Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

“ Perubahan Perilaku”

Disusun oleh :
NOFITA SETIORINI FUTRI PURWANTO(P0 5140 313 021)

Prodi DIV KEBIDANAN (Tingkat II)


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
T.A 2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul Perubahan perilaku (teori, Proses dan penyebab).

Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai salah satu agenda kegiatan
akademis yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa dalam menyelesaikan studi di tingkat
perkuliahan semester empat. Dalam penyusunan Penulisan makalah tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan Makalah ini. Akhir
kata penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
mendapatkan ridho dari Allah SWT. Amin.

Bengkulu, Februari 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


1.2 Tujuan
1.3 Rumusan masalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Perilaku


2.2 Teori – teori Perubahan Perilaku
2.2.1 Bentuk – bentuk perubahan Perilaku
2.3 Proses Perubahan Perilaku Di Masyarakat dan Aplikasinya
2.4 Penyebab perubahan perilaku

BAB III PENUTUP

 Kesimpulan
 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon. Perilaku
tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur
dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orang tua, teman, Perubahan
perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai
proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu. Dalam proses belajar ada
tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output.
lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut
faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku
adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu
terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang
merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang
serupa.

1.2 Rumusan masalah


a. Apa teori – teori perubahan perilaku ?
b. Bagaimana proses perubahan perilaku di masyrakat dan aplikasinya ?
c. Identifikasi penyebab perubahan perilaku(faktor Internal dan Eksternal)?

1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui teori – teori perubahan perilaku
- Untuk mengetahui proses perubahan perilaku di masyrakat dan aplikasinya
- Untuk mengetahui penyebab perubahan perilaku(faktor Internal dan Eksternal)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu
sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas,
mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan
internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku
manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa
yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara
tidak langsung.

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut
dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk
hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau
modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan
lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.

Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial :

1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit
atau memperkecil risiko kesehatan.

2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.

3. Perilaku itu sendiri.

Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana dan
petugas kesehatan. Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan
terhadap penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan
memberikan keuntungan.
2.2 TEORI – TEORI PERUBAHAN PERILAKU

Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Banyak
teori tentang perubahan perilaku, antara lain akan diuraikan di bawah ini :
1. Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.
Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan,
gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok
atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakikatnya
sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses
belajar pada individu yang terdiri dari :
a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif
mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima
oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian organisme (diterima) maka ia mengerti
stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
c. Setelah itu organisme mengelolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.
Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan
harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme faktor
reinforcement memegang peranan penting.
Proses perubahan perilaku berdasarkan teori SOR dapat di gambarkan sebagai berikut :

Organisme

- Perhatian
STIMULUS - Pengertian
- Penerimaan

Reaksi

(Perubahan Sikap)

Reaksi

(Perubahan praktik)

2. Teori Festinger (Dissonance Theory)

Teori dissonance (cognitive dissinance theory) DIAJUKAN OLEH Festinger (1957)


telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial
Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti
bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi
oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi
keseimbangan dalam diri individu, maka berarti sudah terjadi ketegangan diri lagi, dan
keadaan ini disebut Keseimbangan (consonance)
Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat dua
elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah
pengetahuan,pendapat atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau
objek, dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang
berbeda/bertentangan di dalam individu itu sendiri, maka terjadilah dissonance. Sherward dan
Borrou merumuskan dissonance itu sebagai berikut.
Rumus perubahan perilaku menurut Festinger:
Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang
dengan elemen tidak seimbang.

Dissonance = Pentingnya stimulus x jumlah kognitif dissonance


Pentingnya stimulus x jumlah kognitif consonance

Rumus ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan dalam diri seseorang yang akan
menyebabkan perubahan perilaku dikarenakan adanya perbedaan jumlah elemen kognitif
yang seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang dan sama-sama
pentingnya. Hal ini menimbulkan konflik pada diri individu tersebut.

Contoh : Seorang ibu rumah tangga yang bekerja di kantor. Di satu pihak, dengan
bekerja ia dapat tambahan pendapatan bagi keluarganya yang akhirnya dapat memenuhi
kebutuhan bagi keluarga dan anak-anaknya, termasuk kebutuhan makanan yang bergizi.
Apabila ia tidak bekerja, jelas tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Di pihak
lain, apabila ia bekerja, ia khawatir terhadap perawatan anak-anaknya akan menimbulkan
masalah. Kedua elemen (argumentasi) ini sama-sama pentingnya, yakni rasa tanggung
jawabnya sebagai ibu rumah tangga yang baik.

