STROKE
Disusun Oleh:
Eko Setiawan Saputro
30101306929
Pembimbing:
dr. Rahayu Andiyani, Sp.S
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih
dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan di- sebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena
trauma maupun infeksi (WHO MONICA, 1986).
Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan
oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal
pembuluh darah otak yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke
bagian otak yang mengalami oklusi (Hacke, 2003). Munculnya tanda dan gejala
fokal atau global pada stroke disebabkan oleh penurunan aliran darah otak. Oklusi
dapat berupa trombus, embolus, atau tromboembolus, menyebabkan hipoksia
sampai anoksia pada salah satu daerah percabangan pembuluh darah di otak
tersebut. Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan intraserebral atau perdarahan
subrakhnoid (Bruno et al., 2000).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda
klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak
fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi
bedah atau membawa kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain
penyebab vaskuler (Mansjoer, 2000). Menurut Geyer (2009) stroke adalah
sindrom klinis yang ditandai dengan berkembangnya tiba-tiba defisit neurologis
persisten fokus sekunder terhadap peristiwa pembuluh darah.
3
1) Stroke Iskemik
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat
obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.
Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas:
1. Transient Ischaemic Attack (TIA): defisit neurologis membaik dalam waktu
kurang dari 30 menit,
2. Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND): defisit neurologis
membaik kurang dari 1 minggu,
3. Stroke In Evolution (SIE)/Progressing Stroke,
4. Completed Stroke.
2) Stroke Hemoragik
Beberapa penyebab stroke iskemik meliputi:
- Trombosis
Aterosklerosis (tersering); Vaskulitis: arteritis temporalis, poliarteritis
nodosa; Robeknya arteri: karotis, vertebralis 10 (spontan atau traumatik);
Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
- Embolisme Sumber di jantung:
Fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium, penyakit jantung rematik,
penyakit katup jantung, katup prostetik, kardiomiopati iskemik; Sumber
tromboemboli aterosklerotik di arteri: bifurkasio karotis komunis, arteri
vertebralis distal; Keadaan hiperkoagulasi: kontrasepsi oral, karsinoma.
- Vasokonstriksi
- Vasospasme serebrum setelah PSA (Perdarahan Subarakhnoid).
Terdapat empat subtipe dasar pada stroke iskemik berdasarkan penyebab:
lakunar, thrombosis pembuluh besar dengan aliran pelan, embolik dan kriptogenik
(Dewanto dkk, 2009)
4
2.2 FAKTOR RESIKO
- Tidak dapat dimodifikasi, meliputi: usia, jenis kelamin, herediter, ras/etnik.
- Dapat dimodifikasi, meliputi: riwayat stroke, hipertensi, penyakit jantung,
diabetes mellitus, Transient Ischemic Attack (TIA), hiperkolesterol, obesitas,
merokok, alkoholik, hiperurisemia, peninggian hematokrit (Mansjoer, 2000)
Patofisiologi Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana
saja di dalam arteri-arteri yang membentuk Sirkulus Willisi (Gambar 1): arteria
karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Secara
umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit,
akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu
arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri
tersebut. Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang
5
memadai ke daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu
dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi
otak.
Patologinya dapat berupa (1) keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri,
seperti pada aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau
peradangan; (2) berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran 12 darah,
misalnya syok atau hiperviskositas darah; (3) gangguan aliran darah akibat bekuan
atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium; atau
(4) ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid (Price et al,
2006).
6
Stroke iskemik, sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis
(terbentuknya ateroma) dan arteriolosklerosis.
Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinik
dengan cara:
a. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran
darah
b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus atau perdarahan
aterom
c. Merupakan terbentuknya thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli
d. Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang
kemudian dapat robek.
Embolus akan menyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia jaringan
otak di bagian distal sumbatan. Di samping itu, embolus juga bertindak sebagai
iritan yang menyebabkan terjadinya vasospasme lokal di segmen di mana embolus
berada. Gejala kliniknya bergantung pada pembuluh darah yang tersumbat. Ketika
arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau embolus, maka area sistem saraf
pusat (SSP) yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak ada perdarahan
kolateral yang adekuat.
