Anda di halaman 1dari 16

TRADISI RUWATAN BAGI MASYARAKAT DIENG

Oleh:
Ken Widyatwati
Fakultas Ilmu Budaya UNDIP

ABSTRACT

The narrative or a myth is not only one story, but it have a meaning and
structure. The structure of myth is representation form the society, who to
support. Structure or model to become representation from the society to
exist in stage unconscious, and only to be looking for with structuralism
Levi-Straus Analysis. Exorcism Ritual for Dieng Society is a folklore wich
Dieng society. Exorcism Ritual for Dieng Society is not ritual content, but it
have many contents be trusted by community, The aim of this research is
description of Exorcism Ritual for Dieng Society are component
Identification, and the content of myth. This Ritual perform every year the
date in one Sura in Javanese Callender. Time is 05.00-14.00 am. The place
is Bale Kambang Lake in Dieng Banjarnegara, Central Java. The content of
Exorcism Ritual for Dieng Society is place, time, instrument, ritual offering,
prayer and myth. This myth is Rambut Gembel and Exorcism Ritual of
Rambut Gembel cut.

Keywords: Exorcism, Ritual, Exorcism Ritual Prosesion of Rambut


Gembel Cut

A. PENDAHULUAN kebudayaan daerah yang merupakan akar


1. Latar Belakang dari kebudayaan nasional, pemerintah
Indonesia terdiri atas beribu-ribu memberikan landasan seperti yang
pulau yang penuh dengan aneka ragam tercantum dalam UUD 1945 pasal 32 yang
suku bangsa dan kebudayaan. Setiap suku berbunyi ”Pemerintah memajukan
bangsa di Indonesia menciptakan, Kebudayaan Nasional Indonesia”.
menyebarluaskan dan mewariskan Kebudayaan daerah adalah akar
kebudayaan masing-masing dari satu dari kebudayaan nasional. Oleh karena itu
generasi ke generasi berikutnya. kebudayaan daerah harus dilestarikan dan
Keanekaragaman suku bangsa dan dipertahankan. Salah satu usaha untuk
kebudayaan itu pada hakikatnya adalah mempertahankan kebudayaan daerah
satu dan memberi identitas khusus serta adalah melalui pelestarian folklor. Folklor
menjadi modal dasar pengembangan sebagai sumber informasi kebudayaan
budaya bangsa. daerah tidak bisa diabaikan dalam usaha
Keanekaragaman kebudayaan pada menggali nilai-nilai dan keyakinan yang
setiap suku bangsa di Indonesia tumbuh dalam suatu masyarakat.
menunjukkan kekayaan kebudayaan Danandjaja (1997:2) mendefinisikan
Nusantara. Masing-masing daerah di folklor sebagai kebudayaan suatu kolektif
Indonesia memiliki corak kebudayaan yang tersebar dan diwariskan turun-
yangberbeda-beda.Untuk mengembangkan temurun, diantara kolektif macam apa
saja,secara tradisional dalam versi malapetaka tersebut, untuk mencegah hal
berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun tersebut maka diperlukan adanya ritual
contoh yang disertai dengan gerak isyarat ruwatan.
atau alat bantu pengingat. Sementara Penelitian ini akan mengupas
itu,John Harold Bruvant menggolongkan secara singkat tradisi Ruwatan Potong
folklor dalam tiga kelompok yaitu: (1) Rambut Gembel yang hingga kini masih
folklor lisan, (2) folklor sebagian lisan,(3) hidup dalam masyarakat di daerah
folklor bukan lisan. Pegunungan Dieng Banjarnegara,Jawa
Ritual Ruwatan Potong Rambut Tengah.Penelitian ini dimaksudkan untuk
Gembel di Dieng merupakan folklor memperoleh gambaran yang lebih jelas
sebagian lisan. Di dalamnya terdapat tentang tradisi Ruwatan Potong Rambut
bentuk folklor lisan yaitu berupa doa-doa Gembel yang merupakan salah satu bentuk
yang digunakan dalam ritual Potong dari budaya spiritual, yaitu budaya
Rambut Gembel dan juga terdapat bentuk berserah diri, memohon, menyembah serta
folklor bukan lisan yang dapat dilihat pada membangun upaya untuk meraih
isi komponen,peralatan,perlengkapan dan keselamatan hidup yang telah lama
pelaku ritual adat Ruwatan Potong Rambut menjadi ciri dalam kehidupan masyarakat
Gembel. Jika dilihat dari segi kebudayaan, Jawa.
upacara atau ritual adat merupakan wujud
kegiatan religi atau kepercayaan. 2. Landasan Teori
Di kalangan masyarakat Jawa yang Folklor secara etimologis terdiri
masih kental dengan budaya dan mistik dari dua kata dasar yaitu folk dan lore.
terdapat banyak ritual, salah Folklor merupakan pengindonesiaan kata
satudiantaranya adalah ritual Ruwatan dalam bahasa Inggris Folklor. Menurut
Potong Rambut Gembel di Alan Dundes (dalam Danandjaya1997:
Dieng,dikatakan sebagai ritual karena 1),folk merupakan istilah kolektif yaitu
dilakukan secara tetap pada waktu tertentu, sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri
tidak berubah waktunya dan pengenal fisik sosial dan kebudayaan,
dilangsungkan secara turun-temurun. sehingga dapat dibedakan dari kelompok-
Kata Ruwat berarti: 1) Luar saka kelompok sosial lainnya. Namun, yang
panenung (wewujudan sing salah penting adalah bahwa kolektif itu memiliki
kedaden); 2) Luar saka ing beban lan suatu tradisi yaitukebudayaan yang
paukumaning dewa; 3) dipateni tumprap merupakan warisan dari generasi
kewan kang bebayani (Purwadarminta, sebelumnya, atau sedikitnya dua generasi
1939:534).Dalam tradisi Jawa Kuna, ruwat yang diakui sebagai pemilik bersama.
dikenal dengan konsep lukatdengan arti Sedangkan lore adalah tradisi folk
dihapuskan, dibatalkan, dilepaskan, yaitu sebagaimana kebudayaan yang
dibersihkan, disucikan (Zoetmulder, diwariskan turun-temurun secara lisan atau
1982:611-612). melalui suatu contoh yang disertai dengan
Ruwatan adalah ritual sakral gerak isyarat atau alat pembantu pengingat
dengan tujuan untuk membebaskan, (Danandjaja1997: 1-2), dengan kata lain
membersihkan seseorang dari sesuatu yang lore adalah suatu tradisi kebudayaan
dipandang tidak baik atau buruk serta kesenian yang diwariskan secara turun-
jahat. Dalam ruwatan juga ada harapan, temurun dari tiap generasi. Karena itu
keinginan, agar orang terhindar dari pandangan hidup suatu masyarakat
malapetaka yang akan menimpa kepada tercermin dalam berbagai unsur
mereka apalagi ada kepercayaan dan kebudayaan seperti filsafat, kepercayaan,
keyakinan bahwa diri seseorang yang kesenian, kesusastraan, mode pakaian, dan
memiliki karakteristik tertentu seperti adat istiadat populer (Danandjaja, 1998:8).
rambut gembel akan riskan dengan Dari uraian di atas, maka Folklor dapat
didefinisikan sebagai suatu kebudayaan sosial dan proyeksi keinginan yang
kolektif, yang tersebar dan diwariskan terpendam.
