BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah termasuk sumberdaya alam yang terbatas dan sangat penting bagi kehidupan
manusia. Oleh karena itu dalam pemanfaatannya harus dikelola dan digunakan secara bijak.
Artinya dalam pemanfaatan tanah (lahan) harus ada pemeliharaan dan pencegahan terhadap
faktor-faktor penyebab kerusakan tanah dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip konservasi.
Pada daerah daerah yang tidak menerapkan kegiatan konservasi tanah apalagi pada daerah
atas (upper watershed area) sering timbul dampak negatif pada lingkungan baik pada daerah
yang bersangkutan (on site) yang berupa erosi, penurunan produksi lahan menjadi kritis
maupun pada daerah hilirnya (off site) berupa sedimentasi, kekeringan, banjir. Tanah adalah
suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, dan gas dan
mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik. Benda alami ini terbentuk oleh hasil kerja
interaksi antara iklim (i) dan jasad hidup (o) terhadap suatu bahan induk (b) yang dipengaruhi
oleh relief tempatnya terbentuk (r) dan waktu (t ) (Sitanala Arsyad, 1989). Tanah yang
merupakan sumberdaya alam mempunyai pengaruh yang besar bagi kehidupan manusia, baik
dipandang sebagai tempat melakukan segala aktifitas dipermukaan bumi, maupun sebagai
media alami bagi pertumbuhan tanaman, sehingga tanah akan mempunyai pengaruh langsung
maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
kemampuannya serta tidak diikuti dengan usaha-usaha konservasi tanah dan air, akan
menyebabkan tanah menjadi kritis, sehingga akan menurunkan kualitas sumberdaya alam
yang ada. Penurunan kualitas sumberdaya alam tersebut salah satunya bisa di sebabkan
karena kerusakan lingkungan, erosi merupakan salah satu dari sekian banyak kerusakan
lingkungan yang terjadi. Erosi Tanah adalah proses penguraian dan proses pengangkutan
partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi, seperti air dan angin (Morgan, 1979 dalam Taryono
1995). Bentuk-bentuk erosi ada 4 macam yaitu : erosi percik (Splash erosion), erosi lembar
(Sheet erosion), erosi alur (Rill erosion) dan erosi parit (Gully erosion). Dengan menjaga
keutuhan tanah inilah, maka adanya tindakan-tindakan konservasi tanah akan sangat
diperlukan (Sitanala Arsyad, 1989).
Konservasi merupakan upaya memelihara atau menjaga kelestarian untuk menyangga
kehidupan. Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai
dengan persyaratan yang dipaerlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sifat-sifat fisik dan
kimia tanah dan keadaan topografi lapangan menentukan kemampuan untuk suatu
penggunaan dan perlakuan yang diperlukan. Sistem untuk penilaian tanah tersebut
dirumuskan dalam sistem klasifikasi dalam kemampuan lahan yang ditujukan untuk 1)
mencegah kerusakan tanah oleh erosi, 2) memperbaiki tanah yang rusak, 3) memelihara serta
meningkatkan produktifitas tanah agar dapat digunakan secara lestari (Sitanala Arsyad,
1989).
Tanah dibagian bawah lereng mengalami erosi yang sangat berat dibandingkan di atas
lereng karena semakin ke bawah, air yang terkumpul semakin banyak dan kecepatan aliran
juga meningkat, sehingga daya erosinya besar. Beberapa pakar mendapatkan bahwa erosi
meningkat 1,5 kali bila panjang lereng menjadi dua kali lebih panjang. Pada dasarnya erosi
merupakan proses perataan kulit bumi. Jadi selama kulit bumi tidak rata, erosi akan tetap
terjadi dan tidak mungkin untuk menghentikannya. Oleh karena itu usaha konservasi tanah
tidak berusaha untuk menghentikan erosi, tetapi hanya mengendalikan erosi ke suatu nilai
tertentu yang tidak merugikan. (Arsyad, 1989)
Tujuan
· Mengetahui Permasalahan-permasalah Sumber Daya Lahan di Daerah
Perbukitan/Pegunungan
· Dapat Memberikan Strategi Managemen Kawasan Pegunungan/Perbukitan dan Tingkatan
