Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA

I. Konsep Medis
A. Pengertian
Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus (Prawirohardjo Sarwono, Pelayanan kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2002)
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram (Wiknjosastro Hanifa, Ilmu Bedah Kebidanan, 2000)
Sectio Caesarea adalah tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gram,
melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact), (Syafuddin Abdul Bari,
Pelayanan kesehatan kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding rahim. (Mansjoer Arif, Kapita selekta Kedokteran 2001)
Sectio Caesarea adalah insisi melalui dinding abdomen dan uterus untuk melahirkan
janin, (Kamus Kedokteran, 2008)
B. Klasifikasi Sectio Caesarea
Sectio Caesarea Klasik : pembedahan secara sanger / berpusat
Sectio Caesarea Transperitoneal Profenda (Supra cervikalis lower segmen Caesarea
Sectio
1. Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak
2. Bahaya peritonitis tidak besar
3. Perut pada uterus umumnya kuat sehingga rupture uteri dikemudian tidak besar
Sectio ekstraperitoneal
Sectio Caesarea vaginal (Wiknjosastra Hanifa, Ilmu Bedah Kebidanan 2000)
C. Indikasi Sectio Caesarea
1. Indikasi Ibu
 Panggul sempit absolute
 Tumor jalan lahir

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


 Stenisis serviks / vagina
 Plasenta previa
 Disproporsi sefalopelvik
 Rupture uteri
2. Indikasi Janin
 Kelainan letak ( letak bokong, letak lintang )
 Gawat janin (Wiknjosastro Hanifa, Ilmu Bedah Kebidanan, 2000)
3. Indikasi lain
 Partus lama
 Partus tak maju
 Preeklamsia dan hipertensi
 Janin besar
D. Komplikasi Sectio Caesarea
1. Pada Ibu
a) Infeksi puerperium (Nifas)
 Komplikasi ringin, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
 Komplikasi berat, seperti peritonitis sepsis dan sebagainya. Infeksi post operatif
terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala – gejala infeksi intra
pantum, atau ada factor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu
(partus lama) khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya.
b) Pendarahan
Pendarahan merupakan komplikasi yang paling gawat dan penyebab kematian ibu
yang paling utama :
 Atonium Uteri : sumber perdarahan berasal dari implamasi plasenta
 Robekan jalan lahir : Rupture uteri,robekan serviks,robekan vagina dan robekan
perineum
 Gangguan pembekuan darah : kematian janin rahim melebihi 6 minggu pada
solutio plasenta dan emboli air ketuban
c) Komplikasi – komplikasi lain, seperti
 Luka kantung kemih
 Embolisme paru

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


 Pada bayi
 Seperti dengan ibunya, nasib bayi yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak
tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan section caesarea
(Wiknjosastro Hanifa, Ilmu Kebidanan, 2005)
E.Indikasi Sectio Caesarea
1. Janin sudah mati
2. Janin terlalu kecil untuk hidup di luar uterus
3. Syok, anemia berat
4. Kelainan kongenital janin terbukti cacat seperti hidrochepalus (Wiknjosastro
Hanifa,Ilmu Kebidanan,2000)
F. Nasihat pada Ibu pasca operasi
1. Dianjurkan jangan hamil kurang lebih satu tahun, dengan memakai kontrasepsi
2. Kehamilan berikutnya diawasi dengan antenatat yang teratur
3. Dianjurkan agar bersalin di Rumah Sakit
4. Kehamilan berikutnya adalah indikasi dilakukan sectio caesarea atau tidak
G. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan sectio caesarea :
Sectio Caesarea elektif
a) Keuntungan : Waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan
menolongnya dan segala persiapan dapat dilakukan dengan baik
b) Kerugian : Karena persalinan belum mulai, segmen bawah uterus belum terbentuk
dengan baik sehingga menyulitksn pembedahan dan lebih mudah terjadi atonia uteri
dengan pendarahan karena uterus belum berkontraksi.
Anestesi
a) Anestesi spinal aman buat janin, akan tetapi selalu ada kemungkinan bahwa
tekanan darah penderita menurun dengan akibat yang buruk bagi Ibu dan janin
b) Anestesi local cara aman dilakukan berhubung dengan sikap mental penderita
Transfusi darah
Umumnya pendarahan pada sectio caesarea lebih banyak daripada persalinan
pervagina di sebabkan oleh insisi pada uterus, ketika pelepasan plasenta dan juga jika
terjadi atomia uteri post partum

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


Pemberian Antibiotika
Sesudah sectio caesarea antibiotika efektif dan pemberiannya harus di anjurkan
(Wiknjosastro Hanifa,Ilmu Kebidanan,2005)
H. Pemeriksaan Diagnostik
 USG (menentukan pertumbuhan, kedudukan dan presentasi janin)
 Darah (Hb dan golongan darah )
 Urinalis (menetukan kadar albumin atau glukosa)
( Doenges, Rencana Keperawatan Maternal / Bayi, 2001)
I. Penatalaksanaan Medik
1. Cairan Dextose 5 – 10 %
2. Cairan RL
3. Analgetik misalnya pethiden 100 -150 mg / infuse, morfin 10 – 15 mg /infuse
4. Antibiotik
5. Kemoterapi
6. Anti Inflamasi (obat roboransia )
7. Obat-obatan seperti plasil, periperal (perut kembung)
8. Transfusi pada klien yang anemis
(Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri Operatif dan Sosial 1999)

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


II. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini (KPD)
a. Pengertian
1. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan di tunggu 1 jam belum terjadi inpartu sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm di atas 31 minggu sedangkan di bawah 36 minggu
jarang terjadi (Mannaba Ida B, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB, 2001)
2. Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada
sembarang usia kehamilan sebelum persalinan dimulai (Rayburn Wlliam F,
Obstetri dan Ginekologi,2001)
3. Ketuban pecah dini atau rupture membrane preterm adalah rupture membrana
sebelum awitan kelahiran spontan (Nettina Sandra M, Pedoman Praktek
Keperawatan,2002)
b. Etiologi
Sampai saat ini penyebab KPD belum diketahui secara pasti namun ada beberapa
faktor yang diduga sebagai faktor predisposisi antara lain :
1. Overdistensi uterus
2. Faktor keturunan
a) Defesiensi zat besi
b) Defesiensi vitamin C
c) Kelainan genetik
3. Pengaruh dari luar yang melemahkan selaput ketuban
a) Infeksi genitalia
b) Meningkatnya enzim proteolitik
4. Masa invertal ketuban pecah sampai kontradiksi (fase laten ) makin panjang masa
laten makin tinggi kemungkinan ketuban pecah dini.

