Anda di halaman 1dari 14

PEMETAAN KETERSEDIAAN BAHAN PANGAN

KOMODITAS PADI (Oryza sativa L.) DI KABUPATEN MAGELANG


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar dalam menjalani
kehidupanya, sehingga pangan dapat disebut sebagai kebutuhan hak atas hidup
manusia. Menyadari sepenuhnya akan kenyataan tersebut maka pemerintah
Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 68 tahun 2002
tentang Ketahanan Pangan bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat
penting dalam rangka pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia
yang berkualitas, mandiri, dan sejahtera melalui perwujudan ketersediaan pangan
yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar merata di seluruh
wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Sedangkan ketersediaan pangan yaitu pangan tersedia dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga baik jumlah, mutu, dan
keamananya. Ketersediaan pangan mencakup kualitas dan kuantitas bahan pangan
untuk memenuhi standart energi bagi individu agar mampu menjalankan aktivitas
sehari-hari. Dengan adanya pengertian ketersediaan pangan tersebut dapat
dikatakan jika dengan pertambahan jumlah penduduk setiap tahun, sehingga
membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup, yang tentunya akan memerlukan
upaya dan sumber daya untuk memenuhinya.
Kabupaten Magelang memiliki keadaan tanah yang subur sehingga menjadi
daerah yang tepat untuk pertanian bahan pangan. Sehingga Kabupaten Magelang
menjadi salah satu lumbung padi di Provinsi Jawa Tengah. Hasil pertanian terutama
beras menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Magelang. Hampir seluruh
kecamatan di Kabupaten Magelang memiliki ketersediaan pangan yang cukup. Hal
tersebut tentu menjadi salah satu penentu ketahanan pangan di Kabupaten
Magelang. Untuk mengetahui ketersediaan bahan pangan di Kabupaten Magelang,
maka perlu adanya pemetaan ketersediaan bahan pangan terutama pada komoditas
padi.

B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan umum
a. Mengembangkan wawasan dan pengalaman mahasiswa/mahasiswi dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
b. Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja praktis
sehingga secara langsung dapat memecahkan permasalahan yang ada dalam
kegiatan di bidangnya.
c. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara teori dan
penerapannya sehingga dapat memberikan bekal bagi mahasiswa untuk terjun
ke lapangan.
d. Meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara perguruan tinggi,
pemerintah, dan perusahaan.
2. Tujuan khusus
Mengetahui dan memahami pemetaan ketersediaan bahan pangan komoditas
padi (oryza sativa L.) di Kabupaten Magelang.

C. Manfaat Kegiatan
Manfaat dari pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Profesi ini adalah mahasiswa
mampu mengetahui secara langsung di lapangan tentang pemetaan ketersediaan
bahan pangan komoditas padi (oryza sativa L.) di Kabupaten Magelang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Kabupaten Magelang


Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah, dengan luas 108.573 ha atau sekitar 3,34 persen dari luas Provinsi
Jawa Tengah. Ibu kota Kabupaten ini adalah Kota Mungkid. Letak Kabupaten
Magelang yang strategis dapat dilihat dari posisi Kabupaten Magelang yang
terletak di antara kota besar yaitu Kota Yogyakarta dan Kota Semarang.
Wilayah Kabupaten Magelang secara umum merupakan dataran tinggi
yang berbentuk basin (cekungan) dengan dikelilingi lima gunung yaitu
Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, dan Sumbing, serta terdapat
Pegunungan Menoreh di sisi selatan. Kondisi ini menjadikan sebagian besar
wilayah Kabupaten Magelang merupakan daerah tangkapan air sehingga
tanahnya subur karena berlimpahnya sumber air dan sisa abu vulkanis. Hal
tersebut yang membuat Kabupaten Magelang sangat cocok sebagai sektor
pertanian karena tanahnya yang subur.
Kabupaten Magelang merupakan salah satu sentra utama penghasil pangan
di Propinsi Jawa Tengah, sehingga produktivitas tanaman pangan khususnya
tanaman padi terus dipacu. Rata-rata Produktifitas padi sawah berhasil
mencapai 54,64 kwintal per hektar. Hal ini masih lebih tinggi daripada rata-
rata produksi tahun sebelumnya (Bappeda dan Litbangda Kabupaten
Magelang, 2017).

