 6-7 besar dengan segala kesibukan, ini saya diajarkan untuk selalu
jam. Kami sempat singgah sebentar dengan segala fasilitas yang cukup, menggunakan hati dalam melakukan
di Paroki Yaosakor untuk makan banyak kemudahan, umat yang pelayanan. Apapun yang kita perbuat
siang, lalu di stasi Karbis sebelum sudah mapan dan maju, kegiatan dengan hati. maka situasi dan kondisi
melanjutkan ke Paroki Suator. Kami yang sudah tersistem rapi dan jelas, sesulit dan seberat apapun bukan
berangkat dari Kota Agats pukul finansial yang cukup dan SDM yang menjadi beban dan hambatan.
10.00 dan tiba di Paroki Suator berkualitas, banyak pelayanan yang Sebaliknya, akan selalu ada cinta dan
sekitar pukul 21.00. tertangani sungguh belum apa-apa. sukacita di setiap detik pelayanan
Selain itu semua, saya juga per- Selama ini mungkin merasa sudah kita.

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 39


k e S e H aT a N

Tetap Sehat
Oleh: dr. Caecilia Novie Roma Kartini Pardede*)
dalam
Masa Pantang dan Puasa
Oleh: dr. Caecilia Novie Kartini Pardede *)

M
emasuki masa pantang dan puasa, ada empat pilar 2. Membiasakan perilaku hidup bersih
dalam Prinsip Gizi Seimbang dari Kementerian Cucilah tangan dengan air dan sabun:
Kesehatan RI yang dapat kita terapkan untuk • Sebelum dan sesudah memegang makanan,
mendapatkan kesehatan yang prima. • Sesudah buang air besar dan menceboki bayi/anak,
• Sebelum memberikan ASI,
1. Mengonsumsi makanan beragam • Sesudah memegang binatang,
• Konsumsilah lima kelompok pangan setiap kali makan • Sesudah berkebun.
(makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan
dan air putih). Bersyukur dalam menikmati keragaman 3. Melakukan aktivitas fisik
makanan akan mendukung cara makan yang baik dan Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila latihan fisik
tidak tergesa-gesa sehingga makanan dapat diserap atau olahraga dilakukan selama 30 menit setiap hari, atau
tubuh lebih baik. minimal 3-5 hari dalam seminggu.
• Batasi konsumsi panganan manis, asin dan berlemak.
Konsumsi gula > 50 g (4 sendok makan), natrium/garam 4. Mempertahankan dan memantau Berat
> 2000 mg (1 sendok teh) dan lemak/minyak > 67 g (5 Badan (BB) normal
sendok makan) akan meningkatkan risiko hipertensi, Dalam Gereja Katolik, Puasa berarti makan kenyang hanya
stroke, diabetes dan serangan jantung. sekali sehari. Pemenuhan nutrisi hendaknya tetap mengacu
• Biasakan sarapan (mulai bangun pagi sampai jam 9). pada keanekaragaman pangan, akan tetapi dengan porsi
• Biasakan minum air putih yang cukup. yang mengacu pada makan kenyang hanya sekali sehari.
Air yang dibutuhkan tubuh sekitar 2 liter atau delapan Harap dibedakan dengan makan sekenyang-kenyangnya.
gelas sehari bagi orang dewasa yang melakukan Tolak ukurnya adalah pengendalian diri dan pemenuhan
kegiatan ringan pada kondisi temperatur harian. nutrisi yang seimbang.
Sedangkan mengenai pantang, secara umum umat
Visual Isi Piringku ini memilih untuk pantang daging. Jika Anda pun memilih untuk
menggambarkan anjuran pantang daging, Anda tetap dapat memenuhi nutrisi dengan
makan sehat: mengganti jenis bahan makanan. Misalnya, pemenuhan
• Separuh isi piring lauk pauk dapat Anda peroleh dari protein nabati (tempe,
dalam satu kali makan tahu, dan kacang-kacangan), atau jenis protein hewani yang
adalah sayur dan lain (ikan, ayam), serta tidak lupa untuk memenuhi asupan
buah (2/3 sayur + dengan sayur dan buah.
1/3 buah)
• Separuh lainnya
adalah makanan Keep healthy and
pokok dan lauk happy fasting!
pauk (2/3 makanan
pokok + 1/3 lauk
pauk). *) Penulis adalah dokter di Puskesmas Mekar Wangi Kota Bogor.

40 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 41
J e Ja k i ma N

S
aat ini,di Keuskupan Bogor sedang mengelola
sebuah mega proyek pembangunan di Telaga
Kahuripan yang mencakup tiga gedung, yakni
Seminari Menengah Stella Maris, Rumah Kasih
UNIO, dan rumah retret. Pembangunan tersebut
membutuhkan dana yang tidak sedikit. Salah satu
upaya Keuskupan Bogor ialah bekerja sama dengan
pihak Christour untuk mengadakan ziarah ke Holy
Land dan Eropa. Hasil donasi dari peserta ziarah
akan digunakan untuk pembangunan mega proyek
tersebut.
Beberapa pastor Diosesan Bogor, termasuk saya
sendiri, ikut serta dalam kerja sama ini. Kami menjadi
Tuhan memang selalu ada dan
pembimbing dengan rute yang telah ditentukan.
bisa kita jumpai di mana saja.
Awal mula saya terpilih ke dalam kerja sama ini
Namun dalam perjalanan saya
ke Tanah Suci, perasaan saya adalah dengan alasan karena saya bertugas di
tergugah oleh pesona Tuhan yang Seminari Menengah Stella Maris Bogor. “Masa sih
saya jumpai di sana. mau enaknya aja menikmati gedung baru, ikut cari
dana juga dong!” begitu ungkapan canda salah
seorang rekan saya.
Saya terpilih menjadi pembimbing ziarah Holy

Tremendum Land dengan rute Mesir–Israel–Yordania pada 23


Oktober hingga 2 November 2018. Para pastor
yang terpilih ini diminta mencari rombongan

et Fascinosum dengan cara mengajak umat untuk ikut ziarah. Saya


kemudian bergumam “Bagaimana mau membentuk
rombongan, sejak frater pastoral sampai baru mau
dua tahun tahbisan ini, saya tugas di seminari.
Sebagai pastor muda, hanya sedikit umat yang saya
kenal.” Akhirnya saya mengambil sikap dan sebuah
Oleh: RD Jeremias Uskono spiritualitas, yakni “kalau dapat (umat) ya bersyukur

