Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Hemiparese Dextra adalah kelumpuhan pada bagian salah satu sisi tubuh. (kamus
keperawatan sue hinchliff). Hemiparese Dextra adalah kelemahan sebelah kanan di tandai
dengan adanya tonus yang abnormal atau cidera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran
darah otak.(sumber: Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin)
2. Etiologi
Biasanya disebabkan oleh:
a. Trombosit (bekuan darah didalam pembuluh darah otak dan leher)
b. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh
yang lain)
c. Iskemia (penurunan aliran darah ke otak)
d. Hemoragic cerebral (pecahnya pembuluh darah cerebral dengan perdarahan kedalam jaringan
otak atau ruang sekitar otak)
e. Hipertensi (tekanan darah tinggi) proses ini dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah
atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah cerebral.
f. Usia lanjut (pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh
darah otak)
g. Perokok (pada perokok akan timbul plak pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi
aterisklerosis.
h. Kurang aktivitas fisik (kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik
termasuk kelenturan pembuluh darah, pembuluh darah menjadi kaku, salah satunya pembuluh
darah otak.
3. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya stroke atau kelemahan anggota gerak ada 2 yaitu:
a. Faktor resiko yang dapat diobati/dicegah:
1) Perokok
2) Tekanan darah tinggi/hipertensi (bukan turunan)
3) Penyakit jantung
b. Faktor resiko yang tidak dapat dicegah:
1) Usia diatas 60 tahun
2) Peningkatan tekanan kortis
3) Diabetes militus
4) Pernah terserang stroke
5) Race (kulit hitam lebih tinggi)
6) Sex (laki-laki lebih 30% dari pada wanita)
7) Hipertensi karena keturunan
4. Manifestasi Klinis
Pada Hemiparesis, gejala utamanya adalah timbulnya deficit neurologist secara
mendadak/subakut, di dahului gejala prodrimal, terjadinya pada waktu istirahat atau bangun
pagi dan biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar, biasanya
terjadi pada usia >50 tahun.
Hemiparesis akibat PIS (Pendarahan Intra Serebral) mempunyai gejala yang tidak jelas,
kecuali nyeri kepala karena hipertensi, serangan sering kali siang hari, saat aktifitas atau
emosi/marah, sifat nyeri kepalanya hebat sekali, mual dan muntah sering terdapat pada
permulaan serangan.
Hemiparesis/Hemiplagi biasa terjadi pada permulaan serangan, kesadaran biasanya
menurun dan cepat masuk koma (60% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara setengah
jam sampai dengan 2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari). Gejala yang sering
terjadi yaitu:
a. Nyeri kepala bagian oksipital
b. Vertigo
c. Gangguan motorik dan sensorik
d. Kehilangan komunikasi
1) Disatria (kesulitan berbicara) ditunjukan dengan berbicara yang sulit dimengerti yang
disebabkan oleh paralisis otak yang bertanggungjawab untuk menghasilkan suara

2) Disfagia atau Afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara)


a) Afasia sensorik adalah kehilangan kemampuan pemahaman, menulis, menciptakan,
mengucapkan kata-kata pada area werniek
b) Afasia motorik adalah klien dapat memahami kata-kata tetapi tidak dapat menguraikan
dengan kata-kata, kerusakan pada area krocca.
5. Patofisiologi
Infark cerebral adalah kehilangan suplai darah pada bagian tertentu dari jaringan otak.
Luasnya infark tergantung pada faktor lokasi dan pembuluh darah yang mengalami sumbatan
tertentu, serta tidak adekuatnya sirkulasi ke lateral pada area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Gangguan suplai darah ke otak dapat cepat atau lambat:
a. Trombus terjadi akibat plague aterosklerosis atau bekuan darah pada area stenosis dimana
aliran darah akan menjadi lambat atau terjadi turbulensi. Trombus dapat pecah atau terlepas
dari dinding pembuluh darah dan dibawa oleh aliran darah trombus. Menyebabkan:
1) Iskemia jaringan otak
2) Edema dapat terjadi menyebabkan disfungsi cerebral dan setelah edema hilang, maka
secara perlahan-lahan akan berfungsi kembali
b. Embolus, orkusi pembuluh darah cerebral oleh embolus menyebabkan nekrosis dan edema
yang diakibatkan sama dengan trombus.
c. Perdarahan dalam otak diakibatkan oleh ruptur dan intersklerosis dan hipertensi pembuluh
darah, sering terjadi setelah usia 60 tahun. Perdarahan intracerebral dapat terjadi total,
misalnya terjadi herniasi otak menyebabkan intracarnial jika sirkulasi cerebral terputus.
d. Anoreksia cerebral akan terjadi dimana kekurangan oksigen pada otak, anoreksia cerebral
dapat refersible bila kekurangan oksigen hanya terjadi dalam 4-6 menut, lebih dari itu
menjadi irreversible,

