Anda di halaman 1dari 8

21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Kegiatan Pelatihan

1. Perencanaan

Pada perencanaan, proses pengajuan proposal dan permohonan izin kepada

puskesmas dan penyebaran undangan ke 30 Wanita usia subur di kelurahan

pengambangan berjalan lancar. Wanita usia subur yang di undang untuk ikut

berpartisipasi sangat kooperatif. Adapun kendala yang dialami saat

mempersiapkan acara adalah sarana pemeriksaan yaitu sarana pemeriksaan seperti

meja ginekologi yang hanya ada 1 meja.

2. Pengorganisasian

Dalam pengorganisasian tidak ada hambatan yang berarti. Kerjasama

dengan pemegang program P2M dan UKS sangat kooperatif sehingga

permasalahan dapat teridentifikasi dengan baik. Kerjasama yang baik juga terjalin

antara kepala puskesmas yang sangat mendukung diadakannya program

penyuluhan dan pemeriksaan ini. Kendala yang dihadapi adalah jumlah pelaksana

kegiatan yang hanya berjumlah 2 orang sehingga cukup sulit ketika dilakukan

pemeriksaan.

3. Pelaksanaan

Kegiatan PBL tentang pengetahuan kanker serviks dan pemeriksaan deteksi

dini dalam rangka peningkatan capaian pemeriksaan IVA di puskesmas 9 November

dilaksanakan pada tanggal 26 agustus 2017 jam 08.00 WITA s/d selesai di
22

Puskesmas 9 november dan didapatkan hanya 19 orang sebagai peserta dalam

kegiatan. Jumlah peserta diambil secara simple random sampling sesuai dengan

kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya.

Dalam kegeiatan pelatihan tentang pemeriksaan jentik dan abatisasi ,

karakteristik peserta pelatihan sudah ditentukan sebelumnya, siswa-siswi sekolah

dasar kelas II, IV, V dengan kriteria: 1) bersekolah dilingkungan wilayah kerja

puskesmas Banjarbaru Utara dan 2) berstatus dokter kecil siswa sekolah dasar

kelas III, IV, V.

Pada tahap pelaksanaan pihak sekolah dari 12 sekolah dasar menanggapi

sangat antusias, sehingga pelatihan dapat dilakukan dengan baik. Pihak puskesmas

juga mengirimkan pendamping untuk pelatihan sehingga dapat terlaksana dengan

baik. Adapun kendalanya terdapat pada kapasitas ruangan aula puskesmas

banjarbaru utara hanya mampu menampung kurang lebih 20-30 orang, tidak

tersedia kursi lipat bermeja untuk mengerjakan pre test-post test dan ruangan aula

yang panas

4. Pengawasan/Evaluasi

Pada kegiatan pelatihan ini, pengetahuan peserta dinilai berdasarkan 2

kuesioner yang telah disediakan, yaitu kuesioner sebelum pelatihan (lampiran 1)

yang berisi 11 pertanyaan yang mencakup materi pengetahuan umum demam

berdarah , pecegahan (PSN), pemeriksaan jentik , dan 4 pertanyaan mengenai

minat abatisasi dan kuesioner sesudah pelatihan (lampiran 2).


23

Berdasarkan hasil kegiatan pelatihan diatas, tingkat pengetahuan peserta

yakni berstatus dokter kecil siswa sekolah dasar kelas III, IV, V.sebelum dan

sesudah dilakukan pelatihan dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.

Tabel 4.1. Tingkat Pengetahuan dokter kecil sebelum dan sesudah


dilakukan pelatihan

Pretest Postest
Nilai p
Tingkat (sebelum pelatihan) (setelah pelatihan)
Pengetahuan n n
Persen (%) Persen (%)
(orang) (orang)
Baik 13 41% 25 78%
P = 0.002
Cukup 19 59% 6 18%
Kurang 0 0% 1 4%
Total 32 100% 32 100%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pengetahuan peserta (dokter

kecil) sebelum dilakukan pelatihan mengenai pemeriksaan jentik dan abatisasi

dalam rangka pemberantasaan sarang nyamuk (PSN) sebagian besar memiliki

pengetahuan cukup sebanyak 19 anak (59%), peserta dengan pengetahuan kurang

yaitu 0 anak (0%), dan 13 anak (41%) peserta dengan pengetahuan yang baik.

Sedangkan setelah diberikan pelatihan, sebanyak 25 anak (78%) meningkat

menjadi sebagian besar berpengetahuan baik dan hanya 6 anak (18%)

berpengetahuan cukup.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Minat Peserta


Mengenai Abatisasi.

Pretest Postest
Minat n Persen n Persen Nilai p
(orang) (%) (orang) (%)
Minat tinggi 22 68% 29 90% p = 0.030
24

Minat rendah 10 32% 3 10%


Total 32 100% 32 100%

Setelah dilakukan penilaian pretest dan post test tingkat minat dokter kecil

didapatkan nilai rata-rata 92,58. Sehingga didapatkan tingkat minat sesuai kriteria

pada tabel 4.2 dapat terlihat adanya peningkatan minat pada dokter kecil yang

telah diberikan pelatihan. Sebelum pelatihan, sebanyak 22 anak (68%) yang

memiliki memiliki minat tinggi untuk melakukan abatisasi dan setelah pelatihan

terdapat 29 anak (90%). Begitu pula pada minat rendah terjadi penurunan dari 10

anak (32%) menjadi 3 anak (10%).

Data tingkat pengetahuan peserta sebelum dan sesudah dilakukan

pelatihan kemudian dianlisis dengan uji Chi-square apabila uji Chi-square tidak

memenuhi syarat maka akan dilakukan penggabungan sel terlebih dahulu,

kemudian apa bila tidak memenuhi syarat uji Chi-square maka akan dilakukan uji

fisher untuk melihat dan menilai apakah terdapat perbedaan tingkat pengetahuan

yang bermakna antara sebelum dan sesudah pelatihan.

Setelah dilakukan pelatihan didapatkan rekapitulasi hasil pemeriksaan

jentik di 11 sekolah dasar di wilayah kerja puskesmas banjarbaru utara terlampir.

B. Pembahasan

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan dukungan dari pemegang kebijakan sangat

mempengaruhi kelancaran dari sebuah program kerja. pelatihan ini dapat


25

terlaksana dengan baik karena adanya dukungan dari pihak puskesmas dan

sekolah.

Penetapan tujuan dan sasaran yang jelas juga merupakan faktor yang

penting dalam pelatihan. Sasaran yang jelas dan tujuan yang jelas membuat

pelaksanaan program berjalan mengikuti alur yang telah ada. Persiapan lokasi dan

waktu yang diberikan oleh puskesmas membuat pelatihan dapat berjalan dengan

baik. Dalam menghadapi kendala pada tahap perencanaan saat mempersiapkan

media peraga, panitia berusaha untuk mencari sendiri berupa jentik dan anak ikan

digenangan air lingkungan sekitar dan berinovasi menggunakan alat-alat tersedia

dalam pembuatan video materi pelatihan.

2. Pengorganisasian

Kendala dalam pelatihan ini terdapat di masalah pengorganisasian dimana

jumlah orang yang terlibat sangat sedikit sehingga kesulitan dalam pembagian

tugas. Namun, panitia sangat terbantu dengan kebijakan puskesmas yang

mengirimkan pendamping sehingga dapat tertangani dengan baik dan kerja sama

tim panitia yang saling membantu.

3. Pelaksanaan

Perencanaan yang matang dan dukungan dari pihak terkait membuat

proses pelatihan berlangsung lancar. Beberapa peserta datang lebih awal dan tepat

waktu sesuai dengan waktu yang ditentukan panitia, salah satu sekolah datang

terlambat saat pelaksanaan tetapi kegiatan dapat dimulai dan selesai tepat waktu

sesuai susunan acara. Kondisi ruangan pada saat pelaksanaan kegiatan terasa

panas dan pihak puskesmas bersedia meminjamkan 3 buah kipas angin. Pihak
26

panitia juga menyarankan peserta untuk membawa clipboard sebagai alas saat

mengerjakan pretest dan post test.

4.Pengawasan

Setelah dianalis dengan uji Chi-square, hasil yang didapatkan menunjukan

bahwa nilai signifikansi untuk tingkat pengetahuan P= 0.002 (P < 0,05) dan minat

P= 0.030 (P < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan pengetahuan dan tingkat minat yang bermakana antara sebelum dan

sesudah pelatihan.

Menurut Notoadmodjo, bahwa pengetahuan seseorang biasanya

dipengaruhi berbagai faktor, antara lain pengalaman, pendidikan, keyakinan, dan

penghasilan.7 Pengetahuan responden/sasaran dalam kegiatan pelatihan ini

sebelum pretest sebagian besar berpengetahuan cukup salah satunya dipengaruhi

faktor pendidikan, dimana status pendidikan peserta adalah SD kelas III, IV, V.

Begitu pula dengan minat, minat akan tumbuh seiring dengan ilmu pengetahuan

dan pendidikan yang dimiliki orang tersebut.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi status

pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan

informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Pendidikan lebih tinggi

lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang

masalah kesehatan, memiliki status kesehatan lebih baik dan memperngaruhi

keberhasilan program pengendalian DBD.8


27

Untuk meningkatkan pengetahuan peserta mengenai pemeriksaan jentik

dan abatisasi dalam rangka pemberantasaan sarang nyamuk (PSN) pada dokter

kecil di wilayah kerja puskesmas banjarbaru utara maka dilakukan kegiatan

pelatihan, agar peserta yakni anak sekolah dasar lebih mengerti akan pentingnya

melakukan pencegahan secara dini tentang demam berdarah. Pengingkatan tingkat

pengetahuan dan minat yang bermakna secara statistik membuktikan bahwa

pentingnya pelatihan tentang pemeriksaan jentik dan abatisasi dalam rangka

pemberantasaan sarang nyamuk (PSN) pada dokter kecil di wilayah kerja

Puskesmas Banjarbaru Utara sebagai duta penyuluh DBD dan pencegahan (PSN)

secara dini di sekolah, keluarga dan masyarakat.

Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi perilaku individu. Semakin

banyak pengetahuan anak tentang pentingnya kesehatan khususnya bahaya

penyakit demam berdarah dan pencegahan (PSN) maka akan semakin tinggi

tingkat kesadaran dan perubahan perilaku para anak untuk melakukan pencegahan

lebih dini.9

Perubahan kesadaran dan perilaku dengan melibatkan peran serta

masyarakat dalam PSN secara rutin, serentak dan berkesinambungan dipandang

sangat efektif dan relatif lebih mudah serta murah. PSN yang dianjurkan adalah

kegiatan 3M plus yaitu menutup, menguras tempat penampungan air, mengubur

barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta cara lain untuk

mengusir atau menghindari gigitan nyamuk dengan memakai obat anti nyamuk

atau menyemprot dengan inseksida.Perubahan kesadaran dan perilaku dalam PSN


28

maka semakin sedikit ditemukan jentik/larva vektor DBD yang akan mengurangi

risiko morbiditas dan mortalitas DBD.10

Anda mungkin juga menyukai