Foto-foto: Dok. RD Jeremias Uskono

42 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


J E JA K I MA N

dan berangkat, namun jika tidak dapat (umat) juga


tidak apa-apa”.
Bulan-bulan awal setelah terpilih, saya
mendapatkan informasi bahwa baru sedikit orang
yang mendaftar. Jika tidak sampai 20 – 30 orang
maka saya batal berangkat. Namun ternyata, lagi-lagi,
karya Roh Kudus itu nyata dalam hidup saya. Sebulan
sebelum keberangkatan, peserta yang akan saya
dampingi berjumlah 25 orang ditambah saya dan
tour guide menjadi 27 orang. sendiri untuk menyusul mereka. Langkah saya
terhenti ketika melihat ternyata ada kapel juga di situ.
Gentar dan terpesona Saya masuk ke kapel itu dan tertegun ketika melihat
Ada dua pengalaman yang paling berkesan sebuah lubang yang dipagari.
selama 12 hari di Negeri tempat para nabi dan Saya menghampiri lubang itu dan melihat ke
Tuhan Yesus berkarya itu. Yang pertama adalah bawah. Saya terhentak mundur ketika dalam pikiran
pengalaman naik sampai Puncak Gunung Sinai. saya muncul gambaran peristiwa Tuhan Yesus
Saya sampai di Sinai dengan sebuah pesimisme dilempar ke bawah melalui lubang itu. Saya langsung
dan ketakutan yang luar biasa. Pesimis karena lari keluar kapel dan menuju ke ruang bawah tempat
beberapa teman meragukan saya bisa sampai ke Yesus disekap dan disiksa. Ternyata ruang tempat
Puncak Gunung Sinai. Selain itu, saya juga takut Yesus disiksa sangat jauh dari lubang yang saya
sekali naik unta. Keringat dingin dan wajah yang lihat di kapel itu. Bayangan yang muncul di kepala
memucat sudah saya rasakan ketika mencoba naik saya adalah betapa sakitnya Yesus saat tubuh-Nya
unta saat di Piramida, Mesir. terbanting. Saya langsung tersungkur meratapi Tuhan
Saya merasa semakin takut ketika saya harus yang rela menderita demi menebus dosa-dosa saya.
ganti unta ketika mau naik ke Gunung Sinai, karena Saya pun menangis ketika mendaraskan Mazmur 55.
untanya kurus dan tidak sebanding dengan badan Bayangan kejadian itu terus muncul sampai keesokan
saya yang besar ini. Satu setengah jam perjalanan harinya.
naik unta, saya sampai berdoa Rosario tiga kali. Rudolf Otto, seorang teolog Jerman terkemuka di
Namun saya percaya Tuhan pasti membimbing dan abad ke-20, pernah memperkenalkan sebuah konsep
mengusir segala ketakutan saya. Ketika sampai di mengenai pengalaman emosional yang mendasari
puncak Gunung Sinai, saya langsung mencium batu agama-agama di dunia, yakni Tremendum et
tempat Musa berpijak saat ia menerima dua loh batu fascinosum, atau versi lengkapnya adalah Numinosum
berisikan 10 perintah Allah. tremendum et fascinosum. Ia menggambarkan
Pengalaman paling berkesan yang kedua adalah dua bentuk perasaan manusia terhadap Tuhan:
ketika mengunjungi Gereja Galicantu, yakni gereja tremendum (menggentarkan) dan fascinosum
tempat Petrus menyangkal Yesus. Di gereja itu (memesona atau mengagumkan).
ada ruang bawah tanah tempat penyekapan dan Tremendum et fascinosum ini bisa menjadi
penyiksaan Yesus Kristus. lukisan atau kesimpulan dari refleksi pengalaman saya
Saat itu saya terpisah dari rombongan karena selama berziarah ke Holy Land. Saya sungguh telah
ke toilet. Ketika saya masuk gereja itu, rombongan mengalami Allah yang Mahakuasa dan memesona itu.
sudah berjalan ke ruang bawah tanah. Saya berjalan

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 43


de ST i N aS i

Buen Camino
Oleh: RD Yustinus Joned Saputra
Santiago de Compostela merupakan tempat ziarah rohani yang sangat populer setelah Roma dan
Yerusalem. Di dalam Katedral Compostela terdapat makam St Yakobus. Menurut sejarah, jenazah St Yakobus
dibawa oleh para pengusungnya dari Yerusalem menuju Santiago dengan berjalan kaki. Karena tidak
menemukan agen tur di Indonesia yang mengadakan perjalanan rohani dengan berjalan kaki ke Santiago de
Compostela, saya memutuskan untuk mengatur perjalanan sendiri dengan kelompok kecil (backpacker) yang
terdiri dari 5 orang pada bulan Oktober 2018. Kami menempuh rute utama Sarria-Santiago (115km) di Spanyol
sebagai syarat minimal untuk mendapatkan sertifikat bagi para peziarah camino.

M
enjelang keberangkatan, kami saling mengingatkan tentu saja gereja-gereja kecil tempat para peziarah Katolik
untuk latihan fisik (jalan kaki) supaya terbiasa ketika mengikuti Misa. Kami beruntung karena diperbolehkan untuk
hari H nanti. Rute tambahan yang kami lakukan merayakan Misa untuk kelompok kecil kami di Iglesia Del
(Roma, Barcelona) menjadi bagian persiapan akhir dari Salvador, Sarria pada sore hari menjelang camino kami.
“retret” kami, karena kebanyakan perjalanan ke berbagai
tempat kami lakukan dengan berjalan kaki. Meleburkan ke-Aku-an
Sebagian orang mungkin akan merasa rugi kalau sudah Retret kami terbagi dalam beberapa etape: Sarria-
keluar uang ‘hanya’ untuk jalan kaki. Inilah keunikan Camino Portomarin (22 km), Portomarin-Palas de Rei (24 km), Palas
(bahasa Spanyol = jalan). Rute perjalanan ini juga dikenal de Rei-Arzua (29 km), Arzua-O Pedrouzo (20 km), dan O
dengan istilah The Way of James. Rutenya bukan cuma Pedrouzo-Compostela (20 km). Dengan berbekal tongkat dan
satu, namun tersebar. Ada yang dari Portugal, Perancis, dan kerang (simbol camino), kami bertekad untuk meleburkan ke-
berbagai titik di Spanyol. Seiring dengan semakin terkenalnya aku-an untuk bisa mengalami perjumpaan menggembirakan
rute Camino de Santiago, kini orang-orang yang menjalani dengan peziarah yang lain. Di setiap jalan yang dilalui, akami
rute tersebut bukan hanya peziarah kristiani yang mengenal akan berjumpa dengan ratusan peziarah, baik yang berjalan
St Yakobus saja namun, juga orang-orang dari berbagai latar kaki maupun yang menggunakan sepeda. Bersama mereka,
belakang agama dan budaya. Banyak orang yang menempuh kami akan mengikuti setiap petunjuk jalan yang mengarahkan
rute tersebut untuk alasan kesehatan, mencari waktu untuk kami pada tujuan yang sama: Santiago de Compostela.
kontemplasi, mencari inspirasi, dan berbagai alasan lainnya. Meskipun di setiap etape kami memulai dengan berjalan
Untuk menuju ke Sarria (Spanyol) kami melakukan bersama, dalam perjalanan kami akan terpencar hingga akhir
penerbangan Barcelona-Santiago, dilanjutkan perjalanan tiap etape. Inilah yang menjadikan camino kami memiliki
darat dari Santiago ke Sarria yang menjadi titik awal refleksi yang berbeda satu dengan yang lain. Setelah etape
perjalanan kami. Di Sarria, kami mengurus kartu Credencial pertama, saya mengingatkan bahwa kita diciptakan berbeda
Del Peregrino, semacam paspor bagi para peziarah. Kartu satu sama lain. Jangan samakan kekuatan dan kecepatan
ini nantinya akan diisi stempel dari tempat-tempat yang langkah kita sama satu sama lain, bahkan dengan peziarah
menyediakan stempel, seperti: Restoran, penginapan, dan yang lain. Biarkan kita tetap melangkah dengan kekuatan