6. Pathway

perokok, hipertensi, stress, depresi

Nikotin dalam darah meningkat

kegiatan darah meningkat Penumpukan nikotin aterosklerosis

dipembuluh darah

pembekuan darah
Obstruksi trombus di otak

perubahan perfusi jaringan serebral


Penurunan aliran darah ke
otak
Hipoksia cerebri

Infark jaringan otak

Kerusakan pusat gerakan motorik di lobus

Frontalis (hemiparesis ekstermitas dextra)

Kerusakan mobilitas fisik

Mobilitas menurun

Mobilitas usus menurun

Tirah baring
kurangnya

Intake cairan

Gangguan
polaeliminasi/konstipasi hipertermi
Gangguan pola eliminasi
Atau konstripasi
Gangguan pola eliminasi
Atau konstripasi
7. Pemeriksaa
n Diagnostik
a. CT- Scan & MRI, mengidentifikasi area hematoma dan infark
b. Laboratorium : Darah, Urine, Cairan serebrospinal
c. Brain Scan, mendeteksi area otak apakah mengalami perdarahan
d. Ecroenhepalography, mengidentifikasi lesi cerebral
e. Ultrasonography doppler, mengidentifikasi ameriovena
f. Sinar X tengkorak.
8. Pengobatan dan penatalaksanaan
a. Tujuan
1) Mempertahankan hidup
2) Meminimalisasi akibat deformitas
3) Menurunkan tekanan intrakarnial
4) Mencegah berulangnya penyakit
b. Klien tirah baring dengan ketinggian kepala 300 untuk menurunkan tekanan intrakarnial
c. Lakukan pemeriksaan intensiv tekanan darah dan tingkat kesadaran
d. Pengobatan anti hipertensi dan diuresis untuk klien yang mengalami hipertensi
e. Pengobatan anti koagulan untuk mencegah terjadinya pembentukan trombus
f. Jika suhu tubuh meningkat berikan antipiuretik
9. Klasifikasi Hemiparesis
a. Stadium akut
Pada stadium ini terjadi penurunan kesadaran yang dinamakan opopletik fit. Serangan ini
dapat didahului dengan sakit kepala, pusing tetapi kadang-kadang tanpa keluhan, maka
penderita menjadi pucat, nafas bersuara berat karena saluran nafas terhalang oleh lidah yang
paralisis, pupil mata yang melebar. Kadang satu pupil lebih lebar dari yang lain disebabkan
oleh paralysis dari iris/otot mata, denyut jantung dan nadi tidak teratur biasanya lambat.
Anggota gerak yang terkena menjadi fleksid paralysis, semua reflek hilang.
b. Stadium Recovery
Stadium ini dimulai dengan tanda pulsa/denyut nadi menjadi cepat, temperatur/suhu
tubuh nail, penderita gelisah, mulai terkejut dan kadang sulit tidur. Sistem reflek kembali
seperti semula pada system sehat, otot yang mengalami fleksid paralysis menjadi spastik.
Kebanyakan otot yang terserang berada dalam keadaan fleksid untuk beberapa hari sampai 2
atau 3 minggu, terutama pada daerah lengan dan jari tangan.
c. Stadium Spastisitas
Keadaan otot dan reflek sudah mulai kembali, tetapi berlebihan, timbul ankle klonus dan
reflek patologi (babinski sign). Lengan masih dalam keadaan serangan yang lebih berat
dibanding dengan tungkai dan wajah. Biasanya lengan terfiksir melekat pada badan dengan
posisi adduksi shoulder, semi fleksi ini merupakan posisi karakteristik. Tungkai terfiksir pada
ibu jari oposisi, posisi lutut ekstensi, plantar fleksi, eksternal rotasi dan mengalami drop foot.
Bila wajah yang terkena serangan, dampaknya lebih ringan dan yang terkena adalah wajah
bagian bawah. Lidah akan membelok ke samping bagian paraylisis
10. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita Hemiparese antara lain:
a. Odema
Biasanya terjadi pada tangan dan kaki, ini terjadi karena peningkatan volume cairan ekstra
cerebral dan ekstra seluler.
b. Dekubitus
Dapat terjadi karena posisi tidur yang menetap atau daerah yang mengalami nekrosis jaringan
kulit dan bawah kulit.
c. Batu kandung kemih
Imobilisasi yang lama menyebabkan terjadinya gangguan saluran kencing karena naiknya
konsentrasi kadar kalsium urine yang tertinggal pada kandung kemih yang menyebabkan
infeksi saluran kencing dan mudah terjadi batu kandung kemih. Iritasi jaringan dan infeksi
merupakan dua faktor yang mempercepat terbentuknya batu ginjal.
d. Kontraktur
Akibatnya sendi-sendi menjadi kontraktur karena berbaring dalam satu posisi.
e. Pneumonia hipostatik
Karena posisi tidur yang terlentang terus.
11. Diagnosa keperawatan, Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sputum (karena kelemahan, kehilangan
reflek batuk)
Tujuan: jalan nafas kembali efektif
Kriteria hasil :
1) Bunyi nafas vesikuler
2) TTV normal
3) Tidak ada tanda-tanda sianosis dan pucat
4) Tidak ada sputum
Intervensi:
1) Auskultasi bunyi nafas
2) Monitor TTV
3) Berikan posisi semifowler sesuai dengan kebutuhan
4) Lakukan penghisapan lendir dan pasang OPA jika kesadaran menurun
5) Bila sudah memungkinkan lakukan fisioterapi dada dan latihan nafas dalam
b. Mobilitas fisik b.d kerusakan neoromuskuler, kelemahan hemiparesis
Tujuan: klien bisa kembali beraktifitas
Kriteria hasil:
1) Tidak ada kontraktur atau foot drop
2) Kontraksi otot membaik
3) Mobilisasi bertahap
Intervensi:
1) Pantau tingkat kemampuan mobilitas klien
2) Pantau kekuatan otot
3) Rubah posisi tiap dua jam
4) Pasang trochanter rell pada daerah yang lemah
5) Lakukan ROM pasif atau aktif sesuai kemampuan dan jika TTV stabil
6) Libatkan keluarga dalam memobilisasi klien
7) Kolaborasi fisioterapi
c. Gangguan komunikasi verbal b.d kerusakan neuromuscular, kerusakan sentral bicara
Tujuan : komunikasi dapat berjalan dengan baik
Kriteria hasil:
1) Klien dapat mengekspresikan perasaan
2) Memahami maksud dan pembicaraan orang lain
3) Pembicaraan klien dapat dipahami
Intervensi:
1) Evaluasi sifat dan beratnya afasia klien, jika berat hindari memberi isyarat non verbal
2) Lakukan komunikasi dengan wajar, bahasa jelas, sederhana, bila perlu diulang
3) Dengarkan dengan tekun bila klien mulai berbicara
4) Latih otot bicara secara normal
5) Libatkan keluarga dalam melatih komunikasi verbal