B. Ketersediaan Pangan
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan
pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan,
dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi
seimbang baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perorangan secara
merata diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU RI No.
18 th. 2012 tentang pangan).
Ketersediaan pangan merupakan prasyarat penting bagi keberlanjutan
konsumsi, namun hal ini dinilai belum mencukupi dalam konteks ketahanan
pangan, sebab masih banyak variable yang berpengaruh untuk mencapai
ketahanan pangan tingkat daerah maupun nasional. Oleh karena itu berbagai
upaya dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam
negri (domestic). Bila terjadi kelebihan (surplus), pangan tersebut dapat
diperdagangkan antar wilayah terutama bagi wilayah yang mengalami devisit
pangan dan ekspor. Sebaliknya bila terjadi devisit, sebagian pangan untuk
konsumsi dalam negri dapat dipenuhi dari pasar luar negri atau impor (Ariani:
2007).
Ketersediaan pangan merupakan ketersediaan pangan secara fisik di suatu
daerah atau wilayah dilihat dari segala sumber, baik itu produksi pangan
domestik, perdagangan pangan dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan
dapat ditentukan oleh beberapa hal yaitu produksi pangan di wilayah tersebut,
perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang
dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah serta bantuan pangan dari
pemerintah atau organisasi lainnya (Suryana: 2001).

C. Peran Pertanian dalam Ketersediaan Bahan Pangan


Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam
menyediakan kebutuhan bahan pangan yang diperlukan masyarakat untuk
menjamin ketahanan pangan, menyediakan bahan baku industri, sebagai pasar
potensial bagi produk-produk yang dihasilkan oleh industri serta
menyumbang pembangunan pedesaan dan pelestarian lingkungan (Harianto
dkk, 2009).
Usahatani memegang peranan penting terhadap ketersediaan pangan.
Salah satu komoditas yang berperan dalam ketersediaan pangan tersebut
adalah padi. Usahatani padi dapat menghasilkan beras yang merupakan bahan
makanan pokok untuk dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia.
Ketersediaan bahan pangan (beras) dalam negeri maupun daerah yang belum
mencukupi dapat menjadi masalah. Selain bahan pangan, beras juga
merupakan bahan baku penting dalam beberapa industri makanan seperti mie
dan kue. Oleh karena itu usahatani padi dituntut mampu menyediakan beras
untuk memenuhi permintaan yang ada khususnya dalam negeri.
Sumbangan sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak dalam
hal menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang
semakin meningkat, menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor
barang-barang modal bagi pertumbuhan melalui ekspor hasil pertanian secara
teru-menerus dan meningkatkan kesejahteraan rakyat pedesaan (Jhingan,
2008).

D. Komoditas Padi
Hingga saat ini dan beberapa tahun mendatang, beras tetap menjadi sumber
utama gizi dan energi bagi lebih dari 90% penduduk Indonesia. Dengan
tingkat konsumsi rata-rata 141 kg/kapita/tahun, untuk mencapai kemandirian
pangan hingga tahun 2005 dibutuhkan 34 juta ton beras atau setara dengan
54 juta ton GKG/tahun. Walaupun program diversifikasi pangan sudah sejak
lama dicanangkan, namun belum terlihat indikasi penurunan konsumsi beras,
bahkan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk.
Keberhasilan peningkatan produktivitas sangat berkorelasi dengan inovasi
teknologi, strategi, dan pendekatan program intensifikasi. Kontribusi varietas
unggul dalam peningkatan produktivitas padi mencapai 75% jika
diintegrasikan dengan teknologi pengairan dan pemupukan. Pada tahun 2004,
sebagian besar (90%) areal pertanaman padi di sentra produksi utama telah
ditanami varietas unggul baru (VUB) dan 17 varietas di antaranya lebih
dominan pengembangannya dengan luas tanam lebih dari 10 ribu ha per
varietas. Dangan dihasilkan dan dikembangkannya beragam VUB dengan
sifat yang beragam pula dapat memecahkan masalah lingkungan biotik dan
abiotik serta memenuhi keinginan petani dan preferensi konsumen yang juga
berbeda antardaerah.
Keuntungan dari percepatan dan perluasan adopsi teknologi adalah: (1)
peningkatan produksi lebih terjamin karena sifat lahan sudah dipahami
petani; (2) penggunaan lahan lebih hemat sehingga lahan yang lain dapat
digunakan untuk komoditas lainnya; (3) peluang peningkatan pendapatan
petani lebih besar karena teknologi yang diterapkan sudah matang dan
diyakini efektif meningkatkan hasil dan efisiensi, dan (4) usaha agribisnis
lebih mudah karena daerah penerima adopsi umumnya telah memiliki
infrastruktur yang memadai. Namun, strategi ini tidak menumbuhkan daerah
pertanian baru atau kurangnya pemerataan pembangunan pertanian dan
penyerapan tenaga kerja.
Strategi yang dapat ditempuh dalam meningkatkan produksi padi nasional
untuk pemecahan masalah sistem produksi padi antara lain: 1) Pemanfaatan
teknologi budi daya spesifik lokasi yang sudah maju untuk menekan senjang
hasil antara potensi dan hasil aktual, 2) Pemanfaatan teknologi budi daya
yang sudah maju, VUB hasil tinggi dan minat petani yang masih besar untuk
akselerasi peningkatan produksi sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang
semakin meningkat, dan 3) Peningkatan diseminasi teknologi budidaya dan
VUB spesifik lokasi untuk meningkatkan produksi (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, 2007).