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


5. Sebab umum
a) Gemeli
b) Disproporsi sefalo pelvia
c) Letak (lintang dan sungsang)
d) Korioamnionitis
c. Insiden
10 % pada semua kehamilan lebih banyak bertanggungjawab terhadap kehamilan
preterm dari pada penyebab lain yang dapat dikenal.
d. Patofisiologi
Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan dan vaskularisasi. Bila
terjadinya pembukaan serviks maka selaput sangat lemah dan mudah pecah dan
mengeluarkan ketuban. Pada kehamilan normal janin terllindung dari infeksi bila
terjadi ketuban pecah dini maka resiko infeksi akan meningkat dalam waku 24 jam
pertama, tetapi paling sering terjadi sesudah waktu tersebut. Akibat selaput ketuban
pecah yang sering terjadi korioamnionitis, infeksi dimulai ketika selaput ketuban
terbuka sehingga selaput ketuban merenggang dan menyebabkan suplai darah
berkurang kemudian menjadi lemah dan mudah di serang infeksi.
e. Manifestasi klinis
1. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit
atau sekaligus banyak
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Umumnya penderita mengeluh perasaan basah yang merupakan karakteristik
ketuban pecah dini ( Mansjoer A, Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
f. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan abdomen : uterus lunak dan tidak nyeri tekan, tinggi fundus uterus
harus di ukur dan di bandingkan dengan usia kehamilan
2. Inspeksi dengan melihat air ketuban yang keluar
3. Pemeriksaan dalam secara asepsis meraba tidak ada selaput ketuban (Mansjoer A,
Kapita Selekta Kedokteran, 1999)

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


g. Tes Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap (khususnya leukosit)
2. Amniosintesis
3. USG
h. Penatalaksanaan
Anjuran mengenai penatalaksanaan optimum dari kehamilan dengan komplikasi
pecah dini tergantung pada umur kehamilan. Jika ada tanda infeksi intra uteri di
berikan antibiotik yang tepat secara intravena. Persalinan di indikasikan dengan
oksitosin selama janin dalam presentase kepala bila indikasi gagal dianjurkan sectio
caesarea.
i. Komplikasi
1. Infeksi
2. Partus preterm
3. Prolaps tali pusat
III. Konsep Dasar Masa Nifas
a. Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira
6 minggu ( Prawirohardjo S, Ilmu Bedah Kebidanan, 2002)
b. Periode Masa Nifas
Periode masa nifas dibagi dalam 3 tahapan yaitu :
1. Immediately post partum : masa 24 jam setelah melahirkan (24 jam pertama)
2. Early post partum : masa setelah 24 jam pertama sampai dengan hari ke VII
(minggu pertama post partum)
3. Late post partum : masa setelah minggu I post partum sampai dengan minggu ke
VI (minggu ke II sampai dengan minggu ke VI)
c. Tujuan Perawatan Post Partum
1. Memulihkan kesehatan ibu post partum
2. Mencegah infeksi dari komplikasi
3. Memperlancar pembentukan ASI
4. Melibatkan ibu dalam merawat bayinya

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


d. Perubahan Fisiologi Nifas
1. Involutio
Involutio adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan
atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan
seperti sebelum hamil. Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa
involutio
Involutio Tinggi fundus uteri Berat
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri Lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Http/www.yahoo.com
2. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas (Mochtar R. 1999, Sinopsis Obstetri Operatif dan Sosial, 1999)
a) Lochea rubra (kruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, vernik kaseosa, lanugo dan meconium selama 2 hari pasca persalinan
b) Lochea sanguinolenta : berwarna merah, kuning, berisi darah dan lendir, terjadi
pada hari ke 3-7 pasca persalinan
c) Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 – 14
pasca persalinan
d) Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
e) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
f) Lochea statis : Lochea tidak lancar keluar
Gangguan pengeluaran lochea kemungkinan dipengaruhi oleh :
1) Terganggunya sisa plasenta dan selaput janin
2) Ibu tidak menyusui anaknya
3) Adanya infeksi pada jalan lahir

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


3. Laktasi
Laktasi dapat diartikan sebagai proses pembentukkan dan pengeluaran ASI.
Dalam Laktasi ada beberapa refleks yang penting :
a) Refleks pada Ibu
1) Refleks prolaktin : sewaktu bayi menyusui, rangsangan dari ujung
syaraf puting susu dikirim ke hipotalamus yang akan memacu
keluarnya hormone prolaktin yang kemudian merangsang sel kelenjar
memproduksi ASI.
2) Let down refleks keluarnya air susu karena kontraksi mioepitel
sekeliling ductus laktiferus dengan pengaruh oksitosin. Terjadinya
refleks ini dipengaruhi jiwa ibu. Melalui refleks ini terjadi pula
kontraksi rahim yang membantu lepasnya plasenta dan mengurangi
pendarahan. Oleh karena itu, setelah dilahirkan bayi perlu segera
disusukan ibunya jika mungkin.
b) Pada bayi
1) Rooting refleks bayi baru lahir bila disentuh pipinya akan menoleh kea
rah sentuhan. Bila bibirnya di rangsang/ di sentuh, dia akan membuka
mulut dan berusaha mencari puting untuk menyusui.
2) Refleks menghisap terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-
langit dalam mulut bayi, biasanya puting susu.
3) Refleks menelan timbul bila ada cairan di rongga mulut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI :
a. Faktor anatomi buah dada
b. Faktor fisiologis
c. Makanan yang makan oleh Ibu saat menyusui
d. Faktor isapan bayi
e. Faktor istirahat
f. Faktor psikologis

