Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

“FRAKTUR KOMPRESI LUMBAL”

I. KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFENISI

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

dengan jenis dan luasnya. Faktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih

besar dari yang dapat diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan

langsung, gaya meremuk, gerakan putir, mendadak bahkan kontraksi otot

ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh,

mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi,

dislokasi sendi, rupture tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh

darah. (Brunner and Suddarth, 2001).

Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Gejala – gejala fraktur

tergantung pada sisi, beratnya dan jumlah kerusakan pada struktur lain,

biasanya terjadi pada orang dewasa laki-laki yang disebabkan oleh

kecelakaan, jatuh, dan perilaku kekerasan. (Marilyn, E. Doengoes, 1999).

Fraktur adalah deformasi atau dekontinuitas dari tulang oleh tenaga

yangmelebihikekuatantulang.(http://www.medicastore.com/med/detail=pata

h;tulang/).

Dari ketiga pengertian diatas penulis menyimpulkan fraktur lumbal

adalah kerusakan pada tulang belakang berakibat trauma, biasanya terjadi

pada orang dewasa laki-laki yang disebabkan oleh kecelakaan, jatuh, dan

perilaku kekerasan.
B. ETIOLOGI

Adapun penyebab dari fraktur menurut Brunner and Suddart, 2001

adalah sebagai berikut :

1. Trauma langsung merupakan utama yang sering menyebabkan fraktur.

Fraktur tersebut terjadi pada saat benturan dengan benda keras.

2. Putaran dengan kekuatan yang berlebihan (hiperfleksi) pada tulang akan

dapat mengakibatkan dislokasi atau fraktur.

3. Kompresi atau tekanan pada tulang belakang akibat jatuh dari ketinggian,

kecelakaan lalu lintas dan sebagainya.

4. Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi patologis

yang menimbulkan penyakit tulang atau melemahnya tulang.

5. Postur Tubuh (obesitas atau kegemukan) dan “Body Mekanik” yang

salah seperti mengangkat benda berat.

C. PATOFISIOLOGI

1. Perjalanan Penyakit

Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antara korpus

vertebra yang saling berdekatan. Diantaranya korpus vertebra mulai dari

vertebra sevikalis kedua sampai vertebra sakralis terdapat discus

intervertebralis. Discus-discus ini membentuk sendi fibrokartilago yang

lentur antara korpus pulposus ditengah dan annulus fibrosus di

sekelilingnya. Nucleus pulposus merupakan rongga intervertebralis yang

terdiri dari lapisan tulang rawan dalam sifatnya semigelatin, mengandung


berkas-berkas serabut kolagen, sel – sel jaringan penyambung dan sel-sel

tulang rawan.

Zat-zat ini berfungsi sebagai peredam benturan antara korpus

vertebra yang berdekatan, selain itu juga memainkan peranan penting

dalam pertukaran cairan antara discus dan pembuluh-pembuluh kapiler.

Apabila kontuinitas tulang terputus, hal tersebut akan mempengaruhi

berbagai bagian struktur yang ada disekelilingnya seperti otot dan

pembuluh darah. Akibat yang terjadi sangat tergantung pada berat

ringannya fraktur, tipe, dan luas fraktur. Pada umumnya terjadi edema

pada jaringan lunak, terjadi perdarahan pada otot dan persendian, ada

dislokasi atau pergeseran tulang, ruptur tendon, putus persyarafan,

kerusakan pembuluh darah dan perubahan bentuk tulang dan deformitas.

Bila terjadi patah tulang, maka sel – sel tulang mati. Perdarahan biasanya

terjadi disekitar tempat patah dan kedalaman jaringan lunak disekitar

tulang tersebut dan biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi

peradangan hebat timbul setelah fraktur.

D. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinik fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,

pemendekkan deformitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan

warna.

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilasi. Spasme otot yang menyertai fraktur yang merupakan bentuk


bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar

fragmen tulang.

2. Setelah terjadi fraktur, bagian – bagian tak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada

fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas yang bisa diketahui

dengan ekstermitas normal.

3. Terjadi pemendekan tulang karena kontraksi otot yang melekat di atas

dan bawah tempat fraktur.

