A. Latar Belakang
Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh
untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses - proses kehidupan. Sedangkan menurut
Soekiman (2000), zat gizi adalah zat kimia yang terdapat dalam makanan yang
diperlukan manusia untuk memelihara, menjaga dan meningkatkan kesehatan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa zat gizi adalah bahan-bahan kimia yang diperlukan tubuh untuk hidup,
tumbuh, bergerak dan menjaga kesehatannya, dan sumber bahan-bahan kimia itu berasal
dari makanan.
Masalah gizi adalah gangguan pada perorangan atau masyarakat yang
disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan.
Beberapa masalah gizi yang penting di Indonesia antara lain kurang energi protein (KEP),
obesitas, anemia, defisiensi vitamin A dan gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY).
Gizi memegang peranan penting dalam kesehatan usia lanjut. Masalah kekurangan gizi
sering di alami oleh usia lanjut sebagai akibat dari menurunnya nafsu makan karena penyakit
yang di deritanya. Selain masalah kekurangan gizi, masalah obesitas (kegemukan) juga
sering dialami oleh usia lanjut. Obesitas pada usia lanjut berdampak pada peningkatan resiko
penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus dan hipertensi. Asupan gizi sangat diperlukan bagi
usia lanjut untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Sementara untuk usia lanjut yang sakit,
asupan gizi diperlukan untuk proses penyembuhan dan mencegah agar tidak terjadi
komplikasi.
Masalah pangan, Indonesia masih tergantung pada beras dan terigu, maka perlu
dikembangkan pemanfaatan bahan pangan alternatif/pangan lokal sebagai
sumber karbohidrat baik untuk bahan pengganti makanan pokok beras atau bahan substitusi
tepung terigu. Pangan lokal yang beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) perlu
disosialisasikan secara terus menerus oleh setiap dinas instansi terkait agar dapat memotivasi
kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi makanan B2SA yang berbasis sumber daya lokal.
Umbi-umbian sebagai sumber karbohidratdan sumber bahan pangan lokal secara teknis
mempunyai peluang khususnya untuk bahan baku produk-produk olahan pangan. Bahan
pangan lokal ini dapat digunakan untuk sumber makanan yang bergizi dengan pengolahan
yang baik untuk masyarakat khususnya bagi para lansia, dimana sebagian besar lansia lebih
menyukai bahan pangan lokal.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dalam
keluarga, kelompok dan masyarakat. Peran keluarga sangatlah penting terutama
terhadap status gizi. Adapun perannya adalah sebagai pendidik dan penyedia. Keluarga
dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan
saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula
keluarga-keluarga di sekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan. Seseorang yang
bertanggungjawab untuk melanjutkan perawatan pada lansia adalah keluarga sehingga
keluarga menyadari bahwa sesuatu yang mereka lihat pada lansia bukanlah sesuatu yang luar
biasa. Keluarga juga perlu menetapkan hubungan yang berkelanjutan dengan petugas
kesehatan sehingga pengawasan dan pelayanan kesehatan dapat diberikan pada saat yang
tepat.
Tua adalah suatu keadaan yang dapat dipandang dari tiga sisi, yaitu sisi kronologis,
fisis dan psikologis. WHO memberi definisi bahwa seseorang disebut tua atau usia lanjut
apabila orang tersebut berdasar kronologis telah berumur 65 tahun atau lebih. Proses menua
merupakan suatu proses perkembangan yang dimulai sejak kehidupan janin, berkembang ke
kehidupan bayi, balita, anak – anak, remaja, dewasa muda, dewasa tua dan akhirnya proses
menua ini akan sampai pada segmen akhir kehidupan. Selama proses menua akan terjadi
perubahan – perubahan yang meliputi jumlah, konfigurasi, komposisi sel, serta perubahan
perbandingan komposisi tubuh. Perubahan - perubahan yang terjadi mengakibatkan
meningkatnya persentase jumlah sel lemak, menurunnya jumlah sel solid, masa tulang, dan
air dalam tubuh. Proses menua pada segmen akhir kehidupan adalah suatu proses yang
mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang rapuh (frail), disertai penuruan
kapasitas fisiologis hampir seluruh sistem tubuh, dan peningkatan secara eksponensial
kerentanan orang tersebut terhadap penyakit dan kematian.
B. Tujuan
1) Meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai gizi seimbang pada lansia.
2) Menumbuhkan sikap dan perilaku kemitraan gender dalam keluarga untuk pemenuhan
gizi seimbang pada lansia.
3) Menumbuhkan kepedulian keluarga dalam mengatasi permasalahan gizi pada lansia.
C. Target
1) Kader kesehatan / PKK/ posyandu
2) Tokoh masyarakat/agama
3) Masyarakat khususnya yang memiliki keluarga berumur lanjut (lansia)
BAB II
Definisi Lansia
Lanjut usia (Lansia) merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Manusia yang
memasuki tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh akibat perubahan atau
penurunan fungsi organ-organ tubuh.