Titik berat dari penyelesaian konflik ini adalah penyesuaian diri secara kognitif.
Dengan penyesuaian diri ini maka akan terjadi keseimbangan kembali. Keberhasilan yang
ditunjukkan dengan tercapainya keseimbangan kembali menunjukkan adanya perubahan
sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku.

3. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung


kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan
perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan
orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
a. Perilaku memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan
pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif
terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat
memenuhi memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya,
orang mau membuat jamban apabila jamban tersebut benar-benar sudah menjadi
kebutuhannya.

b. Perilaku berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam
menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan-
tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar.
Misalnya, orang dapat menghindari penyakit demam berdarah, karena penyakit
tersebut merupakan ancaman bagi dirinya.

c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan pemberi arti. Dalam peranannya
dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan
keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi.
Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan
secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya, bila seseorang merasa sakit
kepala, maka secara cepat, tanpa berpikir lama, ia akan bertindak untuk mengatasi
rasa sakit tersebut dengan membeli obat di awrung dan kemudian meminumnya, atau
tindakan-tindakan lain.

d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu
situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan
pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan “layar”
dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah,
senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.

Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia
luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut
kebutuhannya. Oleh sebab itu di dalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-
menerus dan berubah secara relatif.
4. Teori Kurt Lewis
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia merupakan suatu keadaan
yang seimbang antara kekuatan - kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan –
kekuatan penahan (restraining forces). Perubahan perilaku itu dapat berubah apabila terjadi
ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang Sehingga ada tiga
kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang yakni :

a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-


stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus
ini berupa penyuluhan – penyuluhan atau informasi-informasi sehubungan dengan
perilaku yang bersangkutan. Misalnya seseorang yang belum ikut KB (ada
keseimbangan antara pentingnya anak sedikit dengan kepercayaan banyak anak
banyak rezeki) dapat berubah perilakunya (ikut KB) kalau kekuatan pendorong yakni
pentingnya ber-KB dinaikkan dengan penyuluhan-penyuluhan atau usaha-usaha lain.

Perilaku Semula Kekuatan Pendorong - - - - - - - - - -Meningkat


Kekuatan Penahan
Perilaku Baru

b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya stimulus-
stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya pada contoh di
atas. dengan memberikan pengertian kepada orang tersebut bahwa banyak anak
banyak rezeki, adalah kepercayaan yang salah,maka kekuatan penahan tersebut
melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut.

Perilaku Semula Kekuatan Pendorong


Kekuatan Penahan – Menurun
Perilaku Baru

c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan


semacam ini jelas akan terjadi perubahan perilaku. Seperti pada contoh ,penyuluhan
KB yang berisikan memberikan pengertian terhadap orang tersebut tentang
pentingnya ber-KB dan tidak benarnya kepercayaan banyak anak, banyak rezeki akan
meningkatkan kekuatan pendorong dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.
Perilaku Semula Kekuatan Pendorong – Meningkat
Kekuatan Penahan – Menurun
Perilaku Baru

2.2.1 Bentuk – bentuk Perubahan Perilaku

1. Perubahan alamiah (natural change) : Perubahan perilaku karena terjadi perubahan


alam (lingkungan) secara alamiah.

2. Perubahan terencana (planned change) : Perubahan perilaku karena memang


direncanakan oleh yang bersangkutan.

3. Kesiapan berubah (readiness to change) : Perubahan perilaku karena terjadinya proses


internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda
pada setiap individu.

2.3 Proses Perubahan Perilaku Di Masyarakat dan Aplikasinya

Ada beberapa teori proses perubahan perilaku antara lain:

1. Penelitian pengembangan dan penyebaran (Research development and dissemination).

Teori mengembangkan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk


mengembangkan diri melalui proses belajar sendiri. Proses belajar sendiri yang dimaksud
adalah proses belajar dari pengalaman hidup dengan trial and eror atau mencoba lagi, dan
seterusnya sehingga menemukan sesuatau yang dianggap sebagai pengetahuan atau
perilaku “baru”.

