Anda di halaman 1dari 15

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Juli 2019 di Desa

Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul. Analisis data

laboratorium dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Yogyakarta.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Alat tulis

b. Alat laboratorium

c. Perangkat komputer

d. ArcGis 10.2

e. Microsoft office 2013

f. Bor tanah

g. Ring sample

h. Abney level

i. Plastik sampel

j. Cangkul

k. Sekop

l. Meteran

20
21

m. Kamera

n. Pisau

o. GPS Garmin

2. Bahan

a. Peta administrasi Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten

Gunung Kidul dengan Skala 1: 25.000

b. Peta tataguna lahan Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten

Gunung Kidul dengan Skala 1: 25.000

c. Peta kemiringan lereng Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari,

Kabupaten Gunung Kidul dengan Skala 1: 25.000

d. Peta titik sample Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten

Gunung Kidul dengan Skala 1: 25.000

e. Sampel tanah

f. pH meter

g. Kemikalia laboratorium

C. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode survei lapangan

yaitu metode pengumpulan data untuk mendapatkan keterangan dengan

melakukan peninjauan serta pengamatan langsung di lapangan yang

merupakan tempat/ lokasi penelitian. Subyek penelitian adalah Desa

`
22

Ngalang dengan luas 1481,7 ha. Pengambilan contoh tanah dilakukan

secara komposit pada lapisan olah tanah (kedalaman 0 – 25 cm). Contoh

tanah dikering anginkan selama satu minggu kemudian dipersiapkan untuk

keperluan analisis laboratorium.

Pengambilan sampel tanah akan dilakukan dengan metode purposif

yaitu penetuan pengambilan sampel pada lokasi yang telah di tentukan

berdasarkan Peta Satuan Lahan (PSL). PSL diperoleh dari overlay

(tumpang susun) peta kemiringan lahan, peta penggunaan lahan serta peta

administrasi Desa Ngalang dengan menggunakan bantuan software

ArcGIS 10.2 pada berbagai areal lahan kering yang ada di Desa Ngalang.

Selanjutnya, kualitas tanah dinilai dengan cara menentukan kelas kualitas

tanah dari indikator kinerja tanah yang diamati sehingga kelas kualitas

tanah di Desa Ngalang dapat di interpretasikan. Titik pengambilan sampel

akan dijabarkan pada Gambar 3. Terdapat 8 titik pengambilan sampel

yang akan disajikan pada Tabel 3


23

Tabel 3. Titik pengambilan sampel


Penggunaan Koordinat Titik Pengambilan
No Kode
Lahan X Y DMS
1 TP – 1 L–E–T 454307 9126902 7°53’37.054” - 110° 35’0.769”
2 TP – 2 AC – E – T 452169 9127820 7°53’24.584” - 110° 33’57.881”
3 TP – 3 L – E – STH 453413 9128910 7°53’12.372” - 110° 34’29.264”
4 TP – 4 L–I–T 454135 9127653 7°52’56.877” - 110° 35’07.014”
5 TP – 5 L – I – STH 453629 9128879 7°52’49.623” - 110° 34’41.809”
6 TP – 6 AC – E – STH 453321 9129194 7°52’35.256” - 110° 34’35.554”
7 TP – 7 AC – I – STH 452654 9129295 7°52’39.169” - 110° 34’08.379”
8 TP – 8 AC – I – T 453041 9129972 7°52’25.312” - 110° 34’23.252”
Keterangan: TP = Titik Pengambilan; AC – E – STH = Agak Curam, Entisols,
Sawah Tadah Hujan; AC – E – T = Agak Curam, Entisols Tegalan;
AC – I – STH = Agak Curam, Inceptisols, Sawah Tadah Hujan; AC–
I – T = Agak Curam, Inceptisols, Tegalan;; L – E – STH= Landai,
Entisols, Sawah Tadah Hujan L – E – T = Landai, Entisols, Tegalan;
L – I – STH = Landai, Inceptisols, Sawah Tadah Hujan; L – I – T =
Landai, Inceptisols, Tegalan

`
24
Tabel 4. Modifikasi Indikator, Bobot dan Batas – batas Fungsi Penilaian
Fungsi Penilaian
Bobot
Fungsi Tanah Bobot I Indikator Tanah Bobot II Indeks Bobot Batas bawah Batas atas
III
X1 X1 X2 Y2
Melestarikan 0,4 Media Perakaran 0,4
aktivitas biologi Jeluk perakaran (cm) 0,7 0,112 60 0 250 1
Berat volume (gr/cm3) 0,3 0,048 2,1 0 1,3 1
Kelengasan 0,4
Porositas (%) 0,2 0,032 20/80 0 50 1
C – organik (mg/kg) 0,4 0,064 0,2 0 3,5 1
Debu + lempung (%) 0,4 0,064 0 0 60 1
Keharaan 0,2
pH 0,1 0,008 4,5 / 9 0 6,5 1
C – Organik (mg/kg) 0,3 0,024 15 0 50 1
N – Total (mg/kg) 0,2 0,016 1,5 0 5 1
P – Tersedia (mg/kg) 0,2 0,016 7.5/150 0 30 1
K – Tersedia (mg/kg) 0,2 0,016 45/525 0 170 1
Pengaturan dan 0,4 Debu + lempung (%) 0,6 0,24 0 0 60 1
penyaluran air Porositas (%) 0,2 0,08 20 0 80 1
Berat volume (gr/cm3) 0,2 0,08 2,1 0 1,3 1
Stuktural 0,2 Debu + lempung (%) 0,6 0,08 0 0 60 1
penyangga Porositas (%) 0,1 0,12 20 0 80 1
Posisi lereng 0,3 0,02
Kemiringan lereng (%) 0,4 0,024 100 0 0 1
Panjang lereng (m) 0,6 0,036 10 0 2100 1
Total 1,0
Sumber: Karlen et al, 1994

29
17
30

Indeks kualitas tanah dihitung berdasarkan kriteria Mausbach dan

Seybold (1998), yang dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan

menggunakan analisis Minimum Data Set (MDS). Perubahan yang

dilakukan pada beberapa hal, yaitu:

1. Indikator kemantapan agregat didekati dengan presentase

debu+lempung. Presentase debu+lempung sangat menentukan

kemantapan agregat yang dapat berperan pada fungsi pengaturan

kelengasan, penyaring dan penyangga tanah.

2. Indikator C total dapat diganti dengan C organik, dengan pertimbangan

bahwa pengukuran C organik lebih mudah dilakukan.

3. Batas atas dan batas bawah beberapa indikator tanah diturunkan atau

dinaikkan, disesuaikan dengan hasil pengukuran parameter di

lapangan. Modifikasi tersebut terangkum dalam Tabel 4.

2. Parameter penelitian

Terdapat dua cara dalam pengamatan parameter/ indikator kinerja tanah

yang telah ditentukan yakni:

a. Kualitatif

Pengamatan indikator kinerja tanah secara kualitatif dilakukan

dilapangan dengan menafsirkan keadaan fisik yang dapat terlihat

secara visual menggunakan parameter yang telah ditentukan, indikator

kinerja tanah yang diamati kualitatif antara lain:


31

1. Kedalaman perakaran. Pengamatan dilakukan secara langsung

dengan melihat kedalaman akar primer yang mampu menembus

solum tanah

2. Panjang lereng, menggunakan meteran

Panjang lereng dikalsifikasikan menjadi 5 kelas, klasifikasi

tersebut dijabarkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Ukuran panjang lereng


Panjang Lereng (m) Klasifikasi
< 15 Lereng sangat pendek
15 – 50 Lereng pendek
50 – 250 Lereng sedang
250 – 500 Lereng panjang
>500 Lereng sangat panjang
Sumber: Van Zuidam, 1985

3. Kemiringan lereng, menggunakan abney level

Kemiringan lereng diklasifikasikan menjadi 7 kelas menurut

perbedaan tinggi dan kemiringan lerengnya, klasifikasi tersebut

dijabarkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hubungan kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian


Kemiringan Perbedaan
Keterangan
Lereng (%) Ketinggian (m)
0–2 <5 Datar
3–7 5 – 50 Sangat Landai
8 – 13 25 – 75 Landai
14 – 20 75 – 200 Agak Curam
21 – 55 200 – 500 Curam
55 – 140 500 – 1.000 Sangat Curam
>140 >1.000 Terjal
Sumber: Van Zuidam, 1985

`
32

Pada Tabel 5. dan Tabel 6. Pembagian kemiringan lereng dan

bentuk lahan secara kuantitaif melalui perhitungan dikelompokkan

berdasarkan jumlah persen dan besar sudut lereng, untuk

mengetahui jumlah tersebut dapat diketahui melalui perhitungan

dari perbandingan antara perbedaan ketinggian dengan jarak datar

yang terbentuk. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

S= ( ∆Dh ) x 100 %
Keterangan: S= Kemiringan lereng (%);∆ h= Perbedaan ketinggian
(m); D= Jarak titik tertinggi dengan titik terendah
(Van Zuidam, 1985).

b. Kuantitatif

Pengamatan indikator kinerja tanah secara kuantitatif dilakukan di

lapangan dengan menetapkan pemberian skor atau pengharkatan

maupun mengamati pada skala yang terbaca. Indikator kinerja tanah

yang diamati secara kuantitatif antara lain:

1. Berat volume, menggunakan metode bongkahan (Balittanah, 2006)

2. Berat jenis, menggunakan metode perendaman (Balitannah, 2006)

3. Porositas tanah, didapatkan dengan cara menghitung ruang pori

BV
total yang ada didalam tanah dengan rumus ((1 - ) x 100%)
BJ

4. Persentase debu dan lempung, menggunakan metode hidrometer

guna mengetahui persentase masing – masing fraksi (Balittanah,

2006)
33

5. pH aktual H2O, menggunakan metode pH meter dengan

perbandingan 1:2,5 (Balittanah, 2009)

6. Kadar C – organik, menggunakan metode Walkey and Black

dimana karbon didalam senyawa organik akan mereduksi Cr6+ yang

berwarna jingga menjadi Cr3+ yang berwarna hijau dalam suasana

asam. Pentingnya pengukuran karbon organik dalam indikator

kinerja tanah karena karbon dapat menunjukan respon tanah

terhadap pergiliran pola pengolahan tanah dan rotasi tanaman.

Dimana karbon organik berkolerasi dengan persentase bahan

organik, kemantapan agregat serta aktivitas organisme didalam

tanah (Balittanah, 2009; Gugino et al, 2009)

7. Kadar N – total tanah, menggunakan metode Kjeldahl. Prinsip

penetapan kadar N – total yakni senyawa nitrogen organik

dioksidasi dalam lingkungan asam sulfat pekat dengan katalis

campuran selen membentuk (NH4)2.SO4. Kadar amonium dalam

ekstrak dapat ditetapkan dengan cara destilasi. Pada cara destilasi,

ekstrak dibasakan dengan penambahan larutan NaOH. Selanjutnya,

NH3 yang dibebaskan diikat oleh asam penampung dan ditritasi

dengan larutan baku NaOH 0,1 N untuk menunjukan sisa asam

yang tidak bereaksi dengan gas amoniak. (Balittanah, 2009; Fahmi

et al, 2010).

8. Kandungan P tersedia tanah

`
34

Kandungan P tersedia menggunakan metode Bray (Balittanah,

2009) digunakan untuk mengetahui kandungan P tersedia yang ada

didalam tanah. P tersedia dalam tanah yang diserap oleh tanaman

sangat berpengaruh dalam proses pembungaan serta produksi buah

dan biji.

9. Kandungan K tersedia tanah

Kandungan K menggunakan metode Morgan Wolf (Balittanah,

2009). Kandungan K tersedia digunakan untuk mengetahui

kandungan K tersedia yang ada didalam tanah. K tersedia di dalam

tanah yang diserap tanaman dapat berpengaruh pada daya tahan

tegakan suatu tanaman.

3. Teknik analisis data

Penilaian kualitas tanah berdasarkan dari hasil penilaian indeks

tanah. Cara perhitungan indeks adalah sebagai berikut:

1. Indeks penilaian terdiri dari 3 indeks bobot dasar, dimana indeks bobot

kedua dan ketiga merupakan turunan dari indeks bobot yang pertama.

2. Indeks bobot dihitung dengan mengalikan bobot fungsi tanah (bobot 1)

dengan bobot medium perakaran (bobot 2) dengan bobot jeluk

perakaran (bobot 3). Misalnya, indeks bobot untuk porositas diperoleh

dengan mengalikan 0,40 (bobot 1) dengan 0,33 (bobot 2) dengan 0,60

(bobot 3), dan hasilnya sama dengan 0,080.

3. Skor dihitung dengan membandingkan data pengamatan dari indikator

tanah dan fungsi penilaian. Skor berkisar dari 0 untuk kondisi buruk
35

dan 1 untuk kondisi baik. Penetapan skor dapat melalui interpolasi

atau persamaan linier sesuai dengan kisaran yang ditetapkan berdasar

harkat atau berdasarkan data yang diperoleh.

4. Fungsi penilaian berdasarkan batas atas dan batas bawah dari hasil

pengamatan atau dapat melihat dari contoh penilaian fungsi oleh

Karlen (1994). Apabila hasil pengamatan memiliki nilai yang lebih

rendah dibandingkan batas bawah fungsi penilaian maka hasil

pengamatan tersebut ditetapkan menjadi batas bawah penilaian. Begitu

pula sebaliknya

5. Indeks kualitas tanah dihitung dengan mengalikan indeks bobot dan

skor dari indikator

6. Indeks dari masing – masing indikator di jumlah. Nilai total dari

indeks diklasifikasikan kedalam Indeks kualitas tanah pada Tabel 7.

Tabel 7. Kriteria penilaian tanah berdasarkan indikator


kinerja
No Kelas Nilai IKT Kriteria Kualitas Tanah
1 0,80 – 1,00 Sangat Baik
2 0,60 – 0,79 Baik
3 0,40 – 0.59 Sedang
4 0,20 – 0,39 Rendah
5 0,00 – 0,19 Sangat rendah
Sumber: Partoyo, 2005

Analisis data dilakukan secara deskriptif berdasarkan kualitas tanah

yang terukur. Klasifikasi nilai dimulai dari skor terendah yang diperoleh.

Apabila terdapat persamaan nilai antara batas bawah dengan batas atas

`
36

pada kriteria yang berbeda maka digunakan kriteria yang dianggap

menguntungkan.

D. Bagan Alir Penelitian

Degradasi
Lahan

Intensifikas
i Lahan

Faktor
Pembatas

Pengadaan Topografi Kesuburan


Air Irigasi yang Tanah

Fungsi
Tanah

Aktivitas Pengaturan Struktural


Biologi Air Penyangga

Uji
Kualitas

Indeks
Kualitas

Masukan dan Arahan Pemanfaatan


Lahan Kering di Desa Ngalang

Gambar 8. Bagan alir penelitian


37

E. Rencana Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 2,5 bulan,

efektif terhitung bulan April 2019 – Juli 2019 di Desa Ngalang, Kecamatan

Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul.

Tabel 8. Rencana kegiatan penelitian


Waktu Pelaksanaan
Bulan
Macam April Bulan Mei Bulan Juni Bulan Juli
No
Kegiatan Minggu Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-
ke-
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi
dengan dosen
pembimbing
dan survey
pendahuluan
2 Melakukan
penyusunan
proposal
skripsi dan
SPL
3 Melakukan
pengambilan
sampel tanah
dan
pengambilan
data sekunder
4 Melakukan
analisis
laboratorium
dan analisis
data lapangan
5 Penyusunan
laporan
penelitian

`
38

Anda mungkin juga menyukai