Di sekitar zona nekrotik sentral, terdapat ‘penumbra iskemik’ yang tetap
viabel untuk suatu waktu, artinya fungsinya dapat pulih jika aliran darah baik
kembali. Iskemia SSP dapat disertai oleh pembengkakan karena dua alasan:
- Edema sitotoksik yaitu akumulasi air pada sel-sel glia dan neuron yang rusak;
- Edema vasogenik yaitu akumulasi cairan ektraselular akibat perombakan
sawar darah-otak. Edema otak dapat menyebabkan perburukan klinis yang
berat beberapa hari setelah stroke mayor, akibat peningkatan tekanan
intrakranial dan kompresi struktur-struktur di sekitarnya (Smith et al, 2001).
7
- Infark total sirkulasi anterior (karotis): o Hemiplegia (kerusakan pada bagian
atas traktus kortikospinal), o Hemianopia (kerusakan pada radiasio optikus), o
Defisit kortikal, misalnya disfasia (hemisfer dominan), hilangnya fungsi
visuospasial (hemisfer nondominan)
- Infark parsial sirkulasi anterior: o Hemiplegia dan hemianopia, hanya defisit
kortikal saja.
- Infark lakunar: o Penyakit intrinsik (lipohialinosis) pada arteri kecil profunda
menyebabkan sindrom yang karakteristik.
- Infark sirkulasi posterior (vertebrobasilar): o Tanda-tanda lesi batang otak, o
Hemianopia homonim.
- Infark medulla spinalis (Price, 2005).
2) Serangan Iskemik Transien Tanda khas TIA adalah hilangnya fungsi fokal SSP
secara mendadak; gejala seperti sinkop, bingung, dan pusing tidak cukup untuk
menegakkan diagnosis. TIA umumnya berlangsung selama beberapa menit saja,
jarang berjam-jam.
Daerah arteri yang terkena akan menentukan gejala yang terjadi:
- Karotis (paling sering): o Hemiparesis, o Hilangnya sensasi hemisensorik, o
Disfasia, o Kebutaan monokular (amaurosis fugax) yang disebabkan oleh iskemia
retina.
- Vertebrobasilar: o Paresis atau hilangnya sensasi bilateral atau alternatif, o
Kebutaan mendadak bilateral (pada pasien usia lanjut), o Diplopia, ataksia,
vertigo, disfagia-setidaknya dua dari tiga gejala ini terjadi secara bersamaan
(Price, 2005).
3) Perdarahan Subarakhnoid Akibat iritasi meningen oleh darah, maka pasien
menunjukkan gejala nyeri kepala mendadak (dalam hitungan detik) yang sangat
berat disertai fotofobia, mual, muntah, dan tanda-tanda meningismus (kaku kuduk
dan tanda Kernig). Pada perdarahan yang lebih berat, dapat terjadi peningkatan
tekanan intrakranial dan gangguan kesadaran. Pada funduskopi dapat dilihat
edema papil dan perdarahan retina.
Tanda neurologis fokal dapat terjadi sebagai akibat dari:
- Efek lokalisasi palsu dari peningkatan tekanan intrakranial,
8
- Perdarahan intraserebral yang terjadi bersamaan,
- Spasme pembuluh darah, akibat efek iritasi darah, bersamaan dengan iskemia
(Price, 2005).
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit
neurologis akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran.
Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke non hemoragik meliputi
hemiparese, monoparese atau quadriparese, tidak ada penurunan kesadaran, tidak
ada nyeri kepala dan reflek babinski dapat positif maupun negatif.
Meskipun gejala-gejala tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya
muncul secara bersamaan. Penentuan waktu terjadinya gejala-gejala tersebut juga
penting untuk menentukan perlu tidaknya pemberian terapi trombolitik. Beberapa
faktor dapat membuat anamnesis menjadi sedikit sulit untuk mengetahui gejala
atau onset stroke seperti:
a. Gejala yang dialami pasien
b. Onset terjadinya gejala
c. Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak didapatkan
hingga pasien bangun (wake up stroke).