Penentuan status gizi lansia dilakukan dengan pengukuran berat badan (BB) dan tinggi
lutut (TL). Berat badan lansia diukur dengan cara berdiri, menggunakan timbangan injak dengan
Tinggi lutut direkomendasikan oleh WHO (1995) dalam Fatmah (2010) untuk digunakan
sebagai predikor tinggi badan pada seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
Tinggi lutut diukur dengan sebuah caliper berupa tongkat pengukur yang dilengkapi
dengan papan kayu untuk membentuk sudut 900. Tinggi lutut terlentang diukur pada kaki kiri
yang dibengkokkan pada lutut. Salah satu ujung caliper diposisikan di bawah, di bagian tumit,
Rumus TLChumlea yang digunakan untuk memprediksi tinggi badan (TB) adalah
sebagai berikut.
Selanjutnya data BB dan TB yang didapat digunakan untuk menentukan indeks massa
tubuh (IMT) sebagai penentu status gizi lansia. Penggunaan IMT hanya berlaku bagi orang
dewasa berumur di atas 18 tahun. Indeks masa tubuh (IMT) tidak dapat diterapkan pada bayi,
anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Selain itu, IMT juga tidak bisa diterapkan pada
keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti adanya edema, asites dan hepatomegalia (Supariasa et
al. 2001). Nilai IMT diperoleh dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat
tinggi badan dalam meter. Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT pada populasi Asia Pasific
Tabel Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT pada populasi Asia Pasific
Underweight <18,5
Normal 18,5-22,9
Pre-obese 23-24,9
Obese-I 25-29,9
Obese-I >30
1. Protein
Untuk orang usia >50 tahun biasanya kebutuhan proteinnya hanya 0,8gr/kg berat badan, tapi
ada juga yang merekomendasikan hingga 1,2 gr/kg bb. Sangat dianjurkan sumber protein untuk
orang lanjut usia berasal dari protein yang berkualitas tinggi. Sumber terbaik adalah ikan, dan
daging (hindari bagian lemak), dan pengolahan yang baik adalah dengan cara direbus atau
potein menjadi yang lebih sederhana sehingga memudahkan untuk dicerna oleh sistem
pencernaan, khususnya pada orang lanjut usia. Ketika makanan digoreng atau dibakar, protein
menjadi sulit dicerna, akibatnya membebani sistem pencernaan. Fungsi dari protein sangat
banyak tapi yang terpenting adalah proses regenerasi sel, karena pada fase ini tidak seperti ketika
usia muda dulu, sel-sel sangat rentan rusak, karena itu protein membantu memelihara regenerasi
2. Karbohidrat
Anjuran kebutuhan karbohidrat pada masa ini berkisar 45-60% dari total energi, dan
sebaiknya karbohidrat kompleks (misalnya pati, dan lain-lain). Pilihan makanan yang berindeks
glikemik rendah harus diutamakan, misalnya beras merah, gandum, roti putih, getuk, dan buah-
buah kaya serat. Jenis (indeks glikemik rendah) dan jumlah (tidak lebih dari 60%) patut
diperhatikan oleh orang lanjut usia, agar kadar glukosa darah dalam tubuh dapat lebih terjaga.
Makanan dengan indeks glikemik rendah cenderung memberikan rasa kenyang lebih lama, hal
ini baik bagi orang lanjut usia. Karbohidrat sebagai sumber energi utama bagi tubuh untuk
menjalankan fungsi–fungsi dasar organ tubuh, dan untuk melakukan aktivitas fisik.
3. Lemak
Rekomendasi kebutuhan lemak sekitar 25% dari total kebutuhan energi, kemudian konsumsi
lemak jenuh tidak lebih dari 10% serta total kolesterol <200 mg/hari.
1. Umur
Pada lanjut usia kebutuhan energi dan lemak menurun. Setelah usia 50 tahun, kebutuhan energi
berkurang sebesar 5% untuk setiap 10 tahun. Kebutuhan protein, vitamin clan mineral tetap yang
berfungsi sebagai regenerasi sel clan antioksidan untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal
2. Jenis kelamin
Umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak (terutama energi, protein dan lemak)
dibandingkan pada wanita, karena postur, otot clan luas permukaan tubuh laki-laki lebih luas dari
wanita.Namun kebutuhan zat besi (Fe) pada wanita cenderung lebih tinggi, karena wanita
mengalami menstruasi.Pada wanita yang sudah menopause kebutuhan zat besi (Fe) turun
kembali.
Lanjut usia mengalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada berkurangnya
aktivitas fisik sehingga kebutuhan energinya juga berkurang. Kecukupan zat gizi seseorang juga
sangat tergantung dari pekerjaan sehari-hari : ringan, sedang, berat. Makin berat pekerjaaan
seseorang makin besar zat gizi yang dibutuhkan. Lanjut usia dengan pekerjaaan fisik yang berat
4. Postur tubuh
Postur tubuh yang lebih besar memerlukan energi lebih banyak dibandingkan postur tubuh yang
lebih kecil.
5. Iklim/suhu udara
Orang yang tinggal di daerah bersuhu dingin (pegunungan) memerlukan zat gizi lebih untuk
Kebutuhan gizi setiap individu tidak selalu tetap, tetapi bervariasi sesuai dengan kondisi
kesehatan seseorang pada waktu tertentu. Stress fisik dan stressor psikosial yang kerap terjadi
pada lanjut usia juga mempengaruhi kebutuhan gizi. Pada lanjut usia masa rehabilitasi sesudah
7. Lingkungan.
Lanjut usia yang sering terpapar di lingkungan yang rawan polusi (pabrik, industri, dll) perlu
mendapat suplemen tambahan yang mengandung protein, vitamin dan ineral untuk melindungi
Semakin beragam makanan sehat yang dikonsumsi, akan semakin baik. Minimal terdapat 4
sumber bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayuran dan buah. Sayur dan buah dianjurkan
Bagi lanjut usia, dianjurkan untuk memilih karbohidrat kompleks seperti beras, beras merah,
Mengkonsumsi makanan lemak tinggi tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan risiko
kejadian penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, penyakit ginjal, dll.
E. Kemitraan gender
Kemitraan gender adalah kerja sama dalam menjalankan peran, fungsi, dan tanggung jawab
antara suami dan istri berdasarkan anjuran dari budaya masyarakat. Kemitraan dalam
menjalankan peran social dari gender adalah bukan kodrati, tetapi berdasarkan kesepakatan
suami dan istri. Kemitraan dalam menjalankan peran social antara suami dan istri dapat
dipertukarkan dan dapat berubah tergantung dari kondisi budaya setempat dan waktu/era.
Aplikasi kemitraan peran gender dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat sangat
penting untuk dimengerti dan dimaknai. Karena aplikasi kemitraan peran gender dapat
mempengaruhi semua perilaku manusia, seperti pemilihan pekerjaan, pemilihan rumah,
pemilihan bidang pendidikan, bahkan pemilihan pasangan dan cara mendidik anak
Kecukupan gizi lansia akan terpenuhi apabila memperhatikan pola makan yang beragam
dan bergizi seimbang. Pada dasarnya, tidak ada jenis makanan yang spesifik untuk lansia.
Namun, untuk menentukan jenis diet lansia harus mempertimbangkan kondisi kesehatan.
Penurunan kemampuan mencerna makanan, serta perubahan selera makan.
Oleh sebab itu, penyajian makanan untuk lansia selain harus memperhatikan kecukupan
gizi juga konsistensi dan tekstur makanan sehingga lansia tidak mengalami kesulitan mencerna
dan terhindar dari masalah kekurangan gizi (Wirakusumah, 2000). Peran tersebu tadalah menurut
(Nugroho, 2008):
a) Porsi makan perlu diperhatikan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur
merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil,
b) Banyak minum dan kurangi garam. Banyak minum dapat memperlancar pengeluaran
sisa makanan. Menghindari makanan yang terlalu asin akan mengurangi kerja ginjal dan
mencegah kemungkinan terjadinya tekanan darah tinggi,
c) Membatasi penggunaan kalori hingga berat badan dalam batas normal, terutama
makanan yang manis atau gula dan makanan yang berlemak. Kebutuhan usia lanjut di atas
60 tahun adalah 1700 kalori dan di atas 70 tahun adalah 1500 kalori,
d) Bagi lanjut usia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut, hal berikut perlu
diperhatikan:
(3) Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik,
makanan harus lunak/ lembek atau dicincang
(5) Makanan kudapan, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan
e) Batasi minum kopi dan teh. Minuman tersebut boleh diberikan, tetapi harus diencerkan
karena berguna untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan
Menu adalah susunan hidangan yang dipersiapkan atau disajikan pada waktu makan.
Menu seimbang untuk lanjut usia adalah susunan makanan yang mengandung cukup
semua unsure gizi yang dibutuhkan lanjut usia. Menurut (Nugroho, 2008) syarat menu
seimbang untuk lanjut usia adalah:
a) Mengandung zat gizi beranekaragam bahan makanan yang terdiri atas zat tenaga, zat
pembangun, dan zat pangatur
b) Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lanjut usia adalah 50% dari hidrat arang
yang merupakan hidrat arang komplek (sayuran, kacang- kacangan, dan biji-bijian)
c) Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total kalori
d) Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan lanjut usia, yaitu 8-10% dari
total kalori
e) Dianjurkan mengandung tinggiserat (selulosa) yang bersumber pada buah, sayur, dan
macam-macam pati, yang dikonsumsi dalam jumlah secara bertahap
f) Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non-flat, yoghurt, dan
ikan
g) Makanan mengandung tinggi zat besi (Fe), seperti kacang-kacangan, hati, daging,
bayam, atau sayuran hijau
i) Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan
mudah dicerna