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.C
DENGAN GANGGUAN PERSYARAFAN HEMIPARESIS DEXTRA DIRUANG
AKASIA KAMAR C3A RS BHAKTI ASIH KABUPATEN BREBES
Tanggal masuk RS : 18 Februari 2018 / 16.56 WIB
Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2018 / 11.00 WIB
Ruangan RS : Ruang Akasia Kamar C3A
Diagnosa Medis : Hemiparese Dextra
Nama Pengkaji : Riris Nur Arifah

I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama lengkap : Tn.C
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 80 Tahun
Ttl : Brebes, 31 Desember 1937
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD kelas 4
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kemurang kulon, Rt 02 Rw 04
B. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.K
Usia : 40 Tahun
Alamat : Kemurang kulon Rt 02 Rw 04
Hubungan dengan klien : Anak kandung
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Keluhan Utama
Keluarga klien mengatakan pada anggota gerak bagian kanan berat untuk digerakan.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluarga klien mengatakan kemarin pagi tiba-tiba klien tidak bisa bicara, lemas pada
anggota gerak bagian kanan, sehingga keluarga klien membawa klien ke RS, klien datang ke
RS dengan menggunakan mobil klien tiba di RS pukul 16.56 WIB, langsung dilarikan ke
IGD saat di kaji di IGD didapatkan hasil TTV sebagai berikut: TD 170/100 mmHg, N:
80x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,20C, keluarga klien mengatakan bahwa klien tiba-tiba tidak
bisa bicara dan lemas pada anggota gerak bagian kanan, lalu perawat IGD memasangkan
infus ditangan klien dibagian tangan kanan dengan cairan RL 20 Tpm. Pukul 17.15 WIB
klien dipindahkan ke Ruang Akasia dikamar C3A. Pada saat pengkajian tanggal 19 Februari
2018 pukul 11.00 WIB, keluarga klien mengatakan klien tidak bisa bicara, anggota gerak
bagian kanan belum bisa digerakan, keluarga klien juga mengatakan bahwa klien belum BAB
dari kemarin, didapatkan hasil TTV: TD 140/90 mmHg, N: 85x/menit, S: 36,40C, RR:
21x/menit karena kondisi ini klien tidak dapat melakukan aktifitasnya tanpa bantuan dari
oranglain, sedangkan hal yang meringankan klien adalah saat klien tirah baring dan tidak
beraktifitas.
C. Riwayat Kesehatan Masalalu
Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien belum pernah mengalami hal yang seperti
ini, tetapi klien mempunyai riwayat tekanan darah tinggi / hipertensi, klien belum pernah
dirawat diRumahsakit sebelumnya, klien tidak ada alergi, tidak ada ketergantungan obat-
obatan maupun minum-minuman keras, tetapi klien dalamsehari menghabiskan roko 5 batang
dalam sehari dan minum kopi 2 gelas dalam sehari.

