Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan

1. Perencanaan

Pada perencanaan, proses terdiri dari pengajuan proposal, permohonan izin

kepada puskesmas, persiapan bahan demo, persiapan kuesioner, persiapan tempat

dan penyebaran undangan ke 30 rumah warga di wilayah kerja puskesmas

Banjarbaru Selatan. Terdapat kendala pada pembagian undangan kepada ibu

hamil yang disebabkan kurang lengkapnya data di puskesmas tentang identitas

pribadi ibu hamil. Adapun kendala lainnya adanya ibu hamil yang masih bekerja

dan tidak tersedia kursi lipat bermeja untuk mengerjakan pretest dan post test.

2. Pengorganisasian

Dalam pengorganisasian tidak ada hambatan yang berarti. Kerjasama

dengan pemegang program PKPR sangat kooperatif sehingga permasalahan dapat

teridentifikasi dengan baik. Kerjasama yang baik juga terjalin antara kepala

puskesmas dan pemegang Upaya Kesahatan Masyarakat yang sangat mendukung

diadakannya penyuluhan ini. Kendala yang awalnya dihadapi adalah jumlah

pelaksana kegiatan yang hanya berjumlah 4 orang sehingga cukup sulit dalam

pembagian tugas. Kemudian dari pihak puskesmas mengirimkan 1 orang

pendamping yang membantu pengorganisasian dalam pembagian tugas

20
3. Pelaksanaan

Kegiatan PBL tentang pembuatan makanan kaya zat besi sebagai sumber

zat besi alternatif pada ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja puskesmas

banjarbaru selatan dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2016 jam 09.30 WITA s/d

12.00 WITA di Aula Puskesmas Banjarbaru Selatan dan didapatkan 25 orang

sebagai peserta dalam kegiatan penyuluhan. Jumlah peserta diambil dengan

metode purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah

ditentukan sebelumnya.

Dalam kegiatan penyuluhan tentang anemia pada ibu hamil dan pembuatan

makanan kaya zat besi, karakteristik peserta penyuluhan sudah ditentukan

sebelumnya, ibu hamil dengan kriteria: 1) hasil laboratoriam Hb <11 mg/dl dan 2)

berstatus warga di wilayah kerja puskesmas Banjarbaru Selatan.

Pada tahap pelaksanaan pihak ibu hamil menanggapi sangat antusias,

sehingga penyuluhan dapat dilakukan dengan baik. Pihak puskesmas juga

mengirimkan 1 orang pendamping untuk penyuluhan sehingga penyuluhan dapat

terlaksana dengan baik karena telah terbentuk koordinasi yang baik dalam

pembagian tugas

4. Evaluasi

Gambaran Karakteristik Peserta penyuluhan

Dalam kegiatan penyuluhan para para ibu hamil dengan kriteria: 1) hasil

laboratoriam Hb <11 mg/dl dan 2) berstatus warga di wilayah kerja puskesmas

Banjarbaru Selatan.

21
Pada kegiatan penyuluhan ini, pengetahuan peserta dinilai berdasarkan 2

kuesioner yang telah disediakan, yaitu kuesioner sebelum penyuluhan (lampiran

1) yang berisi 15 pertanyaan yang mencakup materi pengetahuan umum tentang

anemia dan pembuatan makanan kaya zat besi dan kuesioner sesudah penyuluhan

(lampiran 2).

Berdasarkan hasil kegiatan penyuluhan diatas, tingkat pengetahuan peserta

yakni berstatus ibu hamil dengan anemia sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Nilai Pengetahuan ibu


hamil sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan

Nilai Pretest Postest


Pengetahuan n (orang) Persen (%) n (orang) Persen (%)
100 1 4 12 48
93,3 3 12 11 44
86,7 7 21 2 8
80 11 44 0 0
73,3 1 4 0 0
66,7 1 4 0 0
53,3 1 4 0 0

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan

diagram. Kemudian data yang sudah dikumpulkan diolah dalam bentuk

deskriptif dan dianalisa dengan uji T berpasangan apabila data berdistribusi

normal, Namun apabila data tidak berdistribusi normal maka akan dilakukan

22
uji Wilcoxon untuk menilai apakah terdapat perbedaan pengetahuan yang

bermakna antara sebelum dan sesudah penyuluhan.