44 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


de ST i N aS i

Foto-foto: Dok. RD Yustinus Joned Saputra

dan kecepatan kita masing-masing, Orang-orang yang kami jumpai


karena belum tentu kita akan sanggup selalu berbeda, hanya beberapa orang
mengimbangi kecepatan dan kekuatan saja yang akan sering dijumpai dalam
yang lain dalam berjalan kaki. perjalanan. “Buen Camino!” (yang
Aktivitas rutin kami setiap malam dalam Bahasa Inggris bermakna have a
adalah memasak untuk makan malam good walk!) diteriakkan bukan hanya
dan bekal untuk perjalanan esok hari. antara sesama peziarah, namun juga
Setiap istirahat di tengah perjalanan, dari penduduk lokal yang rumahnya
kami akan membuka bekal ini kami lewati. Ada juga pengendara
sambil mengumpulkan tenaga untuk mobil yang dengan sengaja membuka
melanjutkan perjalanan. Medan berat kaca mobil untuk memberi semangat
yang dilalui sempat membuat kami dengan berteriak “Buen Camino!”.
putus asa. Tubuh yang sudah lelah pun kembali
Pertanyaan yang selalu muncul terpompa untuk maju terus hingga
setiap malam: Sanggupkah besok mencapai tujuan. “Buen Camino”
melangkah lagi? Pertanyaan ini akan menjadi satu bahasa yang menjadi
selalu terjawab saat mengakhiri bahasa pemersatu antara para peziarah
setiap etape. Perjumpaan dengan dan juga orang-orang yang kami
sesama peziarah menjadi pendorong jumpai.
untuk menyelesaikan setiap etape. Akhirnya saya bisa merasakan
Kegembiraan akan selalu muncul Keajaiban titik 0 langsung ‘ritual’ yang dilakukan
setiap menjumpai tempat-tempat yang Etape terakhir, O Pedrouzo- oleh peziarah camino, yaitu setelah
menyediakan stempel untuk mengisi Compostela (20 km), menjadi mendapatkan sertifikat, kami berjalan
buku paspor camino kami. Sebagai perjalanan yang menggoda kami menuju ke dalam katedral. Di sana,
syarat, kami harus mengumpulkan untuk selalu bertanya “Tinggal berapa kami melihat salah satu pilar batu yang
minimal 1 stempel gereja dan 2 stempel kilometer lagi?” Semakin menggoda berukirkan relief mengenai sejarah
dari tempat lain. Tempat-tempat lagi saat kami sudah memasuki kota penyelamatan, mulai dari Perjanjian
yang menyediakan stempel biasanya Santiago, hingga 2 km menjelang Lama hingga Perjanjian Baru.
akan memberikan tanda di pintu titik akhir etape ini. Kami merasa ada Setelah itu, peziarah menuju ke altar
masuk untuk memudahkan peziarah sesuatu yang mengajak kami untuk utama. Di atas altar terdapat patung St
menemukan lokasi. berhenti berjalan. Yakobus. Peziarah biasanya memeluk
Namun perlahan, akhirnya kami patung tersebut sambil mengucapkan
Satu Bahasa: Buen Camino! sampai di titik 0. Kami bercampur-baur doa dan syukur. Sedangkan di bagian
Hal yang menyenangkan dari dengan peziarah lain, bergembira dan bawah altar terdapat makam Santo
percakapan bersama peziarah yang lain saling mengucapkan selamat. Di sinilah Yakobus. Kegiatan akhir camino adalah
adalah saat bertukar cerita perjalanan kami semua mengalami hal luar biasa; merayakan Ekaristi di Katedral Santiago
yang sama, namun berbeda isi. Sama tiba-tiba tidak ada rasa pegal dan lelah de Compostela. Di sinilah para peziarah
karena semua orang menjalani rute lagi. Kaki yang saat terakhir begitu sulit menyatukan syukur untuk perjalanan
yang sama, berbeda karena masing- untuk diajak melangkah, kini menjadi yang terlewati. Bagi saya, inilah awal
masing orang punya pendapat sendiri sangat ringan. Setelah merayakan dari camino saya yang lain dalam karya
mengenai perjalanannya. Ada yang keberhasilan menyelesaikan camino, yang Tuhan percayakan kepada saya.
mengatakan mudah karena sudah kami menuju kantor pelayanan peziarah “Buen Camino!”
beberapa kali melalukan camino, ada untuk mengambil sertifikat dengan
juga yang mengatakan setengah mati menyerahkan paspor camino.
menanjak.

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 45


iNTeRNaSiONal

Inspirasi Katolik
dalam Film
“The Incredibles”

S
iapa tak kenal film The memisahkan ciptaan dari Sang memiliki orang-orang spesial
Incredibles? Film keluarga Pencipta. di antara kita membuat kita
besutan Pixar ini merupakan “Dalam artian, saya lemah; bahwa kita bergantung
salah satu Tapi tahukah Anda, merasa seperti setiap kali saya pada orang-orang ini daripada
bahwa salah satu desainer utama menggunakan [lingkungan dunia mengandalkan diri kita sendiri,”
dari film ini merupakan seorang nyata] sebagai inspirasi, saya Metschan berkata.
Katolik, dan inspirasi untuk menggunakan [Tuhan] sebagai “Sebagaimana hal ini
cerita film ini datang dari iman inspirasi,” jelasnya. berkaitan dengan iman Katolik
Katoliknya? “Incredibles 2,” sekuel film kita, pahlawan [di dunia] saat ini
Sebagai perancang set visual “Incredibles” 2004, bercerita justru bukan merupakan sosok
di Pixar Animation Studios, mengenai petualangan keluarga dambaan kita,” katanya. “Mereka
Philip Metschen membantu pahlawan super yang hidup bukan pahlawan, karena sebagai
menciptakan visualisasi dalam dunia yang mulai Katolik, kita mencari kualitas lain
lingkungan “Incredibles 2,” kehilangan kepercayaan terhadap dalam diri seorang pahlawan.”
terutama rumah baru keluarga orang-orang berkemampuan luar Sebagai seorang seniman,
pahlawan super Parr. biasa. juga, Metschen merasa bahwa
Metschen mengatakan bahwa Salah satu aspek yang mudah baginya untuk menyadari
salah satu bagian favoritnya Metschen sukai dari kisah-kisah keberadaan inspirasi ilahi, dan
sebagai seorang perancang buatan Pixar adalah penekanan wawasan ini datang beserta
visual lingkungan adalah ketika hal penting dari tema yang rasa tanggung jawab untuk
ia menggali inspirasi dari dunia sangat universal, seperti keluarga, menciptakan sesuatu yang bisa
nyata, lalu menyaringnya melalui persahabatan, dan prinsip-prinsip berguna bagi orang lain.
pengalamannya sendiri “untuk pokok lainnya. “Sebagai seorang seniman,
menghasilkan dunia yang belum Meskipun cerita-ceritanya kita merasa telah diberikan
pernah ada - hal-hal fantastis bersifat sekuler, Metschen juga semacam keterampilan
yang belum pernah dilihat oleh mengatakan dia berpikir setiap khusus, atau cara memandang
siapa pun sebelumnya.” orang dapat membawa latar yang khusus tentang cara
“Saya adalah seseorang belakang keyakinannya sendiri melaksanakan hal-hal yang
yang suka berjalan-jalan di untuk menemukan manfaat dari baru, dan kita juga merasa
alam dan melihat dunia, kisah-kisah ini. bertanggung jawab bahwa
karena saya pikir ada narasi Dalam “Incredibles hal-hal yang kita buat akan
yang kuat di balik keberadaan 2,” misalnya, tujuan dari membawa dampak positif bagi
tempat-tempat ini,” katanya. penjahat dalam film adalah orang lain.” (Diterjemahkan
Metschen menambahkan, bahwa “menyingkirkan pahlawan super, bebas oleh Anang Gunawan/
baginya tidak mungkin untuk karena ada gagasan bahwa Komsos Keuskupan Bogor)
Dilansir dari https://www.catholicnewsagency.
com/news/incredibles-2-designer-says-gods-
creation-is-his-inspiration-33679

46 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


NASIONAL

Upaya Gereja Katolik


Memberdayakan
Petani Anggur Lokal

Mgr Antonius S Bunjamin OSC (kanan) menuangkan anggur Misa produksi


Sababay Winery. (Foto: Penerbit OBOR)