D. Genogram

Keterangan:
: laki-laki
: laki-laki (meninggal)

: perempuan

: perempuan (meninggal)

: klien
: garis pernikahan
: garis keturunan
: garis pernikahan

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : nampak lemah, tidak bisa bicara
2. Kesadaran : E : 4, M : 6, V : 5 (compos mentis)
3. Tanda-tanda Vital
a) TD : 140/90 mmHg
b) N : 85x/menit
c) S : 36,40C
d) RR : 21x/menit
B. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala
a) Wajah dan kulit kepala
 Inspeksi
Simetris/tidak simetris : simetris
Ekspresi : nampak lemah
Warna : sawo matang
 Palpasi : tidak nyeri tekan
b) Mata
 Inspeksi
Palpabrae : tidak oedema,tidak radang
Sclera : an ikhterik
Konjungtiva : an anemis
Adanya benjolan pada mata/tidak: tidak ada
 Palpasi : tidak ada tekanan bola mata
 Penglihatan : normal
c) Hidung
 Inspeksi
Polip : Tidak ada
Keadaan sputum : Kotor
Secret/cairan : Tidak ada
Radang : Tidak ada
 Palpasi : Tidak ada benjolan
d) Telinga
 Inspeksi
Canalis : Serumen
Pendengaran : Normal
Pemakaian alat bantu : Tidak menggunakan alat bantu

e) Mulut
 Inspeksi
Gigi : gigi berwarna kuning, berkaries, tidak memakai gigi palsu
Gusi : tidak nampak adanya radang,-
Lidah : berwarna putih
Bibir : sianosis, basah
2. Leher
 Inspeksi
Kelenjar thyroid tidak membesar, simetris, kelenjar getah bening tidak ada kelainan, vena
jugularis tidak ada kelainan
 Palpasi
Kelenjar thyroid tidak sakit, tidak teraba, tekanan vena jugularis tidak ada, kelenjar limfe
tidak ada.
3. Thorax dan Paru
 Inspeksi
Bentuk dada simetris, pergerakan dada berirama, payudara simetris
 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
 Auskultasi
Terdapat bunyi vesikuler tidak ada bunyi tambahan
 Perkusi
Sonor
4. Jantung
 Inspeksi
Ictus cordis tidak nampak
 Palpasi
Ictus kordis tidak teraba tidak ada nyeri tekan
 Perkusi
Pekak
 Auskultasi : BJ I: Lup , BJ II: Dup
5. Abdomen
 Inspeksi : tidak ada luka, normal
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Auskultasi : terdengar bunyi peristaltik 4x/menit
 Perkusi : redup
6. Ginjal : Tidak ada masalah
7. Genetalia
 Inspeksi : tidak ada peradangan
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada hemoroid
8. Muskuluskeletal
Tangan dan Kaki : simetris, tidak ada oedema, tidak berkeringat, tidak tremor, tidak ada nyeri
tekan hilang rasa pada tangan sebelah kanan (hemiparesis dextra).
9. Integumen
 Inspeksi : warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis
 Palpasi : tidak ada pengerasan kulit, tidak ada nyeri tekan

IV. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI


1. Managemen terhadap kesehatan dan persepsi terhadap kesehatan
Keluarga klien mengatakan tidak tau apa penyebab dari penyakit yang diderita oleh
klien, dan menurut keluarga klien, kesehatan itu harus dijaga karena sehat itu mahal.
2. Nutrisi dan Metabolisme
a. Kebiasaan
Keluarga klien mengatakan pola makan teratur, frekuensi makan perhari 3x sehari selalu
habis, nafsu makan baik, tidak ada pantangan makanan, makanan yang paling disukai adalah
SOP, sehari klien minum kurang lebih 8 gelas, jenis minuman yang paling disukai klien
adalah kopi dan yang tidak disukai adalah susu.