secara turun-temurun, diantara kolektif 7. Folklor bersifat pralogis, artinya
macam apa saja, secara tradisional dalam mempunyai logika tersendiri tidak sesuai
versi yang berbeda-beda, baik dalam dengan logika pada umumnya. Ciri
bentuk yang lisan maupun disertai contoh pengenal ini berlaku terutama bagi Folklor
dengan gerak isyarat dan alat bantu lisan dan sebagian tulisan.
mengingat (Danandjaja, 1997 : 2). 8. Folklor menjadi milik
bersama(collective) dari masyarakat
2.1 Ciri, Jenis, dan Fungsi Folklor tertentu. Hal ini sudah tentu diakibatkan
2.1.1 Ciri Folklor karena penciptanya yang pertama sudah
Folklor sebagai salah satu karya tidak diketahui lagi sehingga setiap
sastra yang menjadi suatu identitas budaya anggota masyarakat yang bersangkutan
daerah mempunyai ciri-ciri atau tanda- merasa memilikinya.
tanda pengenal yang bersifat universal. 9. Folklor pada umumnya bersifat
Tanda-tanda atau ciri-ciri universal polos, lugu sehingga seringkali terlihat
tersebut seperti yang dijabarkan oleh kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat
Danandjaja (1997:3-5) bahwa ciri-ciri dimengerti apabila mengingat bahwa
Folklor adalah sebagai berikut: Folklor dapat dijadikan sebagai proyeksi
1. Penyebaran dan pewarisan Folklor emosi yang paling jujur manifestasinya.
biasanya dilakukan secara lisan, melalui Tutoli (1994:4) mengatakan bahwa ciri-
tutur kata dari mulut ke mulut (atau ciri budaya menyatu dalam tiga bidang
dengan contoh yang disertai dengan gerak (dalam budaya lisan antara sastra lisan,
isyarat, dan alat bantu pengingat) dari satu tradisi lisan dan Folklor mempunyai
generasi ke generasi selanjutnya. garapan yang sama sehingga dapat
2. Folklor bersifat tradisional yakni disamakan antara ketiganya). Ciri-ciri
disebarkan dalam bentuk yang relatif tetap tersebut adalah: (l) milik bersama seluruh
atau dalam bentuk yang standar. Folklor masyarakat pemiliknya, (2) diturunkan
disebarkan dalam kolektif tertentu dan dari generasi ke generasi melalui
waktu yang dipakai cukup lama minimal penuturan lisan, (3) berfungsi dalam
dua generasi. kehidupan dan budaya masyarakat (4)
3. Folklor ada dalam versi-versi, dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk
bahkan varian-varian yang berbeda. Hal tingkah laku dari hasil kerja, (5)
ini diakibatkan oleh penyebarannya yang diwujudkan dalam berbagai variasi
bersifat lisan, sehingga karena beberapa sepanjang masa, (6) bersifat anonim dan
faktor maka dapat berubah. (7) mengadakan bentuk berpola dalam
4. Folklor bersifat anonim, artinya pelahirannya (penampilannya).
penciptanya tidak diketahui namanya.
5. Folklor mempunyai bentuk 2.1.2 Jenis Folklor
berumus atau berpola. Biasanya selalu Danandjaja (1997:21) menggolong-
dimulai dengan kata-kata pembukaan dan kan jenis Folklor dalam tiga kelompok
penutup yang sudah baku, seperti ”Pada berdasarkan tipenya yaitu:
zaman dahulu,..., Menurut empunya 1. Folklor lisan (verbal Folklore)
cerita,..., dan merekapun hidup bahagia adalah Folklor yang berbentuk murni lisan,
selamanya”. benar-benar dihasilkan secara lisan dan
6. Folklor mempunyai kegunaan dituturkan dari mulut ke mulut, yang
(function) dalam kehidupan bersama suatu termasuk dalam kategori ini antara lain: (a)
kolektif. Kegunaan itu misalnya sebagai bahasa rakyat (folk speech) seperti logat,
alat pendidik, dongeng pelipur lara, protes julukan, pangkat tradisional, dan titel
kebangsawanan, (b) ungkapan tradisional
seperti peribahasa, pepatah, pemeo, (c) gangguan jiwa dalam bentuk makhluk-
pertanyaan tradisional, misalnya teka-teki, makhluk gaib, (3) untuk pendidikan anak
(d) puisi rakyat seperti pantun, gurindam, atau remaja yang bersumber dari
dan syair, (e) cerita prosa rakyat, seperti kepercayaan masyarakat, (4) sebagai
mite, legenda, dongeng dan (f) nyanyian penjelasan yang dapat diterima akan suatu
rakyat (folk song). folk terhadap gejala alam yang sangat
2. Folklor sebagian lisan (party verbal sukar dimengerti sehingga sangat
Folklore) adalah Folklor yang bentuknya menakutkan agar dapat diupayakan
merupakan campuran unsur lisan dan penanggulangannya, dan (5) untuk
bukan lisan. Bentuk-bentuk Folklor yang menghibur orang yang mengalami
termasuk dalam kelompok ini antara lain: musibah (Danandjaja, 1997:170).
(a) kecakapan tradisional, (b) permainan Masyarakat Jawaselain percaya
rakyat, (c) adat istiadat, (d) upacara (e) pada Tuhan, mereka juga percaya pada
teater rakyat, (f) tari rakyat dan (g) pesta roh-roh leluhur dan kekuatan magis yang
rakyat. terdapat pada alam sekitar maupun benda-
3. Folklor bukan lisan (nonverbal benda pusaka yang dimiliki. Kekuatan
foklore) adalah folklor yang bentuknya magis yang terkandung pada alam sekitar
memang bukan lisan. Genre ini dibedakan danbenda-benda pusaka tersebut diyakini
menjadi dua subkelompok, yaitu kelompok dapat memberikan keseimbangan dan
folklor bukan lisan material dan keselamatan hidup. Untuk menjaga
immaterial. Bentuk folklor bukan lisan kekuatan magis dan daya supranatural dari
yang material antara lain: (a) arsitektur alam sekitar dan benda-benda pusaka
rakyat misalnya rumah adat, (b) kerajinan tersebut maka mereka melaksanakan
tangan rakyat misalnya pakaian adat dan upacara ritual.
aksesori tubuh khas daerah (c) makanan Upacara ini bersifat religius magis
dan minuman tradisional, dan (d) obat- yang dalam pelaksanaannya mempunyai
obatan tradisional sedangkan yang syarat ketat dan harus dipenuhi oleh
immaterial adalah (a) gerak isyarat masyarakat yang mempunyai hajat dan
tradisional (gesture), (b) bunyi-bunyian ritual dari upacara tersebut. Menurut
isyarat seperti kentongan untuk Koentjaraningrat (1984) upacara yang
komunikasi dan (c) musik rakyat. dianggap keramat memiliki empat wujud
pokok yaitu: (1) wujud yang bersifat fisik
2.1.3 Fungsi Folklor yang tampak dalam wujud sesaji, pakaian,
Folklor sebagai suatu kebudayaan pelaku upacara dan perlengkapan lain yang
tradisional dan milik suatu masyarakat menyertai prosesi upacara, (2) perilaku
tertentu berfungsi sebagai: (1) sistem pemeran upacara (3) wujud konkret,
proyeksi yaitu sebagai alat pencerminan maksudnya dalam setiap upacara adat
angan-angan kolektif, (2) alat pengesahan terdapat perilaku terhadap benda atau
pranata-pranata dan lembaga-lembaga materi yang mengandung harapan, ide atau
kebudayaan, (3) alat pendidikan anak, dan makna pesan tertentu yang disampaikan
(4) alat pemaksa dan pengawas agar masyarakat. Sedangkan wujud yang ke (4)
norma-norma masyarakat akan selalu adalah nilai budaya yaitu gagasan-gagasan
dipatuhi oleh anggota kolektifnya atau ide-ide yang tertanam dalam jiwa
(Danandjaja, 1997:19). manusia sejak dini dalam proses sosialisasi
Selain fungsi pokok di atas masih dan menjadi landasan bagi kelangsungan
terdapat fungsi-fungsi lain yang penting hidup.