4. Saat ekstermitas diperiksa teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus

akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi

sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

E. PROSES PENYEMBUHAN TULANG

1. Tahap Hematoma, Pada tahap terjadi fraktur, terjadi kerusakan pada

kanalis Havers sehingga masuk ke area fraktur setelah 24 jam terbenutk

bekuan darah dan fibrin yang masuk ke area fraktur, terbenuklah

hematoma kemudian berkembang menjadi jaringan granulasi.

2. Tahap Poliferasi, Pada aerea fraktur periosteum, endosteum dan sumsum

mensuplai sel yang berubah menjadi fibrin kartilago, kartilago hialin dan

jaringan panjang.

3. Tahap Formiasi Kalus atau Prakalus, Jaringan granulasi berubah menjadi

prakalus. Prakalus mencapai ukuran maksimal pada 14 sampai 21 hari

setelah injuri.
4. Tahap Osifikasi kalus, Pemberian osifikasi kalus eksternal (antara

periosteum dan korteks), kalus internal (medulla) dan kalus intermediet

pada minggu ke-3 sampai dengan minggu ke-10 kalus menutupi lubang.

5. Tahap consolidasi, Dengan aktivitas osteoblasi dan osteoklas, kalus

mengalami proses tulang sesuai dengan hasilnya.

Faktor – faktor yang mempengaruhi proses pemulihan :

a. Usia klien

b. Immobilisasi

c. Tipe fraktur dan area fraktur

d. Tipe tulang yang fraktur, tulang spongiosa lebih cepat sembuh

dibandingkan dengan tulang kompak.

e. Keadaan gizi klien

f. Asupan darah dan hormon – hormon pertumbuhan yang memadai

g. Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang

h. Komplikasi atau tidak misalnya infeksi biasa menyebabkan penyembuhan

lebih lama.

i. Keganasan lokal, penyakit tulang metabolik dan kortikosteroid.

F. KOMPLIKASI

1. Syok

Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel

ke jaringan yang rusak sehingga terjadi kehilangan darah dalam jumlah

besar akibat trauma.


2. Mal union

Gerakan ujung patahan akibat imobilisasi yang jelek menyebabkan

mal union, sebab-sebab lainnya adalah infeksi dari jaringan lunak yang

terjepit diantara fragmen tulang, akhirnya ujung patahan dapat saling

beradaptasi dan membentuk sendi palsu dengan sedikit gerakan (non

union).

3. Non union

Non union adalah jika tulang tidak menyambung dalam waktu 20

minggu. Hal ini diakibatkan oleh reduksi yang kurang memadai.

4. Delayed union

Delayed union adalah penyembuhan fraktur yang terus berlangsung

dalam waktu lama dari proses penyembuhan fraktur.

5. Tromboemboli, infeksi, kaogulopati intravaskuler diseminata (KID).

Infeksi terjadi karena adanya kontaminasi kuman pada fraktur terbuka

atau pada saat pembedahan dan mungkin pula disebabkan oleh

pemasangan alat seperti plate, paku pada fraktur.

6. Emboli lemak

Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena tekanan

sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler. Globula lemak akan

bergabung dengan trombosit dan membentuk emboli yang kemudian

menyumbat pembuluh darah kecil, yang memsaok ke otak, paru, ginjal,

dan organ lain.


7. Sindrom Kompartemen

Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang

dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Berakibat kehilangan fungsi

ekstermitas permanen jika tidak ditangani segera.

8. Cedera vascular dan kerusakan syaraf yang dapat menimbulkan iskemia,

dan gangguan syaraf. Keadaan ini diakibatkan oleh adanya injuri atau

keadaan penekanan syaraf karena pemasangan gips, balutan atau

pemasangan traksi.

G. JENIS FRAKTUR

Adapun klasifikasi menurut Brunner and Suddarth, 2001 adalah sebagai

berikut :

1. Berdasarkan garis patah yang terdapat pada tulang, fraktur dibedakan

menjadi dua, yaitu:

a) Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan

biasanya mengalami pergeseran.

b) Fraktur tidak komplet adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari

garis tengah tulang.

2. Berdasarkan robekan yang terdapat pada kulit, fraktur dibedakan menjadi

dua, yaitu :

a) Fraktur tertutup (fraktur simple) adalah fraktur yang tidak

menyebabkan robeknya kulit.

b) Fraktur terbuka (fraktur komplikata/ kompleks) adalah fraktur dengan

luka pada kulit atau membran mukosa sampai patahan tulang.


3. Berdasarkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang dibedakan

menjadi tulang bergeser dan fraktur tidak bergeser.

4. Berbagai jenis khusus fraktur adalah sebagai berikut :

a) Greenstick adalah fraktur di mana salah satu sisi tulang patah sedang

sisi lainnya membengkok.

b) Transversal adalah fraktur sepanjang garis tengah tulang.

c) Oblik adalah fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

d) Spiral adalah fraktur memuntir seputar batang tulang.

e) Kominutif adalah fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa

fragmen.

f) Depresi adalah fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam.

g) Kompresi adalah fraktur di mana tulang mengalami kompresi.

h) Patologik adalah fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit.

i) Avulsi adalah tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendo

pada perlekatannya.

H. PENATALAKSANAAN MEDIK

1. Pengobatan dan Terapi Medis

a) Pemberian anti obat antiinflamasi seperti ibuprofen atau prednisone

b) Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut

c) Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot

d) Bedrest, Fisioterapi
2. Konservatif

Pembedahan dapat mempermudah perawatan dan fisioterapi agar

mobilisasi dapat berlangsung lebih cepat. Pembedahan yang sering

dilakukan seperti disektomi dengan peleburan yang digunakan untuk

menyatukan prosessus spinosus vertebra; tujuan peleburan spinal adalah

untuk menjembatani discus detektif, menstabilkan tulang belakang dan

mengurangi angka kekambuhan. Laminectomy mengangkat lamina untuk

memanjakan elemen neural pada kanalis spinalis, menghilangkan

kompresi medulla dan radiks. Microdiskectomy atau percutaeneus

diskectomy untuk menggambarkan penggunaan operasi dengan

mikroskop, melihat potongan yang mengganggu dan menekan akar

syaraf.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Merupakan tahap awal dari pendekatan proses keperawatan dan

dilakukan secara sistematika mencakup aspek bio, psiko, sosio, dan

spiritual. Langkah awal dari pengkajian ini adalah pengumpuln data yang

diperoleh dari hasil wawancara dengan klien dan keluarga, observasi

pemeriksaan fisik, konsultasi dengan anggota tim kesehatan lainnya dan

meninjau kembali catatan medis ataupun catatan keperawatan. Pengkajian

fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Adapun lingkup pengkajian yang dilakukan pada klien fraktur menurut

Brunner and Suddarth, 2002 adalah sebagai berikut :

1). Aktivitas/ istirahat.

Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan


rutin, dispnea karena aktivitas.

Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).

2). Sirkulasi.

Gejala : JVD (obstruksi vana kava).

Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).

Takikardi/ disritmia,Jari tabuh.

3). Integritas ego.

Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan

Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.

Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.


4). Eliminasi.

Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).

Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan


hormonal, tumor epidermoid)

5). Makanan/ cairan.

Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan


masukan

makanan.

Kesulitan menelan

Haus/ peningkatan masukan cairan.

Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)

Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena


kava), edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan
hormonal, karsinoma sel kecil)

Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal,


tumor epidermoid).

6). Nyeri/ kenyamanan.

Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak
selalu

pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi


oleh perubahan posisi.

Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau


adenokarsinoma)

Nyeri abdomen hilang timbul.


7). Pernafasan.

Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan
atau

produksi sputum.

Nafas pendek

Pekerja yang terpajan polutan, debu industri

Serak, paralysis pita suara.

Riwayat merokok

Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja

Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)

Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan


aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan
trakea ( area yang mengalami lesi).

Hemoptisis.

8). Keamanan.

Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)

Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal,


karsinoma sel kecil)

9). Seksualitas.

Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma


sel

besar)

Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal,


karsinoma sel kecil)

10). Penyuluhan.

Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru),


tuberculosis

Kegagalan untuk membaik.


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,agen

pencedera kimiawi,agen cedera fisik.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, tira

baring,imobilitas.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka, tira baring

lama, luka bakar

4. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan anoreksia,mual muntah.

5. Gangguan istrahat tidur berhubungan dengan nyeri, lingkungan

bising,kurang kontrol tidur.

