“ Perubahan Perilaku”
Disusun oleh :
NOFITA SETIORINI FUTRI PURWANTO(P0 5140 313 021)
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul Perubahan perilaku (teori, Proses dan penyebab).
Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai salah satu agenda kegiatan
akademis yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa dalam menyelesaikan studi di tingkat
perkuliahan semester empat. Dalam penyusunan Penulisan makalah tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan Makalah ini. Akhir
kata penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
mendapatkan ridho dari Allah SWT. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon. Perilaku
tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur
dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orang tua, teman, Perubahan
perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai
proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu. Dalam proses belajar ada
tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output.
lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut
faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku
adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu
terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang
merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang
serupa.
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui teori – teori perubahan perilaku
- Untuk mengetahui proses perubahan perilaku di masyrakat dan aplikasinya
- Untuk mengetahui penyebab perubahan perilaku(faktor Internal dan Eksternal)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu
sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas,
mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan
internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku
manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa
yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara
tidak langsung.
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut
dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk
hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau
modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan
lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.
1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit
atau memperkecil risiko kesehatan.
Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana dan
petugas kesehatan. Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan
terhadap penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan
memberikan keuntungan.
2.2 TEORI – TEORI PERUBAHAN PERILAKU
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Banyak
teori tentang perubahan perilaku, antara lain akan diuraikan di bawah ini :
1. Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.
Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan,
gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok
atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakikatnya
sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses
belajar pada individu yang terdiri dari :
a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif
mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima
oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian organisme (diterima) maka ia mengerti
stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
c. Setelah itu organisme mengelolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.
Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan
harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme faktor
reinforcement memegang peranan penting.
Proses perubahan perilaku berdasarkan teori SOR dapat di gambarkan sebagai berikut :
Organisme
- Perhatian
STIMULUS - Pengertian
- Penerimaan
Reaksi
(Perubahan Sikap)
Reaksi
(Perubahan praktik)
Rumus ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan dalam diri seseorang yang akan
menyebabkan perubahan perilaku dikarenakan adanya perbedaan jumlah elemen kognitif
yang seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang dan sama-sama
pentingnya. Hal ini menimbulkan konflik pada diri individu tersebut.
Contoh : Seorang ibu rumah tangga yang bekerja di kantor. Di satu pihak, dengan
bekerja ia dapat tambahan pendapatan bagi keluarganya yang akhirnya dapat memenuhi
kebutuhan bagi keluarga dan anak-anaknya, termasuk kebutuhan makanan yang bergizi.
Apabila ia tidak bekerja, jelas tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Di pihak
lain, apabila ia bekerja, ia khawatir terhadap perawatan anak-anaknya akan menimbulkan
masalah. Kedua elemen (argumentasi) ini sama-sama pentingnya, yakni rasa tanggung
jawabnya sebagai ibu rumah tangga yang baik.
Titik berat dari penyelesaian konflik ini adalah penyesuaian diri secara kognitif.
Dengan penyesuaian diri ini maka akan terjadi keseimbangan kembali. Keberhasilan yang
ditunjukkan dengan tercapainya keseimbangan kembali menunjukkan adanya perubahan
sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku.
3. Teori Fungsi
b. Perilaku berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam
menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan-
tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar.
Misalnya, orang dapat menghindari penyakit demam berdarah, karena penyakit
tersebut merupakan ancaman bagi dirinya.
c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan pemberi arti. Dalam peranannya
dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan
keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi.
Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan
secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya, bila seseorang merasa sakit
kepala, maka secara cepat, tanpa berpikir lama, ia akan bertindak untuk mengatasi
rasa sakit tersebut dengan membeli obat di awrung dan kemudian meminumnya, atau
tindakan-tindakan lain.
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu
situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan
pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan “layar”
dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah,
senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia
luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut
kebutuhannya. Oleh sebab itu di dalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-
menerus dan berubah secara relatif.
4. Teori Kurt Lewis
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia merupakan suatu keadaan
yang seimbang antara kekuatan - kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan –
kekuatan penahan (restraining forces). Perubahan perilaku itu dapat berubah apabila terjadi
ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang Sehingga ada tiga
kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang yakni :
b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya stimulus-
stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya pada contoh di
atas. dengan memberikan pengertian kepada orang tersebut bahwa banyak anak
banyak rezeki, adalah kepercayaan yang salah,maka kekuatan penahan tersebut
melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut.
Teori menyatakan bahwa sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh orang lain karena:
b. Identifikasi yaitu seseorang akan menganut sikap oaring lain yang dikagumi atau
disegani atau disenangi.
c. Internalisasi yaitu seseorang menerima sikap yang baru oleh karena sikap yang baru
tersebut masih selaras dengan sikap dan nilai-nilai yang dimiliki sebelumnya.
Menurut Roger, seseorang akan mengikuti atau menganut perilaku baru melalui tahapan
sebagai berikut:
a. Sadar (Awareness) : seseorang sadar akan adanya informasi baru. Misalnya menggosok
gigi.
b. Tertarik (Interest) : seseorang mulai tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
manfaat menggosok gigi sehingga orang tersebut mencari informasi lebih lanjut pada
orang lain yang dianggap tahu, membaca atau mendengarkan dari sumber yang dianggap
tahu.
c. Evaluasi (Evaluasion) : pada tahap ini seseorang mulai menilai, apakah akan memulai
menggosok gigi atau tidak, dengan mempertimbangkan berbagai sudut misalnya,
kemampuan membeli sikat gigi, pasta gigi, atau melihat orang lain yang rajin menggosoki
gigi.
e. Adopsi (Adopsion) : pada tahap ini, orang yakin dan telah menerima bahwa informasi
baru berupa menggosok gigi memberi keuntungan bagi dirinya sehingga menggosok gigi
menjadi kebutuhan.
Sedangkan menurut pendapat lain Proses perubahan meliputi enam tahapan :
1. Tekanan dan desakan. Proses mulai ketika manajemen puncak mulai merasa adanya
kebutuhan atau tekanan akan perubahan, biasanya disebabkan berbagai masalah yang
berarti, seperti penurunan pejualan atau penurunan laba secara tajam.
2. Intervensi dan reorientasi. Konsultan atau pengantar perubahan dari luar sering
digunakan untuk merumuskan masalah dan memulai proses dengan membuat para
organisasi untuk memusatkan perhatiannya pada masalah tersebut.
3. Diagnosa dan pengenalan masalah. Informasi dikumpulkan dan dianalisa oleh
pengantar perubahan dan manajemen.
4. Penemuan dan komitmen pada penyelesaian. Pengantar perubahan hendaknya
merangsang pemikiran dan mencoba untuk menghindari penggunaan metode-metode
lama yang sama. Penyelesaian-penyelesaian diketemukan melalui pengembangan
secara kreatif, alternatif – alternatif baru dan masuk akal.
5. Percobaan dan pencarian hasil-hasil. Penyelesaian-penyelesaian pada tahap empat
biasanya diuji dalam program-program percobaan berkala dan hasil-hasilnya
dianalisis.
6. Penguatan dan penerimaan. Bila serangkaian kekuatan telah diuji dan sesuai
keinginan, harus diterima secara sukarela. Pelaksanaan kegiatan yang telah diterima
harus menjadi sumber penguatan dan menimbulkan keterikatan terhadap perubahan
Lebih lanjut ditambahkan dalam melakukan audit budaya ada beberapa faktor dimensi
perubahan yang perlu mendapat perhatian, diantaranya (Paul Bate) :
2. Dimensi ruang dan waktu (asal muasal terbentuknya budaya dan perjalannya sepanjang
waktu)
Kita berusaha melacak kembali bagaimana budaya yang sekarang berkembang dalam
sebuah budaya organisasi. Tujuannya adalah agar dalam perubahan budaya kita tidak
membuat kesalahan yang sama di masa datang.
Bisa dikatakan bahwa budaya terus menerus mengalami perubahan karena sifatnya yang
dinamis. Jadi memahami posisi budaya pada siklus ini sangat penting artinya ketika kita
memutuskan untuk merubah budaya.
Dalam dimensi ini kita berupaya untuk memahami kemungkinan terjadinya cultural lag
untuk menindak lanjuti perlu tidaknya perubahan.
Kita perlu memahami sejauh mana mereka (orang-orang dalam oraganisasi) terlibat dalam
perubahan. Paul Bate mengatakan bahwa untuk menilai efektivitas perubahan budaya,
kita juga perlu menentukan parameternya, yaitu :
a. Daya ekspresi, yakni kemampuan untuk menyampaikan ide-ide baru. Parameter ini
untuk mengetahui sejauh mana pihak-pihak terkait bisa terpengaruh oleh perubahan.
b. Daya komonalitas, yakni kemampuan untuk membentuk satu set nilai. Parameter ini
untuk mengukur sejauh mana perubahan tersebut bisa membentuk nilai-nilai baru.
c. Daya penetrasi, kemampuan untuk menembus berbagai level organisasi. Parameter ini
untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tersebut menembus berbagai level
organisasi.
d. Daya adaptif, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah.
Parameter ini utnuk mengetahui bagaimana proses perubahan tersebut berlangsung.
e. Daya tahan, kemampuan menciptakan perubahan yang hasilnya bisa bertahan lama.
Parameter ini untuk mengetahui sruktur perubahannya.
2.4 Penyebab perubahan perilaku
3. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
3.1 Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang
dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di
tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku,
dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.
3.2 Saran
https://www.academia.edu/6711766/Fase_3_Diagnosis
Uha Suliha,et al, 2002, Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan, Jakarta : EGC
https://gimbalkurangdarah.wordpress.com/kulyah/perubahan-perilaku-individual-dan-cara-
memprakarsai-perubahan/