P
residen Republik Indonesia, Joko Widodo, menargetkan
swasembada pangan untuk 3 tahun kedepan. Gereja
Katolik menanggapinya dengan meluncurkan anggur
misa produksi dalam negeri. Selama ini, anggur misa yang
digunakan oleh Gereja Katolik di Indonesia merupakan
anggur yang diimpor dari kebun Sevenhill di Australia
Selatan. Kebun anggur Sevenhill didirikan pada tahun 1851
oleh dua orang pastor Jesuit, yaitu: RP Aloysius Kranewitter,
SJ dan RP Maximillian Klinkowstrom, SJ. Produksi anggur
Penandatanganan Nihil Obstat oleh Mgr Petrus Bodeng Timang. (Foto: Penerbit OBOR)
yang dihasilkannya baru diimpor sejak 1974 oleh Gereja
Katolik Indonesia untuk digunakan sebagai anggur Misa. Michael Fleming di RSUD Ade Mohammad Djoen, Sintang,
Setelah kurang lebih 44 tahun menjalani kerja sama Kalimantan Barat. Pertemuan itu kemudian mengarah pada
dengan Australia perihal anggur untuk Misa, Sababay Winery pembicaraan tentang anggur Misa dan peluang Sababay
di Kabupaten Gianyar, Bali menjadi saksi peluncuran anggur Winery. Pertemuan tidak disengaja itu kemudian berlanjut
misa produk dalam negeri. Peluncuran anggur Misa ini menjadi kunjungan ke Sababay Winery sekaligus melihat para
dibuka dengan Perayaan Ekaristi, dengan selebran utama petani binaan di Buleleng.
Mgr Petrus Bodeng Timang selaku Ketua Komisi Liturgi KWI, Setelah melewati itu semua, maka suatu peristiwa
didampingi Mgr Yustinus Harjosusanto, Mgr Paskalis Bruno penting tercatat di dalam buku sejarah Gereja Katolik
Syukur OFM, Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC, Mgr Indonesia, yakni pada hari Kamis (29/11/2018), Mgr Petrus
Silvester San, Mgr Christophorus Tri Harsono, Mgr Aloysius Bodeng Timang menandatangani dokumen Nihil Obstat
Sutrisnaatmaka MSF, RD Agustinus Surianto Himawan dan (pengesahan) anggur Misa, berikut dengan lampiran
RD Gusti Bagus Kusumawanta. ketentuannya yang kemudian diserahkan oleh Sekjen KWI
kepada Sababay Winery, sebagai panduan pengadaan
Dari gagasan menjadi kenyataan anggur Misa untuk tahap selanjutnya.
Sebelumnya, pada tahun 2011, tercetus gagasan Anggur Misa ini didistribusikan ke 37 keuskupan.
untuk berswasembada anggur misa. Dari gagasan itu Pertumbuhan umat di paroki dan keuskupan membawa
maka diadakanlah workshop anggur misa di Universitas dampak pada kebutuhan sarana peribadatan, khususnya
Sanata Dharma, Yogyakarta. Setelah itu, hanya Keuskupan anggur Misa. Kebutuhan akan anggur Misa per tiga tahun
Malang dan Ordo Karmel Indonesia yang serius menangani berkisar 88.000 – 105.600 liter anggur Misa dalam sekali
produk anggur misa lokal ini. Namun demikian, karena impor. Jelas angka ini begitu besar bagi pemerintah.
dinyatakan belum mencukupi standar, setiap dua tahun Dengan diluncurkannya anggur Misa produk dalam
sekali KWI tetap rutin memesan dan mendatangkan anggur negeri ini, berarti Gereja Katolik turut melakukan
misa dari Sevenhill, Australia Selatan. Pada tahun 2015, penghematan devisa. Hal ini menjadi bukti bahwa Gereja
Sababay Winery diajukan kepada KWI. Lalu pada tahun Katolik juga taat kepada negara, dan turut mendukung
2017, RD Agustinus Surianto, Direktur PSDM dan Pelayanan pemerintah untuk mendaulatkan NKRI, menghargai serta
Umum KWI yang bertugas menangani pengadaan anggur memberdayakan hasil jerih payah petani anggur lokal.
misa dari Sevenhills, Australia Selatan, bertemu dengan (Aureliarani/MEKAR)

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 47


NaSiONal

Imam Rendah Hati dan Muda,


Pemimpin Baru Medan
K
euskupan Agung Medan bergembira. bidang teologi di Universitas Gregoriana, Roma,
Keuskupan di Barat Indonesia ini telah tahun 2005, ia menjadi pembina di Seminari
mendapatkan uskup baru yakni, Pastor Kapusin, Pematang Siantar. Terakhir ia menjabat
Kornelius Sipayung OFMCap (48). Pastor Kornelius sebagai Kepala Provinsial Kapusin di Medan.
menggantikan Mgr Anicetus Bongsu Sinaga Pengajuan pengunduran diri Mgr Sinaga diajukan
OFMCap (77), Sabtu, 8/12/2018. Penunjukan ini sejak dua tahun lalu saat usianya 75 tahun.
dilakukan setelah Takhta Suci menerima pengun- Pastor Kornelius hingga 2021 seharusnya
duran diri Mgr Anicetus Sinaga sebagai uskup. masih mengemban tugasnya sebagai Minister
Penunjukan uskup baru merupakan berkah Provinsial OFMCap. Ia juga pernah menjadi dosen
bagi Keuskupan Agung Medan yang wilayahnya di STFT Santo Yohanes Pematangsiantar. Saat ini
berada di Sumatera Utara sisi timur-utara hingga pun, Pastor Kornelius merupakan anggota Komisi
ke Aceh. Uskup baru yang merupakan putra Teologi di KWI. (Johannes de Deo CC)
Simalungun tersebut selama ini dikenal sebagai
pribadi yang baik dan rendah hati. Dia juga Berikut adalah perjalanan karya Pastor
berterima kasih pada Uskup Sinaga yang selama Kornelius:
ini telah membangun kehidupan umat Katolik di
Keuskupan Agung Medan. • Tugas Pastoral di Paroki Kabanjahe (1999-2002)
”Muda, cerdas, rendah hati, dan memiliki • Studi Teologi Dogmatik di Roma dan Studi
visi yang luas. Keunggulan ini tentu menjadi Bahasa Inggris di Australia (2002-2005)
modal yang kuat bagi Uskup Kornelius dalam • Menjadi Formatur di Seminari Tinggi Kapusin
memimpin Keuskupan Agung Medan memasuki Siantar dan Dosen di STFT (2005-2015)
era milenium baru dengan sejuta tantangan • Anggota Staf Provinsialat OFM Kapusin Medan
yang berat,” ujar Hermawi F Taslim Ketua Umum dan Wakil Minister Provinsial Ordo Kapusin
Forum Komunikasi Alumni PMKRI. Medan (2012-2015)
Surat keputusan Paus Fransiskus itu dibacakan • Minister Provinsial Ordo Kapusin Medan untuk
di depan umat pada akhir misa kudus, Sabtu dua masa periode (2015-2021)
(8/12) pukul 18.30, yang dipimpin Mgr Anicetus • Anggota Komisi Teologi di KWI, Anggota
Sinaga di Gereja Katedral, Medan. Jaringan Kerja Sama Kapusin Asia-Pasifik,
Uskup terpilih dilahirkan di Bandar Hinalang, Dewan Imam Keuskupan Agung Medan, Ketua
Kabanjahe, Sumatera Utara, pada 26 Agustus Yayasan Harapan Jaya dan Caritas dan yang
1970. Dia ditahbiskan jadi imam pada 11 Desem- terbaru menjadi Uskup Agung Medan.
ber 1999. Setelah menyelesaikan studi doktoral

48 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


NaSiONal

Plastik...
Oh Plastik

Sampah plastik bisa dimanfaatkan sebagai dekorasi Natal. (Foto: Sandra)