Pengambilan Keputusan untuk Menyelesaikan Permasalahan yang ada
A. Metode Vegetatif.
Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisanya untuk
mengurangi daya rusak hujan dan daya rusak aliran permukaan dan erosi. Yang termasuk
dalam metode vegetatif adalah sebagai berikut:
1. Penanaman dalam strip (strip cropping)
Metode ini adalah suatu sistem bercocok tanam dengan beberapa jenis tanaman yang
ditanam dalam strip yang berselang-seling dalam sebidang tanah dan disusun memotong
lereng atau menurut garis kontur. Dala m sistem ini semua pengolahan tanah dan penanaman
dilakukan menurut kontur dandikombinasikan dengan pergiliran tanaman dan penggunaan
sisa-sisa tanaman.
Cara ini pada umumnya dilakukan pada kemiringan lereng 6 sampai 15 %. Terdapat tiga
tipe penanaman dalam strip, yaitu:
(1) penanaman dalam strip menurut kontur, berupa susunan strip-strip yang tepat menurut
garis kontur dengan urutan pergiliran tanaman yang tepat,
(2) penanaman dalam strip lapangan, berupa strip-strip tanaman yang lebarnya seragam dan
disusun melintang arah lereng, dan
(3) penanaman strip yang berpenyangga berupa stripstrip rumput atau leguminosa yang
dibuat diantara strip -strip tanaman pokok menurut kontur.
2. Pemanfaatan sisa-sisa tanaman dan tumbuhan
Pemanfaatan sisi-sisa tanaman dalam konservasi tanah berupa mulsa, yaitu daun atau
batang tumbuhan disebarkan di atas tanah dan dengan pupuk hijau yang dibenamkan di
dalam tanah dengan terlebih dahulu diproses menjadi kompos. Cara ini mengurangi erosi
karena meredam energi hujan yang jatuh sehingga tidak merusak struktur tanah, mengurangi
kecepatan dan jumlah aliran permukaan, selain itu cara ini akan meningkatkan kegiatan
biologi tanah dan dalam proses perombakannya akan terbentuk senyawa organic yang
penting dalam pembentukan tanah.
3. Pergiliran tanaman
Pergiliran tanaman adalah sistem bercocok tanam secara bergilirdalam urutan tertentu
pada suatu bidang lahan. Pada lahan yang miring pergiliran efektif berfungsi untuk mencegah
erosi. Pergiliran tanaman memberikan keuntungan untuk membrantas hama dan gulma juga
mempertahankan sifat-sifat dan kesuburan selain mampu mencegah erosi.
a. Kebun pekarangan
Kebun pekarangan berupa kebun campuran yang terdiri dari campuran yang tidak
teratur antara tanaman tahunan yang menghasilkan buah-buahan, sayuran dan tanaman
meramba t, sayuran dan herba yang menghasilkan dan menyediakan karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral serta obat-obatan sepanjang tahun
b. Talun kebun
Talun kebun adalah suatu sistem pertanian hutan tradisional dimana sebidang tanah
ditanami dengan berbagai macam tanaman yang diatur secara spasial dan urutan temporal.
Fungsi talon kebun adalah:
a) produksi subsistemkarbohidrat, protein, vitamin, dan mineral,
b) produksi komersil komoditiseperti bambu, kayu, ketimun, ubi kayu, tembakau dan
bawang merah,
c) sumber genetic dan koservasi tanah dan d) kebutuhan social seperti penyediaan kayu baker
bagi penduduk desa.
c. Tumpang sari
Tumpang sari adalah sistem perladangan dengan reboisasi terencana. Pada sistem ini
petani menanam tanaman semusim seperti padi, jagung, ubi kayu dan sebagainya selama 2
sampai 3 tahun setelah tanaman pohon-pohonan hutan dan membersihkan gulma. Setelah tiga
tahun mereka dipindah ke tempat baru.