2. Teori perubahan sikap

Teori menyatakan bahwa sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh orang lain karena:

a. Penyesuaian yaitu seseorang mengubah sikapnya sesuai orang yang mempengaruhinya


apabila menguntungkan dirinya, tetapi akan menolak apabila tidak menyenangkan atau
menguntungkan dirinya.

b. Identifikasi yaitu seseorang akan menganut sikap oaring lain yang dikagumi atau
disegani atau disenangi.
c. Internalisasi yaitu seseorang menerima sikap yang baru oleh karena sikap yang baru
tersebut masih selaras dengan sikap dan nilai-nilai yang dimiliki sebelumnya.

3. Proses adopsi perilaku

Menurut Roger, seseorang akan mengikuti atau menganut perilaku baru melalui tahapan
sebagai berikut:

a. Sadar (Awareness) : seseorang sadar akan adanya informasi baru. Misalnya menggosok
gigi.

b. Tertarik (Interest) : seseorang mulai tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
manfaat menggosok gigi sehingga orang tersebut mencari informasi lebih lanjut pada
orang lain yang dianggap tahu, membaca atau mendengarkan dari sumber yang dianggap
tahu.

c. Evaluasi (Evaluasion) : pada tahap ini seseorang mulai menilai, apakah akan memulai
menggosok gigi atau tidak, dengan mempertimbangkan berbagai sudut misalnya,
kemampuan membeli sikat gigi, pasta gigi, atau melihat orang lain yang rajin menggosoki
gigi.

d. Mencoba (Triad) : orang tersebut mulai menggosok gigi. Dengan mempertimbangkan


untung ruginya, orang tersebut akan terus mencoba atau menghentikannya. Misalnya,
apabila orang tersebut setelah menggosok gigi merasa mulutnya nyaman, giginya bersih
sehingga menambah rasa percaya diri, ia kan melanjutkan menggosok gigi secara teratur.
Namun, jila menggosok gigi membuat gigi ngilu kegiatan menggosok gigi tidak akan
dilanjutkan atau diberhentikan sementara.

e. Adopsi (Adopsion) : pada tahap ini, orang yakin dan telah menerima bahwa informasi
baru berupa menggosok gigi memberi keuntungan bagi dirinya sehingga menggosok gigi
menjadi kebutuhan.
Sedangkan menurut pendapat lain Proses perubahan meliputi enam tahapan :

1. Tekanan dan desakan. Proses mulai ketika manajemen puncak mulai merasa adanya
kebutuhan atau tekanan akan perubahan, biasanya disebabkan berbagai masalah yang
berarti, seperti penurunan pejualan atau penurunan laba secara tajam.
2. Intervensi dan reorientasi. Konsultan atau pengantar perubahan dari luar sering
digunakan untuk merumuskan masalah dan memulai proses dengan membuat para
organisasi untuk memusatkan perhatiannya pada masalah tersebut.
3. Diagnosa dan pengenalan masalah. Informasi dikumpulkan dan dianalisa oleh
pengantar perubahan dan manajemen.
4. Penemuan dan komitmen pada penyelesaian. Pengantar perubahan hendaknya
merangsang pemikiran dan mencoba untuk menghindari penggunaan metode-metode
lama yang sama. Penyelesaian-penyelesaian diketemukan melalui pengembangan
secara kreatif, alternatif – alternatif baru dan masuk akal.
5. Percobaan dan pencarian hasil-hasil. Penyelesaian-penyelesaian pada tahap empat
biasanya diuji dalam program-program percobaan berkala dan hasil-hasilnya
dianalisis.
6. Penguatan dan penerimaan. Bila serangkaian kekuatan telah diuji dan sesuai
keinginan, harus diterima secara sukarela. Pelaksanaan kegiatan yang telah diterima
harus menjadi sumber penguatan dan menimbulkan keterikatan terhadap perubahan

Lebih lanjut ditambahkan dalam melakukan audit budaya ada beberapa faktor dimensi
perubahan yang perlu mendapat perhatian, diantaranya (Paul Bate) :

1. Dimensi structural (budaya yang akan dirubah)

Sebelum melakukan perubahan budaya, pertama-tama harus dilakukan terlebih dahulu


diagnosis terhadap budaya yang akan dirubah. Tujuannya selain mengetahui budaya
yang ada juga agar pelaku perubahan bisa belajar tentang pola pikir organisasi dan
orang-orang yang terlibat di dalamnya sebab budaya bukanlah sebuah obyek tetapi
sebuah perspektif.

2. Dimensi ruang dan waktu (asal muasal terbentuknya budaya dan perjalannya sepanjang
waktu)
Kita berusaha melacak kembali bagaimana budaya yang sekarang berkembang dalam
sebuah budaya organisasi. Tujuannya adalah agar dalam perubahan budaya kita tidak
membuat kesalahan yang sama di masa datang.

3. Dimensi proses perubahan (posisi budaya dalam siklus kehidupan budaya)

Bisa dikatakan bahwa budaya terus menerus mengalami perubahan karena sifatnya yang
dinamis. Jadi memahami posisi budaya pada siklus ini sangat penting artinya ketika kita
memutuskan untuk merubah budaya.

4. Dimensi kontekstual (situasi lingkungan dimana budaya berada didalamnya)

Dalam dimensi ini kita berupaya untuk memahami kemungkinan terjadinya cultural lag
untuk menindak lanjuti perlu tidaknya perubahan.

5. Dimensi subyektif (tujuan tterlibatnya orang per orang dalam perubahan)

Kita perlu memahami sejauh mana mereka (orang-orang dalam oraganisasi) terlibat dalam
perubahan. Paul Bate mengatakan bahwa untuk menilai efektivitas perubahan budaya,
kita juga perlu menentukan parameternya, yaitu :

a. Daya ekspresi, yakni kemampuan untuk menyampaikan ide-ide baru. Parameter ini
untuk mengetahui sejauh mana pihak-pihak terkait bisa terpengaruh oleh perubahan.
b. Daya komonalitas, yakni kemampuan untuk membentuk satu set nilai. Parameter ini
untuk mengukur sejauh mana perubahan tersebut bisa membentuk nilai-nilai baru.
c. Daya penetrasi, kemampuan untuk menembus berbagai level organisasi. Parameter ini
untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tersebut menembus berbagai level
organisasi.
d. Daya adaptif, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah.
Parameter ini utnuk mengetahui bagaimana proses perubahan tersebut berlangsung.
e. Daya tahan, kemampuan menciptakan perubahan yang hasilnya bisa bertahan lama.
Parameter ini untuk mengetahui sruktur perubahannya.
2.4 Penyebab perubahan perilaku

Perilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan,


sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enebling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,


tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.

Berdasarkan 3 faktor determinan perilaku tersebut, maka kegiatan promosi kesehatan


sebagai pendekatan perilaku hendaknya diarajkan kepada 3 faktor tersebut:

1. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepaada faktor predisposisi adalah


pemberian informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.

2. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor pemungkin (enabling)


adalah memberdayakan masyarakat melalui pengorganisasian atau pengembangan
masyarakat.

3. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor penguat (reinforcing)


adalah berupa pelatihan-pelatihan kepada para tokoh masyarakat, baik formal maupun
non formal.
Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar
diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu. Dalam
proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan
keluaran (output) (Notoatmojo: 1993). Individu atau masyarakat dapat merubah perilakunya
bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya
perilaku tersebut.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak di luar dirinya yang disebut
faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.
• Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan misalnya:
tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
• Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan
sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang mewarnai
perilaku seseorang. (Notoatmodjo: 2007)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang
dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di
tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku,
dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.

Perilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain :


a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (enebling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.

3.2 Saran

Berbagai sumber telah dikumpul sebanyak-banyaknya demi terselesaikannya makalah


ini. Namun, sebagai manusia biasa yang membutuhkan bantuan orang lain, penulis
mengaharapkan dukungan baik dalam bentuk kritik dan saran, semoga dengan itu semua
dapat membuat makalah ini semakin baik dan berguna bagi semua orang
Daftar Pustaka

Notoatmodjo, Soekidjo,2007,Promosi kesehatan dan Ilmu perilaku,Jakarta :Rineka

https://www.academia.edu/6711766/Fase_3_Diagnosis

Uha Suliha,et al, 2002, Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan, Jakarta : EGC

https://gimbalkurangdarah.wordpress.com/kulyah/perubahan-perilaku-individual-dan-cara-
memprakarsai-perubahan/

Anda mungkin juga menyukai