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


c) Perubahan pada vagina
1) Labia mayora dan minora sedikit tegang
2) Mukosa vagina atrofi sampai siklus menstruasi terjadi kembali
d) Perubahan pada Perineum
Bila di lakukan epsiotomi pemulihan lebih lambat, tanpa episiotomi
perineum kelihatan sedikit memar pada early post partum.
e) Perubahan-perubahan pada organ lain
Perubahan-perubahan pada organ adalah sebagai berikut
1) After pains
After pains atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus
biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perasaan mules ini
lebih terasa bila Ibu sedang menyusui
2) Tanda-Tanda Vital
Suhu badan impartu tidak lebih dari 37,2 C, sesudah partus dapat naik
+ 0,5 C dari keadaan normal tetapi tidak melebihi 38 C, sesudah 12
jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal.
Denyut nadi berkisar umumnya antara 60-80 x/ menit segera setelah
partus dapat terjadi bradikardia.
Tekanan darah dapat meningkat karena keletihan tetapi akan kembali
normal dalam waktu 1 jam post partum.
3) Cardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah ibu stabil tapi biasanya terjadi penurunan
terkanan darah sistolik 20mmHg, jika ada perubahan posisi duduk ini
disebut hipotensi orthostatic yang merupakan kompensasi
carsiovaskuler terhadap penurunan kosistensi vaskuler di daerah
panggul segera setelah persalinan dan kadang menggigil kemungkinan
disebabkan oleh iritabilitas.
4) Sistem urinaria
Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma yang
dapat menyebabkan edema dan menurunnya sensitifitas terhadap
tekanan darah. Perubahan ini menyebabkan tekanan yang berlebihan

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


dan mengosongkan kandung kemih yang tidak tuntas biasanya ibu
mengalami kesulitan BAK sampai 2 hari post partum.
5)Sistem endokrin
Sistem endokrin mulai mengalami perubahan pada kala IV persalinan
mengikuti lahirnya plasenta terjadi penurunan yang cepat dari
estrogen dan prostegon. Prolaktin pada ibu yang menyusui akan
meningkat secara bertahap dimana produksi ASI mulai di sekitar hari
ketiga post partum pembesaran payudara terjadi karena peningkatan
system vaskuler dan limfatik yang mengelilingi payudara menjadi
besar, kenyal, kencang dan nyeri jika disentuh.
f) Sistem Gastrointestial
Pengembangan fungsi dedikasi secara normal terjadi lambat dalam
minggu pertama post partum. Hal ini berhubungan dengan penurunan
mortalitas usus, kehilangan cairan dan ketidaknyamanan peripenal, namun
akan kembali normal pada akhir minggu I dengan pulihnya selera makan
ibu dan peningkatan cairan serta makanan berserat yang dikonsumsi.
g) Sistem muskolusketeletal
Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang
mengakibatkan berkurangnyatonus otot yang tampak pada masa post
partum dinding perut terasa lembek, lemah dan kendor.
h) Perubahan system integument
Cloasma gravidarium biasanya tidak akan terlihat pada akhir kehamilan
hiperpigmentasi aerola mammae dan linea nigra mungkin belum
menghilang sempurna setelah melahirkan.
i) Adaptasi psikologis post partum
Aspek adaptasi psikologis pada masa post partum sebagai berikut :
1. Fase taking in (fase mengambil)
a) Terjadi pada hari 1 – 3 post partum
b) Dalam memenuhi kebutuhannya ibu sangat tergantung pada orang lain
c) Tuntutan makanan dan tidur berlebihan
d) Sikap pasif

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


2. Fase taking hold (fase memegang)
Masa antara perilaku tergantung dan mandiri
a) Terjadi pada hari 4 – 10 post partum
b) Fokus dan perhatian lebih luas pada bayinya
c) Berinisiatif dalam perawatan diri
d) Banyak bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan perawatan diri
dan bayinya
e) Masa kurang percaya diri
f) Fase paling tepat untuk diberikan pendidikan kesehatan
3. Fasse letting go (fase bertindak)
a) Terjadi setelah hari 10 post partum
b) Mulai menjalankan perannya
c) Mampu merawat bayinya, dirinya dan mulai sibuk dengan tanggung jawabnya
sebagai Ibu.
A. Konsep Dasar Keperawatan
Konsep dasar keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan
ilmu teknik dan keterampilan professional yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien /
keluarga.
Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang sekuensial dan berhubungan yaitu :
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
( Tucher et. All, Standar Perawatan Pasient, 1999)
Langkah – langkah proses keperawatan :
I. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan
secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang klien yang dibutuhkan
dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Tujuan pengkajian
keperawatan adalah mengumpulkan data dan menganalisa data sehingga ditemukan
diagnosa keperawatan.