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NO NANDA NOC NIC

1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Tentukan lokasi,


dengan agen tindakan karakteristik, kualitas dan
cederafisiologis,agen keperawatan keparahan nyeri sebelum
cedera kimiawi,agen selama 3x24 jam mengobati pasien
cidera fisik diharapkan nyeri 2. Berikan kebutuhan
berkurang atau kenyamanan dan aktivitas
hilang dengan lain yang dapat membantu
kriteria hasil : relaksasi untuk memfalitasi
 Nyeri yang penurunan nyeri
dilaporkan 3. Tentukan analgesik
dipertahankan sebelumnya, rute pemberian
pada skala 1 , dan dosis untuk mencapai
(cukup berat) hasil pengurangan nyeri
kemudian yang optimal.
ditingkatkan ke 4. Evaluasi respon terhadap
skala 4 (ringan). pemberian analgesik dan
adanya efek samping.
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Bantu klien untuk
berhubungan dengan tindakan mengeksplorasikan tujuan
kelemahan, keperawatan personal dari aktivitas-
inmobilitas, tira selama 3x24 jam aktivitas yang biasa
baring diharapkan dilakukan.
aktivitas klien 2. Bantu klien untuk memilih
dapat terpenuhi aktivitas dan pencapaian
dengan kriteria tujuan melalui aktivitas
hasil : yang konsisten dengan
kemampuan fisik.
 kemudahan 3. Instruksikan pasien dan
dalam keluarga untuk
melakukan melaksanakan aktivitas
aktivitas hidup yang diinginkan maupun
harian dapat yang diresepkan.
dipertahankan 4. Bantu dengan aktivitas
pada skala 3 fisik secara teratur seperti
(cukup ambulasi, berputar dan
terganggu) berjalan
kemudian 5. Ciptakan lingkungan yang
ditingkatkan ke aman untuk dapat
skala 5 (tidak melakukan pergerakan otot
terganggu) secara berkala sesuai
dengan kriteria dengan indikasi.
hasil :
Klien dapat
beraktivitas
seperti biasanya
3 Kerusakan integritas Setelah dilakukan 1. Angkat balutan dan plester
kulit berhubungan tindakan perekat
dengan agen cidera keperawatan 2. Monitor karakteristik
kimiawi, ekskresi, selama 3x24 jam luka,termasuk
kelembapan, luka Klien mampu drainase,warna, ukuran,
insisi mempertahankan dan bau.
keutuhan kulit. 3. Bersihkan dengan normal
Dengan kriteria saline atau pembersih yang
hasil : tidak beracun dengan tepat
 tidak ada 4. Oleskan salep yang sesuai
tanda dengan kulit
infeksi 5. Berikan balutan yang
sesuai dengan jenis luka.

4 Resiko Setelah dilakukan 1. Tentukan status gizi dan


ketidakseimbangan tindakan kemampuan pasien untuk
nutrisi kurang dari keperawatan memenuhi kebutuhan gizi
kebutuhan selama 3x24 jam 2. Berikan pilihan makanan
berhubungan dengan diharapkan asupan sambil menawarkan
anoreksia, mual makanan kembali bimbingan terhadap pilihan
muntah. normal dengan makanan yang lebih sehat
kriteria hasil : 3. Ciptakan lingkungan yang
 Asupan optimal pada saat
makanan mengkomsumsi makanan
dipertahankan 4. Anjurkan pasien untuk
pada skala 3 duduk pada posisi tegak,
(cukup jika memungkinkan.
menyimpang 5. Anjurkan keluarga untuk
dari rentang membawa makanan favorit
normal) pasien sementara pasien
kemudian berada dirumah sakit.
ditingkatkan ke
skala 5 (tidak
menyimpang
dari rentang
normal)
5 Gangguan istirahat Setelah dilakukan 1. Monitor/catat pola tidur
tidur berhubungan tindakan dan jam tidur pasien
dengan nyeri. keperawatan 2. Catat kondisi fisik pasien
selama 3x24 jam misalnya
diharapkan jam nyeri/ketidaknyamanan
tidur kembali 3. Jelaskan pentingnya tidur
terpenuhi dengan yang cukup selama sakit.
kriteria hasil : 4. Terapkan langkah-langkah
 Jam tidur kenyamanan seperti pijat,
dipertahan di pemberian posisi dan
skala 3 (cukup sentuhan afektif.
terganggu) 5. Diskusikan dengan pasien
kemudian dan keluarga mengenai
ditingkatkan ke tehnik untuk
skala 5 (tidak meningkatkan tidur.
terganggu)
D. IMPLEMENTASI

Implementasi dilakukan sesuai intervensi keperawatan berdasarkan

prioritas.

E. EVALUASI

Pasien dapat melakukan aktivitas fisik secara bertahap-tahap dengan alat

bantu sampai mandiri


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Ramali, 2011. Kamus Kedokteran, cetakan ke-13, PT. Djambatan,

jakarta.

Chuisid, J.G. 2008. Neuroanatomi korelatif dan neurologi fungsional, bagian


kesatu, New York
Ebnezar, john. 2010. Essentials Of Orthopaedics for physiotherapists.
Delhi: jaypee
Garrison, JS, 2010. Dasar Dasar Terapi Rehabilitasi Fisik: Hipocrates, Jakarta,
hal 157-158.
Mustofa, Yunus.2012. Askep Fraktur Kompresi Tulang Belakang. Jakarta.
Nursing Outcomes Classification ( NOC ), Edisi Kelima.
Nursing Interventions Classifikation ( NIC ), Edisi Kelima.
Pearce, C.E. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Dian umum,
jakarta.
Sugijianto, 2011. Manual Terapi Pada Keluhan Nyeri Punggung Bawah Non
Spesifik. Kumpulan makalah TITAFI VIII. Bandung

Anda mungkin juga menyukai

  • Patway SC
    Patway SC
    Dokumen2 halaman
    Patway SC
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP CA Mandibula
    LP CA Mandibula
    Dokumen9 halaman
    LP CA Mandibula
    Li Liez
    100% (1)
  • Powerpoint
    Powerpoint
    Dokumen16 halaman
    Powerpoint
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP Hepatoma
    LP Hepatoma
    Dokumen13 halaman
    LP Hepatoma
    Farah Maimun
    Belum ada peringkat
  • LP Diare Remsa
    LP Diare Remsa
    Dokumen29 halaman
    LP Diare Remsa
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Sectio Caesarea I. Konsep Dasar Medis A. Defenisi
    Laporan Pendahuluan Sectio Caesarea I. Konsep Dasar Medis A. Defenisi
    Dokumen15 halaman
    Laporan Pendahuluan Sectio Caesarea I. Konsep Dasar Medis A. Defenisi
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Limfoma Maligna
    Limfoma Maligna
    Dokumen20 halaman
    Limfoma Maligna
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Leaflet
    Leaflet
    Dokumen2 halaman
    Leaflet
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP Luka Bakar
    LP Luka Bakar
    Dokumen31 halaman
    LP Luka Bakar
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Leaflet
    Leaflet
    Dokumen2 halaman
    Leaflet
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen2 halaman
    Bab Vi
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen16 halaman
    Anemia
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan CA Esofagus
    Laporan Pendahuluan CA Esofagus
    Dokumen15 halaman
    Laporan Pendahuluan CA Esofagus
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Askep Tetanus
    Askep Tetanus
    Dokumen7 halaman
    Askep Tetanus
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen21 halaman
    Anemia
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • L P SC Nikoo
    L P SC Nikoo
    Dokumen33 halaman
    L P SC Nikoo
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP Hepatom
    LP Hepatom
    Dokumen18 halaman
    LP Hepatom
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen21 halaman
    Anemia
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen21 halaman
    Anemia
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen11 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP Dispepsia
    LP Dispepsia
    Dokumen15 halaman
    LP Dispepsia
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen11 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP Hepatom
    LP Hepatom
    Dokumen8 halaman
    LP Hepatom
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP DM
    LP DM
    Dokumen19 halaman
    LP DM
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP Hepatom
    LP Hepatom
    Dokumen8 halaman
    LP Hepatom
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP Hepatom
    LP Hepatom
    Dokumen8 halaman
    LP Hepatom
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak Dengan Meningitis
    Askep Anak Dengan Meningitis
    Dokumen5 halaman
    Askep Anak Dengan Meningitis
    Eliza Gazelle Zena
    Belum ada peringkat