B. Metode Mekanik
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap
tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi dan
meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Termasuk dalam metode mekanik adalah :
1. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan
untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Dalam kajian studi kasus mengenai konservasi sumberdaya lahan berada di daerah
Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah, berdasarkan hasil orientasi
lapangan yang sudah dilakukan sebelumnya di daerah studi kasus aspek morfometri dan
morfologinya sangat bervariasi. Daerah tersebut termasuk satuan morfologi kaki gunung api
dan merupakan daerah lereng gunung lawu. Ciri dari satuan morfologi ini adalah medan agak
miring dengan arah agak memutar dari arah dari arah ke barat daya, selatan dan tenggara.
Daerah pada studi kasus mempunyai topografi yang bervariasi dari berombak hingga
bergunung dengan ketinggian medan berkisar antara 75-130 m. secara geologi terletak pada
formasi Wonosari – Punung dengan batuan utama berupa batu gamping, dengan jenis tanah
yaitu Jenis tanah Litosol dan Jenis tanah Mediteran cokelat, jenis Penggunaan lahan yang
ada meliputi lahan sawah irigasi, permukiman, hutan, sawah tadah hujan dan tegalan. Dari
orientasi lapangan banyak ditemukan bentuk-bentuk erosi yang bervariasi. Praktek konservasi
tanah yang dilakukan penduduk setempat saat ini memang sudah ada namun sebagian besar
masih sederhana, secara tidak langsung menunjukkan bahwa praktek pengelolaan lahan perlu
dilakukan pembenahan-pembenahan agar erosi yang ada tidak terus berkembang dan dapat
ditekan seminimal mungkin agar tanah dapat berfungsi secara optimal.
Permasalahan yang sering dihadapi di daerah studi kasus adalah permasalahan yang
dapat menimbulkan kerusakan tanah, seperti dengan adanya proses erosi, dan faktor manusia
dan vegetasi yang kurang mendukung konservasi tanah. Oleh karena itu perhatian pada
tindakan konservasi tanah sangat diperlukan. Agar tindakan konservasi tanah dapat efisien
dan efektif baik dari segi waktu maupun biaya, maka diperlukan perencanaan yang matang.
Perencanaan dapat dimulai dengan mengidentifikasi jenis dan penyebab kerusakan pada
tanah. Identifikasi diperlukan agar dalam pelaksanaan dapat diarahkan sesuai dengan
sasaransasaran yang dituju, yang merupakan sumber kerusakan, sehingga dapat ditentukan
prioritas mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan akhirnya dapat ditentukan metode
perlakuan konservasi tanah pada masing-masing lahan.
Penggunaan pestisida yang berlebih dalam kurun yang panjang, akan berdampak pada
kehidupan dan keberadaan musuh alami hama dan penyakit, dan juga berdampak pada
kehidupan biota tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan degradasi
biota tanah. Perlu difikirkan pada saat ini residu pestisida akan menjadi faktor penentu daya
saing produk-produk pertanian yang akan memasuki pasar global. Penggunaan pupuk kimia
yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi dalam kurun waktu yang panjang
menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi ketimpangan hara atau
kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya kandungan bahan organik tanah.
Konversi lahan pertanian yang semakin meningkat akhir-akhir ini merupakan salah
satu ancaman terhadap keberlanjutan pertanian. Salah satu pemicu alih fungsi lahan pertanian
ke penggunaan lain adalah rendahnya isentif bagi petani dalam berusaha tani dan tingkat
keuntungan berusahatani relatif rendah. Selain itu, usaha pertanian dihadapkan pada berbagai
masalah yang sulit diprediksi dan mahalnya biaya pengendalian seperti cuaca, hama dan
penyakit, tidak tersedianya sarana produksi dan pemasaran.