untuk dipahami yaitu: (1) sebagai penebal Sistem upacara keagamaan
emosi keagamaan, (2 ) sistem khayalan mengandung empat komponen pokok atau
suatu kolektif yang berasal dari halusinasi utama yang harus ada dalam rangkaian
seseorang yang sedang mengalami upacara yaitu: (1) tempat pelaksanaan
upacara, (2) saat atau waktu pelaksanaan kehidupan yang dapat digunakan untuk
upacara (3) benda-benda pusaka dan memberikan ketenteraman pada
perlengkapan alat-alat upacara dan (4) masyarakat.
orang-orang yang bertindak sebagai yang Di balik pelaksanaan Prosesi Ritual
melaksanakan upacara (Koentjaraningrat, Ruwatan Potong Rambut Gembel tersebut
1985). Selain empat komponen utama apabila dikaji lebih dalam, mengandung
tersebut di atas dalam upacara adat banyak makna simbolis. Makna tersebut
terdapat juga kombinasi dari berbagai dapat diungkap dari berbagai perlengkapan
macam unsur seperti: berdoa, bersujud, upacara (uba rampe), sampai dengan doa-
bersaji, berkorban, makan bersama, doa, sesaji-sesaji yang dipergunakan dalam
menari, menyanyi, berprosesi, berseni, upacara tersebut. Bahkan perilaku yang
berpuasa, bertapa ditujukan oleh pelaku upacara itupun
bersemedi(Koentjaraningat, 1985:240). mempunyai makna simbolis.
Berdasarkan dari uraian di atas,
unsur-unsur yang terdapat dalam Prosesi 2.2 Mitos dan Fungsinya
Ritual Ruwatan Potong Rambut Gembel Menurut Levi Strauss
adalah (1) bersesaji, (2) berkorban, (3) (1974:254),mitos adalah sesuatu yang
berdoa, (4) makan bersama, (5) berpawai. sama dengan cerita, dapat berupa cerita
Bersesaji atau Sajen adalah rakyat, legenda maupun dongeng.Definisi
memberikan sajian berupa makanan, ini dikuatkan oleh Petit (1975:80) yang
minuman dan perlengkapannya pada mengatakan bahwa mitos adalah cerita
benda-benda pusaka atau tempat-tempat atau dongeng yang dikisahkan dengan
yang dianggap keramat untuk bahasa, atau sebuah cerita sastra. Mitos
mendapatkan keselamatan dan kekuatan dapat pula berupa anekdot, dongeng
magis dari benda-benda pusaka atau roh- maupun cerita rakyat. Bahkan mitos dapat
roh leluhur yang terdapat di tempat-tempat pula dianggap sakral atau suci yang
yang dianggap keramat. ditandai dengan adanya ritual yang
Berkorban adalah memohon menyertai penceritaan mitos atau ritual
keselamatan,kebahagiaan, rahmat dari yang dilegitimasi oleh mitos tersebut.
Tuhan dan roh para leluhur yang terdapat Sedangkan Van Peursen (1978)
dalam benda-benda pusaka. Sedangkan mengatakan bahwa mitos adalah sebuah
makan bersama adalah salah satu wujud cerita yang memberikan pedoman dan arah
dari penyatuan kekuatan magis dari roh tertentu bagi kelompok pendukungnya.
para leluhur dengan pelaku upacara dari Cerita ini tidak hanya dituturkan tetapi
masyarakat sekitar lokasi upacara. juga dapat diungkapkan lewat tarian
Berpawai adalah membawa benda- ataupun pementasan wayang. Mitos tidak
benda pusaka, sesaji mengelilingi tempat hanya terbatas pada semacam reportase
upacara dengan maksud agar kekuatan mengenai peristiwa yang dulu terjadi,
magis yang terkandung dalam benda- berupa kisah dewa-dewa dan dunia ajaib,
benda pusaka dan sesajitersebut dapat tetapi memberikan kepada kelakuan
memancar dan memberikan pengaruh baik manusia, merupakan pedoman bagi
serta keselamatan pada masyarakat dan kebijaksanaan manusia.
tempat-tempat yang dilalui pawai. Menurut Renne Wellek dan Austin
Berpuasa adalah tidak makan dan Warren(1989:88), mitos adalah naratif
minum dalam jangka waktu tertentu cerita, yang dikontraskan dengan wacana
dengan tujuan untuk membersihkan diri dialektis, eksposisi. Dalam artian yang
dan menguatkan batin, yang terakhir lebih luas mitos berarti cerita-cerita
adalah bersemedi yaitu anonim mengenai asal mula alam semesta
mengkonsentrasikan jiwa dan perasaan dan nasib serta tujuan hidup, biasanya hal-
pada satu titik untuk mendapatkan makna hal itu berupa kisah-kisah atau dongeng
yangdiberikan oleh suatu masyarakat menghayati daya-daya itu sebagai
kepada anak-anak yang sifatnya mendidik. kekuatan yang mempengaruhi dalam
Keberadaan suatu mitos tidak kehidupan sukunya. Fungsi ini bertalian
terlepas dari fungsinya terhadap erat dengan fungsi yang lain yaitu mitos
masyarakat pendukungnya. Fungsi mitos memberikan jaminan bagi masa kini.
dalam Van Peursen (1978:38-41) adalah Contoh: pada musim semi, ketika ladang-
(l) untuk menyadarkan manusiabahwa ada ladang mulai digarap, masyarakat
kekuatan ajaib yang ada dalam dongeng mengadakan tari-tarian dan persembahan
maupun upacara mistis, (2) memberikan pada leluhur dengan tujuan untuk
pengetahuan tentang dunia misalnya mendapatkan hasil yang berlimpah.
tentang ”kosmogondi and theogoni”, (3) Masyarakat di daerah Pegunungan
memberikan jaminan pada masa kini arti Dieng Banjarnegara, Jawa Tengah sampai
peristiwa semula, yang seolah-olah dapat saat ini masih mempercayai bahwa untuk
ditampilkan kembali, baik dalam bentuk memperoleh keselamatan, maka harus
cerita, maupun gerakan (tarian) dalam bersahabat dengan makhluk halus, mencari
suatu konteks tertentu. kekuatan dari benda-benda pusaka dan
Menurut Levi Strauss (1974:229) peninggalan para leluhur.
mitos dianggap sebagai perjanjian dalam Kepercayaan yang masih mengakar
masyarakat,karena mitos dapat kuat pada masyarakat pendukung
memberikan informasi tentang pemikiran kebudayaan ini tidak bisa dihapuskan
masyarakat dan kondisinya pada waktu itu, begitu saja. Mereka percaya bahwa dalam
yang dapat mewakili potret masyarakat kehidupan ini ada kehidupan yang tampak
pada saat itu. Selain itu, menurut Levi dan ada kehidupan yang tidak tampak.