Data tingkat pengetahuan peserta sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan kemudian didapatkan data yang tidak berdistribusi normal maka

sebab itu dianalisis dengan uji Wilcoxon. Uji dilakukan dengan menggunakan

program computer dengan tingkat kepercayaan 95%. Data tersebut dicacat,

ditabulasi dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

23
Tabel 4.2 analisa wilcoxon

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

PRETEST 25 82.404 9.2084 53.3 100.0


POSTTEST 25 95.9880 4.30681 86.70 100.00
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
POSTTEST - PRETEST Negative Ranks 0 .00 .00

Positive Ranks 24b 12.50 300.00

Ties 1c

Total 25

a. POSTTEST < PRETEST


b. POSTTEST > PRETEST
c. POSTTEST = PRETEST

Test Statisticsa

POSTTEST –
PRETEST

Z -4.313b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

B. Pembahasan

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan dukungan dari pemegang kebijakan sangat

mempengaruhi kelancaran dari sebuah program kerja. penyuluhan ini dapat

terlaksana dengan baik karena adanya dukungan dari pihak puskesmas dan

sekolah.

Penetapan tujuan dan sasaran yang jelas juga merupakan faktor yang

penting dalam penyuluhan. Sasaran yang jelas dan tujuan yang jelas membuat

24
pelaksanaan program berjalan mengikuti alur yang telah ada. Persiapan lokasi dan

waktu yang diberikan oleh puskesmas membuat penyuluhan dapat berjalan

dengan baik.

2. Pengorganisasian

Kendala dalam penyuluhan ini terdapat di masalah pengorganisasian

dimana jumlah orang yang terlibat sangat sedikit sehingga kesulitan dalam

pembagian tugas. Namun, panitia sangat terbantu dengan kebijakan puskesmas

yang mengirimkan pendamping sehingga dapat terbentuk koordinasi yang baik

sehingga acara dapat terlaksana dengan lancar.

3. Aktualisasi

Perencanaan yang matang dan dukungan dari pihak terkait membuat

proses penyuluhan berlangsung lancar. Penyuluhan di mulai pada pukul 09.30

dengan 25 ibu hamil dengan anemia. Para ibu hamil dikumpulkan di aula

puskesmas banjarbaru Selatan yang memuat 20-30 orang. Kemudian dimulai

dengan sesi perkenalan dan kata pembukaan dari MC,. Dilanjutkan dengan kata

sambutan oleh ketua pelaksaana kegiatan penyuluhan. Kemudian dilanjutkan

dengan pembagian soal pretest. Ibu hamil mengerjakan soal pretest selama 15

menit. Dilanjutkan dengan pemberian materi penyuluhan selama 20 menit

diselingi dengan sesi tanya jawab selama penyuluhan. Ibu hamil terlihat sangat

aktif dalam sesi ini. Peserta bersikap kritis dan menunjukkan ketertarikan tinggi

dalam masalah anemia dan pembuatan makanan kaya zat gizi. Setelah itu sesi

dilanjutkan dengan demo memasak. Pada sesi ini tim melakukan demo memasak

dengan cara mengajarkan cara pembuatan makanan kaya zat besi seperti salad

25
sayur. Setelah penyuluhan diberikan waktu istirahat yang diselangi dengan kuis,

dilanjutkan dengan post test dan pembagian konsumsi. Secara keseluruhan acara

penyuluhan berlangsung lancar.

4.Evaluasi

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pengetahuan peserta (ibu

hamil dengan anemia) sebelum dilakukan penyuluhan mengenai anemia dan

pembuatan makanan kaya gizi pada ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja

puskesmas Banjarbaru Selatan sebagian besar memiliki pengetahuan baik

sebanyak 22 ibu hamil (88%), peserta dengan pengetahuan cukup yaitu 3 ibu

hamil (22%), dan 0 ibu hamil (0%) peserta dengan pengetahuan yang kurang.

Hasil dari data tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan peserta penyuluhan

mengenai anemia dan pembuatan makanann kaya zat besi di wilayah kerja

puskesmas Banjarbaru Selatan mayoritas memiliki pengetahuan yang baik yakni

sebanyak 22 ibu hamil (88%).

Setelah dilakukan penilaian pretest dan post test tingkat pengetahuan ibu

hamil dengan anemia didapatkan jawaban yang benar rata-rata 13,35 soal (89%

dari total keseluruhan soal).

26
PRETEST
30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Jumlah Jawaban yang Benar

4.3 tabel distribusi hasil pretest kuesioner responden

POSTEST
30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Jumlah Jawaban yang Benar

4.4. tabel distribusi hasil posttest kuesioner responden

27
Berdasarkan grafik 4.3 diatas dari ke 15 soal yang dijawab sebelum

penyuluhan soal nomer 6 yang berisikan tentang jenis sayur yang mengandung zat

besi merupakan soal yang tampaknya paling sulit untuk dijawab karna hanya 8%

(2 orang) dan soal paling mudah dijawab nomer 2,3, dan 11.

Setelah penyuluhan berdasarkan grafik 4.4 ternyata didapatkan

peningkatan tingkat pengetahuan pada soal nomer 6 menjadi 76% (19 orang).

Pada hasil uji Wilcoxon pada Tabel 4.2, menunjukkan perbandingan

pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan. Terdapat 0 orang dengan hasil

pengetahuan setelah penyuluhan lebih rendah dari pada setelah penyuluhan 1

orang tetap, dan 24 orang memiliki pengetahuan yang lebih baik dari sebelum

penyuluhan.

Menurut Notoadmodjo, bahwa pengetahuan seseorang biasanya

dipengaruhi berbagai faktor, antara lain pengalaman, pendidikan, keyakinan, dan

penghasilan. Pengetahuan responden/sasaran dalam kegiatan penyuluhan ini

mayoritas dikategorikan cukup salah satunya dipengaruhi faktor pendidikan, (15).

Pendidikan mempengaruhi proses belajar semakin tinggi status pendidikan

seseorang semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan

pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,

baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang

masuk

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan mengenai

anemia dan zat besi adalah pengetahuan ibu hamil, dimana tingkat

pengetahuan akan mempengaruhi prilaku individu. Semakin banyak pengetahuan

28
ibu tentang pentingnya kesehatan khususnya bahaya anemia pada kehamilan

karena asupan zat besi maka akan semakin tinggi tingkat kesadaran para ibu hamil

untuk melakukan pencegahan lebih dini (17).

Untuk meningkatkan pengetahuan peserta mengenai anemia dan

pembuatan makanan kya zat besi pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas

Banjarbaru Selatan maka dilakukan kegiatan penyuluhan, agar peserta yakni ibu

hamil di wilayah kerja puskesmas banjarbaru Selatan lebih mengerti akan

pentingnya melakukan pencagahan secara dini tentang anemia.

Pada bagian tes statistik menunjukkan hasil uji Wilcoxon (p=0,000).

Karena nilai p<0,05 secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna

antara sebelum dan sesudah penyuluhan. Secara klinis juga menunjukkan terdapat

perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum penyuluhan dengan

sesudah penyuluhan. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan terdapat perbedaan

pengetahuan yang bermakna antara sebelum dan sesudah penyuluhan.

Hal ini membuktikan bahwa pentingnya penyuluhan tentang anemia dan

pembuatan makanan kaya zat besi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Banjarbaru Selatan sebagai langkah pencegahan dan pengenalan sumber zat besi

alternatif di keluarga dan masyarakat.

Walaupun dari hasil uji statistik terdapat perbedaan bermakna, tetapi agar

bahan-bahan makanan sumber alternatif zat besi lebih optimal pemanfaatannya

maka di gunakan cara sebagai berikut :

29
Cara menyimpan sayuran dengan benar

1. Sayuran tidak boleh di cuci sebelum disimpan di dalam kulkas

Sayuran yang akan anda simpan jangan dicuci. Hal ini supaya lebih

tahan lama. Anda dapat membersihakannya dari kotoran yang menempel,

namun jangan gunakan air. Air akan menghilangkan pelindung alami dari

sayuran dan membuat bakteri dan mikroorganisme lain di sekitarmudah

masuk dalam lapisan sayura dan merusak sel hingga menjadi busuk.

2. Tangkai tidak boleh dipotong

Sayuran seperti wortel, kangkung, jangung dan bayam sebaikanya

disimpan apa adanya, pada bagian tangkai tidak dipotong. Pemotongan

pada tangkai ini akan menimbulkan luka dan memungkinkan bakteri bisa

masuk kedalamnya dan membuat sayuran menjadi lebih cepat membusuk.

3. Buanglah bagian yang busuk

Sayuran yang akan anda simpan harus dilihat satu persatu dengan

seksama. Jika ada bagian yang busuk, anda harus memotong dan

membuangnya, Jika anda tidak melakukannya maka sayuran lain yang

sehat akan menjadi lebih cepat busuk pula. Ditambah lagi, jika dikonsumsi

akan membahayakan tubuh manusia.

30
4. Tidak boleh basah atau terkena air

Dalam menyimpan sayuran, anda harus menghindari kondisi

basah. Jika masih basah, maka keringkan terlebih dahulu dengan cara

mengangin-anginkan sayuran tersebut.

5. Pilih wadah bertventilasi

Pastikan pembungkus yang anda gunakan dapat menyerap air dan

mensirkulasikan udara dengan baik. Hal ini supaya sayuran tidak cepat

membusuk karena tumpukan air. Wadah yang menyerap air atau berlubang

berfungsi untuk membuang air yang ada.

6. Penyimpanan dengan pendinginan dan pembekuan

Penyimpanan dengan pendinginan dan pembekuan dapat

menghambat kerusakan makanan. Oleh sebab itu pendinginan bahan

sayuran didalam lemari es sangat cocok untuk rumah tangga, karena selain

mudah dan praktis, dengan pendinginan juga dapat memperpanjang usia

pemakaian akibat kerusakan fisiologis, enzimatis dan mikrobiologis.

Sementara pembekuan atau freezing ialah penyimpanan di bawah titik

beku bahan, dengan pembekuan ini bahan akan tahan sampai beberapa

bulan, bahkan sampai tahuanan. Agar mendapatkan hasil maksimal dalam

penyimpanan sayuran, sebaiknya anda memperhatikan hal- hal di bawah

ini.

31
- Suhu

Penyimpanan dengan pendinginan berarti anda menyimpan

sayuran ke dalam kulkas dengan kisaran suhu antara -1C sampai +4C.

Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan

terhambat. Namun tidak semua bahan makanan memiliki rentang suhu

yang sama.Tomat misalnya bila disimpan pada suhu rendah dari 13 C

maka mengalami chilling injury, yaitu kerusakan dengan ciri-ciri

berubah warna menjadi cokelat kehitaman, pelunakan dan teksturnya

rusak.

- Kesegaran

Sayuran yang akan disimpan harus dalam kondisi baik dan segar,

sebab dengan demikian usia penyimpanan akan lebih lama dengan

kualitas yang terjaga. Namun, bila sayuran sudah dalam keadaan busuk

maka pembusukan tersebut akan menular kesayuran lainnya.

- Lama penyimpanan

Jangan samakan lama penyimpanan pada semua sayuran, karena

usia penyimpanan berbeda-beda. Sebagai contoh, brokoli maksimal

lama penyimpanan 14 hari, wortel bisa mencapai 6 minggu, buncis

hanya 10 hari, bayam bisa bertahan selama 5-7 hari.

32
7. Penyimpanan dengan suhu kamar

Penyimpanan sayuran dapat juga dilakukan di tempat terbuka, pada

suhu kamar, tetapi tidak bisa sama masa penyimpanannya dengan cara

pendinginan di kulkas. Perhatikan hal-hal di bawah ini,

- Sanitasi

Hal terpenting untuk teknik penyimpanan suhu kamar ini dalah

sanitasi. Sanitasi yang baik harus didukung dengan sirkulasi udara

yang baik pula. Sebab dengan demikian akan menghasilakn suhu yang

sejuk dan udara yang kering. Sehingga sayuran yang disimpan menjadi

lebih awet dan tidak mudah rusak.

- Kebersihan

Kebersihan ruangan dan rak-rak tempat menaruh sayuran sangat

berpengaruh dalam menjaga keawetan sayuran. Sebab bila tempat

menaruh sayurannya lembab, kotor, dan basah maka sayuran akan

mudah membusuk.

- Cara penyimpanan

Agar lebih awet, usahakan sayuran tidak menempel pada dinding,

sebab dapat mempercepat pelunakan. Disamping itu, perhatikan

ketebalan tumpukan sayuran, jangan terlalu tebal, sebab akan merusak

sayuran yang ada di posisi paling bawah.

33
JADWAL MENU MAKANAN

Pagi Snack Siang Snack sore Malam


siang
Nasi Nasi Roti Nasi
Oseng Buah Sayur Susu Sambal
buncis pisang bening ( Kedelai goreng hati
Telur dadar Jus Tomat bayam + sapi +
1 gelas susu jagung ) kentang
kedelai Ikan sarden Kurma
goreng Air putih
Tempe
goreng
Jus Alpukat

Total : Total: 1,4 Total: 19,77 Total: 1,5 Total: 18,67


17,97 mg mg mg mg mg

* Berdasarkan Kebutuhan Total Zat Besi Pada Ibu Hamil (30-60 mg)
* Total zat besi : 59,31 mg

34

Anda mungkin juga menyukai