Pola Tanam
Pola tanam adalah sistem pengaturan pertanaman berdasarkan distribusi curah hujan,
baik pola tanam monokultur maupun tumpang sari pada tanaman hampir sama umur pada
sebidang tanah sebagai salah satu strategi untuk menjamin keberhasilan usaha tani lahan
kering. Dalam pengembangannya pola tanam ini sangat tergantung kepada jenis tanah, iklim,
topografi, dan pemasaran hasil. Lahan dengan kemiringan < 8% dapat mendukung suaha
tanaman pangan sebagai tanaman utama. Adapun kemiringan 8% pertanaman diusahakan
searah kontur atau teras dan tanaman pangan tidak lagi berfungsi sebagai tanaman utama,
melainkan sudah beralih ke tanaman tahunan seperti karet, kelapa sawit, dan tanaman
tahunan lainnya. Beberapa sistem pola tanam yang dapat dikembangkan yang sekaligus
merupakan tindakan konservasi vegetatif adalah pertanaman campuran, pertanaman
berurutan, pertanaman tumpang sari, pertanaman tumpang gilir, pertanaman berlajur, dan
pertanaman bertingkat.
Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang ditanam untuk menutupi permukaan
lahan pertanian yang berguna mengendalikan erosi dan memperbaiki sifat-sifat tanah. Tujuan
dari penanaman penutup tanah adalah melindungi permukaan tanah dari erosi percikan akibat
jatuhnya tetesan air hujan, meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan memperbaiki
sifat-sifat fiik dan kimia tanah, menekan pertumbuhan gulma sehingga dapat mengurangi
biaya perawatan tanaman, dan meminimumkan perubahan-perubahan iklim mikro dan suhu
tanah, sehingga dapat menyediakan lingkungan hidup yang lebih baik bagi tanaman.
Tanaman penutup tanah harus memenuhi persyaratan antara lain mudah diperbanyak
teutama dengan biji, tumbuh cepat dan menghasilkan banyak daun, toleran terhadap
pemangkasan dan injakkan, bukan tanaman inang hama dan penyakit, sistem perakaran tidak
kompetisi berat dengan tanaman pokok, dan mampu menekan gulma. Jenis tanaman penutup
tanah yang umum digunakan adalah rumput dab kacang-kacangan/leguminosa. Tanaman
penutup tanah kacang-kacangan yang merambat paling baik sebagai penutup tanah, karena
mapu secara langsung memfiksasi nitrogen dari udara, dan mampu beregenerasi sendiri.
Penanaman Rumput
Penanaman rumput pada berbagai tempat terbuka sangat penting dalam membantu
mengendalikan erosi dan aliran air permukaan di lahan pertanian. Teknik ini baik untuk lahan
yang berlereng <30%. Penguatan lereng dengan menanam rumput merupakan teknik untuk
melindungi dan menstabilkan lereng dari suatu lahan pertanian. Penanaman rumput ini juga
mengurangi biaya pemeliharaan lereng dan menambah keindahan dari bentang alam. Jenis
rumput yang ditanam sebaiknya yang dapat tumbuh rapat dan berakar dalam. Kalau
keadaannya memungkinkan, dapat ditanam tanaman yang berbunga. Pada waktu penanaman
rumput tersebut perlu dipupuk karena tanahnya berasal dari lapisan bawah yang umumnya
miskin unsur hara.
Pupuk Hijau
Pupuk hijau dapat ditanam secara khusus untuk memperbaiki sifat-sifat tanah dan
berguna sebagai pupuk. Kandungan nitrogen pupuk hijau tertinggi pada masa awal
pembentukan bunga, waktu tanam masih lunak dan mudah dilapuk. Oleh karena itu, tanaman
pupuk hijau sebaiknya dipangkas pada waktu itu dan segera dibenamkan kedalam tanah
waktu masih berwarna hijau. Tanaman pupuk hijau dapat meningkatkan kandungan bahan
organik tanah, memperbaiki sifat-sifat fisik tanah dan kimia tanah serta meningkatkan
katahanan tanah terhadap erosi. Tanaman pupuk hijau dapat dipakai untuk memperbaiki
tanah berpasir, tanah liat berat atau tanah-tanah lain yang tidak produktif. Pupuk hijau juga
dapat ditanam di antara baridan tanaman yang sudah ada atau ditanam pada lahan yang bera
sebelum ditanami tanaman utama.
Tanaman pupuk hijau yang mudah menghasilkan biji akan lebih baik dan menarik
karena petani dapat secara mudah dan langsung mengumpulkan bijinya. Tanaman pupuk
hijau yang baik untuk lahan – lahan berlereng antara lain adalah turi (Sesbanian grandiflora),
Desmodium rensonii, Flemingia congesta, Stylosanthes guyanensis, Arachis pintoi,
Gracideae sepium. Jarak tanam tanaman pupuk hijau diatur disesuaikan dengan jarak
tanaman utama. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau waktu air
tanah masih cukup.
Mulsa
Mulsa adalah penutup tanah yang berasal dari pangkasan rumput, sisa panen atau
bahan – bahan lain yang penggunaannya disebarkan di permukaan tanah sepanjang barisan
tanaman atau melingkari batang pohon. Mulsa berguna untuk mengurangi erosi dan aliran
permukaan, mengurangi gulma dan mengurangi biaya perawatan, mengatur suhu tanah,
meningkatkan kandungan bahan organik, dan mengurangi penguapan air tanah atau
meningkatkan kelembaban tanah. Jika digunakan mulsa plastk maka peran pulsa untuk
meningkatkan kandungan bahan organik tanah tidak dapat dicapai. Penutup tanah atau
rumput yang ditanam di antara tanaman pohon-pohonan dapat dengan mudah dipangkas dan
dijadikan mulsa.
Dalam menerapkan teknik mulsa perlu diperhatikan beberapa hal yaitu pemberian
mulsa perlu dijaga agar tidak menebabkan berkembangnya hama dan penyakit
tanaman/kebakaran, pemberian mulsa pada perkebunan jangan terlalu tebal dan sebaiknya
diletakkan dalam strip atau barisan. Jika digunakan mulsa plastik, maka aliran permukaan
akan meningkat, sehingga perlu disiapkan drainase dan saluran pembuangan air yang cukup.
Pematah Angin
Pematah angin adalah barisan pohon atau rumput tinggi yang ditanam dengan jarak
yang tepat untuk mencegah atau mengurangi erosi angin dan kerusakan tanaman yang
disebabkan oleh angin. Pematah angi berguna untuk mengendalikan erosi angin, mengurangi
kerusakan fisiologis atau mekanis terhadap tanaman yang disebabkan oleh angin yang keras,
mengurangi evapotranspirasi, mengurangi kerusakan tanaman akibat garam jika lokasi dekat
laut.
Pohon yang digunakan untuk pematah angin adalah pohon yang tubuhnya tegak
dengan perakaran dalam dengan cabang dan ranting yang kuat dan dapat menahan angin yang
keras. Spesies tanaman yang dapat dipakai antara lain Accacia mangium, Accacia
auriculiformis, Mahagonia sp., sesbania grandiflora, Casuarina sp, dan bambu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Konservasi Lahan Kering. http://ridiah.wordpress.com/konservasi-lahan-
kering. Diakses pada tanggal 2 Mei 2010 pukul 15.50 WIB.
Arsyad, Sitanala. (1989). Konservasi Tanah dan Air, Bogor: Penerbit Institut Pertanian Bogor
(IPB)
Carolyn W. Fanelli dan Lovemore Dumba.. 2007. Pertanian Konservasi di Pedesaan
Zimbabwe. http://salam.leisa.info/index.php?url. Diakses pada tanggal 2 Mei 2010 pukul
16.50 WIB.
Kang, B.T. , G.F. Wilson, and T.L. Lawson. 1984. Alley Cropping a Stable Alternative to
Shifting Cultivation. International Institute of Tropical Agriculture (IITA). Ibadan, Nigeria.
Kang, B.T., L. Reynolds, and A.N. Atta-Krah. 1990. Alley Farming. Advances in Agronomy
Vol 43 : 315 – 359
Van Noodwijk, M., K. Hairiah, B. Lusiana, and G. Candish. 1998. Tree-soil-crop interactions
in sequential and simultaneous agroforestry system. P. 173-190. In L. Bergstrom and H.
Kirchmann (Eds). Carbon and Nutrient Dynamics in Natural and Agricultural Tropical
Ecosystems. CAB International. Wallingford, UK.