Strauss (1963:229) bahwa: Kehidupan yang tampak dan tidak tampak
The purpose of myth is to provide a ini dikuasai oleh roh baik dan roh jahat,
logical model capable of overcoming,a dan masing-masing sangat mempengarui
contradiction an impossible a chievemen kehidupan manusia.Kekuatan yang baik
as it happen, the contradiction is real. akan mendatangkan kebaikan dan
Sehinggafungsi mitos menurut keselamatan, dan kekuatan jahat akan
Levi Strauss (1963:229) adalah mendatangkan malapetaka dan bencana
memberikan pemecahan yang logis untuk bagi masyarakat.
mengatasi suatu hal yang tidak mungkin Untuk meraih keselamatan dan
terjadi menjadi suatu hal yang nyata. Hal kebahagiaan tersebut, masyarakat di
ini berarti bahwa mitos bukan hanya daerah Pegunungan Dieng Banjarnegara
sekadar cerita tetapi seringkali juga Jawa Tengah banyak menyelenggarakan
merupakan suatu ungkapan simbolis dari upacara adat. Salah satunya adalah Ritual
konflik-konflik batiniah yang ada dalam Ruwatan Potong Rambut Gembel yang
suatu masyarakat, serta menjadi suatu diadakan setahun sekali pada tanggal satu
sarana untuk mengelakkan, memindahkan, Sura, sesuai tahun baru pada kalender
dan mengatasi kontradiksi-kontradiksi Jawa atau satu Muharam dalam kalender
yang tak terpecahkan, sehingga kontradiksi Islam.Masyarakat di daerah pegunungan
tersebut dapat dijelaskan dan dapat Dieng Banjarnegara dan Wonosobo Jawa
menjadi masuk akal. Tengah percaya penyelenggaraan Ritual
Fungsi mitos yang lain menurut Ruwatan Potong Rambut Gembel ini akan
Van Peursen (1985:3840) adalah menolak marabahaya yang mengancam
menyadarkan manusia bahwa ada kehidupan orang-orang yang mempunyai
kekuatan-kekuatan ajaib. Mitos itu tidak rambut gembel dan warga masyarakat.
memberikan bahan informasi tentang Masyarakat di daerah Pegunungan
kekuatan-kekuatan tersebut, tetapi Dieng Banjarnegara dan Wonosobo
membantu manusia agar dia dapat mempercayai ritual ruwatan yang mereka
laksanakan pada malam satu Sura setiap tokoh masyarakat di daerah Pegunungan
tahunnya dapat mengusir gangguan dan Dieng Banjarnegara) mengenai
mendatangkan segala keselamatan, perlengkapan, alat-alat saji, cara memasak
sebaliknya apabila mereka tidak sesaji, cara penyajian sesaji, makna, mitos,
melakukan ritual ruwatan tersebut akan dan prosesi Ritual Ruwatan Potong
mendatangkan bencana bagi masyarakat. Rambut Gembel, (c) foto dan dokumentasi
Sebenarnya semua ini adalah mitos tentang perlengkapan, sesaji, pelaku,
yang berkembang dan sampai saat ini ritual, dan prosesi Ritual Ruwatan Potong
masih dipercayai oleh masyarakat di Rambut Gembel.
daerah Pegunungan Dieng Banjarnegara
Jawa Tengah.Mitos ini masih melekat erat 1.2. Sumber Data
dalam alam pikiran mereka yang masih Sumber data secara umum berasal
mempercayai kekeramatan alam sekitar dari masyarakat di daerah Pegunungan
tempat tinggal,benda-benda pusaka, dan Dieng Banjarnegara sebagai pelaku
roh-roh nenek moyang. upacara. Untuk memperoleh data yang
akurat, ada beberapa syarat yang
dipergunakan untuk memilih informan.
B. METODE PENELITIAN Syarat-syarat tersebut adalah: (1) Orang
dewasa. (2) Bertempat tinggal atau
Suatu penelitian merupakan proses
berdomisili di lingkungan Pegunungan
yang antara satu tahap dengan tahaplain
Dieng Banjarnegara Jawa Tengah sejak
saling terkait sehingga merupakan susunan
kecil. (3) Bisa berbahasa ibu. (4) Sehat
yang sistematik. Setiap tahapan penelitian
jasmani dan rohani. (5) Pewaris aktif dan
merupakan bagian yang menentukan
merupakan kelompok pendukung.
proses selanjutnya.Oleh sebab itu sebelum
Dengan syarat tersebut diharapkan
penelitian dilakukan, terlebih dahulu harus
data-data yang diperoleh dapat lebih akurat
dibuat langkah-langkah penelitiannya.
dan tepat. Pengumpulan data dalam
Langkah-langkah penelitian ini
penelitian ini menggunakan sumber data
dibuat dengan maksud untuk memudahkan
primer dan sumber data sekunder.
dan memberikan arahan jalannya
penelitian, sehingga dapat berguna sebagai
1.2.1 Data Primer
tuntunan bagi peneliti dalam menyusun
Sumber data primer adalah sumber
dan melaksanakan penelitian secara
data yang diperoleh secara langsung pada
terencana dan sistematis. Uraian berikut
saat penelitian. Data ini diperoleh dari
menjelaskan langkah-langkah penelitian
hasil wawancara terhadap sesepuh, peserta
yang akan dilakukan.
Prosesi Ritual Ruwatan Potong Rambut
Gembel, dan tokoh masyarakat di
1. Data dan Sumber Data
Pegunungan Dieng Banjarnegara Jawa
1.1. Data
Tengah.
Data adalah informasi atau
keterangan mengenai segala sesuatu yang
1.2.1 Data Sekunder
berkaitan dengan tujuan penelitian. Data-
Sumber data sekunder adalah
data dalam penelitian ini diperoleh dari
sumber data yang diperoleh dari buku-
hasil wawancara, observasi, dokumentasi
buku, makalah, majalah, dan koran yang
foto pada saat penelitian. Data-data ini
berkaitan dengan pelaksanaan Prosesi
diperoleh dari: (a) buku- buku, majalah,
Ritual Ruwatan Potong Rambut Gembel.
koran yang memuat informasi tentang
Data sekunder ini digunakan untuk
Prosesi Ritual Ruwatan Potong Rambut
perbandingan dan memperkaya data
Gembel, (b) hasil wawancara dengan
penelitian.
responden (sesepuh, peserta Prosesi Ritual
Ruwatan Potong Rambut Gembel dan
2. Teknik Pengumpulan Data 3. Teknik Analisis Data
Dalam rangka pengumpulan data Teknik analisis data yang
yang diperlukan dalam penelitian, maka digunakan adalah teknik analisis data
terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi langsung, artinya analisis data dilakukan
cara pengumpulannya. Pengumpulan data sejak awal pengumpulan data dan terus
dalam penelitian ini dengan menggunakan berlanjut sampai akhir penelitian.
metode wawancara. Wawancara dilakukan Selama Pengumpulan Data. Pada
dengan tujuan untuk mendapatkan data tahap ini, peneliti mewawancarai informan
secara langsung dari informan. yang menjadi sumber data. Hasil
Teknik wawancara yang digunakan wawancara dicatat kemudian ditelaah dan
adalah wawancara tidak terstruktur artinya dikembangkan dalam bentuk rangkuman.
wawancara yang bersifat bebas, santai dan Setelah Pengumpulan Data.
memberikan kebebasan seluas- luasnya Setelah data terkumpul, ada beberapa
pada informan untuk mengeluarkan tahap yang dilakukan untuk memproses
pandangan, perasaan, pikiran, data, yaitu : (1) Editing, memeriksa
keyakinan,dan kepercayaannya tanpa kelengkapan dan kelayakan data untuk
diatur peneliti. Selain wawancara, peneliti mendapatkan data yang akurat, apabila
juga mengumpulkan data dari buku-buku, belum lengkap dapat dilakukan
majalah,koran artikel atau jurnal yang pengumpulan data ulang langsung ke
berkaitan dan memberikan informasi narasumber yang bersangkutan. (2)
tentang Ritual Ruwatan Potong Rambut Coding, memberikan kode-kode pada hasil
Gembel. wawancara, observasi untuk
Agar diperoleh temuan dan mengklasifikasikan jawaban dan informasi
interpretasi yang valid sebagai sumber data yang berhubungan dengan rumusan
penelitian, maka perlu diteliti kredibilitas masalah untuk memperrnudah tahap
data penelitian dengan menggunakan berikutnya. (3) Simpulan, mengambil
teknik perpanjangan kehadiran peneliti di kesimpulan dari data-data yang sudah
lapangan, observasi yang mendalam, dikumpulkan, dianalisis untuk
triangulasi (mempergunakan beberapa mendapatkan makna dari pokok kajian.
sumber, metode, peneliti, teori),
pembahasan sejawat dan pelacakan
kesesuaian hasil. Teknik yang digunakan C. ANALISIS
untuk uji validitas data dalam penelitian 1. Prosesi Pelaksanaan Ritual Ruwatan
ini adalah: (1) Perpanjangan keikutsertaan Potong Rambut Gembel
yaitu menambah waktu untuk observasi 1.1 Tahap Persiapan
dan wawancara sehingga dapat diperoleh Dalam prosesi ritual ini,
data tambahan dari para informan. (2) masyarakat di Pegunungan Dieng
Triangulasi, peneliti berusaha Banjarnegara membentuk panitia khusus
mengumpulkan data yang sama dari yang diketuai oleh tetua adat masyarakat
beberapa sumber data (koran, majalah, di Pegunungan Dieng. Kepanitiaan yang
artikel, jurnal) menggunakan metode yang sudah dibentuk ini kemudian bertugas
bebeda untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan bagiannya masing-masing.
sama, menerapkan beberapa teori untuk Prosesi ritual ini melibatkan
membahas data yang sama sehingga hasil seluruh masyarakat di Pegunungan Dieng
pembahasan dapat relevan dengan tujuan Banjarnegara. Dua minggu sebelum
penelitian. (3) Diskusi dengan teman diadakannya ritual ruwatan, panitia
sejawat yang memiliki latar belakang yang mengadakan rapat untuk membagi tugas
sama, sehingga dapat menambah wawasan memasak sesajidan mempersiapkan
peneliti dalam pembahasan data. perlengkapan yang akan dipergunakan
dalam prosesi ruwatan, mendata siapa saja
yang akan mengikuti ritual ruwatan potong kali akan memotong rambut gembel,
rambut gembel. pemimpin ritual memasukkan cincin emas
Satu minggu sebelum upacara di rambut yang akan dipotong sampai
ritual ruwatan dilaksanakan, ketua panitia proses pemotongan rambut gembel selesai.
dan semua panitia mengadakan 7. Rambut yang telah dipotong
pengecekan terhadap semua perlengkapan dimasukkan kedalam mangkuk yang berisi
yang akan digunakan dalam ritual, urutan air dan kembang setaman. Rambut ini
prosesi ritual, tatanan dan aturan yang kemudian akan dihanyutkan di sungai
harus dilaksanakan selama prosesi ritual sebagai lambang membuang segala petaka
berlangsung. yang ada dalam diri peserta ruwatan.
Sehari sebelum ritual berlangsung, 8. Peserta berganti pakaian.
masyarakat memasak sesaji sesuai dengan 9. Memberikan permintaan sesuai
bagiannya masing-masing dan mengatur keinginan dari peserta ruwatan.
perlengkapan ritual. Panitia sudah 10. Makan bersama.
mempersiapkan semua perlengkapan dan
peralatan yang akan digunakan dalam 1.3 Penutupan
prosesi ritual. Perlengkapan itu antara lain: Setelah semua prosesi selesai,
baju, dalang, tempat rambut yang sudah sesaji diperebutkan masyarakat dan peserta
dipotong, tumpeng, sesaji. ritual. Masyarakat yang memperebutkan
makanan percaya bahwa apabila
1.2 Pelaksanaan Ritual mendapatkan makanan tersebut akan
Ritual dilaksanakan pada tanggal memperoleh berkah panjang umur dan
satu Sura. Pada hari itu sejak subuh banyak rejeki.
masyarakat mulai berdatangan ke
pelataran Batu Tulis tidak jauh dari Teater 2. Pokok-pokok Prosesi Ritual
Dieng Plateu untuk membantu persiapan Ruwatan Potong Rambut Gembel
ritual. Peserta ritual ruwatan Dalam pelaksanaan prosesi Ritual
mempersiapkan diri didampingi oleh orang Ruwatan Potong Rambut Gembel ini ada
tua peserta ruwatan Potong Rambut beberapa pokok masalah yang perlu
Gembel. Peserta ritual diwajibkan diuraikan lebih mendalam. Pokok-pokok
memakai pakaian khusus, peserta pria masalah tersebut adalah:
memakai beskap sedangkan peserta wanita
berkebaya. Rangkaian prosesi Ritual 1. Nama Ritual
Ruwatan Potong Rambut Gembel adalah Ritual Ruwatan Potong Rambut
sebagai berikut: Gembel merupakan upacara pemotongan
1. Peserta ruwatan memasuki tempat rambut pada anak-anak yang memiliki
ritual. rambut gembel yang dilaksanakan oleh
2. Pemimpin ritual berdoa mohon masyarakat di wilayah Dieng terutama di
perlindungan Allah SWT. Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo.
3. Sungkeman. Prosesi ini bertujuan untuk Ritual ruwatan ini dilaksanakan setiap
meminta doa dan restu dari orangtua tahun pada tanggal satu Sura.
peserta ruwatan. Masyarakat Dieng meyakini bahwa
4. Pemimpin ritual ruwatan berdoa malam tanggal satu Sura adalah malam
sebelum melakukan siraman yang tepat untuk melakukan ritual suci.
(memandikan) peserta ruwatan. Mereka percaya pada pergantian tahun
5. Siraman. Prosesi ini secara simbolik dalam penanggalan Jawa bersamaan
melambangkan penyucian diri para peserta dengan berlangsungnya perkawinan dari
ruwatan. keturunan tokoh spiritual yang ternama
6. Pemotongan rambut gembel merupakan yaitu keturunan Kyai Kaladete dan Nyai
acara puncak dalam prosesi ruwatan.Setiap Roro Kidul. Kyai Kaladete adalah
penguasa Telaga Balekambang di Dieng. 2. Waktu Ritual
Telaga Balekambang dipercayai sebagai Menurut Koentjaraningrat
istana kediaman Kyai Kaladete. Kyai (1992:254) waktu upacara atau ritual
Kaladete adalah tokoh spiritual yang biasanya dirasakan sebagai saat-saat yang
sangat dipercaya oleh warga masyarakat penting dan gawat, penuh dengan daya
Dieng. Masyarakat Dieng percaya bahwa gaib. Daya gaib yang berbahaya itu harus
Kyai Kaladete adalah nenek moyang ditolak dan dijaga lewat pelaksanaan
warga Dieng. upacara atau ritual.
Selain mitos di atas, berkembang Ritual Ruwatan Potong Rambut
juga mitos bahwa di Dieng tepatnya di Gembel di Dieng Kabupaten Banjarnegara
Desa Siterus Kecamatan Kejajar dilaksanakan setiap tahun pada tanggal
Kabupaten Banjarnegara merupakan desa satu Sura. Pemilihan waktu ini disesuaikan
tempat hidup keturunan dari Kerajaan dengan keyakinan masyarakat Dieng
Kalingga. Kerajaan Kalingga adalah bahwa tanggal satu Sura adalah tanggal
kerajaan Hindu pada abad VIII yang ada di keramat dalam penanggalan Jawa, yang
Dieng. Keturunan dari raja Kalingga inilah tanggal tersebut dipercaya mempunyai
yang membangun candi Dieng. daya magis yang sangat tinggi.
Masyarakat di daerah ini percaya apabila
mempunyai anak yang berambut Gembel 3. Tempat Ritual
berarti anak tersebut titisan dari Keling Tempat Ritual Ruwatan Potong
(Kalingga). Anak titisan Keling ini Rambut Gembel di Dieng tepatnya di
menjadi anak kesayangan dayang yang pelataran Batu Tulis. Sebelum rambut
menghuni kawasan Dieng. Hal ini gembel dipotong, peserta ruwatan
menyebabkan anak-anak yang mempunyai dimandikan di Goa Sumur. Setelah rambut
rambut gembel mendapat perlakuan dipotong kemudian rambut gembel
istimewa dari orangtua masing-masing. tersebut dihanyutkan di Kali Tulis yang
Rambut gembel ini tidak akan membelah wilayah Kabupaten
dipotong sebelum anak tersebut minta Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo.
untuk dipotong. Permintaan potong rambut
gembel biasanya diikuti dengan 4. Peserta Ritual
permintaan anak sesuai keinginan yang Pada awalnya Ritual Ruwatan
harus dituruti oleh orangtua. Mereka Potong Rambut Gembel ini hanya diikuti
percaya apabila permintaan tersebut tidak oleh orangtua yang memiliki anak
dikabulkan akan membuat anak tersebut berambut gembel, tetua desa dan
celaka. Pada awalnya permintaan ini hanya pemangku adat saja, yaitu sesepuh desa
sebatas makanan misal telur, daging, ayam dan perangkat desa Dieng, masyarakat
goreng, bajudan sebagainya. Seiring umum belum mengikuti Ritual Ruwatan
dengan perkembangan zaman, permintaan Potong Rambut Gembel. Tetapi sekarang
ini menjadi lebih konsumtif misal peserta ruwatan terdiri dari orangtua dan
handphone, playstation, boneka barbie, anak yang mempunyai rambut gembel,
mobil remote control, dan lain sebagainya. sesepuh desa Dieng, pemangku adat desa
Pemotongan rambut gembel ini Dieng, warga masyarakat Desa Dieng dan
diawali dengan ritual ruwatan, siraman dan masyarakat dari luar Dieng.
memandikan peserta ruwatan, setelah
dipotong rambut gembel akan dihanyutkan 5. Tujuan Ritual
di Kali Tulis untuk membuang segala Pusponingrat (1996:5) mengatakan
malapetaka, bencana dan kejahatan. bahwa tujuan dari pawai Sesaji adalah
Sehingga anak yang diruwat akan untuk memperluas daya magis dan aura
memperoleh keselamatan, kesehatan, dan dari sesaji serta daya keramat dari sesaji
kebahagiaan. yang dipawaikan. Semua upacara ritual
bertujuan untuk mencapai keselamatan, perlindungan kepada penguasa alam raya
kebahagiaan dan ketenteraman bagi sehingga umat manusia dapat memperoleh
masyarakat pelaku ritual tersebut kebahagiaan dan keselamatan (Frans-
(Koentjaraningrat,1985). Magnis, 1996).
Inti dari Prosesi Ritual Ruwatan Isi doa yang dilantunkan dalam
Potong Rambut Gembel di Dieng ini ialah Ritual Ruwatan Potong Rambut Gembel
membuang segala bencana, kejahatan, dan berisi permohonan kepada Allah untuk
malapetaka sehingga anak yang diruwat mengampuni dosa, menjauhkan diri dari
memperoleh keselamatan dan segala kemungkaran, memberikan rahmat
kebahagiaan, sekaligus untuk memohon serta hidayahnya dan rejeki yang banyak.
keselamatan dan kesejahteraan bagi warga Sehingga tujuan utama masyarakat di
masyarakat Dieng. Dengan melakukan Dieng menyelenggarakan Ritual Ruwatan
ritual ini masyarakat akan merasa tenang, Potong Rambut Gembel, selain untuk
ayem tentrem. Sebaliknya apabila mengucap syukur atas segala karunia
masyarakat tidak melaksanakan ritual Allah juga memohon perlindungan dari
maka akan timbul rasa takut akan adanya Allah, menjauhkan dari segala marabahaya
musibah atau gangguan roh halus yang dan mendapatkan rejeki yang melimpah,
jahat. Ritual ini juga berhubungan dengan sehingga dapat membawa kedamaian,
pemujaan dan penghormatan kepada Allah keselamatan, dan kesejahteraan kepada
SWT dan para leluhur ini merupakan seluruh warga masyarakat.
permohonan untuk memperoleh
keselamatan dan kebahagiaan dunia dan 4. Komponen (Uba Rampe) Ritual
akhirat. Ruwatan Potong Rambut Gembel
4.1 Peralatan yang Digunakan dalam
3. Bentuk dan Isi Doa yang Digunakan Prosesi Ruwatan
dalam Ritual Ruwatan Potong Peralatan yang dipergunakan dalam
Rambut Gembel prosesi Ruwatan Potong Rambut Gembel
Berdoa adalah suatu unsur yang terdiri dari:
selalu ada dalam setiap upacara 1. Dupa, dalam tradisi ruwatan dupa
keagamaan yang ada didunia. Doa pada tidak boleh ketinggalan, dupa digunakan
mulanya adalah ucapan keinginan dari untuk berdoa.
manusia yang diminta kepada para 2. Gentong air,gayung, bunga tiga
leluhurnya, dan juga ucapan hormat warna (kembang setaman) yang
kepada para leluhur, baru kemudian dipergunakan untuk memandikan peserta
memohon kepada Tuhan lewat doa. Doa ruwatan.
kepada Tuhan biasanya disampaikan 3. Gunting digunakan untuk
dibawah pimpinan seorang pemuka agama memotong rambut gembel.
(Frans-Magnis,1996). Dalam Ritual 4. Mangkok berisi air dan bunga tiga
Ruwatan Potong Rambut Gembel warna untuk tempat rambut yang sudah
Rewanda doa yang dilantunkan dipotong.
menggunakan bahasa Jawa dan bahasa 5. Tujuh lembar kain putih yang
Arab (sesuai dengan doa dalam agama melambangkan kesucian peserta ruwatan.
Islam) yang dilantunkan bersama dibawah 6. Dua puluh satu uang logam yang
pimpinan seorang pemuka agama. melambangkan rejeki bagi peserta
Pembacaan doa ini bertujuan untuk ruwatan.
memohon kepada Tuhan, sang penguasa 7. Cincin emas sebagai lambang
alam dan isinya untuk memberikan kekuatan dan keagungan.
keselamatan dan dijauhkan dari 8. Jajan pasar seperti jadah, jenang,
marabahaya. Dalam konsep Jawa berdoa bubur merah, bubur putih, wajik, buah-
juga mempunyai arti untuk memohon buahan.
4. Nasi Tumpeng Rasulan
4.2 Pakaian yang Digunakan untuk Nasi tumpeng rasulan adalah
Prosesi Ritual Ruwatan Potong Rambut nasi gurih yang dibentuk
Gembel kerucut, beserta lauk yang
1. Kain Jarik terdiri dari ingkung ayam,
Kain Jarik yang dipakai biasanya kedelai, rambak, kering tempe,
adalah kain batik dengan motif lereng, perkedel, mentimun, telur
kain bermotif lereng ini melambangkan dadar. Nasi tumpeng rasulan
keagungan dan kewibawaan, sehingga bermakna untuk meluhurkan
peserta yang mengikuti prosesi terlihat nama Nabi Muhammad
lebih agung dan berwibawa. SAW,yang khususnya
ditujukan kepada Allah SWT.
2. Baju Atasan 5. Bubur Merah Putih
Peserta pria memakai baju beskap Bubur ini terbuat dari beras, warna
hitam atau warna lain tetapi polos tanpa merah dari gula Jawa, bubur
motif dan blangkon. Peserta wanita merah putih melambangkan
memakai kain kebaya dengan warna asal-usul manusia. Warna
bebas. Warna-warna yang beragam ini merah melambangkan air
melambangkan keanekaragaman budaya kehidupan ibu sedang warna
dan suku bangsa. putih melambangkan air
kehidupan bapak.
3. Pakaian Putih 6. Jajan Pasar
Pakaian warna putih ini dipilih Bermacam-macam jajanan
sebagai lambang kesucian dan kebersihan yang dibeli di pasar misal
hati peserta ruwatan. jenang, jadah, wajik, ketan,
buah-buahan.
4.3. Sesaji yang Digunakan dalam
Ritual Ruwatan Potong Rambut 5.Mitos yang Terdapat dalam Ritual
Gembel Ruwatan Potong Rambut Gembel
Sesaji yang digunakan dalam 5.1 Mitos Ritual Ruwatan Potong
prosesi Ritual Ruwatan Potong Rambut Rambut Gembel
Gembel adalah sebagai berikut: Orang-orang Jawa sampai saat ini
1. Tujuh lembar kain putih dikenal sebagai warga masyarakat yang
sebagai lambang kebersihan sangat percaya dan menjunjung tinggi
dan kesucian. budaya spiritual. Mereka percaya bahwa
2. Kembang Setaman bencana, sakit, kejahatan, dan malapetaka
Kembang setaman adalah yang mengancam kehidupan adalah akibat
berbagai macam bunga yang dari ketidakadanya keseimbangan antara
terdiri dari bunga kanthil, kehidupan alam nyata dan kehidupan alam
mawar putih, mawar merah gaib. Ketidakseimbangan ini akan
dan melati. menimbulkan bencana sehingga perlu
3. Nasi Tumpeng diadakan ritual, salah satu tradisi yang
Nasi tumpeng adalah nasi yang masih berlanjut hingga saat ini di Dieng
dibentuk seperti kerucut, adalah Ritual Ruwatan Potong Rambut
dengan lauk-pauk urap, ikan Gembel. Ruwatan mengandung makna
asin, tempe, tahu, telor rebus. luwar saka ing panenung yang artinya
Nasi tumpeng melambangkan lepas dari petaka dan luwar saka
bahwa segala permohonan paukumane dewa yang berarti terbebas
selalu ditujukan kepada Allah dari hukuman para dewa (Sudaryanto,
SWT. 2001:906).Jadi tradisi ruwatan dilakukan
untuk memperoleh keselamatan, kesehatan ini mereka akan mendapatkan
dan kebahagiaan hidup, melalui ruwatan keselamatan, dan dapat menolak bahaya
mereka merasa terlindungi oleh kekuatan yang akan mengancam kehidupan
spiritual yang dapat menyelamatkan dari masyarakat.
segala bencana dan marabahaya. Masyarakat Dieng mempercayai
Tradisi ruwatan adalah sebuah ritual yang dilaksanakan pada awal bulan
komunikasi yang dapat memberikan Sura dapat mengusir gangguan dan
keselamatan pada orang-orang yang mendatangkan segala keselamatan
mengikuti ritual tersebut. Para pelaku sebaliknya apabila tidak dilaksanakan akan
ritual ruwatan melakukan komunikasi mendatangkan bencana yang
dengan menggunakan berbagai sarana menyebabkan gagal panen, kematian, sakit
yang harus dipatuhi.Sarana tersebut berupa dan sebagainya.
doa, sesaji, mantera yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan alam gaib. 5.2. Mitos Rambut Gembel
Melalui Ritual Ruwatan Potong Masyarakat Dieng Banjarnegara
Rambut Gembel, warga masyarakat di Jawa Tengah percaya mempunyai anak
Dieng dapat memelihara hubungan yang berambut gembel merupakan anugerah
harmonis antara dirinya dengan alam dari yang mahakuasa, sehingga orangtua
sekitar serta dengan alam. akan memperlakukan istimewa kepada
Masyarakat desa di Dieng anak yang mempunyai rambut gembel.
Banjarnegara sampai saat ini masih Perlakuan istimewa ini menjadikan anak
mempercayai bahwa untuk memperoleh berambut gembel manja, nakal, dan tidak
keselamatan kita harus bersahabat dengan menurut nasihat orang tua, sehingga anak
mahkluk halus, alam sekitar dan mencari tersebut harus diruwat agar menjadi anak
kekuatan dari peninggalan para leluhur. yang baik, sehat dan terhindar dari
Kepercayaan yang masih mengakar bencana serta petaka.
kuat pada masyarakat pendukung Beberapa mitos yang beredar di
kebudayaan Ritual Ruwatan Potong masyarakat Dieng mengisahkan tentang
Rambut Gembel ini tidak dapat asal-usul anak-anak yang mempunyai
dihapuskan begitu saja. Mereka masih rambut gembel, antara lain:
percaya bahwa dalam kehidupan ini ada Anak berambut Gembel adalah
kehidupan yang tampak dan kehidupan keturunan Kyai Kaladete. Kyai Kaladete
yang tidak tampak. Kehidapan yang adalah penguasa Telaga Balekambang di
tampak dan tidak tampak ini dikuasai oleh Dieng. Beliau adalah tokoh spiritual yang
roh-roh baik dan roh-roh jahat, dan sangat berpengaruh bagi keberlangsungan
masing-masing sangat berpengaruh dalam hidup warga masyarakat Dieng. Mereka
kehidupan masyarakat. Kekuatan yang menganggap Kyai Kaladete adalah nenek
baik akan mendatangkan kebaikan dan moyang para leluhur di Dieng,sehingga
kekuatan yang jahat akan mendatangkan masyarakat menganggap mereka
malapetaka dan bencana dalam memperoleh anugerah besar jika diberi
masyarakat. keturunan yang mempunyai rambut
Untuk meraih keselamatan dan gembel.
kebahagiaan tersebut maka masyarakat Mitos lain mengisahkan bahwa
Desa Dieng Banjarnegara anak berambut gembel adalah anak
menyelenggarakan ritual adat. Ritual adat kesayangan dari penguasa pantai selatan
tersebut adalah Ritual Ruwatan Potong yaitu Nyai Roro Kidul. Anak berambut
Rambut Gembel yang diadakan setahun gembel diyakini sebagai penari saat
sekali pada tanggal satu Sura dalam berlangsung upacara besar pada malam
penanggalan Jawa. Masyarakat Dieng satu Sura di kerajaan Nyai Roro Kidul. Hal
percaya dengan menyelenggarakan ritual ini menyebabkan masyarakat Dieng
merasa memperoleh kehormatan jika dilaksanakan tiap tahun pada tanggal satu
mempunyai keturunan berambut gembel. Sura sesuai dengan penanggalan
Mereka percaya Nyai Roro Kidul sebagai Jawa.Prosesi ritual ini dilakukan untuk
penguasa pantai selatan akan memberikan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan
banyak berkah dan rezeki kepada keluarga yang telah memberikan keselamatan dan
dan masyarakat Dieng. rejeki, (2) Bentuk doa yang digunakan
Selain mitos tersebut juga dalam prosesi Ritual Ruwatan Potong
berkembang mitos bahwa di desa Siterus Rambut Gembel menggunakan doa-doa
Kecamatan Kejajar sampai saat ini masih yang diambil dari Al’Quran dalam bahasa
hidup keturunan langsung dari Kerajaan Arab dan Doa-doa yang menggunakan
Kalingga. Kerajaan Kalingga adalah bahasa Jawa, (3) Komponen dan makna
sebuah kerajaan Hindu pada abad VII-VIII komponen dalam Ritual Ruwatan Potong
yang ada di Dieng. Keturunan Kerajaan Rambut Gembel adalah untuk memohon
Kalingga inilah yang diyakini masyarakat keselamatan pada Tuhan Yang Maha Esa
Dieng sebagai pendiri candi-candi di agar melimpahkan rejeki dan keselamatan
kawasan Dieng. Masyarakat Dieng kepada masyarakat Desa Dieng
percaya bahwa anak yang mempunyai Banjarnegara Jawa Tengah pada
rambut gembel adalah keturunan dari khususnya dan seluruh masyarakat
bangsawan kerajaan Kalingga, sehingga Indonesia pada umumnya, (4) Sebuah
mereka sangat bahagia jika mempunyai dongeng atau mitos ternyata bukan hanya
anak berambut gembel. sebuah cerita tetapi mengandung makna
Oleh karena mitos-mitos tersebut dan struktur terpola dan menjadi innate
maka masyarakat Dieng akan memberikan dari masyarakat pendukungnya dari setiap
perlakuan yang berbeda terhadap anak tindakan dan perilaku sebagaimana mereka
yang mempunyai rambut gembel, karena memaknai mitos tersebut. Struktur atau
mereka percaya anak-anak tersebut akan model yang dijadikan innate tersebut
memberikan kebahagiaan dan rezeki yang berada dalam tataran nirsadar dari
melimpah. Perlakuan yang berbeda ini masyarakat pendukungnya dan hanya
menyebabkan anak-anak yang mempunyai dapat ditemukan dengan analisis
rambut gembel tumbuh menjadi anak yang strukturalisme Levis Strauss.
manja,nakal dan tidak menuruti nasihat Dari analisis ini maka dapat
orangtua. Karena hal tersebut diatas, maka ditemukan innate dari masyarakat Desa
orangtua dan masyarakat perlu Dieng Banjarnegara Jawa Tengah sebagai
menyelenggarakan Ritual Ruwatan Potong masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa adalah
Rambut Gembel untuk menghindarkan masyarakat yang luwes dan modern.
anak tersebut dari bencana, malapetaka, Walaupun adat istiadat, tata krama,
dan kejahatan. Setelah rambut gembel pangkat memberikan tekanan ke arah
dipotong, orangtua dan masyarakat Dieng kelakuan yang konfirm, namun orang Jawa
mempercayai bahwaanak-anak yang mengakui bahwa setiap individu
mempunyai rambut gembel akan mempunyai tempat dan panggilan
memperoleh keselamatan, dikaruniai individunya dan dalam praktiknya mereka
kesehatan dan kebahagiaan dalam bersedia mengakui bahwa kemungkinan
hidupnya kelak.. hidup dan alternatif-alternatif untuk
bertindak yang dipilih manusia itu sangat
D. KESIMPULAN luas dan beragam. Secara prinsipil orang
Jawa bersedia untuk menerima strata
Berdasarkan uraian diatas maka
jangkauan hidup alternatif yang sangat
dapat ditarik kesimpulan yang dapat
luas asal saja alternatif-altematif tersebut
menjawab permasalahan dalam penelitian
tidak memutlakkan diri melainkan dapat
ini, yang meliputi: (1) Prosesi Ritual
Ruwatan Potong Rambut Gembel
menyesuaikan diri terhadap perilaku dan Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori
keselarasan hidup dalam bermasyarakat. Antropologi. Jakarta: UI Press.
Orang Jawa sangat bangga dengan ---------. 1990. Pengantar Ilmu
kemampuannya untuk dapat menerima Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
unsur budaya baru tanpa harus ---------. 1994. Kebudayaan Mentalitas
meninggalkan unsur budaya yang telah ada dan Pembangunan. Jakarta:
sebelumnya. Bahkan orang Jawa mampu Gramedia.
untuk menggabungkan dua unsur budaya Kunne-Ibsch Elrud dan D.W Fokkema.
yang berbeda dan memunculkan unsur 1998. Theory of Literature in The
budaya yang baru dan dapat diterima Twentieth Century. Jakarta:
dalam kehidupan bermasyarakat.Contoh: Gramedia.
muncul agama Islam kejawen. Masyarakat Levi-Strauss, C. 1964.The Raw and The
Desa Dieng Banjarnegara percaya bahwa Cook. New York: Harper and Raw.
hidup itu akan baik dan selamat apabila ---------. 1974. Structural Anthropology.
ada keselarasan antara kehidupan manusia New York: Basic Books.
dan alam sekitar tempat manusia hidup ---------. 1997. Empu Antropologi
dan bersosialisasi. Struktural. Yogyakarta: LKiS.

Peursen, C.A Van. 1976. Strategi


DAFTAR PUSTAKA Kebudayaan. Yogyakarta: Yayasan
Kanisius.
Abrams, M. H. 1976. The Mirror and The Pradopo, Rahmad Djoko. 1990.
Lamp. London: Oxford University Pengkajian Puisi. Yogyakarta:
Press. GAMA Press.
Culler, Jonathan. 1977. Literary Theory. Poerwadarminto,W.J.S.1939 Baoesastra
New York. Djawa. Batavia: J.B.Wolter S.
Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Spraddley, James. 1997. Metode
Sastra. Jakarta: Pusat Pembinaan Etnografi. Yogyakarta: Tiara
dan Pengembangan Bahasa. Wacana.
Faruk, H. T. 1994. Sosiologi Sastra. Santo, de John. 1997. Mitos Dukun dan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sihir Claude Levi-Strauss.
Frans Magnis,Suseno. 1984. Etika Jawa. Jogjakarta: Kanisius.
Jakarta: Gramedia. Saussure, Ferdinand de. 1996.Pengantar
Geerts, Cliffort. 1972. The Interpretation Linguistik Umum. Jogjakarta:
of Cultures. New York: Basic Gama Press.
Books. Sudaryanto.2001. Kamus Pepak Basa
---------. 1983. Abangan, Santri, Priyayi Jawa. Jogjakarta: Badan Pekerja
dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Konggres Bahasa Jawa Propinsi
Pustaka Jaya. DIY.
Hardjowirogo, Marbangun. 1983. Manusia Vaan, Baal J. 1987. Sejarah dan
Jawa. Jakarta: Yayasan Idayu. Pertumbuhan Teori Antropologi
Jong, De. 1976. Salah Satu Sikap Hidup Budaya. Jakarta: Gramedia.
Orang Jawa. Yogyakarta: Yayasan Van Peursen, C.A.1978. Strategi
Kanisius. Kebudayaan. Jogjakarta: Kanisius.
Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra.
Jakarta: Gramedia.
--------.1989. Stilistik. Kuala Lumpur.
Dewan Bahasa dan Pustaka
Kementrian Pendidikan Malaysia.

Anda mungkin juga menyukai