Pembimbing :
Disusun oleh :
Siti Laelah
1102000238
- Grandemulti para
- Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.
- Persalinan yang dilakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri
sebelum waktunya pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan
dengan tindakan paksa persalinan dengan narkosa.
Pengertian
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi lebih dari 500-
600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir.(6)
Pembagian perdarahan postpartum :
1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang
terjadi selama 24 jam setelah anak lahir.
Penyebab utamanya adalah :
atonia uteri
retention plasenta
sisa plasenta
robekan jalan lahir.
Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama
ETIOLOGI
Perdarahan postpartum primer
Atonia uteri
Pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik, dan
ini merupakan sebab utama dari perdarahan postpartum. Uterus yang
teregang (hidramnion, kehamilan ganda atau kehamilan dengan janin
besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan predisposisi
untuk terjadinya atonia uteri.
Laserasi jalan lahir
Perlukaan servik, vagina dan perineum dapat menimbulkan perdarahan
yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
Hematoma
Hematoma yang biasanya terdapat pada daerah-daerah yang mengalami
laserasi atau pada daerah jahitan perineum.
Lain-lain
1. Retensi plasenta dan sisa plasenta atau selaput janin yang
menghalangi kontraksi uterus, sehingga masih ada pembuluh
darah yang tetap terbuka.
2. Ruptur uteri
3. Inversio uteri
1. ATONIA UTERI
Yaitu : kegaglan mekanisme kontraksi dan retraksi serat-serat
moimetrium akibat gangguan fungsi miometrium. Salah satu penyebab
terjadinya perdarahan postpartum adalah gangguan pada mekanisme ini.
Perdarahan oleh karena atonia ini dapat terjadi dalam kala III ataupun
kala IV.
Diagnosis
Kecuali apabila penimbunan darah intra uterin dan intravagina mungkin
tidak teridentifikasi, atau pada beberapa kasus ruftur uteri dengan
perdarahan akibat atonia uteri dan akibat laserasi ditegakkan berdasarkan
kondisi uterus. Apabila perdarahan kemungkinan besar adalah laserasi.
Untuk memastikan peran laserasi sebagai penyebab perdarahan, harus
dilakukan inspeksi yang cermat terhadap vagina, servik, dan uterus.
Kriteria diagnosis
Perdarahan banyak
Umumnya kontraksi uterus baik
Fundus uteri keras
Penanganan
a) Lakukan penjahitan pada robekan jalan lahir
b) Lakukan laparatomi pada ruptur uteri
3. Retensi Plasenta
Yaitu plasenta belum lahir 30 menit setelah anak lahir. Retensi
sebagian atau seluruh plasenta dalam rahim akan mengganggu kontraksi dan
retraksi penyebab sinus-sinus pembuluh darah tetap terbuka sehingga
terjadi perdarahan postpartum. Begitu bagian plasentaterlepas dari dinding
uterus, perdarahan terjadi dari tempat tersebut, sedangkan sebagian
plasenta yang masih melekat merintangi retraksi miometrium dan perdarahan
berlangsung terus sampai sisa organ tersebut terlepas dan dikeluarkan. Tidak
ada korelasi antara banyaknya plasenta yang masih melekat dengan banyaknya
perdarahan. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah derajat perlengketannya.
Jika masih terdapat sisa uriyang agak melekat dan pedarahan masih
ada, segera lakukan utero-vaginal tamponade selama 24 jam, jika diikuti
pemberian uterotonika dan antibiotik selama 3 hari berturut-turut, dan pada
hari ke-4 baru dilakukan kuretase untuk membersihkannya. Jika disebabkan
oleh luka-luka jalan lahir, luka segera dijahit dan perdarahan akan berhenti.
4. Inversio Uteri
Adalah suatu keadaan dimana uterus berputar balik dengan fundus
memasuki cavum uteri dan terletak secara terbalik dalam rongga tersebut,
atau dapat melewati canalis servikalis dan menonjol kedalam vagina.
– Pada inversio uteri, uterus terputar balik,sehingga fundus uteri
terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya sebelah luar. Keadaan ini
disebut inversio uteri completa.
– Kalau hanya fundus menekuk kedalam dan tidak keluar ostium uteri, yang
disebut inversio uteri incompleta.
– Kalau uterus yang berputar balik itu keluar dari vulva, disebut inversio
prolaps.
Inversio uteri jarang terjadi, tetapi jika terjadi dapat menimbulkan
shock yang berat.
Etiologi
Inversio total uterus setelah janin hampir lahir selalu disebabkan oleh
tarikan kuat terhadap tali pusat yang melekat ke plasenta yang melekat ke
fundus. Inversio uteri inkomlet juga dapat terjadi. Yang ikut berperan dalam
inversio uteri adalah tali pusat yang kuat dan tidak mudah lepas dari plasenta
ditambah dengan tekanan pada fundus dan uterus yang lemas, termasuk
segmen bawah uterus dan serviks. Plasenta acreta mungkin berperan
walaupun inversio uteri dapat terjadi meski plasenta tidak terlalu melekat.
Perjalanan Klinis
Inversio uteri paling sering menimbulkan perdarahan akut yang
mengancam nyawa, dan bila tidak ditangani segera dapat mematikan. Dahulu
dinyatakan bahwa syok cenderung tidak sesuai dengan banyaknya darahyang
keluar. Evaluasi yang cermat terhadap efek transfusidarah dalam jumlah
besar pad kasus-kasus semacam itu tidak mendukung konsep tersebut,
tetaapi malah semakin menjelaskan bahwa perdarahan pada kasus ini sangat
deras, tetapi seringkali tidak diperhitungkan.
Diagnosis
1) Gejala-gajala syok, nyeri, perdarahan
2) Fundus uteri tidak teraba di bawah pusat
3) Massa lembek di vagina yang keluar dari serviks yang terbuka
4) Massa licin dalam vagina dengan tangkai masuk kedalam dengan
melewati lingkaran yaitu OUE yang sedikit tebuka.
Terapi
Tertundanya penanganan akan sangat meningkatkan angka kematian.
Sejumlah langkah perlu dilakukan segera dan secara stimultan :
1) Asisten, termasuk ahli anestesiologo,segera dipanggil.
2) Uterus yang baru mengalami inversi dengan plasenta yang sudah
terlepas mungkin dengan mudah dapat dikembalikan dengan cara
mendorong fundus dengn telapak tangan mengarah ke sumbu panjang
vagina
3) Sebaiknya dipasang dua sistim infus intravena, dan pasie diberikan
larutan ringer laktat serta darah untuk mengatasi hipovolemia
4) Apabila masih melekat, plasenta jangan dilepas sampai sistim infus
terpasang, cairan dialirkan dan anestesia sebaiknya halotan atau
enfluran telah diberikan. Obat tokolitik, misalnya terbutalin, ritodon,
atau magnesium sulfat, dilaporkan berhasil digunakan untuk relaksasi
uterus dan reposisi. Sementara itu, uterus yang mengalami inversio
apabila prolapsnya melebihi vagina, dimasukkan kedalam vagina.
5) Setelah plasenta dikeluarkan, telapak tangan diletakkan dibagian
tengah fundus dengan jari terekstensi untuk mengidentifikasi tepi-
tepi serviks. Kemudian dilakukan tekanan dengan tangan sehingga
fundus terdorong keatas melalui serviks
6) Segera setelah uterus dikembalikan ke posisi normalnya, obat yang
digunakan untuk relaksasi dihentikan dan secara bersamaan pasien
diberi oksitosin agar uterus berkontraksi, sementara uterus
berkontraksi sementara operator mempertahankan fundus dalam
posisi normal.
Pada awalnya kompresi bimanual akan membantu mengendalikan
perdarahan lebih lanjut sampai tonus uterus pulih. Setelah uterus
berkontraksi dengan baik, operator harus terus memantau uterus melalui
vagina untuk mencari tanda-tanda inversio lebih lanjut.
Intervensi bedah, umumnya uterus yang mengalami inversio dapat
dipulihkan keposisi yang normal dengan teknik-teknik di atas. Apabila uterus
tidak di reposisi dengan manipulasi vagina karena adanya cincin kontraksi
yang tebal, wajib dilakukan laparatomi. Secara bersamaan, fundus kemudian
dapat didorong dari bawah dan ditarik dari atas. Apabila cincin kontriksi
tetap menghambat reposisi, secara hati-hati serviks di insisi disebelah
posterior agar fundus terpajan. Setelah fundus direposisi, obat anestesik
yang digunakan untuk melepaskan miometrium dihentikan, infus oksitosin
dimulai, dan insisi uterus diperbaiki.
5. HEMATOM
Hematom masa nifas dapat diklasifikasikan sebagian :
Hematom vulva
Hematom vulvovagina
Hematom paravagina
Hematom retroperitonial
Hematom vulva paling sering berasal dari cabang-cabang arteri
pudenda, termasuk arteria labialis posterior, perinealis transversal, atau
rektalis posterior. Hematom paravagina mungkin disebabkan oleh cabang
desenden arteri uterina. Sangat jarang pembuluh yang robek terletak diatas
fasia panggul. Pada kasus demikian, hematom terbentuk diatasnya. Pada
stadium awal, hematom membentuk pembengkakan bulat yang menonjol ke
dalam bagian atas saluran vagina dan mungkin hampir menutupi lumennya.
Apabila berlanjut, perdarahan dapat merembes kearah retroperineum dan
membentuk suatu tumor yang teraba di atas ligamentum pouperti, atau ke
arah atas dan akhirnya mencapai batas bawah diafragma, cabang arteri
uterina mungkin terlibat dalam hematom tipe ini.
Diagnosis
Hematom vulva mudah didiagnosa berdasarkan nyeri perineum hebat
dan kemunculan mendadak benjolan yang tegang, fluktuatif, dan sensitif
dengan ukuran beragam serta perubahan warna kulit diatasnya. Apabila
terbentuk didekat vagina, kadang-kadang massa mungkin tidak terdeteksi,
tetapi gejala penekanan, apabila bukan nyeri, atau ketidakmampuan berkemih
seyogyanya mendorong segera dilakukan pemeriksa vagina. Pada pemeriksaan,
ditemukan benjolan fluktuatif bulat yang menginvasi lumen. Apabila meluas
keatas diantara lembar-lembar ligamentum latum, hematom mungkin lolos
deteksi, kecuali apabila sebagian benjolan dapat diraba pada palpasi abdomen
atau terjadi hipovolemia. Keadaan tersebut menghawatirkan karena hematom
yang besar pernah dilaporkan menyebabkan kematian.
Terapi
Hematom vulva yang kecil teridentifikasi setelah pasien keluar dari
kamar bersalin dapat dibiarkan. Namun apabila nyeri parah, atau apabila
hematom terus membesar, terapi terbaik adalah insisi segera. Insisi
dilakukan di titik distersi maksimum disertai evakuasi darah dan bekuan
serta ligasi titik-titik perdarahan. Rongga kemudian dapat dioblisasi dengan
jahitan matras. Setelah hematom dikeringkan sering tidak ditemukan titik-
titik perdarahan. Pada kasus seperti ini, vagina bukan rongga hematomnya
ditampon selama 12 sampai 24 jam. Pada hematom traktus genitalia,
kehilangan darah hampir selalu jauh lebih besar dari pada yang diperkirakan
secara klinis. Hipovolemia dan anemia berat harus dicegah dengan pergantian
darah secara adekuat. Pada sekitar separuh wanita dengan hematom yang
memerlukan pembedahan untuk memperbaikinya diperlukan transfusi.
Hematom subperitoneum dan supravagina lebih sulit di terapi. Hematom jenis
ini dapat dievakuasi dengan insisi perineum, tetapi apabila terjadi hemostatis
komplet, yang sulit dicapai dengan insisi, disarankan tindakan laparatomi.
Hematoma sering menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah yang
cukup besar. Perawatan hematom post partum meliputi insisi, eksplorasi,
mengikat sumber perdarahan dan tamponade/drainase.
6. RUFTUR UTERI
Adalah robekan dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam
persalinan dengan atau robeknya peritoneum viseral.
Kejadian ini merupakan salah satu petaka yang terbesar dalam ilmu
kebidanan. Kematian anak mendekati 100% dan kematian ibu sekitar 30%.
Secara teori robekan rahim dapat dibagi sebagai berikut :
I. Spontan :
Karena dinding rahim lemah seperti pada luka SC, myom anukleasi,
hypoplasia uteri.
Mungkin juga karena curettage, pelepasan plasenta manual dan
sepsis postpartum atau abortum.
Dinding rahhim baik, tapi ruptur terjadi karena bagian depan
tidak maju misalnya panggul sempit, dan kelainan letak.
Campuran
II. Violent :
Karena trauma, kecelakaan
Karena pertolongan versi dan ekstraksi, ekspresi
1. Robekan spontan
Lebih sering terjadi pada multipara dari pada primipara. Munkin
disebabkan karena dinding rahhim pada multipara sudah lemah. Ruptur juga
lebih serng terjadi pada orang yang berumur. Sebab-sebab yang penting ialah
panggul sempit, letak lintang, hydrocephalus, tumor yang menghalangi jalan
lahir, presentasi dahi atau muka.
Terapi
a. Atasi syok dengan segera, berikan infus cairan intravena, transfusi
darah, oksigen dan antibiotik
b. Laparatomi, tindakan histerektomi atau histerografi bergantung pada
bentuk, jenis dan luas robekan.
Gejala klinis :
Perdarahan, dapat berlangsung terus menerus atau berlangsung terus
menerus atau berulang
Palpasi : fundus uteri masih dapat teraba lebih basar dari yang
diperkirakan
Pemeriksaan dalam : uterus membesar, lunak. Ostium uteri keluar
darah.
KESIMPULAN
Perdarahan postpartum adalah sebab penting kematian ibu.
Seperempat dari kematian ibu yang disebebkan oleh perdarahan,yang
disebut dengan perdarahan postpartum.
Selain dari pada itu, anemia yang disebabkan perdarahan
postpartum dapat mengurangi daya tahan ibu sehingga sangat
mempengaruhi morbiditas nifas.
Untuk mengetahui etiologi perdarahan postpartum diperlliksn
pemeriksaan lengkap yang meliputi amamnesa, pemeriksaan umum,
pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam.
SARAN
1. Wanita hamil sebaiknya rutin memeriksakan kehamilannya ke dokter,
terutama bagi yang mempunyai predisposisi untuk terjadinya
perdarahan postpartum.
2. Untuk mengurangi volume darah yang hilang, sebaiknya setelah anak
lahir diberikan Ergometrin iv. Sehingga terhindar dari bahaya syok dan
komplikasi lain yang menyebabkan kematian ibu.
3. Penyediaan dan pemeliharaan fasilitas yang memungkinkan untuk
transfusi darah yang segera dilakukan dan guna memperkecil
terjadinya infeksi setelah melahirkan.
4. Memimpin kala II dan III dengan baik sehingga terjadinya perdarahan
postpartum dapat dicegah.
5. lakukan pemantauan secara ketat pada ibu postpartum.
DAFTAR PUSTAKA
1. W. Hanifa, 1989. Ilmu bedah kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirahardjo. Jakarta. Hal 188 – 197.
2. W. Hanifa, Prof, Dr, ilmu bedah kebidanan, edisi pertama, cetakan
kelima, 2000.
3. Cunningham, F.G, Gant, N.F, Perdarahan Postpartum, Williams
Obstetri, Edisi 21, ECG, Jakarta, 2006.
4. Manuaba, I.B, perdarahan postpartum, Penuntun kepaniteraan klinik
Obstetri & Ginekologi, ECG, Jakarta, 1996, Cetakan II.
5. W. Hanifa, Gangguan Dalam Kala III Persalinan, Ilmu Kebidanan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiraharjo, Jakarta, 1991, Edisi
III.
6. Mochtar, R, Sinopsis Obstetri Jilid I, Penerbit Buku Kedokteran,
ECG, cetakan V, 1994.
7. Sastrawinata. S, Perdarahan Postpartum, Obstetri Postpartum,
Bagian Obstetri & Ginekologi FK. UNPAD, Elstar Offset, Bandung,
1982.