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


Cara pengumpulan data yaitu observasi. Anamnese, wawancara, pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi. (Gaffar J,
Pemeriksaan Fisik, 1999)
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
a. Indentitas
Identitas klien/identitas suami.
b. Data biologis dan fidiologi
1. Keluhan utama
Keluhan yang diungkapkan oleh klien pada saat pengkajian
2. Riwayat keluhan utama
Awal terjadinya keluhan, usaha klien untuk mengatasi keluhan, hasilnya sampai
saat klien dikaji
3. Riwayat menstruasi
Menarche, siklus haid (teratur/tidak teratur), lamanya, sifat darah, bau, warnanya.
4. Riwayat kehamilan terakhir
HPHT, tafsiran persalinan, berapa kali ANC, berapa kali imunisasi TT
5. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, lamanya persalinan (kala I– kala IV), jumlah
perdarahan selam persalinan, jenis kelamin bayi, berat badan dan panjang badan,
APGAR score: 1 menit dan 5 menit setelah bayi lahir.
6. Riwayat obsteri
Anak Kehamilan Persalinan Komplikasi Anak
ke Um Penyulit Jenis Penolo Penyulit nifas Jenis BB PB Keadaan
ur ng kel umum
ke sekarang
7. Riwayat keluarga berencana
Apakah klien mengerti tentang keluarga berencana, sudah menjadi akseptor atau
drop out, apa masalahnya saat menggunakan kontrasepsi dan rencana yang akan
dating

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


8. Riwayat penyakit yang lalu
Untuk mengetahui apakah ada jenis penyakit klien kemungkinan dapat
berpengaruh terhadap masa nifas dan riwayat operasi
9. Riwayat penyakit keluarga
Tentang genogram 3 generasi untuk mengetahui riwayat penyakit yang diderita
anggota keluarga, penyakit keturunan dan menular, riwayat kehamilan kembar
10. Kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi dan cairan
Secara subjektif : frekuensi, jenis, nafsu makan, makanan pantangan,
makanan kesukaan, banyaknya minum sehari.
Secara objektif : BB saat ini, TB, turgor kulit, membrane mukosa
mulut, porsi makan habis/tidak
b) Eliminasi
1) BAB : Frekuansi, konstitensi, warna, keluhan diare/kontipasai,
terakhir defeksi
2) BAK : Frekuensi, warna, keluhan berkemih, terakhir berkemih
c) Personal hygiene
Mandi, sikat gigi, cuci rambut, ganti pakaian luar dan dalam
d) Aktifitas/istirahat tidur
Kegiatan dalam pekerjaan, kegiatan waktu luang, keluhan saat beraktifitas,
istirahat tidur (siang/malam) aktivitas sehari-hari dibantu/mandiri.
e) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan :
Ketergantungan obat-obatan, rokok dan minuman keras.
e) Pola seksualitas
Keluhan dalam hubungan seksual
11. Pemeriksaan fisik :
a) Keadaan umum/kesadaran
b) Tanda-tanda vital, tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
c) Rambut : keadaan rambut dan kebersihan
d) Mata : konjungtiva, sklera, lingkar hitam pada mata, mata merah.
e) Mulut : kondisi gigi dan gusi

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


f) Leher : Pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis
g) Buah dada : konstitensi, aerola mamae, puting, ASI/colostrum, kebersihan,
kelainan.
h) Abdomen, uterus : bidang usus, luka bekas operasi, tanda distensi, distensi
recti abdominius, kontraksi, posisi, tinggi fundus uteri.
i) Genitalia : lochia, warna, banyaknya/baunya, perineum utuh / laserasi
episiotomi / jenis, varies vulva, odema vulva.
j) Anus : hemoroid ada atau tidak
k) Estremitas bawah : edema, varices, nyeri, panas, merah, refleks pattela,
kesemutan / kelemahan, kejang, keluhan.
l) Ambulansi : berapa jam setelah post partum
m) Pemeriksaan diagnostic : darah Hb / Ht, urine albumin glikosuria.
c. Data Psikososial
Pola interaksi, pola kognitif, konsep diri, hubungan yang penting, lingkungan
keluarga.
d. Data social ekonomi
e. Data spiritual
Agama, kegiatan keagamaan
f. Mengelompokkan data :
Membagi data dalam dua jenis yaitu :
1. Data subjektif : persepsi klien tentang masalah kesehatannya. Respon / keluhan
klien : ungkapan verbal klien (nyeri, pusing, lemah mata berkunang-kunang)
2. Data objektif observasi / pengukuran yang dilakukan / ditemukan oleh perawat :
Mengidentifikasikan adanya kemerahan pada tubuh dan peningkatan suhu tubuh.
II. Diagnosa keperawatan
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang
actual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil tanggung gugat perawat (Doenges M.E, Rencana
Perawatan Maternal dan Bayi, 2001)
Diagnosa keperawatan yang sering ditemukan adalah :

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


a. Nyeri berhubungan dengan putusnya kontinuitas jaringan
b. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya mobilisasi
c. Defisit personal hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik
d. Perubahan eliminasi BAK berhubungan dengan trauma mekanis
e. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisinya
f. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam persalinan normal
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan immobilisasi
i. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi
III. Perencanaan
Perencanaan adalah penentuan apa yang dilakukan untuk membantu pasien atau
klien memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mengatasi masalah keperawatan yang telah
ditentukan.
Rencana keperawatan terdiri dari :
Diagnosa : 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi
Tujuan : Klien akan mengungkapkan nyeri teratasi / berkurang
Dengan criteria klien dapat beradaptasi dengan nyeri timbul, ekspresi wajah ceria / tampak
rileks, tanda-tanda vital dalam batas normal, klien tidak mengeluh nyeri.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri 1. Untuk mengetahui keluhan nyeri yang
dialami klien, sehingga dapat menjadi
indikasi dalam pemberian intervensi
selanjutnya
2. Observasi tanda-tanda vital 2. Nyeri dapat menimbulkan perubahan
tanda-tanda vital
3. Ajarkan klien teknik relaksasi 3. Napas dalam dapat melancarkan suplay
(napas dalam) O ke jaringan serta terjadi relaksasi
pada otot, sehingga nyeri berkurang
4. Lakukan teknik gate control 4. Untuk memblok reseptor saraf, sehingga
stimulus nyeri tidak dipersepsikan ke

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


otak
5. Penatalaksanaan obat analgesic 5. dapat menekan/memblokir stimulus
nyeri pada pusat nyeri di otak

Diagnosa : 2. Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi


Tujuan : Klien akan menunjukkan fungsi usus normal
Dengan criteria pola BAB lancar, konstitensi faeces lembek, peristaltic usus normal (5 –
15x/mnt), tidak ada distensi abdomen
Intervensi Rasional
1. Kaji pola BAB klien 1. Untuk mengetahui factor penyebab
konstipasi sehingga memudahkan
pemberian intervensi selanjutnya
2. Observasi adanya perubahan 2. Konstipasi dapat mempengaruhi
bunyi peristaltic usus perubahan peristaltic usus, sehingga
dapat dilakukan intervensi selanjutnya
3. Anjurkan klien untuk makan 3. Makanan yang berserat mengandung
makanan berserat tinggi dan selulosa yang dapat merangsang
cairan oral yang adekuat eliminasi dan mencegah konstipasi
4. Palpasi abdomen, perhatikan defekasi
distensi atau ketidaknyamanan 4. Menandakan pembentukan gas dan
akumulasi atau kemungkinan ileus
paralitik
5. Anjurkan latihan kaki dan 5. Latihan kaki mengencangkan otot-otot
pengencangan abdominal, abdomen dan memperbaiki motilitas
tingkatkan aktivitas ringan usus
secara bertahap sesuai
kemampuan
6. Penatalaksanaan pemberian 6. Melunakkan faeses, merangsang
pelunak faeces peristaltic dan membantu
mengembalikan fungsi usus

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


Diagnosa 4. Perubahan eliminasi BAK berhubungan dengan trauma mekanis
Tujuan : Mendapatkan pola berkemih yang biasa / optimal
Dengan kriteria pola BAK dalam keadaan normal, tidak ada distensi kandung kemih
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya perubahan 1. Untuk mengetahui pola BAK dan
eliminasi BAK menjadi acuan dalam menetapkan
intervensi selanjutnya
2. Pantau adanya tanda-tanda 2. Kegagalan eliminasi BAK seperti retensi
kegagalan eliminasi BAK urine, incontinensia dapat timbul saat
post operasi
3. Berikan cairan per oral misalnya 3. Cairan meningkat hidrasi dan fungsi
6 sampai 8 gelas per hari ginjal dan membantu mencegah statis
kandung kemih

Diagnosa 5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


kondisinya
Tujuan : Melaporkan bahwa ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi
Dengan Kiteria klien nampak cemas, ekspresi wajah ceria, klien tenang, nampak rileks.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan klien 1. Dengan mengetahui tingkat kecemasan
klien, sebagai indicator untuk menetukan
intervensi selanjutnya.
Kelahiran section caesarea mungkin
dipandang sebagai suatu kegagalan
dalam hidup oleh klien/pasangan dan hal
tersebut dapat memiliki dampak negative
dalam proses ikatan/menjadi orang tua

2. Berikan kesempatan kepada 2. Dengan mengungkapkan perasaannya,


klien untuk mengungkapkan secara tidak langsung dapat mengurangi
perasaannya beban psikologis klien

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


3. Dorong keberadaan atau 3. Memberikan dukunga emosional dapat
partisipasi pasangan mendorong pengungkapan masalah
4. Berikan informasi yang akurat 4. Khayalan yang disebabkan oleh
tentang keadaan klien/bayi kurangnya informasi atau
kesalahpahaman dapat meningkatkan
tingkat ansietas

Diagnosa 6. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam


persalinan normal
Tujuan : Mengungkapkan pemahaman mengenai factor individu yang dapat
mencetuskan situasi saat ini
Dengan kriteria menyatakan pemahaman kondisi, mengekspresikan harapan diri yang
positif
Intervensi Rasional
1. Tentukan respon emosional 1. Kedua anggota pasangan mungkin
klien atau pasangan terhadap mengalami reaksi emosi negative
kelahiran section caesarea terhadap kelahiran secara section
caesarea
2. Tekankan atau jelaskan tentang 2. Dapat mengubah persepsi klien sehingga
kemirioan section caesarea menerima kenyataan
dengan pervaginaan
3. Kolaborasi klien/pasangan 3. Klien yang tidak mampu mengatasi rasa
untuk konseling professional berduka atau perasaan negative
bila reaksi maladaptive memerlukan bantuan professional lebih
lanjut
4. Dorong orang terdekat agar 4. Membangun kembali rasa kemandirian
memberi kesempatan pada klien dan menerima kebanggaan diri dan
untuk melakukan sebanyak meningkatkan proses rehabilitasi
mungkin untuk dirinya sendiri

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


Diagnosa 7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan immobilisasi
Tujuan : Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas
Dengan kriteria menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, berpartisipasi pada
aktivitas yang diinginkan
Intervensi Rasional
1. Kaji respon pasien terhadap 1. Menetapkan kemampuan / kebutuhan
aktivitas pasien dan memudahkan pilihan
intervensi
2. Tingkatkan tirah baring/ duduk 2. Meningkatkan istirahat dan ketenangan.
Menyediakan energi yang digunakan
3. Tingkatkan aktivitas sesuai untuk penyembuhan
toleransi, Bantu melakukan 3. Tirah baring yang lama dapat
latihan rentang gerak pasif / menurunkan kemampuan beraktifitas,
pasif latiha rentang gerak pasi/aktif dapat
membantu proses penyembuhan

Diagnosa 8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri terus menerus
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola istirahat tidur terpenuhi
Dengan kriteria klien dapat tidur dengan nyenyak, konjungtiva tidak anemis
Intervensi Rasional
1. Kaji pola tidur klien 1. Mengetahui kebiasaan tidur klien
sebagai pedoman untuk intervensi
selanjutnya
2. Atur posisi yang nyaman 2. Posisi yang nyaman dapat meningkatkan
pola tidur klien
3. Ciptakan lingkungan yang 3. Lingkungan yang tenang dan nyaman
tenang dan nyaman memberikan kemudahan pada klien
untuk tidur dan istirahat

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


Diagnosa 9. Resiko internal berhubungan denganadanya luka operasi
Tujuan : Menunjukkan luka bekas dari infeksi / meningkatkan penyembuhan
Dengan kriteria : tidak nampak tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal
(suhu 36-37 C), hasil laboratorium dalam batas normal, sel darah putih 5.000 – 10.000
mm ).
Intervensi Rasional
1. Kaji / pantau tanda-tanda 1. Mengetahui adanya gejala awal dari
infeksi proses infeksi
2. Awasi tanda-tanda vital, 2. Proses infeksi akan menimbulkan
demam, menggigil, nadi dan perubahan pada tanda-tanda vital
pernapasan cepat, perubahan
normal
3. Pertahankan teknik aseptic pada 3. Mencegah, menghindari resiko infeksi
penggantian balutan, tindakan nasokomial
invasive
4. Pertahankan perawatan luka 4. Melindungi pasien dari kontaminasi
aseptic, pertahankan balutan silang selama penggantian balutan
kering
5. Penatalaksanaan pemberian obat 5. Antibiotik dapat menghambat
antibiotic pertumbuhan mikroorganisme

IV. Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan ialah melaksanakanintervensi
keperawatan, medokumentasikan asuhan keperawatan, memberikan laporan secara verbal
dan mempertahankan rencana asuhan. Dimana tindakan keperawatan itu dapat
dilaksanakan sebagian oleh klien sendiri, oleh perawat mandiri atau mungkin dilakukan
dengan kerja sama antara tim kesehatan (Doenges,Rencana Perawatan Maternal dan
Bayi, 2001)

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


V. Evaluasi
Hasil atau proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana
keperawatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi yaitu :
a. Mengidentifikasi kriteria hasil
b. Mengobservasi pencapaian tujuan, Apakah :
1) Tujuan teratasi
2) Tujuan teratasi sebagian
3) Tujuan tidak teratasi

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


DAFTAR PUSTAKA

Corwin Elisabet J (2000), Buku Saku Patofisiologi, Buku Kedokteran, EGC , Jakarta
Dep . Kes, RI, (2001), Rencana Strategis Nasional Making Pragnancy Safer di Indonesia 2001-
2010, Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Doenges, M.E (2000), Rencana Perawatan Maternal dan Bayi, Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC , Jakarta
Http : / WWW . Yahoo Com
Mansjoer, Arif (1999), Kapita Selekta Kedokteran , Media Aesculapius akultas Kedokteran UI,
Jakarta
Manuaba, Ida Bagus, (2001), Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB, Cetakan 1, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
Mochtar R, (1999), Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, Buku Kedokteran,
EGC ,Jakarta
Nettina, Sandra M, (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Cetakan 1,Jakarta
Rayburn, William F, (2001), Obstetri dan Ginekologi, Cetakan 1, Penerbit Widya Madika,
Jakarta
Syafuddin A.B, (2002), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardja, Jakarta
Tucher et all, (1999), Standar Perawatan Pasien (Patient Care Standar), Edisi 4, volume 2,
EGC, Jakarta

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


Penyimpangan KDM
Kegagalan partus normal/
placenta previa/preeklamsi

Tindakan Invasif
Perdarahan vascular ( SC ) Ketidaksesuaian perencanaan
berlebih persalinan normal
Terputusnya continuitas jaringan
Hipovolumia ( Kulit, otot, p.darah )
Resti HDR
situasional
Aktivasi Pelepasan mediator
Resti perubahan kimia
perfusi jaringan ( Histamin, prostaglandin, Port d’ entry
bradikinin ) Mikroorganisme
Penurunan venus
return Stimulasi nosiseptor/Nerve Resti Infeksi
Ending

Aktifasi serabut  delta dan


Resti penurunan CO serabut C
Cornuposterior
medulla spinalis

Resiko kekurangan Melalui saraf spinotalamikus


volume cairan Efek anestesi

Thalamus direlai
Penurunan
sensorimotorik
Cortex cerebri
dipersepsikan Kelemahan
Krisis situasi Perubahan status ( lokasi, integritas )
kesehatan
Devisit perawatan diri
Nyeri
Mekanisme Kurang terpajan
koping tidak informasi
efektif Resti cedera maternal
ASUHAN KEPERAWATAN
Ansietas Kurang POST OP SECCIO SECAREA
pengetahuan

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama klien : Ny.”U”
2. Usia : 35 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Status perkawinan : Menikah
6. Pekerjaan : IRT
7. Pendidikan terakhir : SMA
8. No.RM : 65.73.38
9. Tgl.Masuk RS : 1 April 2014
10. Diagnosa Medik : Post op Seccio secarea
B. Identitas Penanggung Jawab
1. Nama : Tn. ‘B”
2. Umur : 39 Tahun
3. Pekerjaan : Wiraswasta
4. Pendidikan terakhir : SMA
5. Hubungan dengan klien : Suami
II. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu
No Tahun Jenis Penolong Jenis Berat Keadaan Masalah
persalinan kelamin Badan Bayi waktu Kehamilan
Lahir
1 2011 Partus Bidan Laki-laki 2300 gr Hidup
Normal
2 2013 Partus Bidan Perempuan 2900 gr Hidup Muntah-Muntah
Normal

Pengalaman menyusui : tidak ada Berapa lama : -

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


III. Riwayat Kehamilan saat ini
1. Berapa kali periksa kehamilan : ± 4 kali pemeriksaan
2. Masalah kehamilan : Letak Lintang
IV. Riwayat Persalinan
1. Jenis persalinan : Sectio cecarea
2. Jenis kelamin bayi : Perempuan
3. BB/PB : 3370 gram / 48 cm
4. Perdarahan : ± 300 cc
5. Masalah dalam persalinan : Letak Lintang
V. Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi : Tidak ada
2. Riwayat KB : tidak ada
VI. Data umum Kesehatan Saat Ini
 Status obstetrik :G3 P2 A0
 Bayi Rawat Gabung : Ya, karena bayi dilahirkan sehat, tanpa kelainan,
dan berat badan yang baik.
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Composmentis
 BB/TB : 49 kg/144 cm
 Tanda Vital
TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
S : 37 oC
 Kepala Leher
Kepala : Bentuk Meshocephal, tidak ada benjolan dan nyeri
tekan.
Wajah : Ekspresi wajah meringis
Mata : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera
Putih , tidak ada gangguan penglihatan.
Hidung : Simetris, tidak ada sekret, jalan napas paten, tidak
Ada nyeri tekan, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Mulut : Mukosa bibir lembab, keadaan lidah bersih, tidak ada
kesulitan bicara dan menelan.

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


Telinga : Simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada keluhan
pendengaran, tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
Leher : Kulit leher warnanya tampak sama dengan kulit
sekitar, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak
ada massa tumor dan nyeri tekan.
Masalah Khusus : Tidak ada.
 Dada
Jantung : Bunyi jantung S1 “lub” ketika terjadi penutupan katup
tricuspidalis dan mitral pada ICS 4 dan 5 linea midklavikula kiri.
Bunyi jantung S2 “dup” ketika terjadi penutupan katup
pulmonal dan aorta pada ICS 1 dan 2.
Paru : Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, bunyi
Paru bronkovesikuler.
Payudara : Aerola mamma hiperpigmentasi dan putting susu
menonjol
Pengeluaran ASI : Lancar, warna ASI putih dan encer.
Masalah Khusus : Tidak ada.
 Abdomen
 Inspeksi : Terdapat luka operasi ±15 cm, luka tertutup verban
 Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada area luka
Masalah Khusus : Tidak ada
 Perineum dan Genital
 Vagina
Integritas kulit : Baik
Edema : Tidak
Memar : Tidak
Hematom : Tidak
 Perineum
Tanda REEDA
R : Kemerahan : Tidak
E : Edema : Tidak

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


E : Ekimosis : Tidak
D : Dischargeserum/pus/darah : Darah
A : Approximate : Baik
Kebersihan : Daerah vagina dan perineum tampak bersih.
Lokia
Jumlah : + 20 cc
Jenis/warna : Lokia rubra, merah kecokelatan
Konsistensi : Kental, adanya bekuan darah (stol cell)
Bau : Darah amis
Hemorhoid : Tidak pernah mengeluh hemoroid
Masalah khusus : Tidak ada
 Ekstremitas
 Ekstremitas Atas
Edema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
 Ekstremitas Bawah
Edema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Tanda Homan : Negatif
Masalah khusus : Tidak ada
 Eliminasi
 Urine
Kebiasaan BAK : pada awal dan akhir kehamilan, klien mengatakan
Sering BAK.
Frekuensi : 5-6 kali/hari.
BAK saat ini :di WC kuning mudah
Kebiasaan BAB : 1x sehari
BAB saat ini : BAB tadi pagi dengan konsistensi lunak, berwarna
kuning (sehari setelah melahirkan).
Masalah Khusus : Tidak ada
 Istirahat dan Kenyamanan

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


Pola tidur
Kebiasaan tidur : Biasanya malam 23.30 – 03.00 dan siang 14.00 – 15.00.
Durasi : 4-5 jam sehari termasuk tidur siang dan malam.
Pola tidur saat ini : Tidak teratur, hanya sekitar 3 jam sehari. Pola tidur
Terganggu akibat adanya nyeri pada bekas luka insisi.
Keluhan ketidaknyamanan : Nyeri karena luka insisi, sifat
tertusuk- nusuk, intensitas nyeri yang
dirasakan tidak terlalu sering, hanya ketika
darah nifas keluar, skala nyeri (tingkat nyeri
sedang)
 Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi : Mulai duduk dan berjalan sedikit demi sedikit,makan
dan berpakaian mandiri.
Latihan/senam : Tidak ada
Masalah khusus : Tidak ada
 Nutrisi dan Cairan
Asupan nutrisi : Makan 3x sehari, nafsu makan baik.
Asupan cairan : + 2000 cc, cukup
Masalah khusus : Tidak ada
 Keadaan Mental
Adaptasi psikologis : Baik
Penerimaan terhadap bayi : Ya
Masalah khusus : Tidak ada
 Kemampuan menyusui : Baik, pengeluaran ASI dikedua puting susu.

 Terapi
 As.mafenamat 3x1 500 mg
 Cefadroxil 2x1 500 mg
 Sf 1x1

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


VII. Pemeriksaan penunjang (1 April 2014)
Pemeriksaan Hasil dan satuan Nilai rujukan

WBC 7.9 [10^3/UL] 4.00 – 10.0

RBC 3.74 [10^3/UL] 4.00 – 6.00

HGB 10.9 [g/dl] 12.0 – 16.0

HCT 31.0 [%] 37.0 – 48.0

MCV 83 [FL] 80.0 – 97.0

MCH 29.2 [pg] 26.5 – 37.5

MCHC 35.2 [g/dl] 31.5 – 35.0

PLT 320[10^3/ul] 150 – 400

RDW – SD 41.9 [fl] 37.0 – 54.0

RDW – CV 15.2 [%] 10.0 – 15.0

PDW 13.7 [fl] 10.0 – 18.0

MPV 10.3 [fl] 6.50 – 11.0

P – LCR 33.1 [%] 13.0 – 43.0

PCT 0.229 [%] 0.15 – 0.50

NEVT 60.5 [10^3/ul] 52.0 – 75.0

LYMPH 30.5[10^3/ul] 20.0 – 40.0

MONO 0.0 [10^3/ul] 2.00 – 8.00

EOS 7.7 [10^3/ul] 1.00 – 3.00

BASO 1.3 [10^3/ul] 0.00 – 0.10

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


VIII. RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN
Tanggal 1/04/2014 jam15.45 klien di sectio caesarea karena posisi Bayi ibu letak lintang
dan mengalami pre eklamsi ringan dengan,TD:140/80 mmHg,sehingga lahir bayi
Perempuan dengan BB:3370 gram, PB: 48 cm, perdarahan ± 300 cc.
Keluhan saat pengkajian tanggal 21 Mei 2013: klien mengeluh nyeri pada abdomen
bagian bawah menjalar sampai ke belakang, skala nyeri 8 (0-10),hal yang memperberat
saat klien melakukan aktifitas seperti miring,tapi berkurang saat klien tidur terlentang.
Ekspresi wajah meringis,klien mengatakan kurang tidur (hanya 3 jam), klien tampak
sering menguap, terdapat luka oprasi pada abdomen kira-kira ± 15 cm, luka tertutup
verban. TTV: TD.140/80 mmHg, Nadi: 80 x/menit, S.37 0C, P.20x/menit; produksi ASI
lancar .

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


ANALISA DATA
(CP I B)

Nama Pasien :Ny.”U”

No.RM :65.73.38

Ruang Rawat :Nifas

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Kegagalan partus normal Nyeri
 Klien mengatakan
dioperasi pada tanggal Tindakan invasive(SC)
1 April 2014
 Ibu mengatakan nyeri Terputusnya Kontunuitas
pada daerah operasi. jaringan
 Klien mengatakan nyeri (kulit,otot,pembuluh darah)
menjalar sampai ke
belakang dan sifatnya Aktivasi pelepasan mediator
hilang timbul. kimia
DO : Stimulasi nosiseptor
 luka operasi pada
abdomen ± 15 cm. Rangsangan diteruskan ke
 Ekspresi wajah Thalamus
meringis. Melalui saraf Afferent
 Skala nyeri 8 (0-10)
 Post operasi hari ke-1 Cortex cerebry
 TD:140/80 mmHg Dikembalikan keorgan target
N : 80 x/menit melalui sar.efferent
S : 37 0 C
P : 20 x/menit Nyeri dipersepsikan

Nyeri

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep


2 DS: Terputusnya kontinuitas Gangguan
 Klien mengatakan jaringan Istirahat
kurang tidur malam Tidur
(hanya 3 jam). Ketidaknyamanan
DO:
 Klien tampak pucat Menstimulasi RAS
 Klien tampak sering
menguap REM menurun

Klien sering terbangun

Gangguan Istirahat Tidur

3. DS: Terputusnya kontinuitas Risiko


 klien mengatakan bahwa jaringan Infeksi
dioperasi pada tanggal 1
Apri 2014 Luka insisi
DO:
 Terdapat luka bekas Fort de entry
operasi pada abdomen
dibawah umbilikus Risiko Infeksi
Panjang ± 15 cm.
 Tampak Luka tertutup
verban

Stikes Lakipadada Tana Toraja Nikolas Parerung, S. Kep

Anda mungkin juga menyukai

  • Patway SC
    Patway SC
    Dokumen2 halaman
    Patway SC
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP CA Mandibula
    LP CA Mandibula
    Dokumen9 halaman
    LP CA Mandibula
    Li Liez
    100% (1)
  • Powerpoint
    Powerpoint
    Dokumen16 halaman
    Powerpoint
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP Hepatoma
    LP Hepatoma
    Dokumen13 halaman
    LP Hepatoma
    Farah Maimun
    Belum ada peringkat
  • LP Diare Remsa
    LP Diare Remsa
    Dokumen29 halaman
    LP Diare Remsa
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Sectio Caesarea I. Konsep Dasar Medis A. Defenisi
    Laporan Pendahuluan Sectio Caesarea I. Konsep Dasar Medis A. Defenisi
    Dokumen15 halaman
    Laporan Pendahuluan Sectio Caesarea I. Konsep Dasar Medis A. Defenisi
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Limfoma Maligna
    Limfoma Maligna
    Dokumen20 halaman
    Limfoma Maligna
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Leaflet
    Leaflet
    Dokumen2 halaman
    Leaflet
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP Luka Bakar
    LP Luka Bakar
    Dokumen31 halaman
    LP Luka Bakar
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Leaflet
    Leaflet
    Dokumen2 halaman
    Leaflet
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen2 halaman
    Bab Vi
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen16 halaman
    Anemia
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen17 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Askep Tetanus
    Askep Tetanus
    Dokumen7 halaman
    Askep Tetanus
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen21 halaman
    Anemia
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen21 halaman
    Anemia
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP Hepatom
    LP Hepatom
    Dokumen18 halaman
    LP Hepatom
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen21 halaman
    Anemia
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP Dispepsia
    LP Dispepsia
    Dokumen15 halaman
    LP Dispepsia
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen11 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan CA Esofagus
    Laporan Pendahuluan CA Esofagus
    Dokumen15 halaman
    Laporan Pendahuluan CA Esofagus
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen11 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP Hepatom
    LP Hepatom
    Dokumen8 halaman
    LP Hepatom
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP DM
    LP DM
    Dokumen19 halaman
    LP DM
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP Hepatom
    LP Hepatom
    Dokumen8 halaman
    LP Hepatom
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • LP Hepatom
    LP Hepatom
    Dokumen8 halaman
    LP Hepatom
    Anonymous iT4RNOcvb
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak Dengan Meningitis
    Askep Anak Dengan Meningitis
    Dokumen5 halaman
    Askep Anak Dengan Meningitis
    Eliza Gazelle Zena
    Belum ada peringkat