Anda di halaman 1dari 47

Monsinyur, para Pastor, Frater,

Suster, Bruder, Bapak, Ibu, Saudara-


saudari pembaca setia MEKAR.

Puji Tuhan, MEKAR edisi Oktober


2020 telah hadir. MEKAR kali in
bertemakan Bela Rasa Kuatkan Asa.
Tema ini mau mengatakan bahwa
di tengah masa pandemi ini, justru
kita harus semakin berbela rasa
membantu sesama, menyelamatkan
jiwa-jiwa orang beriman dengan
menjaga kesehatan satu sama lain,
dengan menggunakan masker dan
juga jaga jarak.

Masih dalam bentuk digital, MEKAR


edisi kali ini menampilkan artikel-
artikel yang mengupas pengalaman
umat berjuang di tengah masa
pandemi ini. Dan tentu saja,
diteguhkan dengan sapaan dari
Sal a m R eda ksi

gembala kita, Mgr. Paskalis Bruno


Syukur.

So, Bapak, Ibu, Saudara-saudari,


pastikan Anda semua mendapatkan
MEKAR digital edisi Oktober
2020. Jangan lupa berdonasi demi
perkembangan majalah keuskupan
kita. Salam redaksi!•

RD. Jeremias Uskono

2 MEKAR | September–Oktober 2020


Gembala Menyapa

E M PaT i Da n
BEl a r asa
Mgr. Paskalis Bruno syukur

Para pembaca MEKAR yang budiman, umatku yang


terkasih.

Tema “Bela Rasa Kuatkan Asa” merupakan motto


indah yang dipilih MEKAR untuk menggerakkan roda
kehidupan kita di masa pandemi ini.
Sesungguhnya, tema ini menyasar pada
formasi kemanusiaan kita. Formasi itu
menuntut suatu pengembangan diri
kita sebagai manusia dan mengandung
perintah ini: Jadilah manusia
masa kini yang memiliki
sikap dasar berbela rasa
dengan orang lain
yang menderita, untuk
membangkitkan asa—
harapan di tengah
gelombang kehidupan.

Bagi beberapa orang,


pandemi COVID-19
ini menyurutkan nyali
untuk bekerja; untuk

3 MEKAR | September–Oktober 2020


Gembala Menyapa

bangun kembali dan melanjutkan perjuangan hidup.


Bela rasa merupakan terjemahan yang tepat dari istilah
compassion. Compassion berarti mengakui, menyadari,
melihat penderitaan orang lain dan kemudian mengambil
tindakan untuk menolong.

Compassion mewujud dalam ungkapan kasih yang nyata,


konkret bagi orang-orang yang sedang menderita. Contoh
konkret: kelompok ibu-ibu WK di Paroki Katedral
membagikan sembako setiap hari Rabu untuk orang-
orang yang berkekurangan makanan di sekitar jalan
Kapten Muslihat, di sekitar Kebun Raya Bogor, dan
daerah sekitarnya. Ini satu contoh konkret dari bela rasa.

Maka dari itu, compassion lebih luas dari empati. Rasa


empati adalah kerelasediaan seseorang untuk merasakan
penderitaan orang lain yang dijumpainya sebagai
penderitaannya sendiri. Empati seperti simpati, didasarkan
pada emosi dan perasaan. Tetapi empati tidak mempunyai
unsur aktif yang kuat untuk mewujudkan perasaan itu.

Sedangkan compassion selalu mengandung tindakan


melibatkan diri. Berhadapan dengan orang lain yang
menderita, orang yang memiliki compassion akan tergerak
hatinya untuk bertindak demi kebaikan orang yang
menderita itu. Itulah bentuk kemurahan hati. Maka
kemurahan hati juga sebenarnya merupakan buah dari
compassion.

4 MEKAR | September–Oktober 2020


Gembala Menyapa

Tindakan bela rasa ini amat selaras dengan semangat Injil.


Tuhan menghendaki kita agar berbela rasa; menolong orang
yang menderita. Kitab Amsal mendorong kita dengan
berkata “Bukalah mulutmu untuk orang yang bisu, untuk hak
semua orang yang merana. Bukalah mulutmu, ambillah keputusan
secara adil dan berikanlah kepada yang tertindas dan yang miskin
hak mereka (Amsal 31:8-9).“

Yohanes Penginjil dalam 1 Yoh 3:18 menegaskan: “Anak-


anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau
dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.”
Bela rasa Yesus menggerakkan Dia segera bertindak dan
mengasihi, menyembuhkan, menyelamatkan orang yang
membutuhkan perhatian-Nya dengan penuh kemurahan
hati.

Para pembaca MEKAR dan umat sekalian yang saya


kasihi, sikap bela rasa ini perlu dipupuk dalam formasi
kemanusiaan kita, kalau mau hidup kita ini bermakna
bagi orang lain. Banyak orang yang menderita, yang
mengalami putus asa akibat kerasnya pertarungan hidup
ini. Masa pandemi ini memperparah keadaaan banyak
orang, keluarga.

Tindakan kemurahan hati kita, sekecil apapun bentuknya,


pasti akan membangkitkan asa orang untuk berjuang
dan berusaha. Maka kami mengajak Anda sekalian:
praktikkanlah tindakan bela rasamu, niscaya akan
membangkitkan asa sesama yang mnderita, yang mau
berjuang. Tuhan memberkati.•

5 MEKAR | September–Oktober 2020


Surat Yesus

Bartolomé Esteban Murillo. Christ Healing the Paralytic at the Pool of Bethesda. 1667-1770

Surat kepada Bunda Maria


tentang Pelayanan-Nya
Mgr. Paskalis Bruno Syukur

Penginjil Matius menuturkan sebagai berikut:

“Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar


dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil
Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit
dan kelemahan di antara bangsa itu. Maka tersiarlah
berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah
kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya,
yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang
kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu
Yesus menyembuhkan mereka. Maka orang banyak
berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang
dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan
dari Yudea dan dari seberang Yordan.” (Mat 4:23-25).

Sebagai seorang anak yang baik, Yesus menghendaki agar IbuNya


mengetahui apa yang sedang terjadi dengan diriNya, khususnya
sejak Yesus menyadari bahwa Ibunya merasa kehilangan. Pada
umumnya ibu-ibu menghargai suatu komunikasi dari anak-anaknya
yang sedang tinggal jauh. Komunikasi itu bukan sekedar agar ibu
tahu informasi tentang dirinya, tetapi komunikasi itu mengungkapkan
rasa syukur dan kasih akan ibu yang telah membesarkan dia.

6 MEKAR | September–Oktober 2020


Surat Yesus

Ibu-Ku yang terkasih,


Salam Damai.

Kini hampir setahun Aku meninggalkan ibu demi perutusan-


Ku untuk melakukan kehendak Bapa. Aku tak mengira betapa
antusias orang menerima pewartaan-Ku. Kami menemukan
orang banyak di mana-mana. Mereka selalu membawa serta
segala jenis orang sakit, yang perlu disembuhkan. Aku mengusir
setan-setan dari mereka yang kerasukan. Banyak orang
percaya bahwa masa baru tiba sesuai dengan nubuat para nabi
yang berkata seorang Mesias akan melakukan seperti yang
sekarang Kukerjakan. Sebab Akulah Mesias, Yang Terurapi itu.
Aku menaruh kepercayaan penuh pada Bapa surgawi yang
melakukan semua hal ini dengan baik.

Mestinya Ibu berada di sini ketika aku mengadakan mukjizat


perbanyakan roti dan ikan. Engkau bisa membawa beberapa
bakul sisa ke rumah: kami mempunyai 12 bakul sisa roti dan
ikan. Sisa-sisa ini kemudian kami bagikan kepada orang-orang
yang sangat miskin dan anak-anak. Sebenarnya Aku ingin
membawa sedikit untuk ibu, tetapi Aku takut roti-roti itu akan
busuk.

Aku diundang ikut perjamuan-perjamuan dan pesta-pesta oleh


beberapa orang Farisi. Mereka selalu memberikan kesempatan
kepada-Ku untuk menerangkan sesuatu hal ataupun menuturkan
suatu perumpamaan. Aku menerima undangan-undangan untuk
makan malam bersama dengan orang-orang lain sebab Aku
dan murid-murid-Ku dapat makan dan minum anggur bersama.
Aku menjadi seorang tukang cerita yang menarik seperti ibu
dulu. Kadang-kadang, Aku mengulang kembali cerita-cerita
yang telah ibu tuturkan dulu, sambil menambah detail kisahnya
sana sini. Ceritamu tentang seorang laki-laki yang dirampok
oleh para penyamun dan ditolong oleh seorang asing, Aku
tambahkan sedikit detailnya, yakni dua orang laki-laki yang
lewat dan melihat orang yang malang itu, tetapi mereka tidak
melakukan apa-apa untuk menolongnya; agar kisahnya lebih
kontras Aku menambahkan seorang asing Samaria justru
datang menolongnya.

7 MEKAR | September–Oktober 2020


Surat Yesus

Kadang-kadang sikap-sikap negatif dari imam-imam, ahli-ahli


Taurat dan orang-orang Farisi sedikit mencemaskan, khususnya
ketika Aku merasa bahwa mereka sedang mengawasi Aku
atau mempersoalkan kata-kata dan ungkapan-ungkapan
yang Aku pakai. Aku yakin mereka merasa terancam oleh
gagasan-gagasan baru yang Aku wartakan kepada orang
banyak. Tetapi gagasan-gagasan itu sama sekali bukanlah
selalu sesuatu yang baru; semuanya ada dalam Kitab Taurat
(Kitab Kudus); hanya Aku memberi sudut pandang dan
interpretasi yang baru. Seandainya mereka cukup membuka
hatinya, mereka pasti dapat melihat hal-hal baru yang Tuhan
sediakan bagi mereka.

Aku selalu ingat yang ibu katakan agar bersikap tulus dan
setia. Karena itu Aku menyampaikan pewartaan dengan
tulus dan terus terang. Aku sadar bahwa hanya kepada Bapa,
Aku memberikan pertanggungjawaban. Kita tidak dapat
menguasai pikiran dan hati orang ketika orang mabuk akan
kekuasaan, harta jasmani atau ambisi. Ketika itu terjadi, orang
tidak mampu berpikir lagi secara benar atau melihat segala
hal dalam terang Tuhan. Semoga kehendakNya terlaksana
selalu dan di mana saja.

Aku mengharapkan engkau datang dan berada bersama


lagi, Ibu. Engkau bisa tinggal bersama Maria Salome, Maria
Cleophas, Maria dari Magdala dan beberapa wanita lainnya
yang memperhatikan keperluan-Ku dan para murid. Lagi
pula, Aku ingin membicarakan beberapa hal dengan Ibu.
Aku merasa kehilangan Ibu.

Beberapa para murid-Ku pun ingin berjumpa dengan engkau


lagi, Ibu. Mereka kirimkan salam hormat.
Salam kasihku, Anakmu,

Yesus
P.S. Ya, Aku mendapat berita tentang hal-hal yang dilakukan di Nazareth
seperti yang Kulakukan di tempat lain. Dengan senang hati Aku
melakukan hal itu. Aku berharap Ibu selalu sehat.•

8 MEKAR | September–Oktober 2020


Fokus

Bela Rasa
KuatkanAsa

Di tengah suramnya suasana jatuh-bangun seluruh


warga dunia dalam beradaptasi dengan pandemi
COVID-19, kita patut bersyukur dengan segala
kesempatan yang kita miliki hingga hari ini. Terlebih,
di masa-masa penuh kehilangan seperti ini pun, masih
banyak sosok-sosok yang dengan kemampuan dan
keterbatasannya masing-masing, masih berjuang
untuk berbela rasa bagi sesama. Semangat ini juga
kiranya terus menjadi inspirasi bagi kita untuk tidak
berhenti memupuk asa dan menjadi saluran kasih
Allah bagi setiap orang yang membutuhkan.

9 MEKAR | September–Oktober 2020


Fokus

Berjalan Bersama Bunda Maria:

Menjadi Manusia
yang Berbela Rasa

P
erjalanan manusia kerap
dihiasi dengan kesibukan
untuk mencapai tujuan dan
segudang prestasi. Durasi
waktu 24 jam diisi untuk
memuaskan kebutuhan, keinginan dan
keegoisan. Dalam kenyataan, tanpa
kita sadari bahwa kita sedang hidup
berdampingan dengan orang lain.
Penulis Artinya, bahwa kita tidak hidup sendiri.
RD. Alfonsus Sombolinggi Sebagai makhluk sosial, kita ditakdirkan
Imam Keuskupan Bogor yang sedang untuk hidup bersama sehingga kita
menempuh studi lanjut di Roma, Italia
membutuhkan orang lain dalam hidup
ini. Kebutuhan kita kepada orang lain

10 MEKAR | September–Oktober 2020


Fokus

Dok. Pribadi

menentukan sikap apa yang kepada orang lain. Oleh karena


harus kita lakukan, agar suasana itulah menerima dan memahami
itu menjadi indah. Banyak kerahiman Tuhan hendaknya
filosofi dan agama mengajarkan menjadi hal mendasar bagi kita.
belas kasih dan perhatian
kepada sesama, tetapi Kristus Bela rasa, wujud kasih
mengajarkan lebih daripada itu. Di dalam sejarah iman Kristiani,
orang yang sangat memahami
Dalam kerahiman-Nya, Kristus kerahiman Tuhan adalah Santa
mengatakan bahwa Ia sendiri Perawan Maria, yang kita sebut
hadir dalam saudara-saudari sebagai bunda kerahiman. Ia
kita yang menderita. Gereja telah memperoleh pengalaman
dalam anjuran apostolik mengenai kerahiman Tuhan
Evangelii Gaudium (Sukacita Injil) yang unik dan tiada bandingnya.
“memiliki keinginan tak terhingga Ia memahami sejauh mana
untuk menunjukan kerahiman, kerahiman Bapa menuntunnya,
buah dari pengalamannya ia memahami solidaritas dengan
sendiri akan kuasa kerahiman kesengsaraan manusia yang
Bapa yang tak terhingga” (EG diterima oleh Putra Allah karena
24). Kita semua dipanggil untuk bela rasa-Nya kepada manusia.
meniru kerahiman Bapa. Yang Inilah mengapa Maria mampu
sebelumnya kita telah alami mengungkapkan kerahiman
sendiri. Konsekuensi dari Tuhan dalam Magnificat (Kidung
menerima kerahiman Bapa Pujian).
adalah menyalurkannya kembali

11 MEKAR | September–Oktober 2020


Fokus

Teladan Santa Perawan Maria


menjadi suatu cara untuk
memahami bagaimana Putera
Allah berbela rasa kepada
manusia. Berbela rasa adalah
suatu sikap yang digerakkan
dari kedalaman hati seseorang
untuk menjadikannya bukan
sekadar simpatik kepada
sesama tetapi juga empatik.
Artinya, lebih mengambil
bagian dalam pergumulan dan
penderitaan sesama. Berbela
rasa lahir dari perasaan kasih,
sehingga tidak membiarkan
sesamanya bergumul dalam
penderitaan.

Dorongan kasih mengajak


segenap insan keluar dari zona
nyaman demi menghadirkan unsplash.com

persaudaraan sejati, serta


bersama-sama berjuang dalam
masa yang sulit demi mencapai untuk terus melakukan tindakan
kebebasan. Hal ini pun berlaku amal kasih, khususnya terhadap
juga dalam masa pandemi kelompok yang berkekurangan,
COVID-19 ini. Bapa Paus tanpa terisolasi.”
Fransiskus dalam homilinya
pada hari raya Pentakosta yang Sisi lain situasi krisis
lalu, mengatakan “meskipun Akhir abad ini, situasi-situasi
perlu memperhatikan social dunia muncul bersamaan dan
distancing, hal ini tidak menghadirkan tanggung jawab
menghalangi kita untuk kasih bersama. Situasi yang
memperkuat rasa saling masih mendominasi seperti
memiliki, persahabatan dan situasi tentang keadilan, hukum
perutusan yang membantu kita dan HAM; situasi tentang

12 MEKAR | September–Oktober 2020


Fokus
yakni dari kisah perjamuan
nikah di Kana sampai dengan
kematian Puteranya di kayu
salib. Dalam perjamuan nikah
di Kana, Maria hadir memahami
kekurangan atau permasalahan
tuan rumah dalam pesta itu,
dia pun datang kepada Yesus
dan memohon kasih agar pesta
itu berjalan kembali dengan
baik. Sifat Maria juga nampak
dan hadir menyapa Yesus
dalam perjalanan salib-Nya,
serta menemani Yesus dalam
penderitaan-Nya sampai akhir.

Dok. Pribadi
Mulai dari kerendahan hati
Namun, apakah yang mendasari
keteladanan Bunda Maria ini,
kesetaraan gender; situasi selain tugasnya sebagai seorang
tentang lingkungan hidup; dan ibu? Ada suatu sikap menarik
situasi yang sedang marak dari ungkapan Maria kepada
sampai hari ini yakni tentang malaikat, yakni “Aku ini hamba
dampak COVID-19. Situasi- Tuhan, terjadilah padaku
situasi demikian menjadi menurut perkataan-Mu.” (Luk
perhatian khusus dari Gereja 1: 38). Dalam ungkapannya
untuk menghadirkan wajah ini, Maria sungguh menyadari
Gereja yang semakin menyapa, siapa dirinya dan dengan tulus
semakin solider dan sekaligus mengabdikan diri sepenuhnya
semakin berbela rasa. pada kehendak Allah. Inilah
nilai yang terdalam dari seorang
Keharuman keteladanan Santa Maria yang dapat kita imani
Perawan Maria sungguh sangat dalam hidup kita sehari-hari.
jelas menghadirkan wajah
Gereja yang berbela rasa. Dapat Orang yang rendah hati
kita simak kisah-kisah Bunda adalah ia yang mau belajar
Maria bersama Puteranya, untuk melihat segalanya dari

13 MEKAR | September–Oktober 2020


Fokus


Awal dari suatu sikap bela
rasa dapat tumbuh hanya
dengan sikap kerendahan hati.

unsplash.com

‘kacamata’ Tuhan. Dari situlah, dapat tumbuh hanya dengan


seseorang dapat memahami sikap kerendahan hati ini.
kebenaran dan keadilan yang Kerendahan hati dapat dimiliki
sesungguhnya. Seorang yang ketika kita senantiasa memeriksa
rendah hati adalah seorang batin kita dengan baik, diiringi
yang telah mencapai hasil dan latihan-latihan rohani dan
pengenalan akan diri sendiri tentunya senantiasa hadir dalam
dan Tuhan. Seorang yang sakramen pengampunan dosa.
rendah hati adalah seorang Sehingga biarlah buah dari
yang memiliki ketergantungan itu semua dengan sendirinya
kepada Tuhan dan membiarkan terpancar dan dirasakan oleh
dirinya digerakkan oleh Tuhan banyak orang, salah satunya
untuk menyentuh nilai-nilai kepada mereka yang menderita
kemanusiaan. melalui sikap bela rasa kita.

Santo Agustinus berkata bahwa Dalam perjalanan waktu, tanpa


kerendahan hati adalah jalan kita mungkiri kerap kita pun
yang pasti membawa seseorang menemukan kepalsuan dari
kepada Tuhan, karena kerendahan hati. Kerendahan
kerendahan hati adalah salah hati yang palsu sebenarnya
satu dari nilai-nilai spiritualitas adalah kesombongan dengan
Kristiani. Kamu tidak dapat wajah berbeda. Hal ini nampak
mengasihi kecuali melalui nyata pada seseorang yang
kerendahan hati. Kerendahan kerap bersembah sujud kepada
hati mengantarkan kita pada Tuhan dan mengatakan bahwa
kesempurnaan kasih dan saya orang lemah, saya orang
kekudusan. Dengan demikian, berdosa dan bodoh, namun
awal dari suatu sikap bela rasa sangat bereaksi ketika mendapat

14 MEKAR | September–Oktober 2020


Fokus
kritik dari pimpinan, pasangan Semua itu terpenuhi di dalam
atau orang yang lebih muda. diri kita. Inilah usaha menjadi
wajah Allah dalam kasih yang
Contoh lainnya kerap kita penuh dengan bela rasa.
temukan ketika seorang
merendahkan dirinya, dengan Dengan menyediakan diri bagi
tujuan untuk dipuji orang atau orang lain, seseorang akan
di tempat yang lain mengatakan memahami betapa berarti
bahwa ‘saya orang berdosa, hidupnya. Pengalaman Bunda
saya tak layak’, ‘saya orang yang Maria, sungguh menjadi
tidak benar’ sehingga malah cerminan bagi kita untuk
tidak memberikan diri apapun menghadirkan sikap bela rasa
untuk pelayanan di Gereja bagi orang lain. Oleh karena
atau untuk melayani sesama. itu, menghadirkan Bunda Maria
Bahkan suatu contoh yang berarti mau memahami diri
sering kita temukan atau kita sendiri, agar dapat berjalan
alami secara langsung, ketika bersama Bunda Maria menjadi
kita mengungkapkan tindakan manusia yang berbela rasa.
protes kepada Tuhan, yang
bernada bahwa ‘saya sudah Berjalan bersama Maria
sangat melayani dan saya sudah merupakan kunci untuk
sangat rendah hati, namun menyadari siapa diri kita bagi
mengapa Tuhan memberikan Tuhan dan sesama. Berjalan
malapetaka ini dalam hidup bersama Maria berarti taat, setia
saya?’. dan menyerahkan diri dibentuk
dalam kuasa Tuhan untuk
Dalam situasi ini, kita dapat orang lain. Berjalan bersama
memahami bahwa kerendahan Maria merupakan suatu cara
hati perlu dipelihara agar terus merasakan suatu kemuliaaan
berlanjut dalam segala situasi, didalam solidaritas penderitaan
supaya tergenapilah apa yang orang lain. Berjalan bersama
disabdakan oleh Allah, bahwa Maria berarti menyediakan
Ia akan senantiasa hadir dan ruang keselamatan Allah di
menyelamatkan dunia. Ave Maria.•
c ip t a a n-
Nya.

15 MEKAR | September–Oktober 2020


Fokus
Photos courtesy of Ryan C. Jones/The NY Times

THE FronT-linEs
oF THE CHurCH
Text by aurElia rEgina
A �irst-year medical student at University of Airlangga

T
he past few months Throughout the COVID-19
has been filled with pandemic, many Catholics
cases concerning the have been forced to struggle
latest controversial with their relationship to God,
issue, COVID-19. The especially because of their
COVID-19 pandemic has forced inaccessibility to sacraments
many life aspects to be halted, that require physical closeness,
from economy, social, to political which is impossible to be given
sector. Moreover, this pandemic at the moment. Consequently,
has affected the sacraments the needs for adjustments are
in the Catholic church. This inevitable. That being the case, it
pandemic has come to become has been immensely challenging
a challenge for the priests in for Catholics, both spiritually
serving and giving sacraments and mentally to overcome the
to the members of the church. boundaries that come alongside
with the virus.

16 MEKAR | September–Oktober 2020


Fokus

Acknowledging the issue, the the Sick. Anointing of the Sick is


Church has adjusted the means a sacrament that is administered
for catechesis and at the same to bring spiritual and even
time still takes into account the physical strength during an
essence of the sacraments. For illness, especially near the time
instance, the celebration of the of death. However, during this
Sacrament of the Eucharist has pandemic there comes a lot of
been altered into online masses risks for the priests who are in
and spiritual Communion. charge for the sacrament. Amidst
According to Mgr. Paskalis Bruno the COVID-19 pandemic, the
Syukur, the bishop of the Diocese priests serve as the front-lines
of Bogor, the churches belonging of the Church, providing spiritual
to the Diocese of Bogor are seeking support to those infected by the
for alternatives to keep serving COVID-19 virus.
the people. Sacraments such
as the Sacrament of Marriage, Regarding to this issue, as
Baptism, Confirmation, and Holy specified by RD.Andreas
Orders have been carried out, Bramantyo and RD. Marselinus
while still complying with the Wahyu Dwi Harjanto, priests of
health protocols and limiting the the Diocese of Bogor, the first
people attending the sacraments essential question prior to serving
as an effort to contribute in the the sacrament of Anointing
succession of the government of the Sick is the illness of the
policies. person who’s going to receive
the sacrament, since the safety
On the contrary, it’s a different of the priests is also important.
story when it comes to the The Diocese of Bogor has actively
sacrament of the Anointing of served the sick people during

17 MEKAR | September–Oktober 2020


Fokus

the pandemic. According to the reason warrants the use of an


data presented by Mgr.Paskalis instrument,” in which it is stated
Bruno Syukur, RD.Stephanus that the usage of an instrument
Sriharyono has given the is permitted for special cases.
sacrament of Anointing of the The sacrament of the Anointing
Sick to a COVID-19 patient while of the Sick has also been given
still obeying the health protocols to other patients several time
and wearing a complete set of while still acting in accordance to
Personal Protective Equipment the health protocols. These data
(PPE) as an attempt to prevent have proven that the COVID-19
the spread of the corona virus. pandemic is unable to stop the
service of sacraments.
The utilization of PPE as a
protective gear in fact does These circumstances are just
not cause the loss of essence merely a substitute, a temporary
regarding the sacrament itself. solution in response to the crisis
In fact, this is in line with the we are facing at the moment. We
Canon Law 1000, “The minister hope that this catastrophe shall
is to perform the anointings with pass sooner or later.
his own hand, unless a grave God bless. •

“For I, Jehovah thy God, will hold thy right hand,


saying unto thee, Fear not; I will help thee.”

(Isaiah 41:13)

18 MEKAR | September–Oktober 2020


Fokus

Mengajar Tanpa
Kenal Waktu

Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu


Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia
dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku.

P
1 Timotius 1:12

andemi COVID-19 telah


menjadi krisis yang
Oleh Ignatius Jati
menimbulkan banyak Waluya, S.Pd.SD
korban serta menjadi
tantangan luar biasa Tenaga Pendidik
SD Mardi Waluya Bogor
bagi negara kita dan seluruh
dunia. Namun dari krisis ini, kita Dok. Pribadi
mendapatkan banyak hikmah
dan pembelajaran yang akan
kita kenang bahkan setelah
masa ini berlalu.

Untuk pertama kalinya, guru-


guru di SD Mardi Waluya Bogor
melakukan pengajaran secara
daring menggunakan berbagai
media. Dari masa ini, p ara guru
menyadari bahwa sebenarnya
pembelajaran bisa terjadi di
mana pun. Di lain pihak, orang
tua untuk pertama kalinya
menyadari betapa sulitnya
menjalankan tugas sebagai guru.
Mereka “dipaksa” menjadi guru
darurat secara instan.

19 MEKAR | September–Oktober 2020


Fokus

Sisi positif menghadapi hal ini bersama-


Kebijakan stay at home yang sama, terlebih apabila kita
dianjurkan oleh pemerintah di melibatkan Tuhan dalam segala
masa COVID-19 ini ternyata di sisi usaha kita di masa pandemi.
lain memberikan dampak positif
bagi kita, yakni menjadi lebih Pernyataan Paulus dalam 1
peduli untuk menjaga kesehatan Timotius 1:12 yang saya kutip
diri sendiri dan orang lain. di atas menjadi kekuatan yang
Terutama sebagai seorang guru, luar biasa bagi saya sebagai
dalam masa pandemi ini, kami seorang guru Katolik. Saya
didorong untuk menjadi guru percaya bahwa setiap orang
yang kreatif dan inovatif dalam memperoleh panggilannya
menyampaikan pembelajaran masing-masing, dan saya yakin
yang dapat diterima oleh anak- saya dipanggil dan dipilih untuk
anak yang dipercayakan Tuhan. menjadi seorang pendidik.
Sebagai seorang guru yang
Kita perlu menyadari bersama, sudah 13 tahun berkecimpung
bahwa tidak ada yang tidak dalam dunia pendidikan, saya
terdampak dengan situasi mendapatkan cukup banyak
pandemi saat ini, termasuk bekal untuk menghadapi
di dalamnya adalah bidang situasi seperti saat ini. Meski
pendidikan. Di tengah segala demikian, masih banyak hal baru
keterbatasan dan hambatan, kita yang harus terus saya pelajari
harus menyadari juga akan suatu terkait aplikasi dan teknologi
optimisme, yakni bahwa kita bisa termutakhir yang harus saya
gunakan dalam pembelajaran
di masa pandemi ini.

“ Berkat Tuhan
Teknologi maupun otak terpintar
Kita bisa menghadapi manusia tidak akan bisa bekerja
hal ini, terlebih apabila dengan sempurna apabila Tuhan
kita melibatkan tidak menghendaki. Campur
Tuhan dalam segala Tangan Tuhan benar-benar
saya rasakan dalam karya-
usaha kita. karya pelayanan saya sebagai
pendidik. Di masa pandemi ini,
kita harus selalu siap dengan

20 MEKAR | September–Oktober 2020


Fokus

segala permasalahannya,
misalnya saja waktu mengajar
yang tidak terbatas dan harus
selalu siap membantu kapan
pun anak-anak membutuhkan
bantuan. Selain tugas mengajar
online yang cukup berat,
permasalahan ekonomi juga
turut menghampiri. Pendapatan
yang berkurang tak sebanding
dengan pengeluaran yang terus
bertambah. Namun semua ini
saya hadapi bersama-sama
dengan keluarga yang selalu
Dok. Pribadi

ada mendukung.

Dengan segala permasalahan


dan situasi saat ini, saya
bersyukur saya memiliki istri
dan keluarga yang selalu setia
mendukung. Semoga dari
pengalaman pribadi saya ini, kita
dapat saling mendukung satu
sama lain. Apapun panggilan
karya pelayanan kita, apabila
kita setia kepada Tuhan dalam
segala perkara, Tuhan akan
memberkati semua pelayanan
kita. Amin. •

21 MEKAR | September–Oktober 2020


Sekilas Dokumen

Ensik l ik

FRATELLI T U T TI

Pada tanggal 3 Oktober 2020, Paus


Fransiskus menandatangani ensiklik
Fratelli Tutti. Peresmian ini dilakukan di
Assisi, kota kelahiran St. Fransiskus dari
Assisi, yang hidupnya menjadi inspirasi
utama bagi Paus Fransiskus dalam menulis
ensiklik mengenai persaudaraan dan
persahabatan sosial.

22 MEKAR | September–Oktober 2020


Sekilas Dokumen

Pandemi COVID-19 menjadi latar belakang utama


dari ensiklik ini. Kedaruratan kesehatan global
menunjukkan pada kita bahwa “tidak seorang pun
mampu menghadapi hidup dalam kesendirian”, dan
sudah betul-betul tiba waktunya bagi kita untuk
“bermimpi, kemudian, sebagai satu keluarga umat
manusia, ... semua sebagai saudara dan saudari.”
(art. 8)

Paus Fransiskus merefleksikan banyak penyimpangan


yang terjadi di masa ini: manipulasi dan deformasi
beragam konsep seperti demokrasi, kebebasan,
keadilan; hilangnya makna komunitas sosial dan
sejarah; keegoisan dan ketidakpedulian pada
kepentingan umum; pengangguran, rasialisme,
kemisk ina n; perbuda k a n,
perdagangan manusia, dan
aborsi.

Masalah-masalah ini
merupakan tantangan global
yang membutuhkan aksi
global, dan memperingatkan
kita akan bahaya dari “budaya
tembok” yang menyuburkan
kejahatan, yang disulut oleh
ketakutan dan kesepian.

23 MEKAR | September–Oktober 2020


Sekilas Dokumen

Namun dalam situasi dunia yang terasa gelap ini, kita


dapat menimba harapan dan belajar dari kisah Orang
Samaria yang Murah Hati (bdk. Luk. 10:25-37). Seperti
orang Samaria itu, kita semua dipanggil untuk menjadi
sesama bagi “siapa pun yang membutuhkan, tanpa
memandang apakah mereka berasal dari kelompok
sosial yang sama dengan kita atau tidak” (art. 81).

Paus Fransiskus juga mendorong pembaruan


penghargaan akan politik sebagai sebuah panggilan
yang luhur, karena tujuannya bagi kebaikan bersama.
Oleh karenanya, tugas utama dari politik bukanlah
tentang perolehan suara, melainkan untuk mencari
solusi bagi semua hal yang bertentangan dengan hak-
hak asasi manusia.

Politik yang baik mengombinasikan kasih


dengan harapan, dan dengan keyakinan
bahwa benih-benih kebaikan tetap ada
di dalam hati manusia. (art. 196)

May our hearts be open


to all the peoples and
nations of the earth.
May we recognize the goodness
and beauty that you
have sown in each of us,
and thus forge bonds of
unity, common projects,
and shared dreams.

24 MEKAR | September–Oktober 2020


Sekilas Dokumen

Budaya perjumpaan dan dialog menjadi kunci dari


persaudaraan dalam masyarakat. Paus Fransiskus
mengajak kita semua untuk senantiasa menyuburkan
kebaikan dan pengampunan.

Pengampunan berarti kita harus mencintai semua orang


tanpa terkecuali, namun bukan berarti membiarkan
seorang penindas atau pelaku kriminal untuk terus
melakukan kejahatan, melainkan membantu mereka
untuk berubah dan tidak lagi menindas sesamanya.

Agama-agama yang berbeda juga memiliki kontribusi


yang signifikan dalam membangun persaudaraan dan
membela keadilan dalam masyarakat.

Maka dari itu, dialog antarpemeluk agama bukan hanya


dilangsungkan untuk kepentingan diplomasi atau
toleransi, melainkan untuk “...membangun persahabatan,
kedamaian dan harmoni, serta untuk berbagi nilai-
nilai, pengalaman spiritual dan moral, dalam semangat
kebenaran dan cinta kasih.” (art. 271)

• Mentari

25 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus

Menimba Rahmat
di Jalan Imamat
Menuju Tahbisan Presbyterat Keuskupan Bogor

Di tengah carut-marut dunia, seringkali kita kehilangan


arah akan masa depan yang lebih baik. Namun, kita
meyakini bahwa Allah tidak pernah kehabisan rahmat-
Nya untuk dunia, termasuk bagi mereka yang meniti
jalan panggilan penggembalaan umat-Nya. Simak
kisah perjalanan Diakon Galih, Diakon Joko, dan
Diakon Anggi menuju tahbisan imamat.

26 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus

Frater Diakon

Petrus Sunusmo
Galih Widodo
“Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita
mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.”

ROMA 14:8

Bagi Diakon Galih, motto tahbisan tersebut memiliki makna


mendalam baginya dalam persiapan menuju tahbisan presbyterat.
Ayat tersebut ia pilih sebagai komitmen pribadi bahwa menerima
sakramen tahbisan berarti hidup dan matinya bukanlah semata
demi kepentingan pribadi, namun merupakan perjalanan untuk
mendedikasikan dirinya untuk taat dan setia kepada Tuhan.

27 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus

M
enjelang upacara keinginan yang dimilikinya untuk
tahbisan, Diakon memutuskan menjadi seorang
Galih terus imam merupakan jawaban yang
mendekatkan ia berikan atas panggilan Tuhan
diri kepada kepadanya.
Tuhan melalui doa-doa dan
memohon bantuan rahmat dari Dalam perjalanan panggilannya,
Roh Kudus sebagai persiapan Diakon Galih memilih motto
batin yang ia jalani. Namun panggilan yang ia ambil dari
selain menyiapkan diri, ia tetap Roma 8:28, yaitu “Kita tahu
fokus menjalani tugas perutusan sekarang, bahwa Allah turut
yang saat ini ia emban. Diakon bekerja dalam segala sesuatu
Galih menganggap bahwa untuk mendatangkan kebaikan
menerima rahmat tahbisan bagi mereka yang mengasihi
berarti menerima tugas Dia, yaitu bagi mereka yang
pelayanan, serta berkomitmen terpanggil sesuai dengan
dalam hidup untuk menjalani rencana Allah.”
tugas perutusan dengan total,
taat dan setia. Motto panggilan tersebut
dipilihnya karena dalam
Janji pada Tuhan perjalanan panggilan yang ia
Perjalanan imamat dari Diakon jalani, ia merasakan kasih Tuhan
Galih tidak terlepas dari yang begitu luar biasa. Ia pun
pengalaman-pengalaman iman mengenang pengalamannya
yang ia alami. Pengalaman ketika masih berada di bangku
akan kemurahan hati yang sekolah dasar.
Tuhan berikan kepadanya
dalam menjawab doa dan Ketika itu, ia dan keluarganya
harapan sejak kecil. Tekad dan mengalami sebuah musibah.

28 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus


Allah bekerja dalam
hidup saya dan secara
nyata pekerjaan
Allah mendatangkan
kebaikan.

Rumah yang mereka tempati


dirampok oleh orang yang
sudah dikenal dan cukup
dekat dengan keluarga
dari Diakon Galih. Dalam
peristiwa tersebut, ibunda dari
Diakon Galih menjadi korban
perampokan, penganiayaan Tuhan akan kesembuhan bagi
dan percobaan pembunuhan ibunya. Ia pun berjanji kepada
ketika sang ibu tengah Tuhan apabila ibunya selamat
sendirian di dalam rumah. Tak dan sembuh, maka ia akan
pelak, sang Ibu menderita luka melakukan apapun yang Tuhan
yang amat parah dan dirawat inginkan atas hidupnya.
di rumah sakit.
Atas rahmat kebaikan Tuhan,
Saat itu, Diakon Galih yang sang ibu akhirnya sembuh dari
masih berusia sangat muda luka yang dialami. Perlahan
tidak ingin kehilangan ibunya. keadaan ibu dari Diakon Galih
Ia hanya sanggup berdoa berangsur membaik dan kembali
dan meminta pertolongan sehat seperti sediakala, bahkan
dari Tuhan agar Tuhan luka-luka pada tubuhnya hilang
menyelamatkan nyawa sang tidak berbekas.
Ibu. Dalam kondisi ibunya
yang dirasa mustahil sembuh “Kata-kata dalam doa saya
secara medis, Ia terus sewaktu masih kecil dulu kurang
memiliki pengharapan kepada lebih mengatakan bahwa saya

29 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus
akan melakukan apapun yang
Tuhan inginkan. Doa tersebut
menyadarkan dan membawa
saya dalam jalan panggilan
untuk menyerahkan diri
kepada Tuhan dan memilih
untuk menjadi seorang
Imam. Maka motto panggilan
yang saya pilih ini menjadi
sebuah kutipan yang benar-
benar mewakili perjalanan
panggilan saya, bahwa Allah
bekerja dalam hidup saya dan
secara nyata pekerjaan Allah
mendatangkan kebaikan,” ujar
Diakon kelahiran Sukabumi, 26
Oktober 1990 ini.

Refleksi iman
Dal am merefleksikan
pengalaman iman selama
perjalanan formasi, Diakon
Galih menyadari bahwa ia
tengah dipersiapkan oleh Tuhan
dan dimurnikan kembali tujuan
hidup yang ia miliki untuk
dipakai menjadi alat-Nya.

Tak jarang, Diakon Galih


menanyakan kembali pada
dirinya sendiri mengenai
apa yang ia inginkan dan
per tanyaaan-per tanyaan
lain yang membuatnya dapat ini dan ia menyiapkan diri untuk
mengingat untuk sadar kembali secara sadar dan utuh siap untuk
pada tujuan awal menjalani menyerahkan hidup sepenuhnya
panggilan. Segala pengalaman kepada Tuhan serta siap untuk
pahit-manis selama masa menjadi alat dan penyalur
formasi akhirnya membentuk rahmat-Nya.
dirinya menjadi pribadi saat

30 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus

Pesan bagi Kawan


Diakon Galih pun mengatakan
bahwa kehadiran teman
seperjalanannya, yaitu Diakon
Anggi dan Diakon Joko, begitu
penting dalam menjalani hidup
panggilan. Kekompakan yang
terjalin dibangun atas rasa saling
memahami karakter antara satu
dengan lainnya. Kekompakan bagi
mereka adalah ketika mereka bisa
saling mengerti dan memahami
pilihan serta tindakan yang dipilih
masing-masing.

Ia pun berpesan kepada kedua


rekan seperjalanannya untuk
tetap bersemangat dan setia
dalam tugas perutusan, serta
tetap menjaga kesehatan terutama
di tengah situasi pandemi.
• Maria Dwi Anggraeni

31 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus

Frater Diakon

Fransiscus
Joko Umbara
“Jangan takut! Percaya saja.”

MARKUS 5:36

Diakon Fransiscus Joko Umbara, yang akrab disapa Diakon


Joko, bercerita bahwa motto tahbisan yang ia pilih memiliki
makna yang amat berarti baginya. Motto tersebut senantiasa
menemani dan menguatkan langkah panggilannya semenjak
retret persiapan Tahbisan Diakonat pada bulan Februari lalu.

32 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus

T
uhan selalu menyapa semua orang. Kisah Injil yang
manusia melalui ada di Markus 5 adalah saat
kasih-Nya yang tak Yesus mampu menyembuhkan
terhingga. Ketakutan dan meyakinkan setiap orang
akan sesuatu yang pada waktu itu seakan
yang belum terjadi kerap kehilangan harapan.
kali dirasakan Diakon Jokp
dalam hidup panggilannya, Motto itu juga sangat
dan tidak jarang hal tersebut menyejukkan saya saat
menjadi halangan dalam ketakutan-ketakutan seakan
mengembangkan diri. Oleh nyaman bermain-main dalam
karena itu, motto tahbisan yang benak saya, dan semoga
ia pilih memberinya keyakinan dengan seruan itu, rasa percaya
bahwa bagaimana pun dan dan keyakinan kembali hanya
seburuk apapun keadaan diri berasal dari Allah sendiri.
manusia, Tuhan akan selalu Kesendirian terkadang akan
memberikan penyertaan-Nya. menyiksa dan menakutkan, oleh
karenanya saya merasa bahwa
“Ketakutan apakah saya layak motto tahbisan ‘jangan takut!
dan pantas menerima anugerah Percaya saja!’ ini memberikan
ini, ketakutan apakah saya kepada saya satu keyakinan
mampu mengemban tugas bahwa bagaimana pun kita,
mulia ini, serta ketakutan seburuk apapun keadaan kita,
lainnya itulah yang membuat Tuhan akan selalu memberi
saya selalu bertanya apa keyakinan dan saat itulah saya
yang Tuhan mau untuk saya hanya cukup menjawab dengan
tuliskan sebagai motto tahbisan satu jawaban: ya, saya percaya
saya. Kutipan itu keras, tetapi Tuhan,” ujar Diakon kelahiran
justru itulah cara Tuhan Yesus Magelang 2 April 1988 ini.
menunjukkan kasih-Nya kepada

33 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus

memang bukan sesuatu yang


instan dan mudah untuk diraih.
Ada banyak hal yang tentu saja
menjadi godaan dalam usaha
belajar untuk memantaskan
diri. Oleh karenanya,
kesadaran bahwa saya tidak
layak atau masih jauh dari
kata memuaskan inilah yang
mencoba saya persembahkan
dalam persiapan menjelang
tahbisan ini, bahwa dengan
satu harapan bahwa Allah
yang menganggap saya layak
memperoleh rahmat inilah
Dalam mempersiapkan diri yang akan menyempurnakan
menjelang tahbisan, Diakon dan memampukan saya untuk
Joko mengatakan bahwa ia terus akhirnya yakin bahwa saya
belajar dalam memantaskan layak memperoleh anugerah
diri. agung tahbisan ini,” kata Diakon
alumnus Unika Parahyangan
“Saya merasa bahwa saya orang Bandung ini.
yang masih jauh dari kata layak
untuk menerima rahmat ini,
tetapi anugerah Allah melalui Menerima rahmat agung
keuskupan ini yang menjadikan Bagi Diakon Joko, orang
saya merasa bahwa saya harus tidak dapat meminta ataupun
mau belajar memantaskan diri. memaksa Allah untuk
Memantaskan diri yang saya memberikan rahmat tahbisan.
pahami adalah usaha saya Itu adalah kebebasan Allah
untuk melihat dari dalam diri dengan kebijaksanaan dan
saya, apa yang masih sangat kehendak-Nya. Maka ia pun
perlu untuk saya perbaiki ke memaknai rahmat tahbisan
depannya, baik dalam hal ini sebagai sebuah anugerah
rohani, sosial dengan umat dan dan pemberian luar biasa. Ia
warga sekitar ataupun mengatur bersyukur kepada Allah bahwa
diri saya sendiri yang tentu dirinya menjadi salah satu orang
juga meliputi watak, emosional yang dipilih untuk menerima
dan karakter diri saya. Proses rahmat agung ini.
memantaskan diri bagi saya

34 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus

Lebih lanjut ia mengatakan,


tahbisan baginya bukanlah
merupakan akhir dari formasi
sebagai calon imam, melainkan
awal dari penghambaan dirinya
untuk Keuskupan Bogor. Tanpa
peran serta Allah dan UNIO
Keuskupan Bogor, tentu menjadi
mustahil bagi dirinya bisa
mengabdikan diri di Keuskupan
ini.

Dalam menjalani formasi,


banyak pengalaman yang
Diakon Joko hadapi. Salah
satunya, pengalaman akan beliau selalu berbagi kasihnya
cinta kasih yang diberikan untuk bulanan saya di seminari
oleh banyak orang kepadanya. tinggi,” kenang anak dari
Ia percaya bahwa kebaikan- pasangan Ambrosius Supono
kebaikan yang diberikan oleh dan (alm) Margareta Herningsih
orang-orang kepada dirinya Anwar ini.
merupakan tanda bahwa ia
dipelihara oleh Tuhan. “Ojo mung rumongso biso,
nanging biso o rumongso”
“Saya ingat bahwa selama ”Orang Kulon Progo kok bisa
menjalani masa formasi di sampai kenal Keuskupan
Seminari Menengah Stella Bogor?” Hingga saat ini,
Maris, saya mendapatkan pertanyaan dari seorang imam
bantuan dalam hal pembayaran yang ditujukan kepadanya
uang bulanan di seminari dari tersebut masih terpatri jelas
orang-orang yang begitu baik, di dalam ingatan Diakon Joko.
sehingga itu meringankan Sebagai seorang yang terlahir
beban ayah saya dalam dan berasal dari Kulon Progo,
mencari kebutuhan bulanan sebuah kabupaten yang terletak
saya, demikian juga saat saya di Provinsi Daerah Istimewa
menjalani formasi di seminari Yogyakarta, ia merenungkan
tinggi, ada seorang ibu dari bahwa perutusannya di
Magelang yang menganggap Keuskupan Bogor bukanlah
saya menjadi anaknya sehingga

35 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus

serba kekurangan pada waktu


itu, dan hidup dalam didikan
keluarga yang keras, membuat
dirinya harus mampu berjuang
sendirian untuk menimba
ilmu. Namun tentu saja kedua
orangtuanya senantiasa
memberikan semangat dan
dorongan agar dirinya menjadi
orang yang membanggakan
keluarga.

“Tak pernah terlintas dalam diri


saya bahwa saya sampai pada
fase ini, fase dimana keikhlasan
dan kerelaan keluarga saya
untuk menyerahkan saya
kepada Gereja. Justru Allah-
lah yang mengangkat sendiri
keluarga saya sehingga menjadi
keluarga yang berani untuk
tampil dan mau terlibat di
wilayah dan paroki.

Oleh karena pengalaman yang


demikian, dan menyadari diri
saya sebagai cah nggunung
inilah, dari dulu sampai
sebuah kebetulan, namun sekarang saya mempunyai
bukti nyata bahwa cara Tuhan motto hidup ojo mung rumongso
memanggil setiap pribadi yang biso, nanging biso o rumongso.
hendak dipilihnya tidak terbatas Motto itu jika diterjemahkan
oleh ruang dan waktu. ke dalam bahasa Indonesia
mungkin maknanya adalah ‘saya
Ia senantiasa percaya bahwa sebagai seseorang yang begini
semua yang terjadi pada adanya harus mampu untuk
dirinya sudah sesuai dengan menempatkan diri saya sebagai
perhitungan Allah. Terlahir dan apa adanya saya’. Dengan kata
besar di sebuah keluarga yang lain, saya harus mawas diri

36 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus
yang selalu menjanjikan untuk
mendoakan saya. Pergumulan
yang begitu berat dalam diri
saya tentunya. Saat dua teman
angkatan saya ditemani oleh
ayah dan ibunya, saya hanya
ditemani oleh bapak dan adik-
adik saya. Tetapi bagi saya
itu adalah anugerah, rahmat
dan tahu batas kemampuan
yang juga indah walaupun
sehingga tidak segan untuk
terbungkus dalam kesedihan tak
selalu memperbaiki diri,” cerita
terhingga. Ada satu kebanggaan
Diakon Joko.
saya dalam menjalani hidup
panggilan ini,” kenang Diakon
Iman dalam hidup panggilan Joko.
Tentu bukan suatu hal yang
mudah dalam menjalani Pada saat masih menempuh
panggilan. Diakon Joko pun pendidikan di Seminari Tinggi,
pernah merasakan pergumulan Diakon Joko pernah bernazar
batin dalam hidup panggilannya. apabila ibu dan kedua adiknya
Statusnya sebagai anak sulung dibaptis maka apapun yang
kerap kali membuatnya berpikir Tuhan mau dari saya maka
bahwa ia belum bisa berbuat saya akan taat. Ia pun bercerita
apa-apa bagi keluarga. Namun, mengenai keharuan yang ia
dalam pergumulan itu justru alami ketika berdoa di depan
semakin membuatnya yakin makam sang Ibu. Panggilan
bahwa Tuhan mencintai dan yang ia jalani ini, telah menuntun
menjaga keluarganya. ibunya dimakamkan dengan
salib sebagai mahkota di atas
“Perjalanan panggilan yang pusaranya lengkap dengan
begitu unik membawa saya nama baptisnya.
pada permenungan bahwa
jika Tuhan sudah mau, kita
sebagai manusia tidak akan
mampu untuk menolaknya. Di
saat saya hendak menerima

Jika Tuhan sudah
tahbisan presbyterat ini, saya mau, kita sebagai
justru kehilangan sosok ibu manusia tidak
akan mampu
untuk menolak.

37 MEKAR | September–Oktober 2020


Pesan bagi Kawan
Diakon yang berasal dari Paroki Santa Perawan Maria
Lourdes Promasan Keuskupan Agung Semarang ini
pun memberikan pesannya kepada kedua rekan
seperjalanan yang nantinya akan bersama-sama
menerima tahbisan presbyterat, yaitu Diakon Anggi
dan Diakon Galih agar tetap menjadi pribadi yang
apa adanya. Ia pun berharap agar mereka bertiga
dapat menjadi imam yang selalu mau melayani dan
tetap setia menjadi gembala dalam segala keadaan.

Diakon Galih dan Diakon Anggi adalah rekan


seperjalanan Diakon Joko yang saling mendukung
dan mendoakan. Meski terkadang ada perbedaan
pendapat, namun kehadiran mereka menjadi warna
sendiri bagi perjuangan hidup panggilan yang
dijalani Diakon Joko. Berkat kehadiran mereka
berdua, ia terus berjuang memperbaiki diri dengan
segala nasihat yang diberikan oleh kedua temannya
tersebut.

Seusai Misa tahbisan, rencananya Diakon Joko


akan melakukan misa perdana di rumahnya di
Yogyakarta dan juga asrama putra Santo Aloysius
Gonzaga Madiun. Baginya, kedua tempat tersebut
memiliki banyak kenangan dan pembelajaran.
• Maria Dwi Anggraeni

38 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus

Frater Diakon

Yohanes Rafael
Anggi Witono Hadi
“Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman”
M AT I U S 2 8 : 2 0

Diakon Anggi memaknai motto tahbisan yang ia ambil dari


Injil Matius 28: 20 ini sebagai sebuah peneguhan dalam
menjalani hidup sebagai seorang pelayan Tuhan. Motto tahbisan
tersebut juga menguatkannya untuk tetap hadir sebagai
pelayan-Nya yang menyertai banyak orang di dunia ini.

39 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus

D
alam persiapan karena prestasi dan kehebatan
menjelang tahbisan yang ia miliki, tetapi karena
presbyterat, Diakon besar-Nya rahmat Allah dalam
Anggi, biasa ia kerap hidupnya, sehingga Allah
disapa, senantiasa memilih dan membuat dirinya
berdoa dan memohon rahmat layak menjadi pelayan-Nya.
Tuhan supaya persiapan
berjalan dengan lancar dan Keluarga, sumber kekuatan
pada saatnya nanti ia dan kedua Diakon Anggi sadar bahwa
rekannya dapat menjadi imam memilih untuk hidup sebagai
yang penuh berkat bagi orang Imam pastilah memiliki
lain. konsekuensi dan tantangan.
Dalam menjalani panggilan,
“Selain itu juga saya keluarga menjadi penyemangat
mempersiapkan diri agar layak utama hidup panggilannya.
menjadi imam kudus-Nya, yang
mampu menjadi Imam, Nabi Ia bercerita bahwa ketika
dan Raja yang melayani semua mengalami pergumulan batin, ia
orang,” ujar Diakon kelahiran akan menyempatkan diri untuk
Cianjur, 19 Agustus 1991 pulang ke rumah dan bertemu
tersebut. dengan kedua orangtuanya.
Meski hanya sekadar bertemu
Diakon yang lahir dari pasangan dan mengobrol secara singkat,
Matius Ponimin dan Elysabeth ia tetap bersyukur karena ia
Endang Sulistyowati ini meyakini kekuatan Tuhan
memaknai rahmat tahbisan mengalir di dalam dirinya
sebagai sebuah anugerah kasih melalui kehadiran keluarga.
Tuhan yang ia dapatkan. Ia
percaya bahwa tahbisan yang Selain kehadiran keluarga, hal
ia terima bukan semata-mata yang paling menguatkan dan

40 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus

menyemangati Diakon yang


berasal dari Paroki Santa
Maria Para Malaikat-Cipanas
ini adalah ketika pelayanan
yang ia berikan bagi orang
lain memberikan manfaat,
kegembiraan dan sukacita
bagi orang-orang yang ia
layani. Rasa sukacita itu yang
menguatkan panggilannya, dan
semakin meyakinkan ia bahwa
Tuhan sungguh bekerja melalui
dirinya.

“Sejenak melihat perjalanan


iman saya selama berada dalam
proses formasi, saya semakin
yakin bahwa Tuhan Allah itu ada
dan bekerja untuk setiap orang
yang percaya kepada-Nya.
Roh Kudus yang hidup dalam
hati kita pun terus bekerja dan
menyertai kita. Keyakinan ini
semakin tegas saya rasakan
selama saya menjalani proses
formatio. Mengapa? Karena saya
percaya, yang membuat saya
kuat dan tetap setia kepada-
Nya, berjalan seturut kehendak-
Nya, mampu menjalankan
perintah-Nya, bahkan lebih
konkret lagi menghayati hari
demi hari proses pendidikan
imam adalah semata-mata
bukan karena kemampuan saya
apalagi jerih payah saya, tetapi
sungguh karena kehendak
Allah sendiri dan peran serta

41 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus

Roh Kudus yang besar dalam


hidup saya. Begitupun seluruh
hidup manusia, kita harus
menyadari bahwa Allah sungguh
berkarya dalam hidup kita,
kuncinya adalah sejauh mana
kita menyediakan diri untuk
siap dipimpin oleh-Nya dalam
setiap jejak langkah kita. Ketika
kita mau dan siap dipimpin
dan diformat sesuai kehendak-
Nya, maka kita akan menjadi
yang terbaik dalam hidup kita,”
kenang anak kedua dari 3
bersaudara ini.

Menjadi Murid Kristus


“Bukan kamu yang memilih
Aku, tetapi Akulah yang
memilih kamu. Dan Aku telah
menetapkan kamu, supaya
kamu pergi dan menghasilkan
buah dan buahmu itu tetap,
supaya apa yang kamu minta
kepada Bapa dalam nama-Ku,
diberikan-Nya kepadamu.”
Penggalan ayat dari Injil
Yohanes 15:16 ini merupakan

42 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus

motto panggilan yang dipilih Seminari Menengah, sehingga


oleh Diakon Anggi. Baginya, dalam setiap pergulatan batin
ayat yang ia pilih sebagai motto panggilan saya, kekuatan dari
panggilannya itu memuat Sabda Tuhan ini senantiasa
seluruh cerita pengalaman meneguhkan saya,” tutur
panggilannya. alumnus Unika Parahyangan
“Bahwa saya hadir di dunia, Bandung tersebut.
bukan atas kuasa siapa-
Bagi Diakon Galih dan Diakon
Joko, Diakon Anggi berharap
agar mereka dapat terus
“ semangat dalam berkarya
dan terus percaya akan segala
Kekuatan dari Sabda rancangan Tuhan karena Tuhan
Tuhan senantiasa akan senantiasa menyertai
meneguhkan saya. hingga akhir zaman. Ia berharap
agar ia dan rekan-rekannya
dapat semakin dikuatkan dan
diteguhkan di tempat perutusan
masing-masing serta semakin
setia dan taat melaksanakan
perintah-Nya. Tidak lupa ia juga
siapa, melainkan Dia yang mendoakan Fr Guntur yang
menghendaki; bahwa saya kini tengah berada di Roma
memilih jalan hidup ini untuk terus semangat menjalani
pun, bukan kehendak saya studi dan semoga ilmu yang
pribadi, melainkan karena didapatkan oleh Fr Guntur
Dia yang memilih saya. Saya dapat menjadi perpanjangan
memaknainya bahwa seluruh tangan Tuhan bagi sesama.
proses panggilan saya bisa
berjalan dengan baik karena “Relasi saya dengan teman
Dia yang memilih saya untuk seperjalanan saya semua
menjadi pelayan-Nya. Saya baik dan tentunya kehadiran
bersyukur dengan ini saya yakin mereka menjadi warna bagi
bahwa Tuhan tidak akan pernah perjalanan hidup panggilan
meninggalkan saya untuk tetap saya. Diakon Joko, Diakon Galih
berbuah dan hasilnya pun dan Fr Guntur adalah rekan
dinikmati oleh banyak orang. seperjalanan untuk bersama-
Saya merefleksikan makna sama menemukan Yesus dalam
ayat tersebut sejak duduk di hidup kami, dan bersama-sama

43 MEKAR | September–Oktober 2020


Laporan Khusus

pula membawa Yesus kepada semua orang. Seperti perjalanan


murid ke Emaus, dan Yesus hadir bersama mereka, demikianlah
perjalanan kami semua sebagai murid Kristus untuk bersama-sama
mencari Yesus dan membawanya kepada semua orang.”

Pesan bagi Kawan


“Perkenankan saya Stella Maris Bogor, Seminari
mengucapkan terima kasih Tinggi St. Petrus Paulus, para
yang tak terhingga kepada formator: Mgr. Tri Harsono, RD.
Tuhan Yesus Kristus atas segala Nikasius Jatmiko, RD. Fabianus,
rahmat dan anugerah yang RD. Untung, RD. Habel, para
diberikan kepada saya. Terima frater Diosesan Bogor, juga
Kasih kepada Mgr Paskalis pembimbing TOP dan Pastoral:
Bruno Syukur dan seluruh kuria. RD. Andreas Bramantyo, RD.
AHY Sudarto, RD. Jimmy
Terima kasih kepada keluarga: Rampengan, dan seluruh imam
Bp. Matius Ponimin, Ibu yang berkarya di Keuskupan
Elysabeth Endang Sulistyowati, Bogor maupun di tempat lain.
Albertus Vendry Kuncoro Hadi,
Cicilia Pratiwi, Tya, Kinnar, Terima kasih kepada seluruh
Yosef Aldi Suryo Hadi, Rafaela pihak yang tak tersebutkan satu
Atung, Mbak Yuli dan seluruh per satu, yang telah mendoakan
keluarga besar. dan mendukung panggilan
saya.” • Maria Dwi Anggraeni
Terima kasih kepada keluarga
besar Seminari Menengah

44 MEKAR | September–Oktober 2020


KOMIK
SIMON-SIMIN @komikkatolik
©2020 Seksi Komsos St. Joannes Baptista Parung (@komsosjb) ©Komik Simon - Simin (@komikkatolik)

balap motogipi
yang memperebutkan
piala bapa uskup

SELAMAT DATANG
DI SIRKUIT INTERNASIONAL luar biasa nampak
KEUSKUPAN BOGOR umat yang berpartisipasi

mari kita lihat keseruan SEPI AMAT


DAGANG
di lintasan balap bung CILOK

A
SIZUK

HAL
YAMA

baik bung SANGAT


SENGIT SEKALI BUNG,
SEBENTAR LAGI
GARIS FINISH!!!

WOI DIA
NYALIP
KITA G!
! HHUAA!!
E N
G
NG TERNYATA
TIBA
TIBA
HAL di overtake
YAMA
MINGGIR ..
A KALIAN... sedikit
SIZUK
LAGIAN lagi
BALAPAN garis
KOK finish!!!
BONCENGAN!!

hiya!
rata-rata memang
bukannya seperti itu ya bung?

hiya! hiya!

banyak umat yang suka overtake


jabatan orang lain di sirkuit
keuskupan bogor ini,
untuk terlihat waw dimata umat...

45 MEKAR | September–Oktober 2020


46 MEKAR | September–Oktober 2020
Tim Redaksi
Pelindung
Mgr. Paskalis Bruno Syukur

Penanggung Jawab
RD. David Lerebulan
(Ketua Komisi Komsos Keuskupan Bogor)

Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi


RD. Jeremias Uskono

Redaktur
Maria Dwi Anggraeni

Desain dan Tata Letak


Mentari Muliawan
Hari Sisworo

Keuangan
Hartati Hambalie
Isabella Jany

Alamat Redaksi
Gedung Pusat Pastoral Keuskupan Bogor
Jl. Kapten Muslihat No. 22
Bogor 16122
Telp: (0251) 8313997
Fax: (0251) 8359102

Rekening Redaksi
BCA 166.035.2348
a.n. David Lerebulan & Hartati Hambalie

E-mail:
komsos@keuskupanbogor.org
mekarkeuskupanbogor@gmail.com

47 MEKAR | September–Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai