DEMAM TIFOID
1. Pengertian (Definisi) Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang
disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau
Salmonella partatypi
2. Anamnesis Demam naik secara bertangga pada hari hingga minggu
pertama lalu demam menetap (kontinyu) atau reminten
hingga minggu kedua. Demam terutama sore/malam hari,
disertai nyeri kepala, nyeri otot, anorexia, mual, muntah,
obstipasi atau diare
Hepatitis Tifosa
Bila memenuhi 3 atau lebih kriteria Khosla (1990):
hepatomegali, ikterik, kelainan laboratorium (antara lain :
peningkatan Bilirubin, peningkatan SGOT/SGPT, penurunan
indeks PT)
Tifoid Karier
Ditemukannya kuman Salmonella typhi dalam biakan feses
atau urin pada seseorang tanpa tanda klinis infeksi atau
pada seseorang setelah 1 tahun pasca-demam tifoid.
Demam
6. Diagnosis Kerja Tifoid
7. Diagnosis Banding a. Demam dengue dan demam berdarah dengue
b. Leptospirosis
c. Malaria
14
d.Salmonellosis
e.Sepsis akibat infeksi lain (Infeksi saluran kemih,
pneumonia, dsb)
8. Pemeriksaan Darah perifer lengkap, tes fungsi hati, serologi widal
Penunjang
9. Terapi Nonfarmakologis :
Tirah baring, makanan lunak rendah serat, mobilisasi
Bertahap
Farmakologis :
Simtomatis
Antimikroba:
Pilihan utama : Kloramfenikol 4 x 500 mg sampai
dengan 7 hari bebas demam.
Alternatif lain :
- Tiamfenikol 4 x 500 mg (komplikasi hematologi lebih
rendah dibandingkan kloramfenikol)
- Kotrimoksazol 2 x 960mg selama 2 minggu
- Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/kgBB selama 2
minggu
- Sefalosporin generasi III ; yang terbukti efektif adalah
seftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc selama ½
jam per- infus sekali sehari, selama 3-5 hari.
Dapat pula diberikan sefotaksim 2-3 x 1 gram,
sefoperazon 2x1 gram
Fluorokuinolon (demam umumnya lisis pada hari III atau
menjelang hari IV):
– Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
– Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
– Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
– Pefloksasin 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
– Fleroksasin 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
Kasus Kegawatan :
Pada kasus toksis tifoid (demam tifoid disertai gangguan
kesadaran dengan atau tanpa kelainan neurologis lainnya
dan hasil pemeriksaan cairan otak masih dalam batas
normal) langsung diberikan kombinasi kloramfenikol 4 x
500 mg dengan ampisilin 4x1 gram dan deksametason 3
x 5 mg.
Kombinasi antibiotika hanya diindikasikan pada toksis
tifoid, peritonitis atau perforasi, renjatan septik.
Steroid hanya diindikasikan pada toksis tifoid atau demam
tifoid yang mengalami renjatan septik dengan dosis 3 x 5
mg
Pada kehamilan:
Flourokuinolon dan kotrimoksazol tidak boleh digunakan
Kloramfenikol tidak dianjurkan pada trimester III.
Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trimester I.
Obat yang dianjurkan golongan beta laktam: ampisilin,
amoksisilin, dan sefalosporin generasi III (Seftriakson)
1. Pengertian
(Definisi) Gagal jantung kronis adalah kumpulan gejala yang kompleks yang
telah diderita lama dimana seorang pasien harus memiliki tampilan
berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat istrahat
atau saat melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda retensi
cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bukti
objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istrahat.
2. Anamnesis
Keluhan
1. Sesak pada saat beraktifitas (dyspneu d’effort)
2. Gangguan napas pada perubahan posisi (ortopneu)
3. Sesak napas malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu) Keluhan
tambahan: lemas, mual, muntah dan gangguan mental pada orangtua
Faktor Risiko
1. Hipertensi
2. Dislipidemia
3. Obesitas
4. Merokok
5. Diabetes melitus
6. Riwayat gangguan jantung sebelumnya
7. Riwayat infark miokard
3. Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik:
Fisik
1. Peningkatan tekanan vena jugular
2. Frekuensi pernapasan meningkat
3. Kardiomegali
4. Gangguan bunyi jantung (gallop)
5. Ronki pada pemeriksaan paru
6. Hepatomegali
7. Asites
8. Edema perifer
4. Kriteria Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapat
Diagnosis
Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria
Framingham yaitu minimal 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Kriteria Mayor:
1. Sesak napas tiba-tiba pada malam hari (paroxysmal nocturnal
dyspneu)
2. Distensi vena-vena leher
3. Peningkatan tekanan vena jugularis
4. Ronki basah basal
5. Kardiomegali
6. Edema paru akut
7. Gallop (S3)
8. Refluks hepatojugular positif
Kriteria Minor:
1. Edema ekstremitas
2. Batuk malam
3. Dyspneu d’effort (sesak ketika beraktifitas)
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal
7. Takikardi >120 kali per menit
5. Diagnosis Gagal Jantung Kronis
6. Diagnosis
Banding Penyakit paru: obstruktif kronik (PPOK), asma, pneumonia, infeksi
paru berat (ARDS), emboli paru 2. Penyakit Ginjal: Gagal ginjal
kronik, sindrom nefrotik 3. Sirosis hepatik 4. Diabetes ketoasidosis
7. Pemeriksaan
Penunjang Pemeriksaan Penunjang
1. X Ray thoraks untuk menilai kardiomegali dan melihat gambaran
edema paru
2. EKG (hipertrofi ventrikel kiri, atrial fibrilasi, perubahan gelombang
T, dan gambaran abnormal lain).
3. Darah perifer lengkap
8. Terapi
Penatalaksanaan
1. Modifikasi gaya hidup
a. Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan), maksimal 1
liter (berat)
b. Berhenti merokok dan konsumsi alkohol
2. Aktivitas fisik
a. Pada kondisi akut berat: tirah baring
b. Pada kondisi sedang atau ringan: batasi beban kerja sampai 60%
hingga 80% dari denyut nadi maksimal (220/umur)
9. EDUKASI 1. KIE
10. PROGNOSIS 1. Ad Vitam : Dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : Dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
11. TINGKAT EVIDENS I/II/III/IV
12. TINGKAT A/B/C
REKOMENDASI
13. PENELAAH KRITIS 1. Gagal nafas
2. Resiko HIV