A
pa yang ada di dalam benak Anda, ketika mendengar Kita harus sadar
kata plastik? Saat ini, benda yang terbuat dari bahan Menghentikan penggunaan plastik bukan jalan keluar
kimia polimer ini, kembali dipergunjingkan. Lalu, satu-satunya.Banyak tindakan praktis lain untuk mengurangi
apakah plastik yang harus disalahkan? pemakaian plastik. Misalnya, membawa kantung non-plastik
Pada Senin, 19 November 2018, sejumlah media massa saat berbelanja, tidak menggunakan sedotan plastik—bisa
nasional memberitakan seekor paus terdampar pantai barat menggunakan sedotan muatan ramah lingkungan, tidak
Kapota, wilayah Wangi-wangi di Kabupaten Wakatobi, membuang sampah sembarangan, dan belajar mendaur
Sulawesi Tenggara. Berbagai sumber melansir, di dalam ulang plastik.
perut ikan tersebut ditemukan sampah plastik seberat 5,9 Beberapa umat di Keuskupan Bogor sedikitnya sudah
kilogram sebagai penyebab kematiannya. Berlanjut, Kamis, melek dengan fenomena ini. Salah satunya Maria Stefanny
13 Desember 2018 seekor penyu mati terdampar di Pantai (28). Perempuan yang kerap dipanggil Fanny ini memiliki
Congot, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, di mana di gelanggang olahraga bulu tangkis Sangkuriang di Cibinong,
mulut penyu tersebut terdapat sampah plastik. Bogor.
Lagi-lagi, plastik! Di tempat itu, Fanny tidak menjual air mineral plastik
Polimer dan karbon sebagai molekul pembentuk plastik gelas. Ia mengatakan, meski penggunaan plastik masih
dapat menghambat pencernaan dan saluran nafas makhluk sulit dilepaskan oleh masyarakat, namun dia mulai dari hal
hidup. Senyawa tersebut dapat memberikan dampak buruk yang kecil. Baginya, menjual air mineral gelas adalah salah
pada tubuh. Polemik yang terjadi mengenai plastik tidak akan satu cara yang perlahan-lahan agar pengunjungnya tidak
pernah habisnya. Melalui fenomena-fenomena ini, kita sadar membuang sampah sembarangan.
dua hal. Pertama, plastik berbahaya bagi ekosistem dunia. Kesadaran adalah kuncinya, kata Fanny. Menurutnya,
Kedua, kita masih belum sadar bahwa bumi perlu dijaga. menanamkan kesadaran dari hal yang kecil adalah cara
Pada 5 Juni 2018—Hari Lingkungan Hidup Sedunia— paling awal untuk mengampanyekan hidup tanpa plastik.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Ia pun tidak segan-segan memarahi pengunjung yang
Guterres kembali mengimbau seluruh negara untuk membuang sampah sembarangan di area gelanggang
mengurangi penggunaan plastik. Pasalnya, setiap tahun tersebut.
terdapat 150 juta ton sampah plastik di laut. Jumlah tersebut “Intinya, berusaha untuk mengingatkanorang terdekat.
belum termasuk yang berada di daratan. Melihat masalah Tempat ini memang tidak sepenuhnya bebas dari plastik, tapi
ini, kita diajak untuk juga sadar. Plastik dapat memberikan memulai dari hal kecil itu penting. Baiknya Gereja maupun
pertolongan bagi kita, akan tetapi menjadi batu sandungan negara bersinergi untuk mencari jalan keluarnya,” kata
yang harus diselesaikan. Fanny.
Di Indonesia pun gerakan tanpa plastik kencang Pendapat senada pun dilontarkan oleh penggiat alam
digaungkan. Sebagai contoh, Wali Kota Bogor Bima Arya, Perkumpulan Tokek Belang Antonius Indrabayu (27). Laki-laki
melarang semua instansi, pusat perbelanjaan, dan kantor yang biasa naik gunung ini mengatakan, manusia harus
publik untuk tidak lagi menggunakan kantung plastik. mengalami dulu, baru sadar.
Dengan jargonnya Botak—Bogor tanpa kantung plastik— “Kesadaran ini masih perlu dipupuk sejak kecil. Mungkin
Bima Arya pun dengan serius melihat dilema yang terjadi. warga harus diajak untuk naik gunung dulu, agar paham
“Saya juga membotaki rambut saya agar warga tahu bahwa lingkungan yang bersih seperti apa? Lainnya, banyak
saya pun serius mengurangi kantong plastik,” kata Bima Arya kita temui orang sembarangan buang sampah di jalan.
saat ditemui pada akhir Desember 2018. Bukan hanya itu, Tampaknya, keluarga harus mengedukasi hal tersebut,” kata
beberapa restoran pun kini ikut tidak menyediakan plastik, Bayu. (Johannes de Deo CC)
khususnya sedotan. Bagaimana dengan kita?

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 49


l i N Ta S i ma N

Mewartakan di Ladang Masyarakat

Cicilia Mursinto (tengah) bersama para anggota Perwari. (Foto: Dok. Cicilia Mursinto)

P
erwari (Persatuan Wanita Republik Indonesia)
mengadakan bakti sosial berupa pengobatan gratis
di Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Cariu Bogor pada
Selasa, 20 November 2018. Kegiatan baksos ini merupakan
hasil kerja sama Perwari dengan Yayasan Aljannah, Yayasan
Islam Putra Tanjung (YIPT), dan Chaerul Tanjung ARSA
Foundation (CT ARSA). Sekitar 250 peserta yang merupakan
warga sekitar pesantren begitu antusias mengikuti
pengobatan gratis ini.
Dari YIPT dan CT ARSA, Perwari mendapatkan bantuan
fasilitas berupa obat-obatan, mobil kesehatan gigi, mobil
pintar (perpustakaan Islam), dokter gigi, dan dokter
umum. Sementara itu, konsumsi, goodie bag, dan piagam
untuk YIPT dan CT ARSA disiapkan oleh yayasan Aljannah. Suasana pengobatan gratis yang diselenggarakan Perwari. (Foto: Dok. Cicilia Mursinto)
Kegiatan ini juga didukung oleh puskesmas setempat
yang menyediakan satu orang perawat untuk menangani benaknya mengenai berbagai kendala yang harus ia hadapi,
pasien. Sambil menunggu giliran konsultasi, para pasien misalnya saat ia harus memilih jenis transportasi yang aman
membaca aneka buku rohani Islam. Perwakilan dari bidang untuk menuju ke tempat kerjanya. Bahkan ia pun pernah
sosial Gabungan Organisasi Wanita (GOW) juga turut hadir menumpang kendaraan organisasi masyarakat (ormas)
memberikan dukungan bagi Perwari dalam kegiatan ini. non-partai.
Karena status non-Muslim yang disandang Cicilia dalam
Ladang pewartaan komunitasnya, ia pun sering mendapat pertanyaan seputar
Sebagai salah satu organisasi wanita tertua di Indonesia iman Katolik dari orang-orang sekitarnya. Biasanya, mereka
yang telah ada sejak era kemerdekaan, Perwari selalu akan bertanya mengenai asal gereja, perbedaan Kristen
aktif berkontribusi dalam bidang pendidikan, kesehatan, Protestan dan Kristen Katolik, apakah orang Katolik hanya
lingkungan hidup, serta perlindungan dan pemberdayaan beribadah di hari Minggu, dan lain sebagainya.
wanita. Untuk tahun 2019, Perwari juga telah menjalin Cicilia mengakui bahwa selama ini banyak ‘kerikil’ yan
kerja sama dengan beberapa organisasi lain untuk kembali harus ia hadapi, namun ia tetap menikmati pekerjaannya.
mengadakan pengobatan gratis bagi kaum dhuafa di sekitar Menurut Cicilia, untuk bekerja di bidang pelayanan
Depok. masyarakat memerlukan kesabaran, serta harus pandai
Cicilia Mursinto, Wakil Ketua Perwari, mengaku bahwa menempatkan diri untuk memahami orang-orang yang
ia memikirkan banyak pertimbangan saat akan terjun dilayani. “Perbedaan keyakinan di antara kami tidak jadi
di pelayanan masyarakat seperti ini. Salah satu faktor masalah. Pertanyaan-pertanyaan mereka selalu saya jawab
terbesarnya adalah karena di Perwari ia merupakan satu- dengan senang hati, karena ini bisa jadi pewartaan di ladang
satunya anggota yang non-Muslim. Sempat terbersit juga di masyarakat,” tuturnya. (Aureliarani/Mentari/MEKAR)