BAB III
METODE PELAKSANAAN
Cara atau metode pelaksanaan kuliah kerja profesi yang dilakukan di Dinas
Pertanian dan Pangan Pemerintahan Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut :
1. Partisipasi yaitu dengan ikut serta dalam kegiatan yang berkaitan dengan
pengolahan data untuk pemetaan ketersediaan bahan pangan di Kabupaten
Magelang.
2. Observasi, yaitu dengan mengamati dan mengenal secara langsung pengolahan data
ketersediaan bahan pangan di Kabupaten Magelang.
3. Berdiskusi dengan pendamping praktek lapangan yang berkaitan dengan ruang
lingkup kerja praktek.
4. Mencatat data primer dan sekunder dari sumber-sumber yang dapat di pertanggung
jawabkan dari kegiatan praktek lapangan.
5. Melakukan dokumentasi hasil pratek di lapangan untuk laporan kerja kuliah profesi.

BAB IV
RENCANA KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Profesi ini dilaksanakan selama 2 bulan,


efektif terhitung bulan November 2018 – Januari 2019 di Dinas Pertanian dan Pangan
Pemerintahan Kabupaten Magelang.
Tabel Rencana Kegiatan
Waktu Kegiatan
No. Jenis Kegiatan November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan proposal kuliah kerja
nyata
2. Konsultasi dengan dosen
pembimbing
3. Pengiriman surat pengantar kuliah
kerja profesi

4. Mengikuti kegiatan kuliah kerja


profesi

5. Konsultasi dan diskusi dengan


pembimbing lapangan

6. Menyusun laporan kuliah kerja


profesi

BAB V
PENUTUP

Demikian proposal permohonan kuliah kerja profesi ini sebagai salah satu
pertimbangan bagi pihak Dinas Pertanian dan Pangan Pemerintahan Kabupaten
Magelang. Besar harapan saya agar pihak Dinas Pertanian dan Pangan Pemerintahan
Kabupaten Magelang berkenan memberikan kesempatan kepada saya untuk
melaksanakan kuliah kerja profesi. Kesempatan yang diberikan tentunya akan
dimanfaatkan semaksimal mungkin. Atas perhatian dan kesediannya akan bimbingan
serta dukungan dari berbagai pihak, saya ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Balitbangtan, 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi Edisi Kedua.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Jakarta.
Ariani, Mewa.2007.Penguatan Ketahanan Pangan Daerah Untuk Mendukung
Ketahanan Pangan Nasional.Pusat Analisis dan Kebijakan
Pertanian.Bogor.
Bappeda dan Litbangda Kabupaten Magelang, 2017. Kondisi Geografis Kabupaten
Magelang. bappeda.magelangkab.go.id/
Suryana, Achmad, 2001. Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional (Online),
(http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2 005_IV_15.pdf).
Situmorang H.T Boyke, Harianto, Tambunan M, Kusnadi N. 2009. Dampak Kebijakan
Fiskal Daerah Terhadap Ketahanan Pangan dan Kemiskinan di Provinsi
Sumatra Utara. Bogor: IPB.
Undang-undang republik indonesia nomor 18 tahun 2012. Tentang Pangan.
http://codexindonesia.bsn.go.id/uploads/download/UU_Pangan_No.18
__.pdf
Jhingan, M.L. 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai