Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

WABAH

Dosen : Susilo Damarini, SKM., MPH.


Disusun oleh :
Nama :
1. Chairun Nisah PO 5140313 001
2. Denindi Shalat F PO 5140313 002
3. Desi Vetti Anggraini PO 5140313 003
4. Dina Anggraini PO 5140313 004
5. Donna Rahmiati PO 5140313 005
6. Yoananda Putri Andini PO 5140313 039

Kelas : Tingkat 2 DIV Kebidanan

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BENGKULU
Tahun Akademik 2014/2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah kepada kami
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sebagai usaha untuk menyelesaikan
tugas Epidemiologi, sesuai dengan materi yang telah disiapkan dan sumber yang kami
dapatkan.

Makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan


baru tentang pemahaman Wabah dalam lingkup epidemiologi.

Tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang luput dari kesalahan. Begitu
juga kami yang masih banyak kekurangan atas pembuatan makalah ini, karna itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Terakhir
kami ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya
untuk kami sendiri.

Bengkulu, Maret 2015

penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Wabah 2
B. Bentuk Wabah 5
C. Contoh-contoh wabah 8
D. Identifikasi Bentuk Wabah dalam Epidemiologi 9

BAB III PENUTUP


Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wabah adalah suatu kejadian ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa
yang lebih banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu tertentu di
area tertentu atau diantara kelompok tertentu. Disebuah fasilitas pelayanan kesehatan
dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika aktivitas surveilans rutin
mendeteksi adanya suatu kluster kasusu yang tidak biasa atau terjadinnya peningkatan
jumlah kasus yang signifikan dari jumlah biasanya.
Bidan dengan pendidikan diploma IV juga harus memahami tentang dasar dari
teori wabah. Keadaan masyarakat yang akan dihadapi bidan nanti akan mengacuh
pada kesehatan masyarakat serta penkait-penyakit yang mereka derita. Teori ini dapat
mendukukng bidan dalam bekerja mengetahui dan melakukan penyelidikan mengenai
wabah yang sedang trejadi dimasyrakat nantinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian wabah?
2. Apa saja bentuk-bentuk wabah?
3. Bagaimana identifiksi bentuk wabah dalam epidemiologi?
C. Tujuan
Untuk mengetahui:
1. Pengertian wabah
2. Bentuk wabah
3. identifiksi bentuk wabah dalam epidemiologi

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wabah
Wabah adalah suatu peningkatan kejadian atau kematian yang telah meluas
secara cepat baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (Depkes RI, Dirjen
P2MPLP 1981)
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk
suatu daerah yang nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa (Beneson, 1985).
Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit secara cepat, menyerang
sejumlah besar orang di daerah luas (KBBI: 1989)
Wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masayarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU
RI No. 4 tahun 1984)
Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka (UU No. 4, 1984).
Wabah merupakan suatu keadaan yang menarik dari perpaduan keterangan
penyebaran masalah kesehatan menurut ciri-ciri manusia tempat dan waktu (azrul)
Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa
penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (misalnya, apabila
masyarakat memiliki pola perilaku membuang sampah di sembarang tempat, maka
apabila sampah tersebut menumpuk di selokan akan dapat menyebabkan banjir
sehinggga jika dihubungkan dari segi kesehatan tentunya dapat meningkatkan
kejadian diare di wilayah tersebut), atau kejadian lain yang berhubungan dengan
kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa (Last 1981).
Pengertian wabah dalam bidang epidemiologi modern pada saat ini lebih
ditekankan pada konsep prevalensi berlebihan dan tidak selalu menyangkut penyakit
menular. Walaupun demikian sesuai dengan prioritas permasalahan kesehatan di

5
Indonesia, yang dimaksud dengan wabah dalam pengertian oleh Departemen
Kesehatan RI adalah wabah penyakit menular.
Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
Adanya satu kasus tunggal penyakit menular yang sudah lama tidak ditemukan
atau adanya penyakit baru yang belum diketahui sebelumnya di suatu daerah
memerlukan laporan secepatnya disertai dengan penyelidikan epidemiologis. Apabila
ditemukan penderita kedua untuk jenis penyakit yang sama dan diperkirakan penyakit
ini dapat menimbulkan malapetaka, keadaan ini sudah cukup merupakan indikasi
untuk menetapkan daerah tersebut sebagai daerah wabah.
Daftar penyakit yang dapat menimbulkan wabah di Indonesia menurut undang-
undang dan peraturan pemerintah yang berlaku:

1
Kolera 7 Campak 13 Influenza

2 Pes 8 Polio 14 Hepatitis

3 Demam kuning 9 Difteri 15 Tifus perut

4 Demam bolak-balik 10 Pertusis 16 Meningitis

5 Tifus bercak wabah 11 Rabies 17 Ensefalitis

6 Demam Berdarah Dengue 12 Malaria 18 Antraks

19 Penyakit lain yang akan ditetapkan kemudian

Kejadian wabah ditandai dengan jumlah penderitanya meningkat secara nyata


melebihi dari keadaan yang lazim. Jumlah penderita penyakit menular pada umumnya
di suatu wilayah diamati dalam satuan waktu tertentu (mingguan, empat mingguan,
atau tahunan).

6
Apabila jumlah penderita suatu penyakit menular meningkat melebihi keadaan
yang lazim di suatu daerah dalam satuan waktu tertentu, dan menimbulkan
malapetaka, maka keadaan ini dapat dianggap sebagai suatu wabah.
Penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah adalah cholera, demam
kuning, tifus, pes, DBD, campa, difteri, rabies, influenza, hepatitis, meningitis,
anthrax. Penentuan suatu penyakit yang dapat menimbulkan wabah dilakukan atas
dasar hasil pemeriksaan klinik laboratorium.
Penanggulangan wabah penyakit menular diatur dalam:
1. UU. No.4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
2. PP No 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tentang Jenis Penyakit Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah
4. UU No. 22 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
Dan Daerah, yang kemudian diikuti dengan terbitnya PP No. 25 Tahun 2000
tentang Kewenagan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah
Otonom yang berpengaruh terahadap penyelenggaraan penanggulangan wabah
5. Peraturan Menteri Kesehatah Republik Indonesia Nomor 949/ Menkes/ SK/
VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian
Luar Biasa
Tiga komponen wabah, yaitu:
1. Kenaikan jumlah penduduk
2. Kelompok penduduk disuatu daerah
3. Waktu tertentu
Alasan melakukan penyelidikan adanya kemungkinan wabah :
1. Mengadakan penanggulangan dan pencegahan
a. Ganas tidaknya penyakit
b. Sumber dan cara penularan
c. Ada atau tidaknya cara penanggulangan dan pencegahan
2. Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
3. Pertimbangan program
4. Kepentingan umum, politik, dan hukum
Upaya penanggulangan wabah mempunyai 2 (dua) tujuan pokok, yaitu:
1. Berusaha memperkecil angka kematian akibat wabah dengan pengobatan.

7
2. Membatasi penularan dengan penyebaran penyakit agar penderita tidak bertambah
banyak, dan wabah tidak meluas ke daerah lain.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
morbiditas/mortalitas yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
periode tertentu. Apabila didapatkan penderita atau tersangka penderita Kejadian Luar
Biasa, Kepala Wilayah/Daerah wajib segera melaksanakan tindakan penanggulangan
seperlunya dengan bantuan Unit Kesehatan setempat, agar tidak berkembang menjadi
wabah
Kejadian Luar Biasa (KLB) salah satu kategori status wabah dalam peraturan
yang berlaku di Indonesia.Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004
Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah.
Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu
kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau
lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya.

B. Bentuk-Bentuk Wabah
1. Bentuk-bentuk wabah dapat dikelompokkan dalam
a. Epidemi dari satu sumber
b. Epidemi dari orang ke orang, yang pada umumnya dapat dibedakan dengan
melihat penyebaran penyakit menurut waktu. Tida aspek penyebaran penyakit
ini yang perlu dibicarakan ialah:

8
1) Masa generasi
Interval waktu penyebaran penyakit dari orang keorang ditentukan oleh
masa generasi, yakni periode antara terkenanya infeksi oleh seseorang dan
saat penularan paling maximal. Pada umumnya masa generasi ini adalah
sama dengan waktu inkubasi yakni waktu antara terkenanya infeksi dan
timbulnya penyakit.
2) Imunitas kelompok
Imunitas kelompok adalah keadaan dimana sebuah agen infektif tidal.
Dapat masuk atau menyebar dikalangan suatu kelompok orang atau
masyarakat imun terdapat penyebab infeksi tersebut. Imunitas kelompok
adalah faktor penting sekali dalam menetukan penyebaran maupun
periodisitas bawah.
3) Secondary attack rate
Keluarga, rumah tangga, asrama, sekolah, hotel dan tempat tinggal
serupa adalah unit-unit epidemiologi dimana penyakit infeksi mempunyai
kecenderungan untuk menyebar. Kasus yang pertama-tama ditemuakan
didalam unit-unit tersebut yang diketahui oleh keluarga, orang lain atau
petugas kesehatan, disebut kasus indeks (“index case”); dari kasus indeks
inilah diselidiki bagaimana terjadi penyebaran kepada lain anggota keluarga
lain anak sekolah, dan seterusnya.
2. Pembagian bentuk wabah :
a. Pembagian wabah berdasarkan sifatnya yaitu :
1) Common Source Epidemic
Common source epidemic adalah suatu wabah penyakit yang disebabkan
oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh
dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Adapun common source
epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan
makanan, polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan satu puncak
epidemi, jarak antara satu kasus dengan kasus, selanjutnya hanya dalam
hitungan jam, tidak ada angka serangan kedua.
Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit berlangsung sangat
cepat dalam waktu yang singkat (point source of epiemic), maka resultan
dari semua kasus/kejadian berkembang hanya dalam satu masa tunas saja.

9
Point source epidemic dapat pula terjadi pada penyakit oleh faktor
penyebab bukan infeksi yang menimbulkan keterpaparan umum seperti
adanya zat beracun, polusi zat kimia yang beracun di udara terbuka
2) Propagated / Progresive Epidemic
Bentuk epidemik dengan penularan dari orang ke orang sehingga
waktu lebih lama dan masa tunas yang lebih lama pula.
Propagated/progresif epidemik terjadi karena adanya penularan dari orang
ke orang baik langsung maupun melalui vektor, relatif lama waktunya dan
lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran
anggota masyarakat yang rentan serta morbilitas dari penduduk setempat,
masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari
waktu ke waktu sampai pada batas minimal anggota masyarakat yang
rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan
urutan generasi kasus. Masa tuntas penyakit tersebut diatas adalah sekitar
satu bulan sehingga tampak bahwa masa epidemi cukup lama dengan
situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada saat
di mana jumlah masyarakat yang rentan mencapai batas yang minimal.
Contohnya, kejadian wabah demam berdarah di suatu tempat yang dalam
penyebarannya memerlukan waktu yang lama, dimana wabah ini
memerlukan masa inkubasi. Selain itu penularan wabah demam berdarah
ini, melalui vector yang berupa nyamuk Aides Aigepty.
b. Berdasarkan Cara Transmisinya
Menurut transmisinya, wabah dibedakan atas :
1) Wabah dengan penyebaran melalui media umum (common vehicle
epidemics), yaitu:
a. Ingesti bersama makanan atau minuman, misalnya Salmonellosis.
b. Inhalasi bersama udara pernafasan, misalnya demam Q (di
laboratorium).
c. Inokulasi melalui intravena atau subkutan, misalnya hepatitis serum.
2) Wabah dengan penjalaran oleh transfer serial dari penjamu ke pejamu
(epidemics propagated by serial transfer from host to host), yaitu :
a) Penjalaran melalui rute pernafasan (campak), rute anal-oral
(shigellosis), rute genitalia (sifilis), dan sebagainya.
b) Penjalaran melalui debu

10
c) Penjalaran melalui vektor (serangga dan arthropoda).

C. Contoh-Contoh Wabah
1. Kolera
Penyakit saluran pencernaan akut yang disebabkan oleh bakteri dan ditandai
gejala dalam bentuknya yang berat dengan onset yang tiba-tiba, diare terus
menerus, cair seperti air cucian beras, tanpa sakit perut, disertai muntah dan mual
di awal timbulnya penyakit.
2. Campak
Penyakit ini disebabkan oleh virus campak yaitu virus rubella golongan
Paramyxovirus dari pada genus Morbillivirus. Virus rubella adalah virus RNA
beruntai tunggal yang hanya menginfeksi manusia, dimana virus campak ini tidak
aktif oleh panas, cahaya, PH asam, eter, dan tripsin (enzim).
3. Demam Berdarah
Virus dengue penyebab DBD termasuk famili Flaviviridae, yang berukuran
kecil sekali, yaitu 35-45 mm. Virus tersebut memasuki tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti yang menembus kulit.
4. Influenza
Influenza, yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh virus RNA dari familiaOrthomyxoviridae (virus
influenza), yang menyerang unggas dan mamalia. Gejala yang paling umum dari
penyakit ini adalah menggigil, demam, nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri kepala
berat, batuk, kelemahan, dan rasa tidak nyaman secara umum.
5. Diare
Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga
seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan
makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari
infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun
untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat
menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa
perawatan.
6. Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit
bernama Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang

11
terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan
berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah yang
akhirnya menyebabkan penderita mengalami gejala-gejala malaria seperti gejala
pada penderita influenza, bila tidak diobati maka akan semakin parah dan dapat
terjadi komplikasi yang berujung pada kematian .
7. Cacar
Cacar air atau Varicella simplex adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster. Penyakit ini disebarkan
secara aerogen.
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa
lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang
lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari
kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali
ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota
gerak dan wajah.
8. Tifus
Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan
terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi A, B dan C, selain ini dapat juga menyebabkan
gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia (tidak menyerang usus).
Kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak
kemudian menembus dinding usus menuju saluran limfa, masuk ke dalam
pembuluh darah dalam waktu 24-72 jam. Kemudian dapat terjadi pembiakan di
sistem retikuloendothelial dan menyebar kembali ke pembuluh darah yang
kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis.

D. Identifikasi Bentuk Wabah dalam Epidemiologi


Penyelidikan wabah ini dimulai dari identifikasi wabah sampai pelaporan wabah.
1. Identifikasi wabah
a. Mengetahui factor-faktor yang menyebabkan wabah
b. Mengetahui sumber penularan
Dengan mengetahui sumber penularan, maka bisa dilakukan hal menanggulangi
sumber pathogen.
c. Mengetahui etiologi (bisa mengetahui penyebab-penyebab penyakit).

12
d. Mengetahui sifat penularan
Dengan mengetahui sifat penularan bisa dilakukan pemutusan mata rantai
penyakit tersebut agar tidak berkembang.
2. Penentuan masa akhir wabah
Dengan mengtahui masa akhir wabah bisa dilakukan pengendalian yang tepat.
3. Pelaporan wabah
Hal ini mempunyai tujuan untuk perencanaan-perencanaan program, pelaksanaan
rencana penaggulangan wabah itu sendiri, sebagai referensi penanganan wabah bila
terjadi hal yang sama di kemudian hari.

Berikut ini beberapa contoh identifikasi wabah yang sering terjadi di Indonesia, antara

lain :

Kolera

1. Identifikasi
Penyakit saluran pencernaan akut yang disebabkan oleh bakteri dan ditandai gejala
dalam bentuknya yang berat dengan onset yang tiba-tiba, diare terus menerus, cair
seperti air cucian beras, tanpa sakit perut, disertai muntah dan mual di awal
timbulnya penyakit.
2. Penyebab penyakit
Vibrio cholera serogrup O1 terdiri dari dua biotipe yaitu Vibrio klasik dan Vibiro
El Tor dan yang terdiri dari serotipe Inaba, Ogawa dan Hikojima (jarang ditemui).
Vibrio cholera O139 juga menyebabkan kolera tipikal.
3. Reservoir
Reservoirnya adalah : Manusia; pengamatan yang dilakukan di AS, Bangladesh
dan Australia selama lebih dari 2 dekade menunjukkan adanya reservoir
lingkungan, dimana vibrio diduga hidup pada copepoda dan zooplankton yang
hidup diperairan payau dan muara sungai.
4. Gejala dan Tanda Penyakit Kolera
Pada orang yang fecesnya ditemukan bakteri kolera, mungkin selama 1-2 minggu
belum merasakan keluhan berarti. Tetapi saat terjadinya serangan infeksi, maka
tiba-tiba terjadi diare dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan
akut yang menyebabkan samarnya jenis diare yang dialami.

13
Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang
ditampakkan, antara lain ialah :
a. Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
b. Feces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi
cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis,
tetapi seperti manis yang menusuk.
c. Feces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan
mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
d. Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
e. Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita
tidaklah merasakan mual sebelumnya.
f. Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
g. Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan
tanda-tandanya seperti : detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata
cekung, hipotensi dan lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan
pengganti cairan tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian.
5. Cara penularan
Masuk melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi secara langsung atau
tidak langsung oleh tinja atau muntahan dari orang yang terinfeksi. El Tor dan
O139 dapat bertahan di air dalam jangka waktu yang lama.
6. Masa inkubasi
Dari beberapa jam sampai 5 hari, biasanya 2 – 3 hari.
7. Masa penularan
Diperkirakan selama hasil pemeriksaan tinja masih positif, orang tersebut masih
menular, berlangsung sampai beberapa hari sesudah sembuh. Terkadang status
sebagai carrier berlangsung hingga beberapa bulan. Berbagai jenis antibiotika
diketahui efektif terhadap strain infektif (misalnya tetrasiklin untuk strain O139
dan kebanyakan strain O1). Pemberian antibiotika memperpendek masa penularan
walaupun sangat jarang sekali, ditemukan infeksi kandung empedu kronis
berlangsung hingga bertahun-tahun pada orang dewasa yang secara terus menerus
mengeluarkan vibrio cholerae melalui tinja.
8. Cara – cara pemberantasan
a) Tindakan pencegahan
1) Lihat demam Tifoid

14
2) Pemberian Imunisasi aktif dengan vaksin mati whole cell, yang diberikan
secara parenteral kurang bermanfaat untuk penanggulangan wabah maupun
untuk penanggulangan kontak.
3) Tindakan pencegahan yang melarang atau menghambat perjalanan orang,
pengangkutan bahan makanan atau barang tidak dibenarkan.
b) Pengawasan penderita, kontak atau lingkungan sekitarnya.
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat
2) Isolasi
3) Disinfeksi
4) Manajemen kontak
5) Investigasi terhadap kontak dan sumber
6) Pengobatan spesifik
c) Penanggulangan wabah
1) Berikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat di daerah risiko tinggi
untuk segera mencari pengobatan bila sakit.
2) Sediakan fasilitas pengobatan yang efektif
3) Lakukan tindakan darurat untuk menjamin tersediaanya fasilitas air minum
yang aman.
4) Lakukan pengawasan terhadap cara-cara pengolahan makanan dan
minuman yang sehat.
5) Lakukan investigasi dengan sungguh-sungguh dengan desain sedemikian
rupa untuk menemukan media dan lingkungan yang memungkinkan
terjadinya penularan menurut variable orang, tempat dan waktu serta
buatlah rencana penanggulangan yang memadai.
6) Sediakan fasilitas pembuangan sampah dan limbah domestik sesuai dengan
syarat kesehatan.
7) Pemberian imunisasi dengan suntikan vaksin kolera Whole cell tidak
dianjurkan.
8) Pada saat situasi wabah relatif mulai tenang, vaksin kolera oral dapat
diberikan sebagai tambahan terhadap upaya penanggulangan wabah kolera.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka (UU no. 4, 1984). Beberapa penyakit yang menimbulkan
wabah di Indonesia seperti : demam kuning, kolera, pes, influenza, demam bolak
balik, campak, hepatitis, tifus perut, malaria, demam berdarah dan lain-lain.
Di dalam epidemiologi ada 2 macam bentuk wadah. Menurut sifatnya ada
common source epidemic adalah suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh
terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi
dalam waktu yang relatif singkat dan propagated / progresive epidemic ialah bentuk
epidemik dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa
tunas yang lebih lama pula. Sedangkan menurut transmisinya wabah terdiri dari
wabah dengan penyebaran melalui media umum (common vehicle epidemics) dan
wabah dengan penjalaran oleh transfer serial dari pejamu ke pejamu (epidemics
propagated by serial transfer from host to host).

16
DAFTAR PUSTAKA

Azwar Azrul. 1988. Pengantar epidemiologi. Binarupa aksara : Jakarta


Departemen Kesehatan RI. 2006. Buku Saku Bidan Poskesdes untuk Mewujudkan Desa
Siaga. Jakarta.
Hasyimi, Muhammad. 2012. Epidemiologi Kebidanan Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta
: Trans Info Media
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Nograhaeni, dyan kunthi. 2011. Konsep dasar epidemiologi. Jakarta: EGC
Noor, Nur nasry. 2000. Pengantar epidemiologi penyakit menular. Jakarta : Renika Cipta
Bustan, MN. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta
Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC
Rianti ,Emy, DKK. 2009. Buku Ajar Epidemiologi dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media
Subari, Heru, DKK. 2004. Manajemen Epidemiologi. Yogyakarta : Media Presindo
Soemirat, Juli. 2010. Epidemiologi Lingkungan. Bandung : Gadjah Mada University Press

17

Anda mungkin juga menyukai