50 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


TUNaS

Kata Mereka tentang Sinode

B
anyak umat yang belum mengetahui makna Banyak umat yang mengutarakan kepadanya
sinode. Ketika mereka mendengar kata bahwa kualitas pendidikan sekolah negeri lebih
tersebut, muncul berbagai spekulasi mengenai baik dibandingkan sekolah Katolik. Maka dari itu,
sinode. Mulai dari kalangan orang muda hingga Asteria berharap arah pastoral keuskupan nantinya
orang dewasa masih sangat membutuhkan dapat memperhatikan kualitas pendidikan di sekolah
pemahaman mengenai sinode. Padahal, sebagai Katolik.
sebuah perjalanan bersama, sinode keuskupan “Mungkin banyak sekolah Katolik yang perlu
membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh umat membenahi kualitasnya dalam hal akademis,
beriman. kegiatan dan pendidikan iman. Lain halnya
Sebagai contoh orang muda yang bertanya juga, sekolah-sekolah Katolik perlu menghidupi
demikian ialah umat Paroki Keluarga Kudus, kembali spiritualitas santo-santa pelindung dalam
Cibinong, Virgiawan (22 tahun). pendidikannya. Bisa jadi hal ini, menjadi daya tarik
Ia bertanya tentang arti sinode. bagi umat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah
“Sinode? Apa itu? Apakah itu Katolik,” kata Asteria yang merupakan seorang
nama tempat?” Umat lainnya pengajar di SMA Budi Mulia Bogor.
yakni, Aloisius Johnsis (25) pun Senada dengan Asteria, katekis muda Paroki
mengaku sering mendengar Keluarga Kudus Cibinong, Monica Apriyani (25)
kata sinode, namun belum mengatakan, Sinode kedua Keuskupan Bogor
memahaminya dengan jelas. ini hendaknya dapat mengarahkan umat agar
Johnsis mengatakan, ia hanya merasul di tengah masyarakat. Ia melihat, krisis
sedikit mengetahui bahwa sinode atau permasalahan yang dimiliki oleh umat Katolik
adalah pertemuan yang hasilnya adalah takut untuk mewartakan. Takut dan antipati,
akan menjadi arah dasar keuskupan. begitu kata Monic adalah tantangan
Aloisius Johnsis. “Saya tahu, kalau sinode itu rapat untuk yang harus dilalui oleh orang Katolik,
(Foto: Dok. Pribadi)
menentukan arah keuskupan. Nantinya Tidak menutup kemungkinan,
ngapain, saya belum tahu,” ucap Johnsis umat di Keuskupan Bogor pun
yang berasal dari Paroki BMV Katedral Bogor. memiliki keprihatinan yang
Pemahaman mengenai sinode ini sudah menjadi sama. Umat masih takut terlibat
tanggung jawab para imam dan katekis di paroki aktif di dalam kegiatan sosial
masing-masing. Mereka dipanggil untuk menjadi masyarakat dan tidak berani
pewarta bagi umatnya, terutama OMK, agar mengatakan, “Saya Katolik!”
memahami sinode. Maka, ia sangat senang
akan adanya sinode kedua ini,
Harapan umat sekaligus berharap agar Keuskupan
Meski umat Keuskupan Bogor terbagii antara Bogor dapat mengajak para umat
Monica Apriyani. (Foto: OMK PKKC)
yang telah dan belum memahami makna sinode, bertransformasi. Artinya, umat
para umat berharap Keuskupan Bogor memiliki diajak untuk berubah menjadi lebih
pastoral yang seirama dengan perkembangan mencintai sesama, mencintai alam, mencintai
zaman. kehidupan, dan tentunya mengimani secara
Umat Paroki Santo Matias, Cinere, Asteria sepenuhnya kepada Allah.
Erlyna (31) berharap Keuskupan Bogor dapat “Umat perlu diarahkan, dibimbing, dan
lebih memperhatikan kualitas pendidikan di didorong agar menjadi lebih baik lagi. Dengan
sekolah Katolik. Banyak umat yang tidak memilih adanya Sinode kedua Keuskupan Bogor ini, imam
sekolah Katolik untuk pendidikan anaknya. Hal itu harus mensosialisasikan dan mengajak umat untuk
terlihat dari jumlah siswa-siswi Katolik lebih sedikit menghidupi visi dan misi Keuskupan yang baru
dibandingkan siswa-siswi yang beragama lain. nantinya,” kata Monica. (Johannes de Deo CC)

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 51


RAGAM

WKRI Cabang St Thomas Kelapa Dua


Keuskupan Bogor Bersiap
Pap Smear, Deteksi Dini
untuk Sinode II di 2019
Kesehatan Diri

Mgr Paskalis Bruno Syukur bersama tim pelaksana sinode dari Dekanat Tengah. (Foto: Mentari)

K
euskupan Bogor segera bersiap untuk
menyelenggarakan Sinode II Keuskupan Bogor.
Sinode yang akan diadakan sepanjang tahun 2019
ini merupakan salah satu upaya Keuskupan Bogor untuk WKRI Cabang St Thomas Kelapa Dua. (Foto: Wiek)
menyamakan kembali gerak langkah seluruh elemen

K
keuskupan. anker leher rahim adalah pembunuh nomor satu
Sinode ini akan dimotori oleh dua tim utama, yakni bagi perempuan di Indonesia. Kanker leher rahim
tim pengarah/steering commitee (SC) dan tim pelaksana/ atau sering disebut kanker serviks adalah kanker
organizing committee (OC). Sabtu (15/12/2018), tim SC dan yang muncul pada leher rahim wanita, leher rahim yang
OC menyelenggarakan pembekalan bagi para tim pelaksana berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dan vagina.
tiap paroki. Sekitar 150 peserta yang terdiri dari pastor Menurut survey dari yayasan Kanker Indonesia, tiap hari di
paroki, perwakilan DPP dan DKP serta OMK dari tiap paroki Indonesia ada sekitar 40 wanita yang terdiagosa menderita
di Keuskupan Bogor mengikuti kegiatan ini di Aula Puspas. kanker serviks, dan 20 wanita diantaranya meninggal dunia
Mereka disiapkan untuk menjadi tim pelaksana yang akan karena kanker serviks.
menyelenggarakan sinode pada tingkat paroki dan dekanat. Berangkat dari keprihatinan itu, WKRI Cabang St.
Tema utama dari sinode ini adalah Sukacita sebagai
Thomas serentak berkeinginan mengajak para perempuan
Communio yang Injili, Peduli, Cinta Alam, dan Misioner,
untuk sadar akan kesehatan diri, khususnya mengenai
Dalam sambutannya Mgr Paskalis menekankan pentingnya
kanker leher rahim.
peranan awam dalam perkembangan Gereja. Ia juga
Sabtu, 15 Desember 2018, menjadi waktu yang dipilih
mendorong agar melalui sinode ini, iman Katolik umat
terus bertumbuh seiring dengan pertumbuhan kemampuan
untuk mengadakan kegiatan pemeriksaan pap smear
profesional. deteksi dini kanker leher rahim, program kerjasama yang
Hal senada juga diungkapkan oleh Anton Sulis, ditawarkan oleh Laboratorium Klinik Prodia dan BPJS
perwakilan awam dalam SC. “Teknis pelaksanaan sinode Kesehatan ini akan menanggung biaya pemeriksaannya.
ini disesuaikan dengan kemampuan masing-masing paroki, Kegiatan dilaksanakan di klinik Bidan Susiana Suandi,
dengan fokus pada tema yang telah ditentukan SC dan Mekarsari-Depok, terbuka untuk umum, bukan hanya
melibatkan umat sebanyak mungkin,” ujarnya dalam sesi untuk umat WKRI cabang St. Thomas Kelapadua saja. Se-
penjelasan tema sub bahasan. lain untuk mengajak perempuan peduli, dengan kegiatan
Kegiatan pembekalan tim pelaksana diisi dengan ini, WKRI St Thomas ingin berbagi kepada sesama kaum
beberapa sesi, antara lain penjelasan landasan Alkitabiah perempuan tanpa membeda-bedakan. Semua perempuan
pelaksanaan sinode oleh RD Yohanes Driyanto, pokok-pokok Indonesia harus sehat, dan sadar akan bahaya penyakit
pikiran sinode oleh RD Habel Jadera, kilasan dokumen- kanker leher rahim. Indahnya berbagi dan bertoleransi.
dokumen Gereja yang menjadi landasan sinode oleh RD Kegiatan yang dimulai pukul 09.00 ini, berakhir pada
Nikasius Jatmiko, dan penjelasan teknis untuk koordinasi pukul 13.00 WIB, dengan jumlah peserta 76 orang. Ke
kegiatan oleh Koordinator OC Mikael Agus Muhardi. Selain depan, kegiatan seperti ini akan diagendakan secara rutin
itu, para peserta juga diperkenalkan pada doa dan lagu tema oleh WKRI Cabang St Thomas, dengan harapan setiap
resmi dari sinode ini. tahunnya akan lebih banyak peserta yang sadar akan
Sinode II Keuskupan Bogor akan dibuka pada 22 Februari pentingnya menjaga kesehatan, dan sadar serta mau turut
2019, bertepatan dengan Pesta Takhta Suci Santo Petrus memeriksakan diri. (Aureliarani/MEKAR)
sekaligus genapnya lima tahun penggembalaan Mgr Paskalis
sebagai Uskup Keuskupan Bogor. (Mentari/MEKAR)

52 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


RAGAM

HMTB Cicurug Gelar Tahbisan Diakonat Perdana untuk Frater Segu

Foto-foto: Panitia Tahbisan Diakonat

Pesan Sahabat
RD Agustinus Wimbodo Purnomo
Selamat ya Diakon Segu atas
penerimaan tahbisan diakonatnya. Tetap
semangat dan selamat melayani serta
menekuni karya Allah yang boleh kita
terima sebagai orang-orang tertahbis.

K
amis (6/12/2018) di Gereja Hati Maria Tak Bernoda Sebagai teman sebelah kamar selama
Cicurug digelar tahbisan diakonat bagi Fr Yosef Irianto menjalani studi pascasarjana di Seminari Tinggi
Segu. Frater yang berasal dari Kuasi Paroki Bunda Maria St Petrus-Paulus Bandung, saya sangat terbantu
Ratu ini menjalani masa pastoral di tempat ia ditahbiskan karena kehadiran beliau. Banyak tegur-sapa, sharing
menjadi diakon. Mgr Paskalis (selebran) didampingi tiga pengalaman, serta riuh diskusi yang boleh tercipta saat
imam lainnya: RD Dionysius Adi Tejo (Pastor Paroki St itu. Tetap menjadi pribadi Segu yang hangat.. Pesan
Thomas Kelapa Dua), RD Thomas Saidi (Pastor Paroki HMTB sahabat sebelah kamar: suaranya jangan diberat-bera-
Cicurug), RD Nikasius Djatmiko (Rektor Seminari Tinggi St tin bro, hahaha.. Selamat ya sekali lagi!
Petrus Paulus)dan RD Marselinus Wahyu DH (Pastor Paroki St
Markus Depok Timur).
Dalam homilinya, Mgr Paskalis menekankan pentingnya RD Dionnysius Y Manopo
seorang diakon (dan juga para imam) untuk menjaga Diakon Segu adalah orang yang
kekudusan. “Doa (brevir) dan misa kudus menjadi obat baik, perhatian dan pekerja keras. Dia
kekudusan. Bila kita tidak doa dan adorasi, maka kita akan tak segan-segan menyusahkan diri untuk
lelah dalam pelayanan dan pekerjaan kita, yang akhirnya membantu orang lain. Hal yang paling
akan membawa kita untuk mencari kompensasi”, tegasnya. saya kagumi adalah kemauan dan kemam-
Puluhan imam diosesan Bogor, biarawati dan juga puannya untuk mendekati dan membantu orang-orang
umat memenuhi gereja yang terletak di Jalan Siliwangi ini. yang miskin dan lemah yang ada di sekitarnya.
Panitia Tahbisan Diakon adalah OMK Paroki Cicurug yang Proficiat untuk saudara Yosef Segu yang telah
berkolaborasi dengan Wanita Katolik. Romo Thomas Saidi menerima tahbisan diakonat.. Semoga Diakon Yosef
sebagai pastor paroki mengungkapkan rasa bangganya Segu senantiasa diberkati Tuhan dengan kesetiaan dan
bahwa Paroki HMTB Cicurug yang memasuki usianya ke-67 sukacita dalam pelayanannya.
boleh menjadi tuan rumah tahbisan untuk pertama kalinya.
Rangkaian acara tahbisan diakon pun dilengkapi dengan RD Paulus Pera Arif Sugandi
pemotongan tumpeng sebagai ungkapan syukur HUT paroki Selamat atas tahbisan diakonatnya
dan dilanjutkan aneka hiburan dari BIA dan OMK. Perutusan Fr Yosef Segu. Walaupun tahbisannya
Diakon Segu selain bertugas di Paroki HMTB juga diangkat belakangan, tetapi kita tetap satu
menjadi Kepala Perwakilan Yayasan Mardi Yuana Cicurug. angkatan di seminari menengah maupun
Selamat atas rahmat tahbisan diakonat kepada Fr Segu. seminari tinggi. Semangat terus dalam
(RD David) panggilan dan tetap setia menjalaninya.

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 53


RaGam

Energi Tak Terbatas PKKC Sambut Sinode dan


dari Kaum Disabilitas Rayakan Ulang Tahun Keuskupan

K T
eterbatasan bukan menjadi pembatas. Demikianlah epat pada tanggal 9 Desember 2018 lalu, Keuskupan
tema yang diangkat dalam misa konselebrasi kaum Bogor genap berusia 70 tahun. Kegembiraan ini
disabilitas yang dipersembahkan oleh Mgr Paskalis dirayakan dengan sukacita, salah satunya di Paroki
bersama lima imam lainnya ( RD Jeremias Uskono, RD Diony- Keluarga Kudus Cibinong (selanjutnya disingkat PKKC).
sius, RD Alforinus Gregorius Pontus OFM, RD David, dan RD Menurut sejarahnya, PKKC mengalami perkembangan
Rudi Hartono (KAJ) di Aula Puspas (Minggu, 9/12/18). Para yang cukup dinamis dan memiliki perjalanan yang ikut andil
umat berkebutuhan khusus (UBK ) bersama dengan keluarga dalam bagian di Keuskupan Bogor. Diresmikan oleh Mgr
mereka hadir merayakan Misa Adven II ini dengan penuh Geise, OFM dengan nama pelindung Keluarga Kudus pada
sukacita. Mereka berasal bukan hanya dari Keuskupan Bogor tanggal 5 Juli 1975, paroki ini melahirkan beberapa paroki
tetapi juga dari Keuskupan Agung Jakarta. dan stasi yang kini tersebar di wilayah dekanat barat dan
Demikian istimewanya misa ini karena beberapa petugas dekanat utara, seperti St Thomas Klapa Dua Depok, St
liturgi pun (lektor dan petugas doa umat) adalah UBK. “Kita Matheus Depok Tengah, St Markus Depok Timur, St Andreas
diajak bersukacita karena Tuhan ingat dan memperhatikan Sukaraja, St Arnoldus Jonggol dan Stasi St Vincentius
umat-Nya”, papar Mgr Paskalis dalam homilinya yang Gunung Putri.
mengajak semua orang bersukacita. “Saya senang banyak Dilansir dari laman parokikeluargakuduscibinong.id,
imam hadir di sini. Ini menandakan bahwa Gereja memberi atas restu Mgr. N. Geise OFM. pada tahun 1967 pastor
perhatian terhadap kaum disabilitas”, tambahnya. Koopmann OFM dan beberapa umat membeli sebidang
Mgr Paskalis mengilustrasikan kehadiran KOMPAK tanah di Cibinong (sekarang disebut Pasar Lama) seluas 63
(Kelompok Orang Mau Pelajari Ajaran Kristus) sebagai orang- m2. Di atas tanah inilah dibangun sebuah kapel sederhana
orang yang membukakan jalan bagi UBK untuk mengalami yang terbuat dari bilik dengan ukuran 7 x 8 M. yang
sapaan dan kehadiran Tuhan. Mgr Paskalis berterima kasih diberkati oleh Mgr. N Geise, OFM.
kepada KOMPAK sebagai kumpulan orang-orang yang Karena sejarah tersebutlah PKKC merayakan ulang
membaktikan diri untuk menjadi katekis bagi UBK. tahun ke-70 Keuskupan Bogor dengan sukacita. Tepat
Kehadiran KOMPAK di Keuskupan Bogor yang memasuki setelah perayaan Ekaristi di minggu advent yang kedua,
usianya yang kedua sungguh merupakan anugerah di saat RD Agustinus Suyatno selaku Pastor Paroki mengajak umat
Gereja partikular tengah mencari format bagi pelayanan untuk merayakannya bersama.
pastoral kaum disabilitas. Ini pun sekaligus menjadi hadiah Sebelum memberikan berkat penutup, Romo Yatno
bagi Keuskupan Bogor yang merayakan ulang tahunnya mengenalkan para perwakilan dari PKKC yang ambil
ke-70 (9/12/2018) berkarya di tanah pasundan terhitung bagian dalam kepanitiaan Sinode Keuskupan Bogor. Beliau
sejak statusnya sebagai prefektur apostolik. mengatakan bahwa Sinode mempunyai makna sebagai
Misa yang diselenggarakan hari ini sekaligus juga dalam pertemuan antara pelayan Gereja dan umat untuk melihat
rangka peringatan hari disabilitas yang dirayakan secara perjalanan Keuskupan Bogor, perjalanan bersama menata
universal pada 3 Desember silam. Selain Misa, acara kaum diri untuk perjalanan Keuskupan Bogor ke masa yang akan
disabilitas ini diisi dengan pentas seni (tari, nyanyi, puisi datang agar masa depan berjalan lebih baik.
dan parodi) yang disuguhkan luar biasa oleh orang-orang Untuk itulah menjadi amat penting PKKC ikut ambil
yang memiliki berkat khusus ini. Hadir pula UBK lintas iman bagian dalam sinode Keuskupan. Romo Yatno bersama-sama
yang menandai tumbuhnya toleransi yang indah. Sungguh dengan para perwakilan tersebut memotong nasi tumpeng,
dalam perayaan ini kaum disabilitas bukan hanya melampaui dan ia mengajak umat menyanyikan lagu ‘selamat ulang
keterbatasan tetapi juga mengalami dan menyalurkan energi tahun’ untuk merayakan ulang tahun Keuskupan Bogor.
tak terbatas. (RD David) (Maria Nathanael/MEKAR)

54 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


Paroki Maria Ratu Para Malaikat Cipanas menggelar bakti sosial berupa pengobatan gratis. Para lektor St Fransiskus Asisi Sukasari berfoto bersama seusai pertemuan.
(Foto: Komsos Paroki Cipanas) (Foto: Lektor St Dominikus SFA)

Umat mengikuti Misa Pesta Nama Paroki Kristus


Raja Serang. (Foto: Komsos Kristus Raja)

Perayaan syukur atas tahbisan presbyterat RD Agustinus Perayaan Ulang Tahun Paroki Hati Maria Tak Bernoda Cicurug.
Wimbodo Purnomo. (Foto: Komsos St Thomas) (Foto: Komsos Keuskupan Bogor)

Para imam Keuskupan Bogor berekreasi bersama setelah mengikuti Temu Imam di Cisarua. OMK berkompetisi dalam acara One Day OMK Dekanat Utara. (Foto: OMK St Paulus Depok)
(Foto: Istimewa)

Mgr Paskalis Bruno Syukur bersama salah satu UBK


OMK St Andreas Sukaraja dalam Lomba Kor OMK Keuskupan Bogor. (Foto: OMK St Andreas) dalam Perayaan Hari Disabilitas Internasional. (Foto: RD David)
Wa J a H

Maria Nathanael Dwi Anggraeni


Berani Keluar dari Zona Nyaman

T
itik terendah dalam hidup bisa pelayanan dengan menulis di warta harus melalui medan yang berbahaya,
menjadi titik balik untuk kita paroki dan bergabung sebagai lektor. serta beradaptasi terhadap perbedaan
semakin mengenal Allah. Hal itulah Dari sana, Maria yang sehari-hari budaya dengan masyarakat di sana.
yang memotivasi Maria Nathanael, OMK bekerja sebagai freelancer di sebuah Bagi Maria, bermisi berarti
dari Paroki Keluarga Kudus Cibinong media daring pun terlibat dalam melepaskan segala keegoisan dan
yang menjadi salah satu anggota banyak kegiatan pelayanan, salah membuka diri untuk melayani sesama
Apostolus Missionis (AM), untuk satunya adalah AM yang diinisiasi pada dengan tulus sesuai dengan talenta
berkarya di paroki dan keuskupan. Desember 2017. yang diberikan Tuhan. Maka, seluruh
Tak ingin terus terpuruk karena Kala itu, RD Alfonsus Sombolinggi kesulitan yang dialami selama bermisi
peristiwa buruk, perempuan kelahiran ‘menantang’ para OMK di Paroki tidak menghentikannya untuk berdoa
17 Oktober ini memilih untuk memulai Keluarga Kudus Cibinong untuk dan bersyukur kepada Tuhan.
menjadi misionaris bagi umat Katolik di Untuk Keuskupan Bogor yang
pedalaman. Setelah menjalani diskresi memasuki usia ke-70 dan akan
selama beberapa waktu, Maria pun menggelar Sinode II, Maria berharap
memberanikan diri untuk mendaftar akan ada semakin banyak OMK
dan mengikuti seluruh proses hingga yang mau terlibat aktif dalam
menjadi bagian dari AM. mengembangkan Keuskupan
Bogor sebagai tempat bermisi yang
Berani bermisi menggemakan toleransi. “Semoga
Maria mengakui bahwa pengalaman Sinode ini dapat berjalan dengan baik
keluar dari zona nyaman adalah hal dan didukung oleh seluruh elemen
paling berkesan dari keterlibatannya keuskupan, dan dengan demikian
sebagai misionaris dalam AM. Salah Keuskupan Bogor dapat selalu menjadi
satunya adalah saat ia dan teman- pewarta kebaikan Tuhan di bumi
temannya bermisi ke pedalaman di tempat kita berpijak,”ujarnya.
Kalimantan Utara, di mana mereka

Mentari Puteri Muliawan


Meluangkan Waktu untuk Melayani

“K
alau siang jadi tukang kopi, tawaran itu untuk menggelitik saya
kalau malam jadi tukang supaya berkarya di ‘rumah’ saya sendiri:
copy...paste dan edit artikel.” Gereja Katolik,” tuturnya menceritakan
Kalimat ini begitu lekat dengan salah keterlibatannya di dunia pelayanan.
satu pengelola situs keuskupanbogor. Sejak saat itu ia mulai mencari
org yaitu Mentari Puteri Muliawan. Di informasi terkait pelayanan dan
tengah kesibukannya sebagai pengelola bergabung dengan OMK Paroki St
di sebuah kedai kopi di Bogor, Mentari Fransiskus Asisi, Sukasari. Setelah
masih menyediakan waktunya untuk bergabung di OMK, ia pun mendapat
memberikan pelayanan dan terlibat aktif kesempatan untuk melayani di Komkep.
di Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Kesempatan itu digunakannya pula
Keuskupan Bogor. untuk melayani lebih banyak OMK di
Gadis kelahiran 24 Januari 1994 ini Keuskupan Bogor, termasuk melalui
memulai pelayanannya di OMK sejak perhelatan Bogor Youth Day 2015.
tahun 2013. Setelah itu, tepatnya di
tahun 2014 hingga 2015, ia tergabung Memilih fokus di Komsos bisa ia laksanakan beriringan dengan
dan berkarya di Komisi Kepemudaan Mentari berusaha untuk tidak pekerjaannya sehari-hari.
(Komkep) Keuskupan Bogor. ‘maruk’ dan melibatkan diri dalam Bagi Keuskupan Bogor yang telah
“Titik baliknya adalah saat saya terlalu banyak kegiatan pelayanan. berusia ke-70 tahun, Mentari berharap
kuliah di salah satu universitas yang Baginya, keinginan untuk banyak agar Keuskupan Bogor dapat semakin
ajaran Kristen Protestannya sangat melayani memang baik, tapi kadang menunjukkan identitasnya sebagai
kuat, dan saat itu saya ditawari untuk malah menjadi jebakan yang Gereja yang dialogal; semakin mantap
bergabung dalam banyak sekali membuat pelayanan tidak terfokus untuk menjadi perwujudan kasih
kegiatan anak mudanya. Tawaran- dan tidak maksimal. Seperti saat ini, Allah dan pembawa damai di tengah
tawaran itu menarik hati saya, namun ia memilih untuk fokus di Komsos masyarakat yang majemuk.
Roh Kudus justru menggunakan karena jenis kegiatan pelayanannya

56 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


Ucapan dari
MEKAR/
Komsos
Cover 4
Cakrawala

&
2019
Property Cargo
Motor
Engineering
Vehicle
Miscellaneous

PT ASURANSI CAKRAWALA PROTEKSI INDONESIA

AXA Tower Kuningan City, 32nd Floor, Suite 01. Jln. Prof. Dr. Satrio Kav. 18 - Jakarta 12940
Tel : +62 21 - 300 51888 | Fax : +62 21 - 300 51889
www.cakrawalaproteksi.com

Alam Sutera - Bali - Bandung - Banjarmasin - Bengkulu - Bogor - Cilegon - Cirebon - Jakarta - Jambi -
Jember - Kelapa Gading - Karawang - Kendari - Lampung - Lombok - Makassar - Malang - Manado -
Medan - Palangkaraya - Palembang - Pekanbaru - Palu - Pare-Pare - Ponnanak - Purwokerto -
Samarinda - Semarang - Solo - Surabaya - Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai