Anda di halaman 1dari 21

Referat

XEROFTALMIA

Oleh

Muhammad Rizal Amin

I4A012020

Pembimbing

dr. Etty Eko S., Sp.M

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT MATA


FK UNLAM – RSUD ULIN
BANJARMASIN

Desember, 2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia
terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa
pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang
merupakan Nutrition Related Diseases yang dapat mengenai berbagai macam anatomi dan
fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan
epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada mata
yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan - 4 tahun yang menjadi penyebab utama
kebutaan di negara berkembang.
KVA pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi Protein
(KEP) atau Gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang, termasuk zat gizi
mikro dalam hal ini vitamin A. Anak yang menderita KVA mudah sekali terserang infeksi
seperti infeksi saluran pernafasan akut, campak, cacar air, diare dan infeksi lain karena
daya tahan anak tersebut menurun. Namun masalah KVA dapat juga terjadi pada keluarga
dengan penghasilan cukup. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan orang tua/ibu
tentang gizi yang baik. Gangguan penyerapan pada usus juga dapat menyebabkan KVA
walaupun hal ini sangat jarang terjadi. Kurangnya konsumsi makanan (< 80 % AKG)
yang berkepanjangan akan menyebabkan anak menderita KVA, yang umumnya terjadi
karena kemiskinan, dimana keluarga tidak mampu memberikan makan yang cukup.
Sampai saat ini masalah KVA di Indonesia masih membutuhkan perhatian yang
serius. Meskipun hasil survei Xeroftalmia (1992) menunjukkan bahwa berdasarkan
kriteria WHO secara Klinis KVA di Indonesia sudah tidak menjadi masalah kesehatan
masyarakat (< 0,5%). Namun pada survei yang sama menunjukkan bahwa 50% balita
masih menderita KVA Sub Klinis (serum retinol < 20 ug/dl). Adanya krisis ekonomi yang
melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, dimana terjadi peningkatan kasus
gizi buruk di berbagai daerah

2
mengakibatkan masalah KVA muncul kembali. Berdasarkan laporan dari beberapa
propinsi antara lain dari NTB dan Sumatera Selatan menunjukkan munculnya kembali
kasus Xeroftalmia mulai dari tingkat ringan sampai berat bahkan menyebabkan kebutaan.
Ibarat fenomena gunung es dikhawatirkan kasus xeroftalmia masih banyak di
masyarakat yang belum ditemukan dan dilaporkan oleh tenaga kesehatan. Oleh karena itu,
penting sekali untuk mendeteksi secara dini dan menangani kasus xeroftalmia ini dengan
cepat dan tepat agar tidak terjadi kebutaan seumur hidup yang berakibat menurunnya
kualitas Sumber Daya Manusia.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Mata

Fisiologi Mata

Secara umum fungsi mata adalah sebagai indera pengelihatan yang menerima
rangsangan cahaya pada retina dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus,
menghantarkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.
Sedangkan fungsi dari tiap bagian mata adalah sebagai berikut :
1. Palpebra
- Gunanya untuk melindungi bola mata terhadap gangguan dari luar.

4
2. Konjungtiva
- Gunanya untuk melindungi bola mata.
3. Kornea
- Merupakan selaput bening mata yang dapat dilalui cahaya dari luar ke dalam bola
mata sehingga kita dapat melihat.
- Gunanya untuk melindungi bola mata.
4. Pupil
- Adalah daerah iris yang terbuka.
- Gunanya untuk meneruskan sinar yang masuk kedalam bola mata.
- Ukuran pupil dipengaruhi oleh sinar, rangsangan psikis dan obat. Bila ada cahaya,
pupil mengecil dan membesar sesuai cahaya yang masuk.
5. Lensa mata
- Gunanya untuk memusatkan cahaya yang memasuki mata melalui kornea
sehingga kita dapat melihat benda-benda dengan jelas.
6. Iris
- Gunanya mengatur masuknya cahaya kedalam bola mata denganmengatur besar
pembukaan pupil.
7. Retina
- Gunanya menerima rangsangan cahaya.

Fungsi vitamin A bagi penglihatan

Fungsi vitamin A bagi mata terutama pada proses penglihatan dimana vitamin A
berperan dalam membantu proses adaptasi dari tempat yang terang ke tempat yang gelap.
Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan kelainan pada sel-sel epitel termasuk sel-sel
epitel pada selaput lendir mata (konjungtiva). Kelainan tersebut karena terjadinya proses
metaplasi sel-sel epitel, sehingga kelenjar tidak memproduksi cairan yang dapat
menyebabkan terjadinya kekeringan pada mata, disebut xerosis konjungtiva. Bila kondisi
ini berlanjut akan terjadi yang disebut bercak Bitot (Bitot Spot).

5
Definisi Xeroftalmia

Xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin A pada


mata, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina
yang berakibat kebutaan. Kata Xeroftalmia (bahasa Latin) berarti “mata kering”, karena
terjadi kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.

Etiologi

Xeroftalmia terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin A. Bila ditinjau dari konsumsi
makanan sehari-hari kekurangan vitamin A disebabkan oleh :
1.Konsumsi makanan yang tidak mengandung cukup vitamin A atau provitamin A
untuk jangka waktu yang lama.
2. Bayi tidak diberikan ASI eksklusif
3. Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau zat gizi
lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A
dalam tubuh.
4. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada
penyakit-penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, Kurang Energi
Protein (KEP) dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat.
5. Adanya kerusakan hati, seperti pada kwashiorkor dan hepatitis kronik,
menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan pre-
albumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.

Patogenesis

Kekurangan vitamin A dapat disebabkan :


 Makanannya kurang mengandung vitamin A
 Daya absorpsi vitamin A dalam usus yang tidak baik

6
 Penggunaan vitamin A dalam badan yang tidak baik

Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan kelainan di mata sebagai berikut:


Stadium I
Kalau mata terkena cahaya yang redup, rodopsin di sel batang retina diubah menjadi
retinin. Dan retinin ini harus diubah lagi menjadi rodopsin, supaya sel batang dapat
berdaya kembali terhadap cahaya redup. Perubahan ini dapat terjadi dengan bantuan
vitamin A dan dilakukan di dalam sel epitel pigmen. Kalau vitamin A tidak ada, rodopsin
tidak terbentuk kembali dan sel batang tidak dapat bereaksi lagi terhadap cahaya redup
(rabun senja)
Stadium II
Hemeralopia, ditambah dengan xerosis (kekeringan) konjungtiva dan kornea,
berdasar hiperkeratinisasi. Kornea tidak mengkilat, tampak kering, untuk kemudian
menjadi keruh, lebih kering terbentuk infiltrat, vaskularisasi, erosi epitel, ulserari untuk
menuju ke keratomalasi.
Stadium III
Stadium I + II + keratomalasi (melemahnya kornea), sehingga dapat perforasi.
Kornea menjadi keruh disertai dengan kerusakan epitel. Kalau disertai infeksi sekunder
dapat berakhir dengan panoftalmi.

Tanda dan Gejala Klinis

Kurang vitamin A (KVA) adalah kelainan sistemik yang mempengaruhi jaringan


epitel dari organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan organ lain,
akan tetapi gambaran yang karakteristik langsung terlihat pada mata. Kelainan kulit
pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian
belakang, kulit tampak kering dan bersisik seperti sisik ikan. Kelainan ini selain
disebabkan karena KVA dapat juga disebabkan karena kekurangan asam lemak
essensial, kurang vitamin golongan B atau Kurang Energi Protein (KEP) tingkat berat
atau gizi buruk. Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA
yang telah berlangsung lama. Gejala tersebut

7
akan lebih cepat timbul bila anak menderita penyakit campak, diare, ISPA dan penyakit
infeksi lainnya.

Defisiensi vitamin A di Indonesia berdasarkan klasifikasi Ten Doeschate


dikelompokkan menjadi: Xo (Hemeralopia), X1 (Hemeralopia dengan xerosis konjungtiva
dan Bitot), X2 (Xerosis kornea), X (Keratomalasia), dan X4 (stafiloma, ftisis bulbi),
dimana kelainan pada Xo sampai X2 bersifat reversibel sedangkan X3 sampai X4
ireversibel.
Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO/USAID
UNICEF/HKI/ IVACG, 1996 sebagai berikut :
XN : buta senja (hemeralopia, nyctalopia)
XIA : xerosis konjungtiva
XIB : xerosis konjungtiva disertai bercak bitot
X2 : xerosis kornea
X3A : keratomalasia atau ulserasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea.
X3B : keratomalasia atau ulserasi sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea
XS : jaringan parut kornea (sikatriks/scar)
XF : fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti cendol.
XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan
yang baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera
diobati karena dalam beberapa hari bisa berubah menjadi X3. X3A dan X3B bila
diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang bahkan dapat
menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan) pada kornea cukup luas sehingga
menutupi seluruh kornea (optic zone cornea).

1. Buta senja = Rabun Senja = Rabun Ayam= XN

Tanda-tanda :
8
Buta senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina.

9
Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang
remang-remang setelah lama berada di cahaya terang
Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tak dapat melihat
di lingkungan yang kurang cahaya, sehingga disebut buta senja.
Untuk mendeteksi apakah anak menderita buta senja dengan cara :
- Bila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut akan membentur/ menabrak
benda didepannya, karena tidak dapat melihat.
- Bila anak belum dapat berjalan, agak sulit untuk mengatakan anak tersebut
buta senja. Dalam keadaan ini biasanya anak diam memojok bila di
dudukkan ditempat kurang cahaya karena tidak dapat melihat benda atau
makanan di depannya.
2. Xerosis konjungtiva = XIA
Tanda-tanda :
Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit
kering,berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan
kusam.
Orang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah
warna kecoklatan.

3. Xerosis konjungtiva dan bercak bitot = X1B


Tanda-tanda :
Tanda-tanda xerosis kojungtiva (X1A) ditambah bercak bitot yaitu
bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama di daerah celah
mata sisi luar.

10
Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang
merupakan tanda khas pada penderita xeroftalmia, sehingga dipakai
sebagai kriteria penentuan prevalensi kurang vitamin A dalam
masyarakat.
Dalam keadaan berat :
Tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva.
Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut.
Orang tua mengeluh mata anaknya tampak bersisik

4. Xerosis kornea = X2
Tanda-tanda :
Kekeringan pada konjungtiva berlanjut sampai kornea.
Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar.
Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita,
penyakit infeksi dan sistemik lain)

5. Keratomalasia dan ulcus kornea = X3A, X3B


Tanda-tanda :
Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.

11
Tahap X3A : bila kelainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan
kornea.
Tahap X3B : Bila kelainan mengenai semua atau lebih dari 1/3
permukaan kornea.
Keadaan umum penderita sangat buruk.
Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah)
Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir dengan perforasi dan prolaps
jaringan isi bola mata dan membentuk cacat tetap yang dapat menyebabkan kebutaan.
Keadaan umum yang cepat memburuk dapat mengakibatkan keratomalasia dan ulkus
kornea tanpa harus melalui tahap-tahap awal xeroftalmia.

X3A X3B

6. Xeroftalmia scar (XS) = sikatriks (jaringan parut) kornea


Kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengecil. Bila
luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas berupa sikatrik
atau jaringan parut. Penderita menjadi buta yang sudah tidak dapat
disembuhkan walaupun dengan operasi cangkok kornea.

12
7. Xeroftalmia Fundus (XF)
Dengan opthalmoscope pada fundus tampak gambar seperti cendol.

Diagnosis Xeroftalmia

Untuk mendiagnosis xeroftalmia dilakukan :


1. Anamnesa, dilakukan untuk mengetahui faktor risiko tinggi yang
menyebabkan anak rentan menderita xeroftalmia
a. Identitas penderita
 Nama anak
 Umur anak
 Jenis kelamin
 Jumlah anak dalam keluarga
 Jumlah anak balita dalam keluarga
 Anak ke berapa
 Berat Lahir : Normal/BBLR
b. Identitas Orangtua
 Nama ayah/ibu
 Alamat/tempat tinggal
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Status Perkawinan

2. Keluhan Penderita

13
a. Keluhan Utama
Ibu mengeluh anaknya tidak bisa melihat pada sore hari (buta senja) atau ada
kelainan pada matanya. Kadang-kadang keluhan utama tidak berhubungan dengan
kelainan pada mata seperti demam.
b. Keluhan Tambahan
Tanyakan keluhan lain pada mata tersebut dan kapan terjadinya ?
Upaya apa yang telah dilakukan untuk pengobatannya ?

3. Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya

4. Kontak dengan pelayanan kesehatan


Tanyakan apakah anak ditimbang secara teratur mendapatkan imunisasi, mendapat
suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi dan memeriksakan kesehatan baik di
posyandu atau puskesmas (cek dalam buku KIA/KMS anak).

5. Riwayat pola makan anak

6. Pemeriksaan fisik
Dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala klinis dan menentukan diagnosis
serta pengobatannya, terdiri dari :

14
a. Pemeriksaan umum
Dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit yang terkait langsung
maupun tidak langsung dengan timbulnya xeroftalmia seperti gizi buruk, penyakit
infeksi, dan kelainan fungsi hati.
Yang terdiri dari :
- Antropometri: Pengukuran berat badan dan tinggi badan
- Penilaian Status gizi
- Periksa matanya apakah ada tanda-tanda xeroftalmia.
- Kelainan pada kulit : kering, bersisik.
b. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan mata untuk melihat tanda Xeroftalmia dengan menggunakan
senter yang terang. (Bila ada, menggunakan loop.)
 Apakah ada tanda kekeringan pada konjungtiva (X1A)
 Apakah ada bercak bitot (X1B)Apakah ada tanda-tanda xerosis kornea
(X2)
 Apakah ada tanda-tanda ulkus kornea dan keratomalasia (X3A/X3B)
 Apakah ada tanda-tanda sikatriks akibat xeroftalmia (XS)
 Apakah ada gambaran seperti cendol pada fundus oculi dengan
opthalmoscope (XF).

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosa kekurangan


vitamin A, bila secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda khas KVA, namun hasil
pemeriksaan lain menunjukkan bahwa anak tersebut risiko tinggi untuk menderita KVA.
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan serum retinol. Bila ditemukan
serum retinol < 20 ug/dl, berarti anak tersebut menderita KVA sub klinis. Pemeriksaan
laboratorium lain dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit lain yang dapat
memperparah seperti pada :

15
 pemeriksaan darah malaria
 pemeriksaan darah lengkap
 pemeriksaan fungsi hati
 pemeriksaan radiologi untuk mengetahui apakah ada pneumonia atau TBC
 pemeriksaan tinja untuk mengetahui apakah ada infeksi cacing serta
 pemeriksaan darah yang diperlukan untuk diagnosa penyakit penyerta.

Penatalaksanaan

1. Jadwal dan Dosis Pemberian Kapsul Vitamin A pada anak penderita


Xeroftalmia

2. Pemberian Obat Mata :


Pada bercak Bitot tidak memerlukan obat tetes mata, kecuali ada infeksi yang
menyertainya.
Obat tetes/salep mata antibiotik tanpa kortikosteroid (Tetrasiklin 1%,
Khloramfenikol 0.25-1% dan Gentamisin 0.3%) diberikan pada penderita X2,

16
X3A, X3B dengan dosis 4 x 1 tetes/hari dan berikan juga tetes mata atropin 1 % 3
x 1 tetes/hari.
Pengobatan dilakukan sekurang-kurangnya 7 hari sampai semua gejala pada mata
menghilang. Mata yang terganggu harus ditutup dengan kasa selama 3-5 hari hingga
peradangan dan iritasi mereda. Gunakan kasa yang telah dicelupkan kedalam larutan Nacl
0,26 dan gantilah kasa setiap kali dilakukan pengobatan. Lakukan tindakan pemeriksaan
dan pengobatan dengan sangat berhati-hati. Selalu mencuci tangan pada saat mengobati
mata untuk menghindari infeksi sekunder, Segera rujuk ke dokter spesialis mata untuk
mendapat pengobatan lebih lanjut.

3. Terapi Gizi Medis


Terapi Gizi Medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan kondisi atau
penyakit kronis dan luka-luka serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi pasien
sesuai intervensi yang diberikan agar klien serta keluarganya dapat meneruskan
penanganan diet yang telah disusun.
Tujuan :
 Memberikan makanan yang adekuat sesuai kebutuhan untuk mencapai
status gizi normal.
 Memberikan makanan tinggi sumber vit. A. untuk mengoreksi kurang
vitamin A.
Syarat :
a. Energi
Energi diberikan cukup untuk mencegah pemecahan protein menjadi sumber energi
dan untuk penyembuhan. Pada kasus gizi buruk, diberikan bertahap mengikuti fase
stabilisasi, transisi dan rehabilitasi, yaitu 80-100 kalori/kg BB, 150 kalori/ kg BB dan 200
kalori/ kg BB.
b. Protein
Protein diberikan tinggi, mengingat peranannya dalam pembentukan Retinol
Binding Protein dan Rodopsin. Pada gizi buruk diberikan bertahap yaitu : 1 - 1,5 gram/ kg
BB / hari ; 2 - 3 gram/ kg BB / hari dan 3 - 4 gram/ kg BB / hari

17
c. Lemak
Lemak diberikan cukup agar penyerapan vitamin A optimal. Pemberian minyak
kelapa yang kaya akan asam lemak rantai sedang (MCT=Medium Chain Tryglycerides).
Penggunaan minyak kelapa sawit yang berwarna merah dianjurkan, tetapi rasanya kurang
enak.
d. Vitamin A
Diberikan tinggi untuk mengoreksi defisiensi. Sumber vitamin A yaitu ikan, hati,
susu, telur terutama kuning telur, sayuran hijau (bayam, daun singkong, daun katuk,
kangkung), buah berwarna merah, kuning, jingga (pepaya, mangga dan pisang raja ),
waluh kuning, ubi jalar kuning, Jagung kuning.
e. Bentuk makanan
Mengingat kemungkinan kondisi sel epitel saluran cerna juga telah mengalami
gangguan, maka bentuk makanan diupayakan mudah cerna.

4. Pengobatan penyakit infeksi atau sistemik yang menyertai


Anak-anak yang menderita xeroftalmia biasanya disertai penyakit berat antara lain:
infeksi saluran nafas, pnemonia, campak, cacingan, tuberkulosis (TBC),diare dan
mungkin dehidrasi. Untuk semua kasus ini diberikan terapi disesuaikan dengan penyakit
yang diderita.
5. Pemantauan dan Respon Pengobatan dengan kapsul vitamin A
XN : Reaksi pengobatan terlihat dalam 1-2 hari setelah diberikan kapsul
vitamin A
XIA & XIB : Tampak perbaikan dalam 2-3 hari, dan gejala-gejala menghilang
dalam waktu 2 minggu
X2 : Tampak perbaikan dalam 2-5 hari, dan gejala-gejala menghilang
dalam waktu 2-3 minggu
X3A & X3B: Penyembuhan lama dan meninggalkan cacat mata. Pada tahap ini
penderita harus berkonsultasi ke dokter spesialis mata Rumah
Sakit/BKMM agar tidak terjadi kebutaan

18
Rujukan
Anak segera dirujuk ke puskesmas bila ditemukan tanda-tanda kelainan
XN, X1A, X1B, X2
Anak segera dirujuk ke dokter Rumah Sakit/ Spesialis Mata/BKMM bila
ditemukan tanda-tanda kelainan mata X3A, X3B, XS

Pencegahan

Prinsip dasar untuk mencegah xeroftalmia adalah memenuhi kebutuhan


vitamin A yang cukup untuk tubuh serta mencegah penyakit infeksi terutama
diare dan campak. Selain itu perlu memperhatikan kesehatan secara umum. Untuk
mencegah xeroftalmia dapat dilakukan:
1. Mengenal wilayah yang berisiko mengalami xeroftalmia (faktor sosial budaya
dan lingkungan dan pelayanan kesehatan, faktor keluarga dan faktor individu)
2. Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini
3. Memberikan vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak secara periodik, yaitu
untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus (100.000

19
SI), untuk anak balita diberikan enam bulan sekali secara serentak pada bulan
Februari dan Agustus dengan dosis 200.000 SI.
4. Mengobati penyakit penyebab atau penyerta
5. Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk
6. Penyuluhan keluarga untuk meningkatkan konsumsi vitamin A / provitamin A
secara terus menerus.
7. Memberikan ASI eksklusif
8. Pemberian vitamin A pada ibu nifas (< 30 hari) 200.000 SI
9. Melakukan imunisasi dasar pada setiap bayi
Agar xeroftalmia tidak terjadi ulang diperlukan penyuluhan untuk masyarakat dan
keluarga, karena kejadian xeroftalmia tidak lepas dari lingkungan, keadaan sosial
ekonomi, pendidikan dan pengetahuan orang tua (terutama ibu). Beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan sehubungan dengan hal tersebut diatas adalah :
a. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) atau Promosi

b. Suplementasi vitamin A

c. Fortifikasi

20
Prognosis

Prognosa pada stadium XN, X1A, X1B, dan X2 adalah baik, dengan syarat :
- pengobatan harus dilakukan se$ara dini
- pengobatan harus dilakukan dengan tepat
sedangkan pada stadium yang lebih lanjut dimana telah terjadi kerusakan kornea
dan dapat menyebabkan kebutaan yang tidak dapat disembuhkan lagi, maka prognosisnya
jauh lebih buruk.

BAB III
KESIMPULAN

Xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin A pada


mata, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina
yang berakibat kebutaan. Xeroftalmia terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin A. Bila
ditinjau dari konsumsi sehari-hari kekurangan vitamin A disebabkan oleh : Konsumsi
makanan yang tidak mengandung cukup vitamin A, bayi yang tidak diberkan ASI
eksklusif, menu tidak seimbang , adanya gangguan penyerapan vitamin A atau provitamin
, dan adanya kerusakan hati. Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata dibagi
menurut klasifikasi WHO/USAID UNICEF/HKI/ IVACG, XN, XIA, XIB, X2 biasanya
dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan yang baik. Pada stadium X2
merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera diobati karena dalam beberapa hari
bisa berubah menjadi X3, X3A dan X3B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan
meninggalkan cacat yang bahkan dapat menyebabkan kebutaan total.

21

Anda mungkin juga menyukai