d. Gangguan global berupa gangguan kesadaran
e. Gangguan fokal yang muncul mendadak, dapat berupa :
Kelumpuhan sesisi/kedua sisi, kelumpuhan satu extremitas, kelumpuhan
otot-otot penggerak bola mata, kelumpuhan otot-otot untuk proses
menelan, wicara dan sebagainya
Gangguan fungsi keseimbangan
Gangguan fungsi penghidu
Gangguan fungsi penglihatan
Gangguan fungsi pendengaran
Gangguan fungsi Somatik Sensoris
f. Gangguan Neurobehavioral yang meliputi :
Gangguan atensi
Gangguan memory
Gangguan bicara verbal
9
Gangguan mengerti pembicaraan
Gangguan pengenalan ruang
Gangguan fungsi kognitif lain
Skor Stroke: Algoritma Gajah Mada
+ + + Perdarahan
+ - - Perdarahan
- + - Perdarahan
- - + Iskemik
- - - Iskemik
10
1. CT Angiografi
2. CT Scan Perfusion
2.5 PENATALAKSANAAN
Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan
merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar
kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen
2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan dekstrosa
atau salin dalam H2O. Dilakukan pemeriksaan CT scan otak,
elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit,
protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk
elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah. Tindakan lain di
Instalasi Rawat Darurat adalah memberikan dukungan mental kepada pasien
serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang.
Stadium Akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan factor faktor etiologik
maupun penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan
psikologis serta telaah sosial untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan
dan edukasi kepada keluarga pasien perlu, menyangkut dampak stroke
terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien yang dapat
dilakukan keluarga.
Stroke Iskemik
11
Terapi umum: Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan
dada pada satu bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai
bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-
obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila
tekanan sistolik ≥220 mmHg, diastolik ≥120 mmHg, Mean Arterial Blood
Pressure (MAP) ≥ 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu
30 menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta
gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang
direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat
ACE, atau antagonis kalsium.
12
Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan pelan selama 3 menit,
maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral
(fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan
antikonvulsan peroral jangka panjang.
Terapi Khusus
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin
dan anti koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant
tissue Plasminogen Activator). Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu
sitikolin atau pirasetam (jika didapatkan afasia)
2.6 PROGNOSIS
Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yakni: death, disease, disability,
discomfort, dissatisfaction, dan destitution. Keenam aspek prognosis tersebut
terjadi pada stroke fase awal atau pasca stroke. Untuk mencegah agar aspek
tersebut tidak menjadi lebih buruk maka semua penderita stroke akut harus
dimonitor dengan hati-hati terhadap keadaan umum, fungsi otak, EKG, saturasi
oksigen, tekanan darah dan suhu tubuh 20 secara terus-menerus selama 24 jam
setelah serangan stroke (Asmedi & Lamsudin, 1998). Asmedi & Lamsudin (1998)
mengatakan prognosis fungsional stroke pada infark lakuner cukup baik karena
tingkat ketergantungan dalam activity daily living (ADL) hanya 19 % pada bulan
pertama dan meningkat sedikit (20 %) sampai tahun pertama. Bermawi, et al.,
(2000) mengatakan bahwa sekitar 30-60 % penderita stroke yang bertahan hidup
menjadi tergantung dalam beberapa aspek aktivitas hidup sehari-hari.
Dari berbagai penelitian, perbaikan fungsi neurologik dan fungsi aktivitas
hidup sehari-hari pasca stroke menurut waktu cukup bervariasi. Suatu penelitian
mendapatkan perbaikan fungsi paling cepat pada minggu pertama dan menurun
13
pada minggu ketiga sampai 6 bulan pasca stroke. Prognosis stroke juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor dan keadaan yang terjadi pada penderita stroke.
Hasil akhir yang dipakai sebagai tolak ukur diantaranya outcome
fungsional, seperti kelemahan motorik, disabilitas, quality of life, serta mortalitas.
Menurut Hornig et al., prognosis jangka panjang setelah TIA dan stroke batang
otak/serebelum ringan secara signifikan dipengaruhi oleh usia, diabetes,
hipertensi, stroke sebelumnya, dan penyakit arteri karotis yang menyertai. Pasien
dengan TIA memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan pasien dengan TIA
memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan pasien dengan stroke minor.
Tingkat mortalitas kumulatif pasien dalam penelitian ini sebesar 4,8 % dalam 1
tahun dan meningkat menjadi 18,6 % dalam 5 tahun.
14
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas Penderita
Nama :Ny. Z
Umur : 61 tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Status :Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan :Ibu rumah tangga
Alamat :Rejosari, Kendal
No. RM : 556xxx
Tanggal Masuk RS :5 Juni 2018
15
IV. Kronologi: Pada awalnya +1 bulan SMRS, mendadak pada sore
hari saat pasien sedang ikut membantu persiapan hajatan di
rumah, penderita merasakan kesemutan dan lemahpada anggota
gerak bagian kanan.+ 1 minggu SMRS anggota gerak kanan
terasa semakinlemahdan kaku tetapi masih bisa digerakkan
pelan-pelan, namun pasien sudah tidak bisa berdiri lagi. + 1
hari SMRS keluhan tersebut dirasakan semakin berat dan
disertai badan terasa lemas, kemudian penderita dibawa ke IGD
RSUD Kendal. Setelah diperiksa ternyata tekanan darah
penderita mencapai sekitar 210/100 mmHg, sehingga penderita
dirawat inap. Setelah 3 hari dirawat inapkeluhan tersebut masih
belum membaik.
V. Faktor yang Memperberat dan Memperingan:semakin ringan
untuk istirahat dan semakin berat bila digerakkan
VI. Gejala Penyerta:pelo (+), badan lemas (+), pingsan (-),nafsu
makan berkurang, nyeri kepala (-), mual (-), muntah (-), kejang
(-),keringat dingin (-), bicara kebas (-) BAK dan BAB lancar
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat darah tinggi :diakui
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat stroke : disangkal
Riwayat kejang : disangkal
Riwayat penyakit maag : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat trauma kepala : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan srupa : diakui
Riwayat darah tinggi : diakui
16
Riwayat kencing manis : diakui
Riwayat stroke : diakui
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga. Tinggal berdua
dengan suami. Kegiatan sehari-hari setiap pagi pasien pergi ke
pasar untuk belanja dan diantar suami. Setelah pasien mengalami
keluhan tersebut, pasien hanya istirahat saja di rumah. Biaya
pengobatan ditanggung BPJS.
17
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), ronki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani (+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Extremitas
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Varises -/- -/-
3. Status Psikis
a. Cara berfikir : realistis
b. Tingkah laku : normoaktif
c. Ingatan : cukup
4. Status Neurologis
Pemeriksaan Motorik
Inspeksi : tidak ada kelainan di ekstremitas superior et
inferior, dekstraet sinistra
Palpasi : otot kenyal, tidak ada nyeri atau oedem
Badan dan Anggota Gerak
1. BADAN
MOTORIK
Respirasi : dbn
Duduk : sulit dinilai
SENSIBILITAS
Taktil : dbn
Nyeri : dbn
Thermi : tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik : tidak dilakukan
Lokasi : dbn
18
REFLEK
Reflek kulit perut : Tidak dilakukan
Reflek kremaster : Tidak dilakukan
2. ANGGOTA GERAK ATAS
MOTORIK
Motorik Dx Sx
Pergerakan << Bebas
Kekuatan 4 5
Tonus Hipertonus Normotonus
Klonus - -
Trofi Eutrofi Eutrofi
SENSIBILITAS
Dx Sx
Taktil Dbn Dbn
Nyeri Dbn Dbn
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
REFLEK
Dx Sx
Biceps >> +
Triceps + +
Hoffman - -
Trommer - -
19
Klonus - -
Trofi Eutrofi Eutrofi
SENSIBILITAS
Dx Sx
Taktil Dbn Dbn
Nyeri Dbn Dbn
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
REFLEK
Dx Sx
Patella >> +
Achilles + +
Babinski + -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Bing - -
Rossolimo - -
Mendel-Bechtrew - -
Pemeriksaan N. Cranialis
1. N.I (OLFAKTORIUS) : tidak dilakukan
2. N II (OPTIKUS)
tajam penglihatan : tidak dilakukan
lapang penglihatan : tidak dilakukan
melihat warna : tidak dilakukan
funduskopi : tidak dilakukan
20
3. N III (OKULOMOTORIUS), N IV (TROKLEARIS),N VI
(ABDUCENS)
Dx Sx
PERGERAKAN BOLA N N
MATA
NISTAGMUS - -
EKSOFTALMUS - -
PUPIL bulat, isokor,ø bulat,isokor, ø
3mm 3mm
STRABISMUS - -
KONVERGENSI - -
4. N V (TRIGEMINUS)
Dx Sx
MEMBUKA MULUT Normal Normal
21
MENGGEMBUNGKAN Normal Normal
MULUT
LAKRIMASI Normal Normal
PENGECAPAN 2/3 Normal Normal
ANTERIOR LIDAH
6. N VIII (VESTIBULOCOCHLEARIS)
Dx Sx
SUARA GESEKAN Normal Normal
JARI
TES WEBER tidak dilakukan tidak dilakukan
TES RINNE tidak dilakukan tidak dilakukan
TES SCHWABACH tidak dilakukan tidak dilakukan
7. N IX (GLOSSOPHARINGEUS)
Pengecapan 1/3 posterior lidah : tidak dilakukan
Sensibilitas faring : tidak dilakukan
8. N X (VAGUS)
Arkus faring : simetris
Berbicara : pelo
Menelan : susah menelan
Nadi : 88 x/menit
9. N XI (ACCESORIUS)
Mengangkat bahu : dbn
Memalingkan kepala : dbn
10. N XII (HYPLOGOSSUS)
Pergerakan lidah : deviasi ke kanan
Tremor lidah : ada
Artikulasi : disatria (+)
22
IV. Pemeriksaan Penunjang
EKG
23
CT Scan Craniocerbral Non kontras :
24
Tak tampak tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
V. Assesment
1. Diagnosa Utama
a. Diagnosa Klinis
Hipertensi, paresis N VII dan N XII dekstra sentral, dan
hemiparesis dekstra spastik
b. Diagnosa Topis
Hemispher cerebri sinistra regioventrikel lateral crus
anterior kiri nucleus caudatus capsula interna dan putamen kiri
c. Diagnosa Etiologi
Stroke non hemorrhagic
2. Diagnosis Banding
- Stroke hemorrhagic
- Perdarahan intraserebral
VI. Terapi
Medikamentosa
1. Inf. NaCl 0,9% 20 tpm
2. Inj. Citicoline 2x250 mg IV
3. Inj. Piracetam 3x200mg IV
4. Inj. Ranitidin 2x50 mg IV
5. Amlodipin tab 1x10 mg
6. Asam asetil salisilat tab 1x80 mg
7. Valsartan tab 1x80 mg
Nonmedikamentosa
1. Bed rest
2. Fisioterapi
25
VII. Monitoring
- Monitoring keluhan (kaku dan semutan anggota gerak kanan, nafsu
makan)
- Monitoring KU
- Monitoring TTV
- Monitoring hasil lab (gula darah)
- Monitoring respon terapi
VIII. Edukasi
A. Pasien dan keluarga dijelaskan mengenai keadaan penyakitnya
B. Pasien diminta untuk minum obat secara teratur, istirahat total,
menjaga kondisi tubuh
C. Pasien diminta untuk selalu memiringkan badannya agar tidak
terjadi komplikasi
D. Menjaga pola hidup sehat, kontrol tekanan darah,dan gula darah
E. Kurangi makan makanan yang mengandung garam
IX. Prognosis
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
26
BAB IV
PEMBAHASAN
27
BAB V
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
rd
1. Caplan, L.R. 2000. Caplan’s Stroke : A Clinical Approach. 3
2. Carhuapoma, J.R.; Mayer, S.A.; Hanley, D.F. 2010.Intracerebral
Hemorrhage.Cambridge University Press. New York.
3. Misbach, J. 1999. Stroke : Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Balai
Penerbit FK-UI. Jakarta.
4. Allan H. Ropper, Robert H.Brown. 2005. Pain and Other Disorders Of
Somatic Sensation, Headache, and Backache in: Adams and Victor’s
Principles of Neurology, McGraw-Hill Companies, Inc. 8: 109
29