b. Perubahan Sebelum dan Selama Sakit


Sebelum sakit, keluarga klien mengatakan klien makan 3x sehari selalu habis, nafsu
makanya baik, sehari klien dapat minum kurang lebih 8 gelas, setiap pagi dan sore klien
minum kopi.
Setelah sakit, keluarga klien mengatakan klien makanya teratur, nafsu makan baik karena
makanan yang dari RS selalu habis, sehari minum kurang lebih 7 gelas, dan pasien tidak
meminum kopi.
3. Eliminasi Urine dan Feses
a. Sebelum sakit, keluarga klien mengatakan klien buang air kecil kurang lebih 5x dalam
sehari, kencing berwarna kekuning-kuningan, bau yang khas, dan klien BAB sehari sekali,
bau yang khas.
b. Setelah sakit, keluarga klien mengatakan klien buang air kecil kurang lebih 5x dalam sehari,
warna nya kekuning-kuningan, bau kencing yang khas, tetapi pada saat pengkajian tanggal 20
februari 2018 keluarga klien mengatakan klien belum BAB dari tanggal 18 februari 2018.
4. Istirahat dan Tidur
a. Sebelum sakit, keluarga klien mengatakan bahwa klien tidur malam pukul 20.00 WIB,
bangun pukul 05.00 WIB, tidur siang pukul 14.00 WIB, bangun pukul 15.00 WIB, klien tidak
mudah terbangun
b. Setelah sakit, keluarga klien mengatakan bahwa kien tidur malam pukul 20.30 WIB tidurnya
nyenyak, bangun pukul 06.00 WIB, klien juga tidur siang dari pukul 12.00 WIB, bangun
pukul 13.30 WIB.
5. Aktifitas dan Latihan
a. Sebelum sakit, keluarga klien mengatakan bahwa klien melakukan aktifitas seperti biasa
seperti makan, minum, mandi, berpakaian dilakukan sendiri, menonton tv bersama keluarga.
b. Setelah sakit, keluarga klien mengatakan bahwa klien hanya bisa berbaring ditempat tidur,
makan, minum, mandi, memakai baju harus dibantu oleh oranglain, BAK dan BAB
menggunakan pispot dan harus dibantu.
Tabel instrumen pengkajian dengan indeks barthel.
1. Aktivitas Dan Latihan
No Kemampuan 0 1 2 3 4 keterangan
Perawatan Diri
1 Makan / minum √
2 Mandi √
3 Toileting √
4 Berpakaian √
5 Mobilasi di tempat √
tidur
6 Berpindah √
7 Ambulasi / ROM √

Keterangan :
0 : mandiri
1 : Dengan bantuan alat
2 : Dengan bantuan orang lain
3 : Dengan bantuan alat dan orang lain
4 : ketergantungan total.

6. Persepsi Kognitif
Ds : keluarga klien mengatakan kurang tahu apa penyebab dari penyakit yang diderita oleh klien
Do : klien dan keluarga nampak bingung saat ditanyai mengenai penyakitnya

7. Konsep Diri ( gambaran diri, peran, harga diri )


Keluarga klien mengatakan, klien merupakan orang yang mudah bergaul dengan
tetangga, senang bersosialisasi dengan tetangga, klien merupakan sosok ayah yang baik.
8. Peran dan Hubungan
Keluarga klien mengatakan orang yang paling terpenting dalam hidup klien adalah istri
dan anak-anaknya, klien juga mudah bergaul dan tidak ada masalah dengan tetangga, jika
klien mempunyai masalah klien selalu bermusyawarah dengan keluarganya secara baik-baik,
hubungan klien dan keluarga juga sangat baik.
9. Produksi dan Seksualitas
Klien berjenis kelamin laki-laki
10. Toleransi stress dan koping
a. Sebelum sakit, keluarga klien mengatakan bahwa klien sebelum mengambil keputusan selalu
dibantu oleh keluarga dan terkadang sendiri.
b. Setelah sakit, klien hanya menurut saja dengan keputusan yang diambil oleh keluarga.
11. Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit keluarga klien mengatakan klien jarang melakukan sholat dan setelah sakit
klien tidak melakukan sholat.

V. TERAPI
Tanggal 19-22 februari 2018
Program terapi Dosis Cara pemberian
Ceftriaxone 2 x 1 gram IV
Ranitidine 2 x 2 ml IV
Lapibal 2 x 1 ml IV
Citicolin 2 x 1 gram IV
RL 20 tpm IV

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT-Scan
Nama : Tn.C
Umur : 80 Tahun
Alamat : Kaemurang Kulon rt 02 rw 04

THEAD CT TANPA KONTRAS, POTONGAN AXIAL, PADA PASIEN DG KLINIS


SUSP STROKE, HASIL

-LESI HIPODENS KECIL DG PERIFOKAL UDEM DI CENTRUMSEMIOVALE.


SISNISTRA
-BATAS GREY-SHITE TEGAS, TAK TAMPAK GAMBARAN UDEMA CEREBRI
-GYRI DAN SULCI TAK PROMINENT
-SISTEMA VERTIKEL DAN SISTERNA TAK MELEBAR/MENYEMPIT
-MEDULLA OBLANGATA, PONS DAN CPA TAMPAK NORMAL
-SISTERNA SINUS, CAVUM NASI, NASOFARING DAN SELULEA MASTOID
NORMAL

KESAN:
-INFARK LAKUNAR SENTRUM SEMIOVALE SINISTRA

2. Cek Laboratorium
Nama : Tn.C
Umur : 80 Tahun
Alamat : Kemurang Kulon rt02 rw 04
Tgl periksa : 18 Februari 2018

Nama pemeriksaan Hasil Angka Normal Satuan ket


HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.0 12.0-18.0 g/dL
Eritrosit 5.06 4.0-5.5 10^6/uL
Leukosit 7.600 4.000-11.000 /uL
Trombosit 250.000 150.000-450.000 /uL
Hematokrit 40.9 40-52 %
HCV 80.8 79-99 fL
MCH 27.7 26.5-33.5 Pg
MCHC 34.2 31.5-35.0 g/dL
Hitung jenis
lekosit
Eosinofil 2.5 1-4 %
Basofil 0.7 0-1 %
Netrofil segmen 69.3 50-7- %
Limfosit 21.7 20-40 %
Monosit 5.8 2-6 %
Golongan darah B
Diabetes
Gula darah sewaktu 94 70-180 Mg/dL

Nama : Tn.C
Umur : 80 Tahun
Alamat : kemurang kulon rt 02 rw 04
Tgl periksa : 20 Februari 2018

Nama Angka
hasil Satuan keterangan
pemeriksaan normal
LEMAK
Kolesterol 282* 140-200 mg/dL
Trigiserida 105.4 30-200 mg/dL
HDL Kolesterol 69.7 >= 39 mg/dL
LDL kolesterol 165.89* <= 130 mg/dL
GINJAL
Ureum 34,6 15-40 mg/dL
Kreatinin 1.06 0.7-1.4 mg/dL
Asam urat 6.12 3.6-8.2 mg/dL

ANALISA DATA
No Tanggal Data Etiologi Problem
1 19/2/18 Ds: keluarga klien Kerusakan Gangguan
mengatakan, klien masih muskuluskeletal Mobilisasi
belum bisa bicara, tangan dan dan fisik
kaki belum bisa bergerak neuromuskuler
masih lemas

Do: keadaan umum cukup,


pasien terlihat lemah, anggota
gerak bagian kanan belum bisa
digerakan
TD = 140/90 mmHg
N = 85x/menit
RR = 21x/menit
S = 36,50C
2 19/2/18 Ds: keluarga klien Kurangnya Kurangnya
mengatakan, klien dan informasi pengetahuan
keluarga tidak tahu apa
penyebab dari penyakit yang
diderita oleh klien

Do: klien dan keluarga klien


nampak bingung saat ditanya
tentang penyakit dan penyebab
dari penyakitnya
3 20/2/18 Ds: keluarga klien Penurunan konstipasi
mengatakan, klien dari hari peristaltik usus
minggu sampai sekarang
belum BAB

Do: klien nampak lemas,


keadaan umum cukup
TD = 120/90 mmHg
N = 86x/menit
RR = 20x/menit
S = 36,40C
Peristaltik usus = 4x/menit
DAFTAR MASALAH
No Dx.Kep Tanggal timbul Tanggal teratasi paraf
1 Gangguan Mobilitas 19/02/2018 22/02/2018
fisik berhubungan
dengan kerusakan
muskuluskeletal dan
neuromuskuler
2 Konstipasi berhubungan 20/02/2018 21/02/2018
dengan penurunan
peristaltik usus
3 Kurangnya pengetahuan 19/02/2018 19/02/2018
berhubungan dengan
kurangnya informasi

RENCANA KEPERAWATAN
Tgl Dx. Tujuan dan Intervensi Rasional paraf
Kep Kriteria
19 feb 1 Setelah dilakukana. kaji a. hemiparese
2018 tindakan kemampuan mungkin dapat
keperawatan mobilitas terjadi
selama 3x24 jam b. Alihkan posisi b. menghindari
diharapkan klien setiap 2 kerusakan kulit
mobilitas klien jam c. untuk
terpenuhi dengan c. Berikan obat mempercepat
kriteria hasil: sesuai advis dari kesembuhan
-kekuatan otot dokter d. menghindari
membaik d. kolaborasi kontraktur dan
-klien dapat fisioterapi atropi
melakukan e. lakukan ROM
aktifitas secara pasif
mandiri
-anggota gerak
kanan dapat
digerakan

19 feb 2 Setelah dilakukana. kaji pola BAB a. membantu


2018 tindakan b. anjurkan diet menentukan
keperawatan 3x24 tinggi serat intervensi
jam diharapkan yang berikutnya
klien dapat BAB mengandung b. untuk mem
dengan kriteria buah dan perlancar
hasil: sayuran defekasi dan
-klien dapat BAB c. anjurkan untuk mengurangi
dengan lancar minum hangat mengejan yang
-peristaltik usus berlebih
normal
20 feb 3 Setelah dilakukan a. kaji a. membantu
2018 tindakan pengetahuan menentukan
keperawatan klien intervensi
selama 3x24 jam b. lakukan selanjutnya
diharapkan pendekatan b. menghindari
pengetahuan klien c. bina hubungan hal yang tidak
bertambah dan saling percaya diinginkan
mengerti apa d. jelaskan b. informasi yang
penyebab tentang akurat dapan
sakitnya dengan penyakitnya menambah
kriteria hasil :- (penkes) wawasan klien
Klien mampu e. libatkan
menjawab keluarga dalam
pertanyaan yang melakukan
ditanyakan penkes
- Klien mampu
menjelaskan
kembali tentang
penyakit

IMPLEMENTASI
Tgl Jam Dx. Implementasi Respon paraf
Kep
19 feb 11.20 1 1. mengkaji DS : keluarga klien
2018 WIB kemampuan tangan dan kaki masih
mobilitas klien belum bisa bergerak
DO : klien nampak
lemah, keadaan umum
cukup, anggota gerak
bagian kanan belum
bisa digerakan
TD = 140/80 mmHg
N = 84x/menit
RR = 21x/menit
S = 36,40C
11.30 2. mengalihkan posisi DS : klien mengatakan
WIB klien tiap 2 jam bersedia untuk pindah
posisi setiap 2 jam
sekali
DO : klien pindah
posisi setiap 2 jam
sekali
3. melakukan ROM
11.40 pasif DS : klien mengatakan
WIB bersedia untuk
melakukan ROM pasif
DO : klien terlihat
4. memberikan obat melakukan ROM pasif
12.00 sesuai advis dari Dr DS : klien mengatakan
WIB citicolin 2x1g bersedia untuk
ranitidin22x1ml dilakukan tindakan
ceftriaxon 2x1g injeksi
lapibal 2x1 ml DO : klien terlihat
masih lemas
19 feb 14.25 3 1. membina DS : klien mengatakan
2018 WIB hubungan saling percaya terhadap apa
percaya dengan yang diucapkan oleh
klien perawat
DO : klien terlihat
sedang menyimak
terhadap apa Yang
disampaikan oleh
Perawat
14.30 2. melakukan penkes DS : klien mengatakan
WIB paham terhadap apa
yang disampaikan oleh
perawat
DO : klien dapat
menjawab pertanyaan
setelah dilakukan
evaluasi penkes
3. melibatkan
14.30 keluarga pada saat DS : keluarga klien
WIB penkes mengatakan paham
terhadap apa yang
dijelaskan oleh perawat
DO : keluarga klien
bisa menjawab dengan
benar tentang apa itu
hemiparesis dextra dan
juga apa penyebabnya.
20 feb 14.45 1 1. mengkaji DS : klien mengatakan
2018 WIB kemampuan tangan dan kaki tidak
mobilitas klien bisa digerakan masih
lemes
DO : klien terlihat
hanya berbaring
ditempat tidur saja
14.50 2. mengalihkan posisi DS : klien mengatakan
WIB klien tiap 2 jam bersedia untuk pindah
posisi setiap 2 jam
sekali
DO : klien terlihat
sedang melakukan tirah
3. melakukan ROM baring
14.55 pasif DS : kilen mengatakan
WIB bersedia belajar untuk
melakukan ROM
bersama perawat
DO : klien terlihat
sedang melakukan apa
yang diajarka oleh
perawat
4. kolaborasi dengan DS : klien mengatakan
15.45 fisioterapi bersedia untuk
WIB difisioterapi
DO : klien terlihat
sedang melakukan
fisioterapi dengan
petugas

20 feb 16.00 2 1. mengkaji pola DS : klien mengatakan


2018 WIB BAB klien masih belum bisa BAB
DO : klien nampak
lemah peristaltik usus
4x/menit
16.05 2. menganjurkan diet DS : klien mengatakan
WIB tinggi serat jarang memakan sayur-
sayuran serta bauah-
buahan
DO : klien terlihat
sedang makan buah
16.05 3. menganjurkan DS : klien mengatakan
WIB untuk minum air bersedia untuk minum
hangat air hangat
DO : klien terlihat
menghabiskan 1 gelas
air hangat

21 feb 16.15 1 1. mengkaji mobilitas DS : klien mengatakan


2018 WIB klien sudah membaik, tangan
dan kaki sudah bisa
digerakan
DO : klien terlihat bisa
menggerakan tangan
serta kakinya
16.20 2. mengalihkan posisi DS : klien mengatakan
WIB klien tiap 2 jam bersedia pindah posisi
setiap 2 jam sekali
DO : klien terlihat
pindah posisi setiap 2
3. melakukan ROM jam sekali
16.25 pasif DS : klien mengatakan
WIB bersedia melakukan
ROM pasif
DO : klien terlihat
sedang melakukan
4. memberikan obat ROM pasif
20.00 sesuai advis Dr DS : klien mengatakan
WIB -ranitidin 2ml bersedia untuk diberi
-citicolin 1g obat
-ceftriaxon 1g DO : keadaan umum
-lapibal 1ml baik, anggota gerak
5. Berkolaborasi bagian kanan sudah
dengan fisioterapi bisa digerakan.
DS : klien mengatakan
bersedia untuk
dilakukan fisioterapi
DO : klien terlihat
sedang melakukan
fisioterapi bersama
petugas.
21 feb 16.30 2 1. mengkaji pola DS : klien mengatakan
2018 WIB BAB klien sudah bisa BAB
DO : teraba perut klien
sudah tidak keras lagi,
peristaltic usus
10x/menit
16.35 2. menganjurkan diet DS : klien mengatakan
WIB tinggi serat yang sudah sering makan
mengandung buah sayur- sayuran serta
dan sayuran buah-buahan
DO : terlihat klien
3. menganjurkan makan habis 1
untuk minum air mangkuk sayur
16.35 hangat DS : klien mengatakan
WIB sehari minum air hangat
2 x.
DO : klien terlihat
mengabiskan 1 gelas air
hangat.

CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl Jam Dx.Kep SOAP Paraf
19 feb 11.20 1 S: keluarga klien mengatakan klien masih
2018 WIB belum bisa bicara, tangan dan kaki masih
belum bisa bergerak

O: klien nampak lemah, keadaan umum


cukup, anggota gerak bagian kanan belum
bisa digerakan
TD = 140/80 mmHg
N = 84x/menit
RR = 21x/menit
S = 36,40C

A: masalah belum teratasi


P: lanjutkan intervensi 1,2,3
19 feb 14.25 3 S: klien mengatakan mengerti dan keluarga
2018 WIB klien mengatakan sudah paham

O: klien sudah bisa berbicara mampu, klien


dan keluarga klien bisa menjawab dengan
benar tentang apa itu hemiparesis dextra dan
juga apa penyebabnya.

A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
20 feb 14.45 1 S: klien mengatakan tangan dan kaki tidak
2018 WIB bisa digerakan masih lemes

O: keadaan umum cukup, klien sudah bisa


berbicara, anggota gerak bagian kanan masih
belum bisa digerakan
TD = 120/90 mmHg
N = 86x/menit
RR = 21x/menit
S = 36,50C
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1,2,3
20 feb 16.00 2 S: klien mengatakan masih belum bisa BAB
2018 WIB O: klien nampak lemah peristaltik usus
4x/menit

A: masalah belum teratasi


P: lanjutkan intervensi1,2,3
20 feb 20.00 1 S: klien mengatakan tangan dan kaki sudah
2018 WIB bisa digerakan sedikit

O: keadaan umum cukup, masih terlihat


lemah, anggota gerak bagian kanan sudah
mulai bergerak sedikit
TD = 120/90 mmHg
N = 86x/menit
RR = 21x/menit
S = 36,50C

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi 1,2,3
21 feb 16.15 1 S: klien mengatakan sudah membaik, tangan
2018 WIB dan kaki sudah bisa digerakan
O: keadaan umum baik, anggota gerak bagian
kanan sudah bisa digerakan sedikit
TD = 120/80 mmHg
N = 87x/menit
RR = 21x/menit
S = 36,60C
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1,2,3
21 feb 16.30 2 S: klien mengatakan sudah bisa BAB
2018 WIB O: keadaan umum baik, klien sudah bisa
BAB, peristaltik usus 10x/menit

A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai